Anda di halaman 1dari 16

ILMU WARIS (FAROIDH)

MAKALAH RINGKAS ILMU FARAIDH (PEMBAGIAN HARTA PUSAKA)


Materi Makalah dauroh di gedung jalabakti angkatan laut jaksel tanggal 23 pebruari 2013

Oleh : Abu riyadl Nurcholis Majid Ahmad,Lc

MUQODIMAH
Keutamaan ilmu Faraidh
Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang mulia, dan juga termasuk ilmu yang tinggi kedudukannya, oleh
karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan takarannya, Dia terangkan jatah harta
warisan yang didapat oleh setiap ahli waris, dijabarkan dalam beberapa ayat yang jelas, karena harta dan
pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi manusia, harta warisan adalah untuk pria dan wanita,
besar dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk
berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.
Oleh sebab itu Allah-lah yang langsung mengatur sendiri pembagian serta rincianya dalam Kitab-Nya,
meratakannya diantara para ahli waris sesuai dengan keadilan serta maslahat yang Allah ketahui.

- Manusia memiliki dua keadaan: keadaan hidup dan keadaan mati, kebanyakan hukum yang ada dalam ilmu
Faraidh berhubungan dengan mati, maka Faraidh bisa dikatakan setengah dari ilmu yang ada, seluruh orang
pasti butuh kepadanya.
- Pada zaman Jahiliyyah dahulu, mereka hanya membagikan harta untuk orang-orang dewasa tanpa memberi
kepada anak-anak, kepada laki-laki saja tidak kepada wanita, sedangkan pada zaman ini manusia memberikan
jatah kepada para wanita yang bukan hak mereka dari kedudukan, pekerjaan maupun harta, sehingga
bertambahlah kerusakan, sedangkan Islam telah berbuat adil kepada wanita dan memuliakannya, memberikan
hak yang sesuai untuk jatah kodrat mereka.

Di  bawah ini adalah beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjelaskan beberapa
keutamaan dan anjuran untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid:

 Abdullah bin Amr bin Al-Ash –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ilmu itu ada tiga, selain yang tiga hanya bersifat tambahan (sekunder), yaitu ayat-ayat muhakkamah (yang
jelas ketentuannya), sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dilaksanakan, dan ilmu faraid.” (HR Ibnu
Majah)

 Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Pelajarilah
ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orang-orang, karena aku adalah orang yang akan direnggut (wafat),
sedang ilmu itu akan diangkat dan fitnah akan tampak, sehingga dua orang yang bertengkar tentang
pembagian warisan, mereka berdua tidak menemukan seorang pun yang sanggup meleraikan (menyelesaikan
perselisihan pembagian hak waris) mereka.” (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim)

Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Pelajarilah
ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orang lain, karena sesungguhnya, ilmu faraid setengahnya ilmu; ia akan
dilupakan, dan ia ilmu pertama yang akan diangkat dari umatku.” (HR Ibnu Majah dan Ad-Darquthni)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Pelajarilah ilmu faraid, karena ia termasuk bagian dari agamamu dan
setengah dari ilmu. Ilmu ini adalah yang pertama kali akan dicabut dari umatku.” (HR Ibnu Majah, Al-Hakim,
dan Al-Baihaqi)

Catatan : Walaupun hadits-hadits diatas diperselisihkan keshohihannya oleh para ulama’ namun dapat kita
ambil faidah bahwa ilmu ini adalah ilmu yang penting untuk dipelajari karena butuhnya umat dalam
menghadapi permasalahan yang acap menimpa keluarga mereka.

Pandangan salaf tentang ilmu ini


Karena pentingnya ilmu faraid, para ulama sangat memperhatikan ilmu ini, sehingga mereka seringkali
menghabiskan sebagian waktu mereka untuk menelaah, mengajarkan, menuliskan kaidah-kaidah ilmu faraid,
serta mengarang beberapa buku tentang faraid. Mereka melakukan hal ini karena anjuran Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diatas.

Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- telah berkata, “Pelajarilah ilmu faraid, karena ia sesungguhnya
termasuk bagian dari agama kalian.” Kemudian Amirul Mukminin berkata lagi, “Jika kalian berbicara,
bicaralah dengan ilmu faraid, dan jika kalian bermain-main, bermain-mainlah dengan satu lemparan.”
Kemudian Amirul Mukminin berkata kembali, “Pelajarilah ilmu faraid, ilmu nahwu, dan ilmu hadits
sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur`an.”
Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhu- berkomentar tentang ayat Al-Qur`an ini :

ِ ْ‫اَألر‬ ‫فِي‬ ٌ‫فِ ْتنَة‬ ‫تَ ُكن‬ ُ‫تَ ْف َعلُوه‬ َّ‫ِإال‬


‫ َكبِي ٌر‬ ‫ َوفَ َسا ٌد‬ ‫ض‬
 “…Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfaal: 73),
menurut beliau makna ayat di atas adalah jika kita tidak melaksanakan pembagian harta warits sesuai yang
diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar. (Tafsir ibnul jauzi hlm 386 jilid 3)

Abu Musa Al-Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur`an dan tidak
cakap (pandai) di dalam ilmu faraid, adalah seperti mantel yang tidak bertudung kepala.”

Demikianlah, ilmu faraid merupakan pengetahuan dan kajian para shahabat dan orang-orang shalih terdahulu,
sehingga menjadi jelas bahwasanya ilmu faraid termasuk ilmu yang mulia dan perkara-perkara yang penting di
mana sandaran utama ilmu ini ialah dari Al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya.
(at Tahqiqot al Mardhiyyah hlm 14-15)

Beberapa Sebab Tidak Dijalankannya Ilmu dan Hukum Faraidh di Indonesia


1. Jauhnya umat islam dari ilmu sehingga hawa nafsu yang menuntun ubun ubunnya untuk membagi warisan
sesuai keinginannya. Padahal ilmu waris ini tertuang didalam alqur’an, maka hal ini menunnjukkan bahwa
umat suadah jauh dari memahami ajarannya sendiri.
2.  Ilmu ini dianggap membosankan untuk dipejari (karena banyak rumus yang rumit), sehingga membuat
generasi muda sering enggan mempelajarinya. Maka tidak aneh jika kita dapati para pelajar dipesantren
maupun di perkuliyahan meresa ilmu ini menghantui mereka disaat ujian.. walhasil sangat sulit didapatkan
orang yang memahami ilmu ini
3. Pembicaraan mengenai warisan sering  dianggap tabu
Pandangan salah dari sebagian orang
“Orangtua kita sedang baru saja wafat…ini bukan saat yang pantas membicarakan soal harta warisan . . .”
(padahal jika tidak segera diperjelas maka akan terjadi kerunyman dalam warisan ataupun akan terjadi
kedzoliman disana)
“Ia selalu paling semangat mempelajari warisan. . mungkin ia penyebab orangtuanya mati…”
“sudahlah.. tidak perlu repot mencari ulma’ yang memahami ilmu warisan kita.. mari kita bagi sesuai
keridhoan kita saja..” ( padahal pembagian waris bukan persoalan rela atau tidak rela, tapi pembagian ini
ada  ketentuannya dari syariah Islam)
4. Masih mengutamakan adat yang berlaku di masyarakat dari pada aturan syariat Islam
Dalam pelaksanaannya, pembagian harta warisan masih kental dengan pengaruh adat-istiadat yang berlaku di
daerah masing-masing. Sebagai contoh, untuk kasus diIndonesia, yang terdiri dari ratusan suku dengan
budayanya masing-masing, terdapat banyak sekali perbedaan dalam hal warisan. Sebagian ada yang
menggunakan garis bapak saja (patrilineal) sehingga hanya membagi warisan kepada pihak laki-laki, sementara
sebagian yang lain menggunakan garis ibu saja (matrilineal) sehingga yang mendapat bagian hanya dari pihak
perempuan; sebagian hanya memberikan kepada anak tertua, sementara sebagian yang lain hanya
memberikan kepada anak termuda; sebagian lagi membagikan warisan secara sama rata.
5. Tamak
Ketamakan pada harta mendorong manusia untuk berusaha mendapatkannya dengan sekuat tenaga meskipun
kadangkala membuat mereka melakukan perbuatan yang melanggar aturan syariat. Sebagian ahli waris karena
ada yang telah mengetahui bagiannya dari harta warisan jika dibagi menurut hukum faraidh Islam menjadi
sedikit atau tidak mendapat bagian sama sekali, berusaha untuk tidak menjalankan pembagian menurut
hukum waris Islam.
Sebagai gantinya, mereka melakukan pembagian warisan menurut cara mereka sendiri agar mereka mendapat
bagian, atau bagian mereka menjadi lebih banyak.
6. ungkapan: Yang penting asal sama sama rela dan ridho
Kebanyakan orang Islam tidak mau membagi warisan menurut syariat Islam karena mereka tidak mau repot
atau susah bertanya kepada orang yang mengetahuinya. Mereka menganggap hukum waris Islam rumit kalau
diterapkan sehingga mereka menggunakan cara pembagian yang mudah, mislnya dengan musyawarah
keluarga; yang penting, harta warisan dibagikan kepada orang-orang yang menjadi ahli waris.
7. Merasa hukum waris Islam tidak adil bagi wanita dan melanggar HAM
Sebagian kalangan menganggap bahwa hukum waris Islam tidak layak diterapkan karena merasa hukum ini
tidak adil. Salah satu hal yang melandasi anggapan ini adalah masalah gender, misalnya mereka tidak puas
karena bagian anak perempuan hanya setengah dari bagian anak laki-laki. Anggapan dan tuduhan ini muncul
karena adanya pemahaman yang salah terhadap hukum waris Islam, dan ini banyak dilontarkan oleh kalangan
yang benci dengan syariat Islam, baik dari kalangan orientalis maupun orang-orang munafik. Sehingga mereka
mengadakan penelitian menurut akal mereka sendiri untuk menentang ayat Al Qur’an
8. hukum KHI (kompilasi hukum islam)
Apabila hukum sudah merupkan adopsi antara hukum islam dan hukum non islam maka akan terjadi
ketimpangan dan ketidak adilan disana sini,salah satu contoh yang mudah adalah masalah gono gini dalam
harta warisan.
9. Tidak adanya badan hukum negara yang mengatur secara paksa masalah warisan secara hukum islam,
sehingga masyarakat menjadikannya ajang adu pengaruh dalam keluarga untuk mendapat warisan yang
diinginkan, semoga hal ini bisa diatasi dengan ilmu yang dipelajari oleh umat islam, sehingga masyarakat akan
sadar masalah hukum Allah Ta’ala untuk direalisisaikan dalam kehidupan mereka
10. Umat islam masih rancau dalam memaknai arti hibah, washiyat dan waarisan sehingga semakin
memperrunyam keadaan.
Obat ini semua adalah ilmu

Definisi  Ilmu Faraidh

Faraidh adalah bentuk jamak dari al-faridhah yang secara bahasa bermakna sesuatu yang diwajibkan

Secara istilah adalah : Ilmu yang mempelajari siapa saja dari ahli waris yang berhak mendapat warisan dan
siapa saja yang tidak berhak, serta jumlah  ukuran untuk setiap ahli waris. (syarhul kabir Addardiry hlm 406 jilid
4)

Faridhah atau fudrudh : adalah jatah tertentu sesuai syari'at bagi setiap ahli waris, seperti : setengah,
seperempat, seperdelapan, seperenam, sepertiga, duapertiga. Atau disebut juga Furudhul muqoddarah(jatah
yang ditentukan)

Ahli furudh: adalah pewaris yang menjadi pemilik jatah jatah ini

Yang Harus diselesaikan Sebelum Warisan dibagikan
Ada 5hal yang harus dilaksanakan secara berurutan jika semua itu ada, sebagaimana dibawah ini :
1- Dikeluarkan dari harta waris untuk penyelesaian kebutuhan mayit, seperti kain kafan dan lainnya.
2- kemudian hak-hak yang berhubungan dengan barang yang ditinggalkan, seperti hutang dengan sebuah
jaminan barang atau anggunan dan semisalnya.
3- Kemudian pelunasan hutang, baik itu yang berhubungan dengan Allah seperti zakat, kafarat dan semisalnya,
ataupun yang berhubungan dengan manusia tanpa anggunan.
4- Kemudian pelaksanakan wasiat.
5- kemudian pembagian warisan
Jika pada waktu pembagian waris ada kerabat mayit yang tidak mendapat waris namun dia hadir, ada juga
anak-anak yatim, ataupun orang miskin, hendaklah mereka diberi dari harta peninggalan sebelum
dibagi sebagaimana ayat berikut:

[ ‫معروفا‬ ‫قوال‬ ‫هلم‬ ‫وقولوا‬ ‫منه‬ ‫فارزقوهم‬ ‫واملساكني‬ ‫واليتامى‬ ‫القرىب‬ ‫أولوا‬ ‫القسمة‬ ‫حضر‬ ‫وإذا‬ ]
"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari
harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik". (An-Nisaa: 8)

Rukun perwarisan ada tiga :
1- Al-Muwarrits, yaitu mayit.
2- Al-Warits, yaitu dia yang masih hidup setelah meninggalnya  Mayit (Al-Muwarrits).
3- Alhaqqul Mauruts, yaitu harta peninggalan yang masih tersisa untuk dibagi

Penyebab seseorang mendapat warisan adalah salah satu tiga faktor berikut :


1- Nikah dengan akad yang sah secara islam , dengan akad nikah maka apabila salahsatu pasutri wafat niscaya
pasangannya akan mendapat warisan darinya.
2- Nasab (keturunan), yaitu kerabat dari arah atas seperti kedua orang tua, dari keturunan seperti
anak, dari arah samping seperti saudara, paman serta anak-anak mereka.
3- al wala’ , yaitu ashobah yang disebabkan kebaikan seseorang terhadap budaknya dengan menjadikannya
merdeka, maka dia berhak untuk mendapatkan waris jika tidak ada ashobah dari keturunannya atau tidak ada
ashab furudh yang menghabiskan jatah waris.

Sifat pewaris  yang menghalangi dirinya untuk mendapat warisan ada tiga :


1- Perbudakan : Seorang budak tidak bisa mewarisi dan tidak pula mendapat waris, karena dia milik tuannya.
2- Membunuh tanpa dasar : Pembunuh tidak berhak untuk mendapat waris dari orang yang
dibunuhnya walaupun ia adalah ortunya.
3- Perbedaan agama : seorang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafirpun tidak mewarisi Muslim.
Dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

" ‫عليه‬ ‫متفق‬ " ‫املسلم‬ ‫الكافر‬ ‫وال‬ ‫الكافر‬ ‫املسلم‬ ‫يرث‬ ‫ال‬
"Orang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafirpun tidak mewarisi orang Muslim" Muttafaq alaihi
H.R Muttafaq Alaih, Riwayat Bukhori nomer (6764) dan Muslim nomer (1614)

Hukum Perwarisan istri yang telah dicerai


  Seorang istri yang di ceraikan dengan talak ruju'(talak 1 dan talak ke 2) maka tidak ada perwarisan diantara
keduanya selama wanita ini  masih dalam iddahnya.
  Seorang istri yang di cerai dengan talak ba’in(talak 3), apabila suaminya sewaktu menceraikannya dalam
keadaan sehat maka tidak ada perwarisan diantara keduanya
  Jika seorang suami dalam keadaan sakit parah dan tiada dugaan bahwa dia menceraikan istrinya  dengan cerai
bain karena  tujuan agar istrinya tidak mendapat waris maka si istri ini tidak berhak atas warisan
  Apabila  diperkirakan disaat dia menceraikannya dengan cerai ba’in yang tujuannya agar istri tidak mendapat
waris maka sesungguhnya dia berhak untuk mendapatkan warisannya

Ringkasan Cara Pembagian Harta Warisan

Ahli Waris.

Ahli waris ada dua jenis yaitu lelaki dan perempuan . kesemuanya berjumlah 25 pewaris


A.      Ahli Waris dari kalangan lelaki terdiri dari 15 orang yaitu:.
1.      Anak laki-laki
2.      Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki.
3.      Ayah
4.      Kakek sampai keatas garis ayah
5.      Saudara laki-laki kandung
6.      Saudara laki-laki seayah
7.      Saudara laki-laki seibu
8.      Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah.
9.      Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah.
10.  Paman kandung
11.  Paman seayah
12.  Anak paman kandung sampai kebawah.
13.  Anak paman seayah  sampai kebawah.
14.  Suami
15.  Laki-laki yang memerdekakan

B.      Ahli Waris wanita terdiri dari 10 orang:


1.      Anak perempuan
2.      Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki.
3.      Ibu
4.      Nenek sampai keatas dari garis ibu yang tidak terputus jalur laki
5.      Nenek sampai keatas dari garis ayah yang tidak terputus jalur perempuan
6.      Saudara perempuan kandung
7.      Saudara perempuan seayah
8.      Yang Saudara perempuan seibu.
9.      Isteri
10.  Wanita yang memerdekakan

Cara Perwarisan

Ditinjau dari sudut pandang  pembagian, Ahli waris terbagi dua model yaitu : Ashhabul furudh dan Ashobah.
1- Waris dengan fard(furudh) : yaitu jika seorang ahli waris mendapat jatah tertentu, seperti: setengah,
seperempat, seperdelapan, seperenam, sepertiga, duapertiga.. mereka para pemiliknya dinamakan Ashhabul
furudh
2- Waris dengan Ta'shib: yaitu seorang ahli waris yang mendapat jatah yang tidak terbatasi. Dan jika ada
bersama mereka Ashhabul furudh maka mereka akan mengambil sisa dari Ashhabul furudh itu...
para pemilik ta’shib ini dinamakan Ashobah

1.            Ashabul furudh  yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari


1. bagian ½ harta.
1)       Anak perempuan kalau sendiri
2)       Cucu perempuan kalau sendiri
3)       Saudara perempuan kandung kalau sendiri
4)       Saudara perempuan seayah kalau sendiri
5)       Suami
2.         Yang mendapat bagian ¼ harta
1)       Suami dengan anak atau cucu 
2)      Isteri  atau beberapa kalau tidak ada anak atau cucu

3.            Yang mendapat 1/8 


Isteri atau beberapa isteri ketika  anak atau cucu yang termasuk ahli waris

4.            Yang mendapat 2/3 


1)      Dua atau lebih pada jumlah anak perempuan jika tidak ada anak mayit yang laki laki
2)      Dua atau lebih cucu perempuan dari garis anak laki-laki jika tidak ada cucu mayit yang laki laki dari keturunan
anak laki
3)      Dua atau labih saudara perempuan kandung jika tidak ada saudara kandung
4)      Dua atau lebih saudara perempuan seayah jika tidak ada saudara seayah
5.            Yang  mendapat 1/3
1)      Ibu jika tidak ada anak, cucu dari grs anak laki-laki, dua atau lebih saudara kandung atau baik seayah atau
seibu.
2)      Dua atau lebih saudara seibu baik laki-laki atau perempuan jiak tidak ada ayah atau kakek atau anaknya mayit
6.            Yang mendapat 1/6
1)      Ibu  bersama anak lk, cucu lk atau dua atau lebih saudara perempuan kandung atau perempuan seibu.
2)      Nenek garis ibu jika tidak ada ibu
3)      Nenek  garis ayah jika tidak ada  ibu
4)      Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki bersama satu anak perempuan kandung yang dapat
setengah
5)      Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara perempuan kandung.
6)      Ayah ketika ada anak laki si mayit atau cucu lk
7)      Kakek jika tidak ada ayah
8)      Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan.

1.      Ashobah  yaitu orang yang mendapat bagian tanpa ada ukuran  tertentu , mereka ada tiga jenis

a.      ashobah binafsihi diurutkan sesuai angka dibawah ini:


1)      Anak laki-laki
2)      Cucu laki-laki dari anak laki-laki  terus kebawah
3)      Ayah
4)      Kakek dari garis ayah keatas
5)      Saudara laki-laki kandung
6)      Saudara laki-laki seayah
7)      Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah
8)      Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah
9)       Paman kandung
10)  Paman  seayah
11)  Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah
12)  Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah
13)  Laki-laki atau perempuan yang memerdekakan yang meninggal
                             
Asobahtersebut diatas merupakan penjabaran dari
1.      Al bunuwah: keturunan
2.      Al ubuwah: ayah danleluhur
3.      Al ukhuwah: saudara dan anak saudara
4.      Al ‘umumah: paman dari ayah(hanya saudara ayah atau saudara kakek dari jalur ayah dan juga anak paman
laki atau kebawah dari jalur laki laki
5.      Al wala’: yang memerdekakan budak (baik si majikan ini laki atau wanita))

Catatan penting:
         Ashonah binafsihi ini apa bila ada pewaris bagian atas  maka akan menghalangi pewaris dibawahnya
kecuali bunuwah dan ubuwwah
         Ashbah binafsihi ini hanya kaum pria kecuali point ke 13
         Saudara seibu bukan ashobah binafsihi walaupun ia adalah pria karena hubungannya ke mayit adalah lewat
jalur wanita yaitu ibu
         Suami juga bukan ashobah binafsihi karena tidak ada hubungan darah dan ia telah masuk dalam ashabul
furudh

b.      Ashobah dengan saudaranya (ashobah bi ghoirihi)


1)      Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki.
2)      Cucu perempuan bersama cucu laki-laki
3)      Saudara perempkuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah.
4)      Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah.
c.       Ashobah ma’a ghoir : yaitu saudari kandung atau sebapak mendapat ashobah tanpambersama saudara
kandungnya atau saudara seayah dengan syarat  keturunan mayit hanya perempuan baik itu putri atau
putrinya putra
1)      Saudara perempuan kandung  mendapat Ta’shib ketika ada disitu seoarang putrinya mayit  atau lebih
atau bersama cucu perempuan satu orang atau lebih dari jalur anak laki. Hal ini berlaku dengan syarat  jika
tidak ada putra maupun putranya putra
2)      Saudara perempuan seayah mendapat Ta’shib ketika ada disitu seoarang putrinya mayit  atau lebih
atau bersama cucu perempuan satu orang atau lebih dari jalur anak laki. Hal ini berlaku dengan syarat  jika
tidak ada putra maupun putranya putra

Macam-Macam Al-Hajb (penghalang warisan)


- Al-Hajb terbagi menjadi dua bagian:
1- Al-Hajb bilwasf (terhalang karena sifatnya): yaitu seorang ahli waris yang disifati sebagai salah satu yang
terlarang dari bagian waris, dia adalah: perbudakan, pembunuhan atau perbedaan agama, hal ini mencakup
seluruh ahli waris, siapa yang saja yang memiliki salah satu dari sifat tersebut, maka dia tidak mewarisi dan
keberadaannya seperti tidak ada.
2- Al-Hajb bissyahsi(terhalang oleh pewaris lainnya): - yang dimaksud disini- yaitu jika sebagian dari ahli waris
terhalangi oleh ahli waris lainnya, penghalang ini terbagi menjadi dua model:
Hajb Nuqson (hanya terkurangi): perpindahan jatah yang banyak menjadi jatah yang sedikit karena adanya
seseorang pewaris lain di keluarga.
Hajb Hirman(terhalang secara total): terhalangnya warisan secara total karena keberadaan seoarang pewaris
yang lebih kuat darinya secara hukum waris, adapun  keberadaan mereka walaupun dalam posisi tidak
mendapat warisan namun  mereka tetap bisa mempengaruhi warisan pada pewaris lainnya. ((pendapat
sebagian ulama’)

Hajab hirman ini mudahnya untuk memahaminya ia sering terjadi pada konteks urutan derajat pada
Al bunuwah, Al Ubuwah, Al ukhuwah, Al ‘umumah

Untuk lebih jelasnya silahkan melihat tabel waris berikut

konulatasi waris silahkan via phone 0853 2657 1234 langsung ke abu riyadl.
pembina bbg ilmu waris indonesia

gratis selamanya

 
RINGKASAN CARA PEWARISAN 25 AHLI WARIS
Disusun oleh: Abu Riyadl Nurcholis Majid Ahmad, Lc
www.abu-riyadl.blogspot.com 
konsultasi permasalahan warisan :
indosat: 0857 2825 1511 / telkomsel : 0853 2657 1234
15 Pewaris laki-laki
No Pewaris Cara Pewarisan Syarat Hajib  (penghalang)
01 Putra  ‫ابن‬ Ta’shib/ Asobah -

02 Putranya  Putra Ta’shib/ Asobah - Putra  ‫ابن‬


(cucu) dan
kebawah
seterusnya dari
keturunan laki-
laki,  ‫االبن‬ ‫ابن‬
03 Ayah   ‫األب‬ Ta’shib/ Asobah Tidak Ada Keturunan -
Mayit  baik laki maupun
perempuan
1/6 ( seper enam) Ada Keturunan Mayit
yang  laki-laki dengan jalur
laki-laki
1/6 + Ta’shib Keturunan Mayit  yg
mewarisi hanya
perempuan
04 Kakek dari orang Ta’shib/ Asobah 1. Tidak Ada Keturunan Ayah   ‫األب‬
tua laki-laki ‫اجلد‬ Mayit  baik laki maupun
perempuan
2.Tidak ada Ayah
1/6 ( seper enam) Ada Keturunan Mayit
yang  laki-laki dengan jalur
laki-laki
1/6 + Ta’shib Keturunan Mayit  yg
mewarisi hanya
perempuan
05 Saudara kandung Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
(dari sebapak memahjubkan 3. 2.Kakek (tetapi ada khil
dan seibu), ‫ال‬ ‫األخ‬ dikalangan ulama’)

‫شقيق‬
06 Saudara satu Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
ayah, ‫لألب‬ ‫األخ‬ memahjubkan 2. Saudara kandung ‫الشقيق‬
3.saudari kandung (‫شقيقة‬ 
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
4.Kakek (ada khilaf dikala
ulama’)

07 Saudara satu 1/6 ( seper enam) 1.Berjumlah hanya satu 1. Keturunan mayit yang
ibu, ‫لألم‬ ‫األخ‬ orang mewarisi baik  itu laki ma
2.Tidak ada yang wanita
memahjubkan
2. Ayah   ‫األب‬ dan kakek d
1/3 ( Sepertiga) 1.Berjumlah 2 orang atau
Mereka berbagi lebih keatas
rata dalam jatah 2.Tidak ada yang
ini, baik laki memahjubkan
maupun wanita
tidak dibedakan
08 Putra saudara Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
kandung dan memahjubkan 2.saudari kandung (‫شقيقة‬ 
seterusnya dari
keturunan laki- yang yang dapat ta’shib ka
laki mereka ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
 ‫الشقيق‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ anak laki) ashobah ma’a g
3. saudari sebapak (‫لألب‬  
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
09 Putra saudara Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
satu ayah dan memahjubkan kecuali no. 7
seterusnya dari
keturunan laki- 2.saudari kandung (‫شقيقة‬ 
laki mereka
yang yang dapat ta’shib ka
‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

3. saudari sebapak (‫لألب‬  


yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
10 Paman kandung, Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
 ‫شقيق‬ ‫عم‬ memahjubkan kecuali nomor 7

2.saudari kandung (‫شقيقة‬ 


yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

3. saudari sebapak (‫لألب‬  


yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

11 Paman satu ayah Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
dan keatasnya, memahjubkan kecuali nomor 7
‫لألب‬ ‫عم‬
2. saudari kandung (‫شقيقة‬ 
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g
3.  saudari sebapak (‫لألب‬ 
yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

12 Putra paman Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor 1 s/
kandung dan memahjubkan kecuali nomor 7
keturunan 2.saudari kandung (‫شقيقة‬ 
mereka yang
yang yang dapat ta’shib ka
laki-laki     ‫عم‬ ‫ابن‬ ada bintun (putri mayit) a
‫شقيق‬ bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

13 Putra paman Ta’shib/ Asobah Tidak ada yang 1.Pewaris dari nomor satu
satu ayah dan memahjubkan 12 kecuali nomor 7
keturunan
mereka yang 2.saudari kandung (‫شقيقة‬ 
laki-laki,  ‫ل‬ ‫عم‬ ‫ابن‬ yang yang dapat ta’shib ka
‫ألب‬ ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

3.  saudari sebapak (‫لألب‬ 


yang yang dapat ta’shib ka
ada bintun (putri mayit) a
bintu ibn (Cucu perempua
anak laki) ashobah ma’a g

14 Suami  ‫الزوج‬ 1/2  (setengah Mayit Tidak memiliki -


keturunan(anak kebawah)
yang ada hak mewarisi
hartanya baik laki maupun
wanita
1/4   (seperempat Mayit memiliki
) keturunan(anak kebawah)
yang ada hak mewarisi
hartanya baik laki maupun
wanita

15 Orang yang At Ta’shib Tidak ada yang Seluruh pewaris ketika ad


memerdekakan memahjubkan mendapat TA’SHIB
Mayit.  ‫املعتق‬

10 Pewaris dari perempuan


No Pewaris Cara Pewarisan Syarat Hajib
01 Putri ‫بنت‬ ½ ( setengah) 1.Tidak ada Muashib( saudara lelaki -
si putri tersebut ‫)اإلبن‬
2.tidak ada Musyaarik ( bintun hanya
berjumlah 1 orang)
2/3 ( dua pertiga ) 1.Tidak ada Muashib( saudara lelaki -
Mereka berbagi si putri tersebut  ‫)اإلبن‬
dalam jatah ini
2. ada Musyaarik (bintun berjumlah 2
orang atau lebih)
At Ta’shib Jika ada saudaranya laki-laki si putri
( ‫)اإلبن‬

02 Putri dari anak 1/2   ( setengah) 1.Tidak ada Muashib ( ‫اإلبن‬ ‫ابن‬ ) 1.Putra yan


laki (cucu) dan lebih tingg
keturunannya dgn 2.Tidak ada Musyaarik ( binti ibn kedudukan
jalur laki-laki hanya berjumlah 1 orang) 2. Putri yan
 ‫إبن‬ ‫بنت‬ 3. Tidak ada Putri (‫)بنت‬ berjumlah
lebih yang
2/3 ( dua pertiga ) 1. Tidak ada Muashib ( ‫اإلبن‬ ‫ابن‬ ) mendapat
2. Ada Musyaarik (bintu Akan tetap
ibn berjumlah 2 orang atau lebih ) no.2 ini tid
berlaku
3. Tidak ada Putri (‫)بنت‬
jika  Putri d
1/6 ( seperenam) 1.Tidak ada Muashib ( ‫اإلبن‬ ‫ابن‬ ) anak laki
Takmilatan mendpat T
litsulutsain 2.Jika ada putri (‫ )بنت‬yang bersama
mendapatkan ½  dan ini dinamakan putranya p
takmilatan litsulutsain.
At Ta’shib Jika ada saudaranya laki-lakinya atau
anak pamannya laki2 ( ‫اإلبن‬ ‫)ابن‬
03 Ibu ( ‫)األم‬ 1/3 1.Mayit tidak memiliki keturunan yg -
mewarisi dan  Mayit tidak memiliki
saudara/i
(sekandung/seayah/seibu) berjumla
h 2 atau lebih
2. bukan termasuk masalah
ghorowiyatain/umariyatain
1/6 1.Mayit memiliki keturunan yg
mewarisi ATAU Mayit  memiliki
saudara/i yg berjumlah 2 atau lebih
2. bukan termasuk masalah
ghorowiyatain/umariyatain
1/3 dari sisa yang pewaris mayit yg dapat hak warisan
telah diambil oleh hanya salah satu bentuk berikut:
suami atau istri si 1.       Istri, ibu dan bapak
mayit 2.       Suami, ibu, dan bapak
Namanya : Maka Jika ada kasus yg bentuknya
Umariyatain atau salah satu tersebut diatas maka ibu
ghorowiyatain tidak mendapat 1/3 dari harta
keseluruhan tapi dapat 1/3 dari sisa
yang telah diambil menantu dan
sisanya lagi untuk bapak

04 da Nenek ( ‫)جدة‬ 1/6 Tidak ada ibu Ibu


n Untuk dibagi rata
05 dari pihak ayah jika semua nenek
maupun ibu ada

06 saudari kandung 1/2 1.Tidak ada Musyaarik (ukhtun 1. Putra (‫ن‬


dari sebapak dan syaqiqoh hanya berjumlah 1 orang)
seibu dan keturu
2.Tidak ada Muashib (‫الشقيق‬ ‫)األخ‬ laki lakiny
 ‫شقيقة‬ ‫أخت‬ 3 Tidak ada kakek 2. Ayah ( ‫ب‬
4. tidak ada yang memahjubkan
2/3  untuk dibagi 1.Ada Musyaarik (ukhtun 3.Kakek
rata saudari saudari syaqiqoh berjumlah 2 orang atau (tetapi ada
ini lebih) dikalangan
ulama’)
2.Tidak ada Muashib (‫الشقيق‬ ‫)األخ‬
3 Tidak ada kakek
4. tidak ada yang memahjubkan
At Ta’shib 1. Dengan Akh syaqiq (‫الشقيق‬ ‫)األخ‬
2. Dengan satu putri (‫ )بنت‬atau lebih
atau juga dengan Putri dari anak laki
(cucu) dan keturunannya dgn jalur
laki-laki ‫إبن‬ ‫بنت‬ , maka hal ini
dinamakan ashobah ma’a ghoir.

Jika ada Akh syaqiq maka


ashobahnya dengan Akh syaqiq ini,
maka untuk laki-laki 2x lipat wanita

3. tidak ada yang memahjubkan

07 saudari 1/2 1.Tidak ada Musyaarik (ukhtun lil 1. Putra (‫ن‬


satu ayah ‫ألب‬ ‫أخت‬  Ab hanya berjumlah 1 orang)
dan keturu
2.Tidak ada Muashib (‫لألب‬ ‫األخ‬ ) laki-lakiny
3 Tidak ada kakek 2. Ayah ( ‫ب‬
4. Tidak ada ukhtun syaqiqoh
5.Tidak ada yang memahjubkan 3. Saudara
kandung (‫ش‬
2/3 1.Ada Musyaarik (ukhtun lil
untuk dibagi rata Ab berjumlah 2 orang atau lebih) ‫)قيق‬
kepada saudari 2.Tidak ada Muashib (‫لألب‬ ‫األخ‬ ) 4. saudari
saudari ini kandung (‫ش‬
3 Tidak ada kakek
4. Tidak ada ukhtun syaqiqoh ‫ )قيقة‬yang
5. tidak ada yang memahjubkan
berjumlah
1/6 1.Ada ukhtun syaqiqoh yang lebih
berjumlah satu mendapt ½ Akan tetap
no.4 ini tid
2.Tidak ada Muashib (‫لألب‬ ‫األخ‬ ) berlaku
At Ta’shib jika  sauda
1.Dengan Akh Li Ab(‫لألب‬ ‫األخ‬ )
seayah
2. Dengan satu putri (‫ )بنت‬atau lebih mendapat
Ta’shib kar
atau juga dengan Putri dari anak laki bersamany
(cucu) dan keturunannya dgn jalur saudara se
laki-laki ‫إبن‬ ‫بنت‬ , maka hal ini
dinamakan ashobah ma’a ghoir. 5. saudari
Akan tetapi jika ada akh liab maka kandung (‫ش‬
ukhutun liab berashobah dg akh liab
ini. maka untuk laki-laki 2x lipat ‫ )قيقة‬yang y
wanita dapat ta’sh
karena ada
3.Tidak ada yang memahjubkan bintun (pu
mayit) atau
ibn (Cucu
perempuan
anak laki)
ashobah m
ghoir.
6.Kakek
(tetapi ada
08 saudari satu 1/6 ( seper enam) 1.Berjumlah hanya satu orang 1. Keturun
ibu ‫ألم‬ ‫أخت‬ mayit yang
2.Tidak ada yang memahjubkan mewarisi b
dari laki at
1/3 ( Sepertiga) 1.Berjumlah 2 orang atau lebih wanita
Mereka berbagi rata 2.Tidak ada yang memahjubkan 2. Ayah   ‫ب‬
dalam jatah ini, baik
laki maupun wanita n kakek da
khusus saudara keatas
seibu tidak
dibedakan
09 istri ‫الزوجة‬ 1/4   ( seperempat) Mayit Tidak memiliki -
untuk dibagi keturunan(anak kebawah) yang ada
rata kepada mereka hak mewarisi hartanya baik laki
jika ada dua atau maupun wanita
lebih
1/8   (seperdelapan Mayit memiliki keturunan(anak -
) kebawah) yang ada hak mewarisi
untuk dibagi hartanya baik laki maupun wanita
rata kepada mereka
jika ada dua atau
lebih
10 Wanita yang At Ta’shib Tidak ada yang memahjubkan Seluruh pe
memerdekakan ketika ada
Mayit  ‫معتقة‬ mendapat
TA’SHIB

Keterangan:
1.. Hajib adalah orang yg menghalangi warisan pada ahli waris lainnya. Adapun
orang  yang terhalang dinamakan mahjub

2.. At Ta’shib yaitu: mereka yang  mengambil harta waris dengan sistem
ambil SISA setelah ahli furudh mengambil jatahnya ( pemilik furudhul muqoddaroh),
atau jika tidak ada ahlil furudh maka mereka mengambil seluruh bagian. Kemudian jika
dalam ta’shib ada lelaki dan perempuan maka laki laki diberi jatah dua kali lipat dari
jatah wanita

3.. Furudhul Muqoddaroh Adalah 6 jatah yg disebut kadarnya dalam Alqur’an maupun hadits
nabi,
     yaitu: 1/2, 1,4, 1/8, 1/3, 2/3,  1/6

4. qaidah umum hajb bisyakhsi (penghalang pewarisan karena seorang ashobah)


adalah:
asobah atau Ta;shib yang memiliki jalur lebih kuat akan menghalangi jalur dibawahnya
urutannya adalah sebagai berikut :
A. Bunuwwah            : jalur anak kebawah
B. Ubuwwah               : jalur bapak keatas
C. Ukhuwah                : jalur saudara dan anak saudara laki dari laki
D. Umumah                : Jalur Paman(saudara bapak) dan anak lakinya kebawah
E. MU’TIQ /Al Wala’  : jalur pembebas budak
Akan tetapi disana masih ada beberapa penghalang warisan lainnya pada permasalah
permasalahan tertentu.

5. Antara bunuwah dan ubuwwah tidak saling memahjubkan, walaupun pada jalur
mereka sendiri terjadi pemahjuban, contoh : anak memahjubkan cucu (padahal mereka
masih dalam satu jalur)

6,. Perlu difahami bahwa daftar pewaris ini dilihat dari sudut pandang si mayit,
misal : Ibu ( ‫ )األم‬ia adalah ibunya sang mayit (bukan istrinya mayit)

Anda mungkin juga menyukai