MUQODIMAH
Keutamaan ilmu Faraidh
Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang mulia, dan juga termasuk ilmu yang tinggi kedudukannya, oleh
karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan takarannya, Dia terangkan jatah harta
warisan yang didapat oleh setiap ahli waris, dijabarkan dalam beberapa ayat yang jelas, karena harta dan
pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi manusia, harta warisan adalah untuk pria dan wanita,
besar dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk
berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.
Oleh sebab itu Allah-lah yang langsung mengatur sendiri pembagian serta rincianya dalam Kitab-Nya,
meratakannya diantara para ahli waris sesuai dengan keadilan serta maslahat yang Allah ketahui.
- Manusia memiliki dua keadaan: keadaan hidup dan keadaan mati, kebanyakan hukum yang ada dalam ilmu
Faraidh berhubungan dengan mati, maka Faraidh bisa dikatakan setengah dari ilmu yang ada, seluruh orang
pasti butuh kepadanya.
- Pada zaman Jahiliyyah dahulu, mereka hanya membagikan harta untuk orang-orang dewasa tanpa memberi
kepada anak-anak, kepada laki-laki saja tidak kepada wanita, sedangkan pada zaman ini manusia memberikan
jatah kepada para wanita yang bukan hak mereka dari kedudukan, pekerjaan maupun harta, sehingga
bertambahlah kerusakan, sedangkan Islam telah berbuat adil kepada wanita dan memuliakannya, memberikan
hak yang sesuai untuk jatah kodrat mereka.
Di bawah ini adalah beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjelaskan beberapa
keutamaan dan anjuran untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid:
Abdullah bin Amr bin Al-Ash –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ilmu itu ada tiga, selain yang tiga hanya bersifat tambahan (sekunder), yaitu ayat-ayat muhakkamah (yang
jelas ketentuannya), sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dilaksanakan, dan ilmu faraid.” (HR Ibnu
Majah)
Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Pelajarilah
ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orang-orang, karena aku adalah orang yang akan direnggut (wafat),
sedang ilmu itu akan diangkat dan fitnah akan tampak, sehingga dua orang yang bertengkar tentang
pembagian warisan, mereka berdua tidak menemukan seorang pun yang sanggup meleraikan (menyelesaikan
perselisihan pembagian hak waris) mereka.” (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim)
Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Pelajarilah
ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orang lain, karena sesungguhnya, ilmu faraid setengahnya ilmu; ia akan
dilupakan, dan ia ilmu pertama yang akan diangkat dari umatku.” (HR Ibnu Majah dan Ad-Darquthni)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Pelajarilah ilmu faraid, karena ia termasuk bagian dari agamamu dan
setengah dari ilmu. Ilmu ini adalah yang pertama kali akan dicabut dari umatku.” (HR Ibnu Majah, Al-Hakim,
dan Al-Baihaqi)
Catatan : Walaupun hadits-hadits diatas diperselisihkan keshohihannya oleh para ulama’ namun dapat kita
ambil faidah bahwa ilmu ini adalah ilmu yang penting untuk dipelajari karena butuhnya umat dalam
menghadapi permasalahan yang acap menimpa keluarga mereka.
Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- telah berkata, “Pelajarilah ilmu faraid, karena ia sesungguhnya
termasuk bagian dari agama kalian.” Kemudian Amirul Mukminin berkata lagi, “Jika kalian berbicara,
bicaralah dengan ilmu faraid, dan jika kalian bermain-main, bermain-mainlah dengan satu lemparan.”
Kemudian Amirul Mukminin berkata kembali, “Pelajarilah ilmu faraid, ilmu nahwu, dan ilmu hadits
sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur`an.”
Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhu- berkomentar tentang ayat Al-Qur`an ini :
Abu Musa Al-Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur`an dan tidak
cakap (pandai) di dalam ilmu faraid, adalah seperti mantel yang tidak bertudung kepala.”
Demikianlah, ilmu faraid merupakan pengetahuan dan kajian para shahabat dan orang-orang shalih terdahulu,
sehingga menjadi jelas bahwasanya ilmu faraid termasuk ilmu yang mulia dan perkara-perkara yang penting di
mana sandaran utama ilmu ini ialah dari Al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya.
(at Tahqiqot al Mardhiyyah hlm 14-15)
Definisi Ilmu Faraidh
Secara istilah adalah : Ilmu yang mempelajari siapa saja dari ahli waris yang berhak mendapat warisan dan
siapa saja yang tidak berhak, serta jumlah ukuran untuk setiap ahli waris. (syarhul kabir Addardiry hlm 406 jilid
4)
Faridhah atau fudrudh : adalah jatah tertentu sesuai syari'at bagi setiap ahli waris, seperti : setengah,
seperempat, seperdelapan, seperenam, sepertiga, duapertiga. Atau disebut juga Furudhul muqoddarah(jatah
yang ditentukan)
Ahli furudh: adalah pewaris yang menjadi pemilik jatah jatah ini
Yang Harus diselesaikan Sebelum Warisan dibagikan
Ada 5hal yang harus dilaksanakan secara berurutan jika semua itu ada, sebagaimana dibawah ini :
1- Dikeluarkan dari harta waris untuk penyelesaian kebutuhan mayit, seperti kain kafan dan lainnya.
2- kemudian hak-hak yang berhubungan dengan barang yang ditinggalkan, seperti hutang dengan sebuah
jaminan barang atau anggunan dan semisalnya.
3- Kemudian pelunasan hutang, baik itu yang berhubungan dengan Allah seperti zakat, kafarat dan semisalnya,
ataupun yang berhubungan dengan manusia tanpa anggunan.
4- Kemudian pelaksanakan wasiat.
5- kemudian pembagian warisan
Jika pada waktu pembagian waris ada kerabat mayit yang tidak mendapat waris namun dia hadir, ada juga
anak-anak yatim, ataupun orang miskin, hendaklah mereka diberi dari harta peninggalan sebelum
dibagi sebagaimana ayat berikut:
[ معروفا قوال هلم وقولوا منه فارزقوهم واملساكني واليتامى القرىب أولوا القسمة حضر وإذا ]
"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari
harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik". (An-Nisaa: 8)
Rukun perwarisan ada tiga :
1- Al-Muwarrits, yaitu mayit.
2- Al-Warits, yaitu dia yang masih hidup setelah meninggalnya Mayit (Al-Muwarrits).
3- Alhaqqul Mauruts, yaitu harta peninggalan yang masih tersisa untuk dibagi
" عليه متفق " املسلم الكافر وال الكافر املسلم يرث ال
"Orang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafirpun tidak mewarisi orang Muslim" Muttafaq alaihi
H.R Muttafaq Alaih, Riwayat Bukhori nomer (6764) dan Muslim nomer (1614)
Ahli Waris.
Cara Perwarisan
Ditinjau dari sudut pandang pembagian, Ahli waris terbagi dua model yaitu : Ashhabul furudh dan Ashobah.
1- Waris dengan fard(furudh) : yaitu jika seorang ahli waris mendapat jatah tertentu, seperti: setengah,
seperempat, seperdelapan, seperenam, sepertiga, duapertiga.. mereka para pemiliknya dinamakan Ashhabul
furudh
2- Waris dengan Ta'shib: yaitu seorang ahli waris yang mendapat jatah yang tidak terbatasi. Dan jika ada
bersama mereka Ashhabul furudh maka mereka akan mengambil sisa dari Ashhabul furudh itu...
para pemilik ta’shib ini dinamakan Ashobah
1. Ashobah yaitu orang yang mendapat bagian tanpa ada ukuran tertentu , mereka ada tiga jenis
Catatan penting:
Ashonah binafsihi ini apa bila ada pewaris bagian atas maka akan menghalangi pewaris dibawahnya
kecuali bunuwah dan ubuwwah
Ashbah binafsihi ini hanya kaum pria kecuali point ke 13
Saudara seibu bukan ashobah binafsihi walaupun ia adalah pria karena hubungannya ke mayit adalah lewat
jalur wanita yaitu ibu
Suami juga bukan ashobah binafsihi karena tidak ada hubungan darah dan ia telah masuk dalam ashabul
furudh
Hajab hirman ini mudahnya untuk memahaminya ia sering terjadi pada konteks urutan derajat pada
Al bunuwah, Al Ubuwah, Al ukhuwah, Al ‘umumah
konulatasi waris silahkan via phone 0853 2657 1234 langsung ke abu riyadl.
pembina bbg ilmu waris indonesia
gratis selamanya
RINGKASAN CARA PEWARISAN 25 AHLI WARIS
Disusun oleh: Abu Riyadl Nurcholis Majid Ahmad, Lc
www.abu-riyadl.blogspot.com
konsultasi permasalahan warisan :
indosat: 0857 2825 1511 / telkomsel : 0853 2657 1234
15 Pewaris laki-laki
No Pewaris Cara Pewarisan Syarat Hajib (penghalang)
01 Putra ابن Ta’shib/ Asobah -
شقيق
06 Saudara satu Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
ayah, لألب األخ memahjubkan 2. Saudara kandung الشقيق
3.saudari kandung (شقيقة
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
4.Kakek (ada khilaf dikala
ulama’)
07 Saudara satu 1/6 ( seper enam) 1.Berjumlah hanya satu 1. Keturunan mayit yang
ibu, لألم األخ orang mewarisi baik itu laki ma
2.Tidak ada yang wanita
memahjubkan
2. Ayah األب dan kakek d
1/3 ( Sepertiga) 1.Berjumlah 2 orang atau
Mereka berbagi lebih keatas
rata dalam jatah 2.Tidak ada yang
ini, baik laki memahjubkan
maupun wanita
tidak dibedakan
08 Putra saudara Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
kandung dan memahjubkan 2.saudari kandung (شقيقة
seterusnya dari
keturunan laki- yang yang dapat ta’shib ka
laki mereka ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
الشقيق األخ ابن anak laki) ashobah ma’a g
3. saudari sebapak (لألب
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
09 Putra saudara Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
satu ayah dan memahjubkan kecuali no. 7
seterusnya dari
keturunan laki- 2.saudari kandung (شقيقة
laki mereka
yang yang dapat ta’shib ka
لألب األخ ابن ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
11 Paman satu ayah Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
dan keatasnya, memahjubkan kecuali nomor 7
لألب عم
2. saudari kandung (شقيقة
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
3. saudari sebapak (لألب
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
12 Putra paman Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
kandung dan memahjubkan kecuali nomor 7
keturunan 2.saudari kandung (شقيقة
mereka yang
yang yang dapat ta’shib ka
laki-laki عم ابن ada bintun (putri mayit) a
شقيق bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
13 Putra paman Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor satu
satu ayah dan memahjubkan 12 kecuali nomor 7
keturunan
mereka yang 2.saudari kandung (شقيقة
laki-laki, ل عم ابن yang yang dapat ta’shib ka
ألب ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
Keterangan:
1.. Hajib adalah orang yg menghalangi warisan pada ahli waris lainnya. Adapun
orang yang terhalang dinamakan mahjub
2.. At Ta’shib yaitu: mereka yang mengambil harta waris dengan sistem
ambil SISA setelah ahli furudh mengambil jatahnya ( pemilik furudhul muqoddaroh),
atau jika tidak ada ahlil furudh maka mereka mengambil seluruh bagian. Kemudian jika
dalam ta’shib ada lelaki dan perempuan maka laki laki diberi jatah dua kali lipat dari
jatah wanita
3.. Furudhul Muqoddaroh Adalah 6 jatah yg disebut kadarnya dalam Alqur’an maupun hadits
nabi,
yaitu: 1/2, 1,4, 1/8, 1/3, 2/3, 1/6
5. Antara bunuwah dan ubuwwah tidak saling memahjubkan, walaupun pada jalur
mereka sendiri terjadi pemahjuban, contoh : anak memahjubkan cucu (padahal mereka
masih dalam satu jalur)
6,. Perlu difahami bahwa daftar pewaris ini dilihat dari sudut pandang si mayit,
misal : Ibu ( )األمia adalah ibunya sang mayit (bukan istrinya mayit)