Dosen :
Penyusun :
IFA KURNIAWATI_20510015
UNDARIS UNGARAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah - Nya ,sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul“ IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM ISLAM’’ ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua, yang
berjasa telah besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi segala
kebutuhan ananda, sehingga penulis sukses dalam menuntut ilmu untuk kehidupan masa
depan yang lebih baik.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika
pembahasannya. Penulis juga mengharpkan masukan atau kritikan maupun saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini Mudah-mudahan dengan
adanya karya tulsis ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan
juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.........................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.2 Definisi...........................................................................................2
2.9 Macam-Macan Akhlak..................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang
ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih
sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga
memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang
terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai
makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah
sebagai idola kita, karena sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang
baik bagi kita.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk menginformasikan kepada pembaca, apa itu
akhlak sesama manusia, apa dan bagaimana akhlak yang sebenarnya diajarkan islam, demi
terciptanya kehidupan yang islami menuju keridhoan Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi,
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap. Dikemukakan bahwa implementasi adalah
; “put something into effect” (Penerapan sesuatu yang memberikan efek atas dampak).
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
2.2 Definisi
Sehingga Implementasi akhlak yaitu penerapan akhlak yang dilakukan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak
1. Jujur (Ash-Shidqu)
3. Malu (Al-Haya')
6. Sabar (Ash-Shobr)
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya,
berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada
hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul
fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya
mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa
mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini
menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?",
tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika
diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap
bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena
demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah
lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah
sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju
syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian
begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu
orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para
malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak
bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena
demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz
III/ Hal. 140)
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya
dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama,
budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah
mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan
dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang
tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti
ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi
manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa
yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah
dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang
berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-
Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Memang sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi atas
moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral
yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari
sumber-sumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian
dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu
Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
b Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa
konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia
member sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa
perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
d. Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam, berasaskan
darI Al-Qur’an dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
e. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan
dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya,
dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati
nurani , yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak islam secara global hanya
ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan,
sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa system moral/akhlak ada yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati.
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh(suri
tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki akhlak yang sangat muia,
agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin
umat manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi kehidupan,
sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan tentang konsekuensi
yang bagi manusia yang tidak berpegang pada “ akhlak islam”.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada cirri-ciri akhlak islamiyah
yaitu:
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang
luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap
keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat
menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua
tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak
dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia,
sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3. Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia
bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang
selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia
bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam
satu jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain
sebagainya.
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai
daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga
tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga
sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah
perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT.
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati
nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman Allah dalam
surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.
Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak islami” yang mengatur dan membatasi
kedudukan (satus) pribadi sebagai:
Hamba Allah
Anak
Ayah/ibu
Anggota masyarakat
Jama’ah
Da’i/Muballigh
Pemimpin
Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada status pribadi yang berada pada
kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana semestinya berperilaku
pada posisi(kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya “akhlak Islami”
dapat dihindari (pola hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan
kholiqnya) keliruan bertindak.
2.7.1 Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang tidak Nampak. Dia
mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang menjadi sebab adanya semua
ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat ketertiban, dan ada suatu peraturan yang
berganti-ganti dan gejala datang dengan keteraturan-Nya.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai maksud kepada
manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah SWT.memerintahkan
manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya. Dalam
masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain.
Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul
‘alamin, Allah Tuhan Maha Esa.
Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang Tuhan. Dan
kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan
benda adalah sangat keliru.
Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik
akhlak anak, bias jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan
melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam
pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang mereka
bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di dalam mengajar dan segala
pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia anak
terancam demikian, masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud karena adanya tiap-
tiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan berwujud pada masyarakat
yang merusak dan rendah martabatnya.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu buruk, apabila
seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak
seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita
beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak.
Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau sudah
dating waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si
ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar si bayi yang
dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia sempurna anggota badannya,
seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun
rohaninya.
Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu belum
mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin
tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih saying
ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya, padahal tiada pamrih. Lain dengan
cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bias berbalik
menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun si
anak tiada membalas kasih dan cinta ibu.
Memang itu kareana “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut “Hidayah-
ghariziyyah”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang anak kepada Orang
tua yakni:
a. Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya,
dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak samapai menyinggung
perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik,
atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.
Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam harus berbicara
sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah:
ْك ْال َكبِ َر اَ َح ُدهُ َما اَوْ ِكالَهُ َما فَالَ تَقُلْ لَهُ َما اُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل
َ ضى َربُّكَ اَاَّل تَ ْعبُ ُدوْ ا اَاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َولِ َد ْي ِن اِحْ َسانَا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد
َ ََوق
}24-23 :ص ِغ ْيرًا {االسراء َ الذ ِّل الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى َّ اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ْ َو.لَهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما
Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya dan
hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan seabaik-baiknya. Jika salah
satu dari keduanya atau kedua-duanya samapi berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
c. Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah
dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat
material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang sudah tiada. Hal ini
agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari
segala dosa orang tua kita. Doa yang sering di amalkan yakni:
b. Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk
menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau-beliau
mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan temannya.
d Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua.
Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.
Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang
(masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan
Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al-Qur’an dan
perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-Qur’an
surat l-Qalam ayat 4.”Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang
mulia”.
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu berbahasa dengan
bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara, sesuai tingkat
usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Di dalam islam ada peribahasa yang menyatakan
bahwa “bahasa menunjukkan taqwa”.
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member salam, sebagaimana juga
dengan islam. “Salam” telah menempati kedudukan sendiri dalam Islam. Lebih istimewa
disbanding dengan agama di luar Islam.
Sebagaimana landasan salamdi dalam firman Allah surat An-Nur ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang buka rumahmu
sebelum meminta ijin dan member salam kepada penghuninya
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan kanan. Dimulai membasuh
sebelum makan, membaca “basmallah” dan diakhiri mengucapkan “Alhamdulillah”. Sikap
yang dimiliki oleh orang yang sedang makan dan minum adalah dengan duduk yang baik.
Tanpa bersuara, tanpa bersandar sambil makan dan minum. Apabila sifatnya undangan bagi
yang mengundang mempersilahkan dengan bahasa yang sopan. Dan bagi yang diundang
dengan menyambut yang baik, mendoakan si pengundang, mendahulukan orang yang lebih
tua, jangan mencaci hidangan yang ada di depannya, walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas dan perak, jangan menarik
nafas dan menghembuskan kembali ke dalam cangkir. Apabila menggunakan kendi (dan
sejenisnya) tidak boleh melekat pada mulut di bibir kendi.
d. Tata cara di majelis pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya adalah pertama kali baru
masuk member salam, kemudian baru dapat duduk yang telah disediakan, menyalami teman
yang mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Di
samping itu juga jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman
duduk. Ketika ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa kifaratul
majelis.
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik ijin masuknya, waktu
maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin memasuki kamar, rumah orang lain atau
Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling awal yang
dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik kembali. Di dalam mengetuk pintu
dilakukan secara wajar, menyatakan nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah
pintu ketika dibukakan. Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus dikendalikan
dengan hati yang bersih.
7(tujuh) rangkaian(munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan salam “ucapan
salam”. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam yang paling hebat adalah para nabi. Kemudian
orang-orang saleh, para Da’i/ mubaligh yang menyeri atau mengangguk manusia untuk
mentauhidkan Allah dan ikhlas dalam beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk berjalan mengikuti manhaj para
nabi dalam dakwah, maka para nabi harus membekali diri dengan akhlakul karimah. Sebab
Da’i/mubaligh di masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung. Baik perilaku, sikap
perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, da’I harus berusaha terus membersihkan jiwa. Segala
apa yang mengganjal, menutup dan tersembunyi di hati nurani, Da’I harus berusaha juga
menerangi segala rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari
Allah. Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
Para Da’i memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi dalam dirinya yang
selalu menghubungkan dengan Allah. Di dalam hati Da’I ada bisikan-bisikan yang benar
yang berada pada lisannya karena tergisik dari hati yang bersih.
Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana dakwah harus memperhatikan
prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
2.9 Macam-Macan Akhlak
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa bernafaskan amanat.
Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan agama. Agama islam sangat
memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan,
kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan dimintai pertanggung jawabnya
oleh masyarakat dan lain sebagainya.
Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para sahabatnya seperti
Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Oerangnya penuh ramah tamah, cinta
sesama dan selalu membenarkan dan menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob
sebagai pemimpin yang mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang
terpercaya terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah. Dia
adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk mengalahkan orang-orang jahat.
Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu sebagai pewaris ilmu rasullah dan
pemelihara janjinya.
Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk menjadi pemimpin sejati.
Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat membahagiakan orang lain
(umat manusia) dan menampakkan karismatiknya pada yang dipimpin, jadi dapat
dikemukakan di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila memiliki kepribadian yang
sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan Negara/bangsa.
2.9.2 Akhlak Mahmudah dan Mazmumah
Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak mahmudah(fadilah)
dan akhlak mazmumah(qabihah). Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan
juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli,
tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-
sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.
Dan tahalli adalah mengisi jiwa ( yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat
yang terpuji (mahmudah).
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan
Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari
sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang
disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah
laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela
disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak mazmumah
dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan
terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran
daripada sifat/kelakuan batin.
Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi,
menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang, murah hati, tolong
menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali persaudaraan, menghoranati tamu,
merendahkan diri, berbuat baik, menundukkan diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan
badan, cenderung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah
lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri
kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain; egoistis, lacur, kikir,
dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, aniaya, dosa besar, pemarah, curang,
culas, mengumpat, adu domba, menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat,
homosex, ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri,
mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan,
berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang
menunjukkan sifat-sifat yang tercela
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila
perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan
akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak
yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang baik, agar akhlak
yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang disukai oleh Allah, dan hanya
Rasulullah yang pantas kita jadikan idola dalam kehidupan.