Anda di halaman 1dari 106

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN

KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TEORI KONSTRUKTIVISME


DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pedagogi

Disusun Oleh:

BERLINDA GALUH PRAMUDYA WARDANI


NIM: 201920240211032

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022

i
ii
TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:

BERLINDA GALUH PRAMUDYA WARDANI


201920240211032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada hari/tanggal, Senin/ 17 Januari 2022
dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan
memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Nurul Zuriah, M.Si

Sekretaris : Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd

Penguji I : Ria Arista Asih, Ph.D

Penguji II : Dr. Agus Tinus, M.Pd

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan pada kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF
TEORI KONSTRUKTIVISME DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG”.
Tesis ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan Tugas Akhir
dalam memperoleh derajat Gelar S-2 pada Program Studi Magister Pedagogi,
Direktorat Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Malang. Tentunya,
dalam penyusunan Tesis ini, banyak hambatan yang penulis hadapi. Penulis juga
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunannya, adalah berkat bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak yang memotivasi penulis dalam menyelesaikannya,
sehingga kendala-kendala yang dihadapi penulis dapat teratasi, dan beberapa ucapan
terima kasih ingin penulis ucapkan kepada yang terhormat:
1. Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan kesempatan untuk menempuh perkuliahandi Universitas
Muhammadiyah Malang dengan berbagai fasilitas yang disediakan.
2. Prof. Akhsanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Dr. Agus Tinus, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pedagogi yang
telah memberikan segala fasilitas yang menunjang serta mempermudah dalam
pengerjaan Tesis ini.
4. Dr. Nurul Zuriah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, kesediaan, kesabaran, dan keluangan waktunya
dalam membimbing sampai akhir.
5. Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, kesediaan, kesabaran, dan keluangan
waktunya dalam membimbing sampai akhir.
6. Dosen Program Studi Magister Pedagogi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Dr. Rahmad Wijaya, S.E., M.M., selaku Kepala Biro Administrasi Akademik
dan Pengembangan AIK Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh data yang diperlukan
untuk menyelesaikan Tesis.
8. Dr. Ir. Aris Winaya, M.M. M.Si. IPU., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan
Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan
kemudahan penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk
menyelesaikan Tesis.

v
9. Sri Winarsih, S.TP., M.P., selaku Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP),
yang telah memberikan kemudahan penulis dalam memperoleh data yang
diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.
10. Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP), yang telah memudahkan dan
membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk
menyelesaikan Tesis.
11. Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (TP), yang telah meluangkan
waktu dan membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk
menyelesaikan Tesis.
Tak lupa, penulis juga sangat memahami bahwa dalam penyusunan Tesis ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca untuk membantu dalam menyempurnakan Tesis ini.

Malang, 5 November 2021

Berlinda Galuh Pramudya Wardani

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
SUSUNAN DEWAN PENGUJI ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
ABSTRACT ......................................................................................................... xii
A. PENDAHULUAN ........................................................................................... 13
B. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 16
1. Implementasi Kebijakan ........................................................................... 16
2. Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka ................................. 17
3. Perspektif Teori Belajar ............................................................................ 22
4. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam
Perspektif Teori Konstruktivisme ............................................................. 24
C. METODE PENELITIAN .............................................................................. 26
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................... 26
2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 26
3. Subyek Penelitian ..................................................................................... 26
4. Sumber Data ............................................................................................. 27
5. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 27
6. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28
7. Uji Keabsahan Data .................................................................................. 30
D. HASIL PENELITIAN ................................................................................... 31
E. PEMBAHASAN ............................................................................................. 40
F. KESIMPULAN ............................................................................................... 43
RUJUKAN ........................................................................................................... 45

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Wawancara ................................................................................... 47


Tabel 2. Tabel Observasi...................................................................................... 94
Tabel 3. Tabel Dokumentasi RPS Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan
..................................................................................................................... 95

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Wawancara Dengan Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan


(FPP) ....................................................................................................... 98
Gambar 2. Wawancara Dengan Ketua Program Studi Teknologi Pangan
(TP) ......................................................................................................... 98
Gambar 3. Wawancara Dengan Dosen Program Studi Teknologi Pangan
(TP) ......................................................................................................... 99

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Putusan Rektor ...................................................................... 100


Lampiran 2. Surat Penelitian ............................................................................... 101
Lampiran 3. RPS Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional ............. 103

x
ABSTRAK

Wardani, Berlinda Galuh Pramudya. 2022. Tesis. Magister Pedagogi.


Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing (I) Dr. Nurul Zuriah, M.Si.
Pembimbing (II) Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd. Implementasi Kebijakan
Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis (1)


implementasi hak belajar mahasiswa, (2) kendala yang dihadapi dari implementasi
hak belajar mahasiswa, dan (3) solusi terhadap kendala yang dihadapi dari
implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka
belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang. Teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi hak belajar
mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak
awal diberlakukan kebijakannya. (2) Terdapat beberapa kendala yang dihadapi
tersebut meliputi: a) proses adaptasi kurikulum KKNI dengan program MBKM akan
berdampak pada mahasiswa dan dosen; b) evaluasi belum seluruhnya selesai; c)
kendala teknis dalam pelaksanaan program MBKM; dan d) program magang masih
mengalami banyak kendala karena mekanisme kolaborasi dengan pihak luar. (3)
Solusi terhadap kendala yang terjadi dilapangan adalah: a) monitoring dan evaluasi
untuk menentukan berhasil tidaknya program MBKM dilaksanakan di UMM; dan b)
peningkatan yang merupakan tahapan ketika standar tercapai kemudian yang diawali
dengan kebijakan ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan.

Kata Kunci: Kebijakan, MBKM, Teori Konstruktivisme.

xi
ABSTRACT

Wardani, Berlinda Galuh Pramudya. 2022. Thesis. Master in Pedagogy.


University of Muhammadiyah Malang. Supervisor (I) Dr. Nurul Zuriah, M.Si.
Supervisor (II) Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd. Implementation of Independent
Learning Curriculum Policy and Independent Campus in Constructivism Theory
Perspective at the University of Muhammadiyah Malang.

This study aims to describe and analyze: (1) the implementation of student
learning rights; (2) the obstacles faced from the implementation of student learning
rights; and (3) solutions to the obstacles faced from the implementation of student
learning rights. The three matters are viewed within the policy framework of the
independent learning curriculum and independent campuses. Through the perspective
of constructivism theory at Universitas Muhammadiyah Malang. Data collection
techniques are observation, interviews, and documentation. The results of the study
show that (1) the implementation of student learning rights at the Private Higher
Education (PTS) level has been implemented since the beginning of the
implementation of the policy. (2) There are several obstacles faced including: a) the
adaptation process of KKNI with the MBKM program will have an impact on
students and lecturers; b) the evaluation has not been completed; c) technical
constraints in the implementation of the MBKM program, and d) the internship
program is still experiencing many obstacles due to the collaboration mechanism
with external parties. (3) The solutions to the obstacles that occur in the field are: a)
monitoring and evaluation to determine the success or failure of the MBKM program
implemented at UMM; and b) improvement which is the stage when the standard is
reached then which starts with periodic and continuous improvement.

Keywords: Policy, MBKM, Constructivism Theory.

xii
A. PENDAHULUAN
Dalam konteks keberadaan Perguruan Tinggi pada abad 21 dan revolusi industri
4.0 saat ini, Perguruan Tinggi dituntut untuk mengarahkan mahasiswa pada
pemenuhan kompetensi way of thinking, skills for living in the worlds, ways of
working, dan tools of working sehingga aktivitas pembelajaran tidak boleh lepas dari
kerangka 4C: creativity and innovation, collaboration, communication, dan critical
thinking and problem solving. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum pendidikan
tinggi didorong untuk dapat mencetak sumber daya manusia yang beriorientasi pada
penguasaan keilmuan (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal needs), dan
kebutuhan pengguna lulusan (stake holders needs).
Ada empat kebijakan dalam program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
(MBKM) yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020. Dari
empat kebijakan tersebut, tiga kebijakan berhubungan langsung dengan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS), sedangkan satu kebijakan lainnya terkait dengan Perguruan
Tinggi Negeri (PTN), khususnya otonomi pengelolaan yang berBadan Hukum. PTS
dituntut untuk menyesuaikan dan bahkan harus melakukan improvisasi terhadap
kebijakan baru, seperti: a) sistem akreditasi PT, b) hak belajar tiga semester di luar
Program Studi (Prodi), dan c) pembukaan Prodi baru.
Kebijakan MBKM sendiri perlu dipandang sebagai salah satu ikhtiar secara
sistematis dan sistemik agar dunia pendidikan melahirkan manusia yang berkualitas
unggul. Salah satu dari kebijakan MBKM tersebut adalah untuk memfasilitasi hak
belajar mahasiswa selama 3 Semester di luar Prodi. Kebijakan ini merupakan salah
satu sarana penyiapan kualitas manusia yang unggul. Melalui skema fasilitasi ini,
Mahasiswa dikondisikan untuk melakukan setidaknya empat hal, yaitu: a)
menentukan secara otonom pengalaman belajar yang akan ditempuh, b) berpikir dan
bersikap lintas disiplin (interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner), c)
mengembangkan hard skill dan soft skill, serta d) meningkatkan pengalaman belajar
di luar perkuliahan. Maka dengan adanya keempat hal tersebut, lulusan PT mampu
menghadapi realitas dan tantangan di bidang ilmu pengetahuan, IDUKA (Industri,
Dunia Usaha, dan Dunia Kerja), dan dinamika masyarakat.
Kebijakan MBKM bagi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merupakan
suatu energi positif untuk memperkuat kegiatan akademik dan non-akademik yang

13
sejalan dengan filosofi, spirit, dan program UMM. Sebagai PTS, UMM telah
melakukan beberapa terobosan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran melalui
program rekognisi Internasional dan ekuivalensi terhadap karya kreatif dan inovatif
mahasiswa dengan mata kuliah. Mahasiswa yang memeroleh kejuaraan di level
Nasional dan Internasional diakui dan disetarakan dengan Tugas Akhir. Program ini
mampu memberikan efek ganda (multiplier effect), yaitu memotivasi mahasiswa
untuk berkreasi dan berinovasi serta memberi jaminan Kelulusan Tepat Waktu
(KTW) yang merupakan salah satu indikator ketercapaian standar di bidang
pendidikan dan pengajaran (Arifin, Syamsul. et al., 2021).
Selaras pula dengan pandangan sebuah teori konstruktivisme, yang mana
memandang bahwa suatu pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui
proses asimilasi dan akomodasi (Dahar, 1989). Maka dari itu, pendidik tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didik juga
harus berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuan yang ada di dalam
memori otaknya. Karena juga dalam pandangan teori konstruktivisme sendiri, suatu
situasi, negosiasi, dan aneka perspektif memiliki peranan penting. Konsep tersebut
yang antara lain memunculkan cara pandang pembelajaran REALs (Reach
Enviroments for Active Learning) yaitu pentingnya menjangkau lingkungan melalui
pembelajaran secara aktif. Pendekatan REALs mendorong pentingnya konteks
autentik dan mendorong pentingnya pertumbuhan tanggung jawab bagi peserta didik,
juga inisiatif, pengambilan keputusan, dan pembelajaran hingga ke lingkungan
ataupun konteks Internasional (Sujak, 2020).
Maka pada era digital seperti saat ini, perancang aplikasi komputer mewadahi
teori konstruktivisme dengan menyediakan forum diskusi, unggah tugas ke dalam
blog, dan kerja kelompok dalam dunia maya. Demikian pula model pembelajaran
campuran antara tatap muka dan tatap maya (blended learning) yang
mengakomodasi penerapan teori belajar Konstruktivisme (Sujak, 2020). Jadi, dengan
adanya beberapa pernyataan sebelumnya tersebut, diharapkan benar-benar dapat
menjadi alasan nyata sebab pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk
pembelajaran dari perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat
direkognisikan. Serta dalam hal ini, kampus memang perlu memetakan bidang-
bidang apa saja yang feasible dilaksanakan sesuai kondisi institusi dan situasi

14
masing-masing. Sebab, hal ini akan sesuai pula dengan tujuan dari kebijakan
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang mana untuk meningkatkan kompetensi
lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan
kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang
unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan jalur
yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan
potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2020).
Sehubungan dengan penulisan yang disusun oleh penulis mengenai Implementasi
Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, maka penulis juga
mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan, meliputi: 1)
“Perspektif Asesmen Autentik Sebagai Alat Evaluasi dalam Merdeka Belajar”
(Sugiri et al., 2020), penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian deskriptif,
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk
mendeskripsikan pelaksanaan acuan terhadap pengembangan pola asesmen
berkelanjutan dalam Merdeka Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen
autentik yang pernah diterapkan pada Kurikulum 2013 dapat diintegrasikan pada
kurikulum baru yang bernama Merdeka Belajar. Persamaan penelitian terletak pada
pembahasan Merdeka Belajar, metode penelitian, dan teknik pengumpulan datanya.
2) “Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Aplikasi dalam Pendidikan
Bahasa (dan Sastra) Indonesia” (Sudaryanto, 2018), penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian
adalah untuk mendeskripsikan mengenai konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
terwujud dalam delapan bentuk kegiatan pembelajaran MBKM. Persamaan
penelitian terletak pada pembahasan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka, metode penelitian, dan teknik pengumpulan datanya. 3) “Pengembangan
Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teori Konstruktivisme di Perguruan
Tinggi” (Nasution & Sahkholid., 2018), penelitian tersebut menggunakan penelitian
pengembangan (Research and Development). Jenis desain pengembangan yang
digunakan adalah model Four-D’s. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan

15
model pembelajaran Bahasa Arab berbasis teori konstruktivisme. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produk (model pembelajaran Bahasa Arab) yang dihasilkan
adalah perangkat pembelajaran bahasa Arab berciri khas konstruktivisme, yang
mencakup silabus, RPS, dan penilaian. Persamaan penelitian terletak pada
pembahasan teori konstruktivisme.
Sedangkan, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, seperti
yang telah dijelaskan secara singkat sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah
mengenai “Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah
Malang, dengan variabel-variabel yang dijelaskan pada bagian tinjauan pustaka.
Berdasarkan adanya latar belakang tersebut pula, maka perumusan masalah yang
akan dijawab pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana implementasi hak belajar
mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah
Malang?, 2) Bagaimana kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar
mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah
Malang?, dan 3) Bagaimana solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi
hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan
kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang?.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi sebagai tindakan dari rencana yang sudah disusun. Implementasi
menjadi hal yang penting sebagai sarana evaluasi. Implementasi kebijakan
merupakan suatu kegiatan mengelola input guna menghasilkan outcomes ataupun
output bagi masyarakat yang di mana terjadi setelah dikeluarkan pengarahan yang
sah dari suatu kebijakan (Wakia, 2012). Impelementasi kebijakan menjadi salah
tahap yang penting dalam proses kebijakan publik, yang pada prinsipnya sebagai
cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan dengan tidak kurang dan tidak

16
lebih. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak
dan tujuan yang diinginkan.
Fungsi implementasi sebagai suatu upaya dalam rangka membentuk sesuatu yang
memungkinkan sasaran kebijakan atau tujuan dapat terealisasi sebagai hasil dari
kegiatan pemerintah. Menurut teori George C. Edward (1984), pelaksanaan
implementasi kebijakan membahas 1) komunikasi suatu upaya penyampaian
informasi oleh pembuat kebijakan terhadap pelaksana kebijakan; 2) sumber daya
mencakup sumber daya manusia yang cukup, fasilitas yang dibutuhkan; 3) disposis
berkaitan dengan komitmen pelaksana dalam melaksanakan suatu kebijakan atau
suatu program; dan 4) struktur birokrasi didasarkan pada standar prosedur operasi
yang mengatur tata pelaksanaan suatu kebijakan.
2. Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa penyusunan
kurikulum adalah hak perguruan tinggi, tetapi selanjutnya dinyatakan harus mengacu
kepada standar nasional (Pasal 35 ayat 1). Selain dua kebijakan yang menjadi payung
menyusunan panduan ini, juga dilandasi Perpres No. 8 Tahun 2012 tentang KKNI.
Hal ini mendorong semua perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri dengan
ketentuan tersebut.
Kurikulum sendiri memegang kedudukan kunci suatu lembaga pendidikan, sebab
berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya
menentukan macam dan kualitas lulusan suatu lembaga. Oleh karena itu, kebijakan
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas
tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan
tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak
mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Tujuan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, salah satunya program
“hak belajar tiga semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan
kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan
dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa
yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan

17
jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa
mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.
a. Persyaratan Umum
Dalam pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, program
“hak belajar tiga semester di luar program studi”, terdapat beberapa persyaratan
umum yang harus dipenuhi oleh mahasiswa maupun perguruan tinggi diantaranya,
(1) mahasiswa berasal dari Program Studi yang terakreditasi dan (2) mahasiswa aktif
yang terdaftar pada PDDikti. Perguruan tinggi diharapkan untuk mengembangkan
dan memfasilitasi pelaksanaan program Merdeka Belajar dengan membuat panduan
akademik. Program-program yang dilaksanakan hendaknya disusun dan disepakati
bersama antara perguruan tinggi dengan mitra. Program Merdeka Belajar dapat
berupa program nasional yang telah disiapkan oleh Kementerian maupun program
yang disiapkan oleh perguruan tinggi yang didaftarkan pada Pangkalan Data
Pendidikan Tinggi.
b. Pelaksanaan
1. Peran Pihak-Pihak Terkait
a) Perguruan Tinggi
1) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi menyatakan bahwa Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi hak bagi
mahasiswa (dapat diambil atau tidak) untuk dapat mengambil SKS di luar
perguruan tinggi paling lama 2 semester atau setara dengan 40 SKS serta
dapat mengambil SKS di program studi yang berbeda di perguruan tinggi
yang sama sebanyak 1 semester atau setara dengan 20 SKS.
2) Menyusun kebijakan/pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan
pembelajaran di luar prodi.
3) Membuat dokumen kerja sama (MoU/SPK) dengan mitra.
b) Fakultas
1) Menyiapkan fasilitasi daftar mata kuliah tingkat fakultas yang bisa diambil
mahasiswa lintas prodi.
2) Menyiapkan dokumen kerja sama (MoU/SPK) dengan mitra yang relevan.

18
c) Program Studi
1) Menyusun atau menyesuaikan kurikulum dengan model implementasi
kampus merdeka.
2) Memfasilitasi mahasiswa yang akan mengambil pembelajaran lintas prodi
dalam Perguruan Tinggi.
3) Menawarkan mata kuliah yang bisa diambil oleh mahasiswa di luar prodi
dan luar Perguruan Tinggi beserta persyaratannya.
4) Melakukan ekuivalensi mata kuliah dengan kegiatan pembelajaran luar
prodi dan luar Perguruan Tinggi.
5) Jika ada mata kuliah/SKS yang belum terpenuhi dari kegiatan
pembelajaran luar prodi dan luar Perguruan Tinggi, disiapkan alternatif
mata kuliah daring.
d) Mahasiswa
1) Merencanakan bersama Dosen Pembimbing Akademik mengenai program
mata kuliah/program yang akan diambil di luar prodi.
2) Mendaftar program kegiatan luar prodi.
3) Melengkapi persyaratan kegiatan luar prodi, termasuk mengikuti seleksi
bila ada.
4) Mengikuti program kegiatan luar prodi sesuai dengan ketentuan pedoman
akademik yang ada.
e) Mitra
1) Membuat dokumen kerja sama (MoU/SPK) bersama perguruan
tinggi/fakultas/ program studi.
2) Melaksanakan program kegiatan luar prodi sesuai dengan ketentuan yang
ada dalam dokumen kerja sama (MoU/SPK) (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2020).
c. Bentuk Kegiatan Pembelajaran
Bentuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No 3 Tahun 2020
Pasal 15 ayat 1 dapat dilakukan di dalam Program Studi dan di luar Program Studi
meliputi:

19
1. Pertukaran Pelajar
Pertukaran pelajar dapat diartikan dengan kuliah atau mengikuti kuliah lintas
kampus baik di PTS/PTN dalam negeri maupun luar negeri. Pertukaran pelajar
berupa transfer kredit, joint degree, atau double degree. Mata kuliah yang dapat
diambil mahasiswa adalah mata kuliah yang menunjang CPL. Mata kuliah ini dapat
berupa mata kuliah inti, mata kuliah pilihan, ataupun lainnya.
2. Magang/Praktik Kerja
Untuk menunjang pengalaman di dunia profesi, mahasiswa dapat mengikuti
pembelajaran langsung melalui magang di tempat kerja (experiential learning).
Melalui kegiatan magang, permasalahan di dunia profesi akan mengalir ke PT
sehingga dapat digunakan untuk meng-update bahan ajar dan model perkuliahan
dengan topik-topik menarik sebagai hasil riset yang relevan.
3. Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan
Di berbagai survei, kualitas pendidikan kita masih perlu perhatian khusus. Selain
memberikan pengalaman mengajar, pelibatan mahasiswa yang berminat di bidang
pendidikan dalam program asistensi ini akan membantu meningkatkan pemerataan
kualitas serta relevansi pendidikan dasar dan menengah dengan PT dan
perkembangan zaman.
4. Penelitian/Riset
Kemampuan berpikir saintifik atau meneliti harus terus ditingkatkan dengan
berbagai macam kegiatan. Oleh karena itu, di PT ada mata kuliah khusus, misalnya
metode penelitian, riset operasional, riset laboratorium, dan sejenisnya yang berujung
pada tugas akhir. Untuk memperkuat kompetensi riset, program MBKM memberi
kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar langsung di lembaga riset atau pusat studi.
5. Proyek Kemanusiaan
Bentuk kegiatan ini dimunculkan karena banyaknya bencana yang terjadi dan
memerlukan sikap peduli dan kemampuan dalam menanganinya. Selama ini, PT
banyak membantu mengatasi bencana melalui berbagai program. Oleh karena itu,
program ini harus diakui dan disetarakan dengan mata kuliah tertentu. Kebijakan
MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti proyek ini di
lembaga-lembaga kemanusian, baik di dalam maupun luar negeri.

20
6. Kegiatan Wirausaha
Kemampuan dan kemauan berwirausaha mahasiswa perlu ditingkatkan melalui
beberapa kegiatan maupun perkuliahan karena movitasi berwirausaha relatif rendah
dan belum terkelola dengan baik, padahal peluang sukses cukup tinggi. Di beberapa
prodi ada mata kuliah kewirausahaan, tetapi jika tidak ada maka kegiatan
kewirausahaan ini bisa diakui dan diekivalenkan dengan mata kuliah tertentu.
7. Studi/Proyek Independen
Tidak sedikit mahasiswa yang memiliki ide-ide inovatif dan kreatif dalam
mengikuti perlombaan di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu,
Prodi harus mengapresiasi hasil perlombaan ini dengan mengakui dan menyetarakan
dengan maka kuliah tertentu melalui skema studi/proyek independen ini.
8. Membangun Desa/ KKN Tematik
KKN umumnya merupakan mata kuliah yang harus ditempuh. KKN tematik
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memberika pengalaman hidup di tengah-
tengah masyarakat. Selain mengasah soft skill, kerja sama, dan leadership dalam ikut
membangun desa, KKN ini juga bisa digunakan untuk penelitian yang relevan
dengan prodinya dan hasilnya disetarakan dengan tugas akhir.
9. Bela Negara
Kementerian Pertahanan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mewacanakan bela negara yang mana adalah membawa pendidikan militer ke
kampus. Program pendidikan militer yang dibawa ke kampus berbeda dengan wajib
militer, karena menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan militer
yang diusung ini bersifat sukarela yang bebas dipilih oleh Mahasiswa. Mahasiswa
yang mengikuti pun juga berhak mendapatkan SKS.
Program bela negara tentu diusulkan dengan pertimbangan dan diskusi yang
matang. Pendidikan militer pun menjadi isu sensitif, terlebih lagi diterapkan pada
masyarakat yang dalam hal ini adalah Mahasiswa. Diharapkan adanya diskusi
kembali bersama jajaran akademik yang terlibat, sehingga dapat menjadi keputusan
yang tidak menimbulkan konflik nantinya.
Beberapa bentuk kegiatan MBKM di atas, dalam struktur kurikulum Prodi ada
yang berbentuk mata kuliah, misalnya magang/praktik kerja, asistensi mengajar di
satuan pendidikan, penelitian, kewirausahaan, dan KKN tematik. Sementara itu,

21
substansi dan jumlah SKS tergantung dari kecirian Prodi masing-masing. Proyek
kemanusiaan dan proyek independen bisa dilakukan melalui ekivalensi atau
penyetaraan dengan mata kuliah tertentu. Pertukaran pelajar merupakan kegiatan
mengikuti perkuliahan di Prodi berbeda. Dalam hal ini, mata kuliah dapat berupa
mata kuliah yang sama, mata kuliah pilihan, mata kuliah pendukung kompetensi
utama, atau mata kuliah di luar prodi yang dianggap penting untuk diikuti. Mata
kuliah ini bisa mata kuliah yang sama di prodi berbeda yang menjadi mitra (Arifin,
Syamsul. et al., 2021).
3. Perspektif Teori Belajar
Perkembangan teori belajar secara garis besar terdiri dari Teori Belajar
Behaviorisme (Behaviorism), Teori Belajar Kognitivisme (Cognitivism), Teori
Belajar Humanisme (Humanism), Teori Belajar Konstruktivisme (Constructivism),
dan Teori Belajar Konektivisme (Connectivism). Secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa Teori Belajar Behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan respon
terhadap stimulus eksternal. Teori Belajar Kognitivisme menyatakan bahwa belajar
merupakan proses menanggapi pengalaman, memperoleh, dan menyimpan informasi.
Teori Belajar Humanisme menyatakan bahwa belajar yang mengutamakan
memanusiakan manusia. Teori Belajar Konstruktivisme menyatakan bahwa belajar
merupakan proses membangun pemahaman. Teori Belajar Konektivisme
menyatakan bahwa belajar merupakan proses menghubungkan antar nodes (simpul
atau titik-titik sumber informasi) dalam jaringan internet yang memiliki peranan
penting dalam memperluas kegiatan belajar.
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar Konstruktivisme sendiri berasal dari bidang ilmu kognitif,
khususnya dari Jean Piaget, Lev Vigotsky, Jerome Bruner, Howard Gardner, dan
Nelson Goodman. Teori ini menjelaskan bahwa pengembangan pengetahuan melalui
belajar merupakan proses konstruksi aktif makna-makna dari hal-hal yang dipelajari
yang mana dalam proses pembuatan makna memiliki keterkaitan dengan konteks dan
lingkungan di mana kegiatan belajar ataupun situasi belajar dilaksanakan.
Konstruktivisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan atau makna tidak baku
(fixed) pada objek tetapi merupakan hasil konstruksi atau proses pemahaman
seseorang melalui pengalaman mereka dalam menyikapi objek yang dipelajari dan

22
konteks tertentu yang terkait dengan hal yang dipelajari. Constructivisme
menekankan peranan penting kesadaran, kebebasan keinginan, pengaruh situasi
sosial terhadap kegiatan belajar. Carl Rogers (1969), menyatakan bahwa setiap
individu eksis di tengah-tengah dunia pengalaman yang terus berubah yang mana
dirinya berada di tengah-tengah arus perubahan tersebut (every individual exist in a
continually changing world of experience in which he is the center.”) (Bates, 2019).
Teori konstruktivisme dibangun atas dasar asumsi bahwa manusia membangun
cara pandang masing-masing ketika menghadapi informasi yang dipelajari. Teori
konstruktivisme memandang individu sebagai makhluk yang unik yang tidak sama
dengan yang lain karena masing-masing individu memiliki pengalaman hidup yang
berbeda-beda, mengadakan interpretasi melalui proses psikologis yang berbeda-beda,
dan menyimpulkan makna secara individual pula. Dalam pandangan
konstruktivisme, proses belajar merupakan proses sosial yang memerlukan proses
komunikasi antara pihak yang belajar, pihak yang mengajar dan dengan teman
belajar. Proses belajar dapat dibantu dengan teknologi, tetapi teknologi tidak dapat
menggantikan proses tersebut sepenuhnya. Manusia belajar dengan melakukan
refleksi sesuai pengalaman yang dialami masing-masing maupun pengalaman yang
diperoleh secara kolaboratif dalam kelompok.
Dalam perkembangannya teori konstruktivisme mengalami perkembangan
sehingga ada yang disebut sebagai teori belajar konstruktivisme dasar dan teori
belajar Konstruktivisme modern. Teori belajar konstruktivisme dasar memiliki
pandangan bahwa ketika manusia sedang berusaha memahami objek atau memberi
makna objek yang dipelajari dipengaruhi pengetahuan terdahulu (pengetahuan yang
telah dimiliki). Struktur pengetahuan yang telah dikonstruksi sebelumnya
diambil/ditarik ke permukaan dan dijadikan pijakan untuk pengembangan struktur
pengetahuan baru. Pengetahuan baru dari proses konstruksi tersebut kemudian
ditambahkan ke pengetahuan yang telah dikenali sebelumnya.
Konstruktivisme belajar modern percaya bahwa pengetahuan dikonstruksi secara
personal kemudian dikembangkan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya sebagai fondasi. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang
dibawa ke permukaan itu sendiri dikonstruksi ketimbang sekadar diambil begitu saja
dari memori kasus per kasus. Dengan demikian pengetahuan itu berdasarkan

23
konstruksi individual yang tidak dikaitkan ke realitas eksternal, tetapi lebih kepada
hasil interaksi di dalam diri orang itu sendiri dengan dunia eksternal yang dipelajari.
Pandangan utama konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan tidak eksis secara
independen/terpisah di dunia. Maka, setiap situasi dapat dipahami dari berbagai
sudut pandang. Pengalaman individual, persepsi, dan konstruksi individual tidak
berarti bahwa orang-orang yang mempelajari topik yang sama tidak akan mampu
memiliki persamaan pemahaman antara satu individu dengan individu lain,
melainkan bahwa proses negosiasi sosial menjadi sangat penting dalam
pembelajaran. Proses konstruksi pengetahuan oleh para individu didasarkan pada
proses interaksi sesama rekan, fasilitator, dan ahli. Konsepsi dan ide-ide
dibandingkan, dikonfrontasi, dan didiskusikan melalui interaksi. Dalam proses,
semua aktor memodifikasi pandangan mereka hingga akhirnya mencapai
pemahaman yang umum.
Dalam pandangan teori konstruktivisme, suatu situasi, negosiasi, dan aneka
perspektif memiliki peranan penting. Konsep tersebut yang antara lain memunculkan
cara pandang pembelajaran REALs (Reach Environments for Active Learning) yaitu
pentingnya menjangkau lingkungan melalui pembelajaran secara aktif. Pendekatan
REALs mendorong pentingnya konteks autentik dan mendorong pentingnya
pertumbuhan tanggung jawab bagi peserta didik, juga inisiatif, pengambilan
keputusan, dan pembelajaran hingga ke lingkungan ataupun konteks Internasional.
Di era digital, perancang aplikasi komputer mewadahi teori konstruktivisme dengan
menyediakan forum diskusi, unggah tugas ke dalam blog, kerja kelompok dalam
dunia maya. Demikian pula model pembelajaran campuran antara tatap muka dan
tatap maya (blended learning) mengakomodasi penerapan teori belajar
Konstruktivisme (Sujak, 2020).
4. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam
Perspektif Teori Konstruktivisme
Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) didukung oleh
keberagaman bentuk pembelajaran (Pasal 14 SNDIKTI) dan adanya fasilitas bagi
mahasiswa untuk menempuh studinya dalam tiga (3) semester di luar program
studinya (Pasal 18 SNDIKTI). Implementasi program Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka diperuntukkan bagi Program Sarjana dan Sarjana Terapan (KECUALI

24
bidang Kesehatan). Program ini tetap ditujukan untuk pemenuhan Capaian
Pembelajaran Lulusan (CPL) yang telah ditetapkan oleh setiap Program Studi tetapi
dengan bentuk pembelajaran yang berbeda.
Hak mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar prodinya selama 3
semester, memberi kesempatan untuk mendapatkan kompetensi tambahan di luar
Capaian Pembelajaran (CP) yang ditetapkan Prodi sebagai bekal untuk masuk di
dunia kerja setelah lulus sarjana/sarjana terapan. Di samping itu, pengalaman yang
diperoleh akan memperkuat kesiapan lulusan dalam beradaptasi dengan
perkembangan dunia kerja, kehidupan di masyarakat dan menumbuhkan kebiasaan
belajar sepanjang hayat. Untuk memberikan panduan Program Studi dalam
pengembangan/penyesuaian kurikulum dalam mengimplementasikan MBKM dan
peningkatan kualitas program studi, orientasi pengembangan kurikulum ini
ditambahkan panduan implementasi program MBKM dan implementasi Outcome
Based Education (OBE) yang menjadi standar penilaian Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal (SPME, Akreditasi Nasional dan Internasional) (Jenderal et al., 2020).
Berdasarkan sedikit pemaparan di atas, terdapat penelitian terdahulu dengan
judul “Pendekatan Pembelajaran Di Does University dalam Perspektif
Konstruktivisme” (Saputra, 2018). Konstruktivisme beranggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek,
fenomena pengalaman, dan lingkungan mereka. Konstruktivisme bertitik tolak dari
pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang
dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan
yang terjadi adalah sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran belum berjalan dengan baik
dikarenakan komunikasi, kualitas SDM (mentor) yang belum memahami teknik
pembelajaran yang lebih konstruktif, dan jumlah fasilitas komputer.
Selanjutnya, pada penelitian terdahulu dengan judul “Optimalisasi Pembelajaran
Konstruktivistik dalam Peningkatan Motivasi Beribadah Siswa dan Penguatan
Pendidikan Karakter Religius” (Silviannisa, 2018). Pembelajaran konstruktivistik
adalah di mana siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Sedangkan, pada hasil dari penelitian

25
tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran konstruktivistik yang
belum optimal.
Konsep kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam perspektif teori
konstruktivisme memiliki kesejajaran dalam memandang pendidikan sebagai bentuk
pengalaman. Keduanya menekankan pada aspek kebebasan, kemerdekaan dan
keleluasan pelaku pendidikan mulai dari pendidik sampai dengan pebelajar.
Semangat yang sama tercermin dari bagaimana cara memandang bahwa pebelajar
harus bebas berkembang secara natural dan pembelajaran harus berbasis pengalaman
(Zidni et al., 2021).

C. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif sendiri mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,
keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak memberikan
perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti,
melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan
yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi (Sukmadinata, 2011).

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Peneliti melaksanakan penelitian di Universitas Muhammadiyah Malang, yang
terletak pada Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur, Indonesia, Telepon:
+62 341464318. Penelitian dilaksanakan kurang lebih 1 bulan pada bulan Oktober
sampai November 2021.

3. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau informan adalah Kepala
Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Dekan Fakultas Pertanian dan
Peternakan (FPP), Ketua Program Studi, Dosen Program Studi, dan Mahasiswa
Program Studi Teknologi Pangan (TP) Universitas Muhammadiyah Malang. Alasan

26
peneliti memilih FPP karena Fakultas tersebut merupakan salah satu Fakultas yang
mendapatkan dana hibah pertama kali terkait program MBKM. Serta, terutama lebih
fokus pada Prodi TP, sebab Prodi tersebut yang dipilih sebagai Prodi pelopor
pelaksana program MBKM.

4. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber data yang terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan
tempat penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dari subjek penelitian atau
informan, maupun segala sesuatu yang diamati selama proses penelitian (hasil
observasi) seperti yang tertulis pada Daftar Tabel (Tabel 2. Tabel Observasi),
Lembar Hasil Observasi, yang berkenaan dengan Implementasi Kebijakan
Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang. Data sekunder adalah data-
data yang diperoleh dari dokumen resmi yang berupa catatan tertulis, foto kegiatan
maupun soft file yang berhubungan dengan masalah dan objek penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, angket dan
studi documenter (Sukmadinata, 2015). Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik wawancara ini dilakukan dengan Kepala Biro Administrasi Akademik


dan Pengembangan AIK, Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), Ketua
Program Studi Teknologi Pangan (TP), 3 Dosen Program Studi Teknologi Pangan
(TP), dan 2 Mahasiswa dari Universitas Mulawarman yang megikuti program
pertukaran pelajar di Program Studi Teknologi Pangan (TP). Adapun yang
dibutuhkan dari wawancara ini adalah menggali data tentang Implementasi
Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Teknik observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan tabel


observasi seperti yang tetulis pada Daftar Tabel (Tabel 2. Tabel Observasi), Lembar

27
Hasil Observasi untuk mengetahui implementasi hak belajar mahasiswa, kendala
yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa, dan solusi terhadap kendala
yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan
kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori
konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk menemukan bukti fisik yang
disampaikan informan saat diwawancarai. Dokumen yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah dokumen mengenai Surat Keputusan Rektor, RPS Matakuliah
Analisa Pangan dan Pangan Fungsional, RPS Matakuliah Kimia Pangan dan
Biokimia Pangan, Daftar Nama Mahasiswa Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia
Pangan, Daftar Nama Mahasiswa Matakuliah Pangan Fungsional, dan Daftar Nama
Mahasiswa Matakuliah Analisa Pangan untuk menguatkan hasil penelitian terhadap
implementasi kebijakan tersebut.

6. Teknik Analisis Data


Data dianalisis dengan menggunakan tiga langkah analisis data: kondensasi data
(data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik simpulan atau
verifikasi (conclusion drawing and verification). Secara lebih terperinci, langkah-
langkah tersebut akan diterapkan sebagaimana berikut ini (Miles, M.B, Huberman,
A.M, & Saldana, 2014):

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari metode yang di lakukan yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum,
analisinya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan interpretatif dari
peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka, data kaya rincian, dan panjang.

b. Kondensasi Data (Data Condensation)

Dalam kondensasi data merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan


(focusing), penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan
transformasi data (transforming).

28
Dalam kondensasi data proses penelitian berpedoman pada tujuan penelitian yang
ingin dicapai, yaitu: (a) Implementasi Hak Belajar Mahasiswa, (b) Kendala yang
Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa, dan (c) Solusi Terhadap
Kendala yang Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka
Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

c. Penyajian Data

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan


kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data tersebut,
peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk
mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut (Miles, B.
Mathew., 1992).

Penyajian data dilakukan setelah analisis dan pengecekan ulang data, disajikan
menggunakan uraian deskriptif mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di
Universitas Muhammadiyah Malang.

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah penarikan
kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta pengecekan ulang dengan bukti
yang telah ditemukan di lapangan.

Peneliti akan mengambil kesimpulan terkait hasil proses analisis yang


memberikan deskripsi mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka
Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang berdasarkan bukti, data, dan temuan yang valid berdasarkan
studi lapangan yang telah dilakukan.

29
7. Uji Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang
didasarakan pada sejumlah kriteria tertentu (Moleong, 2009). Dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji keabsahan data agar data valid dan dapat dipertanggung
jawabkan yang telah dikumpulkan, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama
lain, (2) triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan beragam teknik untuk
mengungkap data yang dilakukan kepada sumber data, dan (3) triangulasi waktu
dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda (Komariah,
Aan., Satori, 2011).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,


triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
mengecek informasi/data yang diperoleh melalui wawancara dengan informan.
Kemudian data tersebut ditanyakan kepada informan lain yang masih terkait satu
sama lain. Penggunaan metode triangulasi ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban
yang lebih jelas, sebagaimana terlihat dalam Lembar Hasil Wawancara yang ada
pada Daftar Tabel (Tabel 1. Tabel Wawancara).

Triangulasi teknik dilakukan peneliti untuk melakukan pengecekan


informasi/data antara hasil wawancara dengan dokumen, sebagaimana terlihat dalam
Lembar Hasil Wawancara yang ada pada Daftar Tabel (Tabel 1. Tabel Wawancara)
dengan informan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK
Univeristas Muhammadiyah Malang. Seperti di dalam salah satu pernyataannya yang
menyatakan tentang Surat Keputusan Rektor yang bisa dilihat pada Daftar Lampiran
(Lampiran 1. Surat Putusan Rektor).

Triangulasi waktu ini, peneliti akan mempertimbangkan waktu pengumpulan data


bisa hari, jam, waktu sehabis makan, pagi, siang, dsb. Karena besar kemungkinan
informan bisa menjawab pertanyaan wawancara dengan lebih santai dan lugas. Maka
dari itu pengecekan keabsahan data bisa dilaksanakan dengan pengujian observasi,
wawancara, atau dengan metode lain dengan waktu atau kondisi yang berbeda.

30
Seperti yang terlihat dalam Lembar Hasil Wawancara yang ada pada Daftar Tabel
(Tabel 1. Tabel Wawancara), anatara informan satu dengan yang lainnya peneliti
ambil dalam kurun waktu berbeda, hal tersebut tidak lain juga mempertimbangkan
kesedian waktu yang dimiliki antar informan tersebut.

D. HASIL PENELITIAN
Deskripsi dari hasil penelitian Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka
Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang adalah sebagai berikut.
1. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan
Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang
Pada penelitian ini, peneliti telah mewawancarai beberapa informan atau subjek
penelitian mengenai implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan
kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Seperti berikut ini, sebagaimana
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak RW, Kepala Biro Administrasi Akademik
dan Pengembangan AIK:

“...Sejak lama sebenarnya sudah MBKM, sekitar tahun 2017 tapi hanya sebagian
seperti magang industri, lalu menjadi anggota FHCI (melibatkan BUMN se-
Indonesia), menjadi anggota NUNI (pertukaran pelajar, riset kolaborasi, dan
staff mobility), melakukan MoU dengan berbagai PT atau DU/DI. Kemudian
implementasinya ikut hibah, kemudian UMM sendiri yang menyelanggarakan,
atau bahkan Prodi-Prodi yang berMoU. Karena MBKM ini wujudnya harus
banyak bermitra dengan lembaga industri tersebut. Jadi memungkinkan
mahasiswa untuk dapat menjalankan program magang. Kalau untuk dari
Kemendikbud sendiri tentang hibah ada 13 kegiatan yang diikuti (PKKM,
KMMI, IISMA, ICT, COE, IPD, Kerjasama Kurikulum, Kemahasiswaan/HMJ,
Program Pembelajaran Asistif, Magang Bersertifikat, Kampus Mengajar, dll ).
Intinya sudah banyak kegiatan MBKM yang dilakukan...” (RW/11.15
WIB/25/11/2021).
Hal ini juga dikemukakan oleh AW selaku Dekan Fakultas Pertanian dan
Peternakan (FPP), sebagai berikut:

“...Untuk kebijakan kurikulum MBKM sendiri sudah di jalankan, terutama juga


di Prodi-Prodi. Jadi semenjak ada kurikulum tersebut dan diminta
menerapkannya, maka harus dijalankan pada saat itu juga. Karena sifatnya juga
yang offering jadi harus ada yang ditawarkan. Maka pada akhirnya Prodi-Prodi

31
ini yang diminta untuk mendesain kurikulum berbasis MBKM. Yang jelas
kurikulumnya harus bagus karena kalau tidak nanti seperti tidak ada rambu-
rambu dalam pelaksanaannya. Jadi kurikulumnya harus didesain sesuai program,
adanya konversi, dan ekuivalensi...” (AW/10.00 WIB/09/11/2021).
Berdasarkan kedua arsip di atas, menunjukkan bahwa terlaksananya kebijakan
kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka mengenai implementasi hak
belajar mahasiswa. Hal ini nampak dari perkataan Bapak RW jika MBKM sudah
terlaksana, bahkan terdapat 13 kegiatan dari Kemendikbud yang telah diikuti.
Ungkapan yang sama dikatakan oleh Bapak AW bahwa kebijakan kurikulum
MBKM sudah dijalankan, terutama pada setiap Prodi. Maka pada akhirnya setiap
Prodi berkewajiban untuk mendesain kurikulum berbasis MBKM. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum MBKM di UMM dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan program tersebut.
Selanjutnya, untuk pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka, terutama pada program hak belajar tiga semester di luar Program Studi,
Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP) Ibu SR, menyatakan pendapatnya,
bahwa:

“...Untuk pengambilan 20 SKS di luar Prodi, bisa lintas Jurusan di dalam


Universitas. Dimana Mahasiswa yang mengambil 20 atau 40 SKS di luar Prodi,
nanti ada batasan, ada capaian pembelajaran, Standar Kompetensi, yang harus
dicapai. Maka Prodi akan mengarahkan pada kegiatan yang akan mencapai
kompetensi dan tidak. Dirancang sejak 2021, dan dimampatkan di semester 1
sampai semester 6. 7 dan 8 bebas mengambil di luar Universitas...” (SR/09.00
WIB/6/11/2021).
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Dosen Teknologi Pangan Ibu NH,
yang mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Jadi, hak mahasiswa untuk memilih. Dari 20 SKS itu, mahasiswa dapat
mengambil di luar Prodinya, di luar dari Kampusnya, dan bahkan ke Luar
Negeri. Kententuan Prodi sebenarnya, jadi nanti didapatkan learning out
comenya sebagai bagian dari luaran dalam kurikulum. Kemudian juga sesuai
dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020...” (NH/11.30 WIB/16/11/2021).
Serupa juga dengan pernyataan Dosen Teknologi Pangan Ibu VAW, yang
mengampu Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional dengan kurikulum
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

32
“...Berarti harus membagi lagi pikirannya dari kurikulum yang khusus itu, dari
internal yang antar Jurusan lintas Jurusan. Sedangkan yang eksternal berarti
harus menyiapkan Prodinya juga dengan beda, Kampusnya juga beda. Harus
seperti lokakarya yang sudah dilaksanakan, jadi sesuai kesepakatan antara Dosen
Pengampu. Untuk jumlah SKS yang berada di Prodi akan sesuai dengan yang
sudah dibahas dalam lokakarya tersebut...” (VAW/10.30 WIB/11/11/2021).
Beberapa pernyataan sebelumnya juga diperkuat oleh data yang didapatkan dari
hasil wawancara dengan Bapak RW, Kepala Biro Administrasi Akademik dan
Pengembangan AIK:

“...Tetap sesuai dengan SNDIKTI yang 20 dan 40 SKS. Desainnya nati 84 SKS
di harus Prodi asal, maksimum 20 SKS lintas Prodi, maksimum 40 SKS lintas
Universitas 8 kegiatan MBKM, 144 SKS KPT di Prodinya track lulus...”
(RW/11.15 WIB/25/11/2021).
Seluruh pernyataan di atas bermuara pada satu temuan bahwa pelaksanaan
kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, terutama program hak belajar tiga
semester di luar program studi, di mana Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi hak
bagi mahasiswa (dapat diambil atau tidak) untuk dapat mengambil SKS di luar
Perguruan Tinggi paling lama 2 semester atau setara dengan 40 SKS serta dapat
mengambil SKS di Program Studi yang berbeda di Perguruan Tinggi yang sama
sebanyak 1 semester atau setara dengan 20 SKS. Serta, menyusun kebijakan atau
pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di luar Prodi.
Selanjutnya, bentuk kegiatan pembelajarannya dinyatakan oleh Kepala Biro
Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Bapak RW dengan pernyataan
sebagai berikut ini:

“...Karena aturan pemerintah (SNDIKTI) harus diikuti. Pemerintah yang


memerintahkan/diinstruksikan jadi diikuti. Sebelumnya saja sudah melakukan
magang industri, terus ekuivalensi, ibaratnya sebelum pemerintah melakukan
UMM sudah melaksakannya dengan payung dari Surat Keputusan Rektor di
Tahun 2017 tadi. Jadi sudah melaksanakan sebagian dari 8 kegiatan yang ada.
Setelahnya tinggal meneruskan dan menambahkan kegiatan...” (RW/11.15
WIB/25/11/2021).
Hal ini juga dinyatakan oleh Bapak AW selaku Dekan FPP, sebagai berikut:

“...Karena seperti kemauannya Mendikbud, jadi agar dapat benar-benar


terkoneksi dengan dunia industri dan dapat terhubung dengan teorinya. Sehingga
terciptanya keseimbangan antara praktek dan teori. Kemudian karena adanya

33
visi Kewirausahaan yang dikembangkan berdasarkan jiwa Kewirausahaan.
Karena saat ini juga banyak yang menuju ke bidang tersebut daripada seperti
perkantoran, dll...” (AW/10.00 WIB/9/11/2021).
Begitu pula dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Ibu SW, Ketua Program
Studi TP:

“...Strategi dan metodenya mengikuti alur yang ada. Serta memilih kegiatannya
yang ada korelasi dengan kompetensi di Prodi. Seperti, Kewirausahaan, Magang,
KKN Tematik, dan Riset/Penelitian...” (SW/09.00 WIB/6/11/2021).
Sejalan pula dengan pendapat Dosen Teknologi Pangan Ibu AH, yang
mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Penyelenggaraan KKN Tematik, penggandaan kuliah tamu yang mengundang


praktisi dari dunia industri, serta adanya Magang di perusahaan...” (AH/16.00
WIB/17/11/2021).
Dari beberapa pernyataan sebelumnya, secara lengkap penjelasan dari bentuk
kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan di dalam Program Studi dan di luar
Program Studi meliputi: 1) Pertukaran Pelajar, 2) Magang/Praktik Kerja, 3) Asisten
Mengajar di Satuan Pendidikan, 4) Penelitian/Riset, 5) Proyek Kemanuasiaan, 6)
Kegiatan Wirausaha, 7) Studi/Proyek Independen, dan 8) KKN Tematik. Dalam hal
ini pula, kampus perlu memetakan bidang-bidang apa saja yang feasible
dilaksanakan sesuai kondisi institusi dan situasi masing-masing. Kemudian sebuah
pendapat dinyatakan oleh Bapak AW selaku Dekan FPP, bahwa:

“...Jadi dengan adanya kurikulum MBKM dan karena yang dicari adalah out
comenya juga, sehingga dengan teori tersebut akan mengkonstruk antara teori
yang sudah ada dengan praktiknya sendiri. Untuk di Fakultas sendiri, seperti
Mahasiswa yang belajar di luar Prodi, nanti akan dikoordinasikan ke Prodi-Prodi
untuk merancang kurikulum yang sesuai, yang akan diambil Mahasiswa di luar
Prodi itu seperti apa. Kemudian dicocokkan dengan Kompetensi. Kemudian
nanti Mahasiswa akan mengikuti rule yang ada sepenuhnya. Ada beberapa
Mahasiswa juga, yang sudah mengambil perkuliahan di luar Universitas lewat
NUNI bahkan ke luar negeri melalui Erasmus Mundus. Nanti nilai dari
Matakuliah bisa dikonversikan dan dicocokan...” (AW/10.00 WIB/9/11/2021).
Hal ini juga di perkuat dalam pernyataan yang disampaikan Bapak RW, Kepala
Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK:

34
“...Coba bayangkan, sebelum MBKM saja UMM sendiri sudah melakukannya,
setelahnya disuruh cocok apa tidak? Kan sudah kelihatan. Meskipun sebelum
ada putusan tentang program tersebut UMM sudah melaksanakan sebagian dari
8 kegiatan yang ada. Setelahnya tinggal meneruskan dan menambahkan
kegiatan...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).
Berangkat dari dua pernyataan di atas bahwa kebijakan kurikulum MBKM
menjadi sebab pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari
perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisikan.
Kebijakan tersebut juga mewujudkan pembelajaran di Perguruan Tinggi yang
otonom dan fleksibel sehingga mahasiswa yang mengikuti program ini juga
merasakan kelebihannya yang didapat.
Jadi dengan adanya pandangan tersebut, kelebihan terhadap pelaksanaan
program ini juga dirasakan dan dinyatakan F, salah satu mahasiswa yang mengikuti
pertukaran pelajar pada program ini:

“...Tentunya ada dampak yang lebih, seperti meningkatnya kepercayaan diri


dengan kemampuan yang dimiliki setelah digali lebih dalam, menambah
pengetahuan yang dibutuhkan, dan keluar dari zona nyaman karena Matakuliah
yang diambil berbeda dengan Jurusan yang ditempuh saat ini...” (F/18.00
WIB/11/11/2021).
Sejalan pula dengan pernyataan H mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar
pada program ini:

“...Secara pribadi tidak mengambil 2 Matakuliah wajib di semester 5 karena


SKS yang diambil mencapai 24 SKS, dimana kurikulum MBKM mewajibkan 20
SKS di PT penerima. Kemudian kesulitan untuk memilih kosentrasi sesuai
Jurusan. Namun mendapatkan pengalaman baru, dapat mengenal Matakuliah
yang ada di luar Prodi, serta ilmu yang lebih sesuai yang dibutuhkan...” (H/13.00
WIB/11/11/2021).
Kemudian pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Ibu SW, selaku Ketua
Program Studi TP:

“...Merubah maindset, dimana bebas untuk belajar menemukan sesuatu dari


pengalaman yang dimiliki dengan penggabungan pengalaman baru...”(SW/09.00
WIB/6/11/2021).
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa membuat dan menyempurnakan kebijakan program Merdeka
Belajar dan Kampus Merdeka di Universitas Muhammadiyah Malang telah menjadi

35
harapan untuk pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari
perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisikan.
Sehingga sebagaimana seharusnya kebijakan tersebut dipersiapkan, direncanakan,
dimplementasikan, dan dievaluasi juga harus terus dilakukan dengan melakukan
berbagai terobosan, inovasi, kreativitas, perluasan kerjasama, peningkatan kualitas
pelayanan, dan seterusnya.
2. Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam
Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah
Malang
Berikut ini adalah beberapa kutipan dari hasil wawancara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian mengenai kendala yang dihadapi dari implementasi
hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka. Salah satunya, selayaknya seperti yang dikemukakan oleh Kepala
Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Bapak RW:

“...Kalau kendala dari Negara sediri jelas sudah banyak. Untuk sosialisasi
MBKM ini saja, sebenarnya sudah seri ketiga, nanti seri keempatnya di Syiah
Kuala University. Tentunya nanti akan ada banyak pertanyaan tentang suatu
kebijakan yang mana tidak serta merta langsung bisa berjalan, karena
perubahannya ini cukup drastis. Sebenarnya dimulainya kan dari OBE. Tapi
sebelum itu di KPT orientasinya sudah CP berati sudah OBE juga dan kemudian
diperbaiki. Berawal 2012 memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun tersebut
juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE
MBKM. Hambatannya itu tadi, karena MBKM ini tergolong baru, jadi dalam
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan itu belum tersistem, jadi masih
enterynya manual. Namun ini sudah ada flow chartnya, nanti akan dibuat oleh
bagian Infokom dan nanti baru tersistem. Semua kegiatan sudah ada flow chart
atau pun aturan detailnya tetapi itu tadi masih manual...” (RW/11.15
WIB/25/11/2021).
Bapak AW selaku Dekan FPP juga menyebutkan pendapat yang selaras, sebagai
berikut:

“...Kalau untuk dosen itu sering kali tidak toleran terhadap sistem yang
dikembangkan. Sedangkan untuk Mahasiswanya secara umum tergantung
Mahasiswa tersebut. Karena kebijakan ini juga opsional, Mahasiswa diberikan
kebebasan untuk mengambilnya atau tidak...”(AW/10.00 WIB/9/11/2021).

36
Selaras pula dengan pendapat yang dinyatakan oleh Ibu SW Ketua Program
Studi TP:

“...Untuk kendala yang dihadapi kemarin itu belum menyusun kurikulum yang
memang dikhususkan untuk MBKM akhirnya kesulitannya di ekuivalensi untuk
pencocokan ke mananya, kemudian untuk memahamkan kepada bapak/ibu
dosen yang senior kadang justru yang susah daripada yang muda...” (SW/09.00
WIB/6/11/2021).
Selain itu terdapat pula beberapa pernyataan terkait kendala tersebut yang
dinyatakan oleh H selaku mahasiswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar
pada program ini:

“...Kurang lebihnya saat menyesuaikan materi kuliah yang didapatkan di luar


kampus berbeda dengan kampus asal, adanya perbedaan waktu, dan kebijakan
yang ditetapkan di awal program tiba-tiba banyak tergeserkan dengan kebijakan
baru mengenai dana dan proses belajar secara luring yang muncul pada
pertengahan proses perkuliahan akibat adanya pandemi ini...” (H/13.00
WIB/11/11/2021).
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh F selaku mahasiswa yang
mengikuti pertukaran pelajar pada program ini:

“...Kurang lebihnya saat menyesuaikan materi kuliah yang didapatkan di luar


kampus, berbeda dengan kampus asal...” (F/18.00 WIB/11/11/2021).
Selain dari pernyataan kedua mahasiswa tersebut, kendala tersebut juga
dirasakan oleh Ibu VAW, selaku Dosen yang mengampu Matakuliah Analisa Pangan
dan Pangan Fungsional dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Mungkin karena kondisi pandemi, jadi pelaksanaan dari program ini kurang
maksimal. Dosen dan Mahasiswa jarang bertatap muka, Mahasiswa juga kurang
bisa berinteraksi satu sama lain. Terus ada kendala juga karena pandemi ini, jadi
untuk praktikumnya yang seharusnya berjalan selama 1 semester tetapi akan
dilaksanakan selama 1 hari penuh. Ini selebihnya mengkhawatirkan, karena
Mahasiswa ini tergolong masih prematur kalau harus dilangsungkan dalam
sekaligus praktikum ini...” (VAW/10.30 WIB/11/11/2021).
Salah satu dari kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka adalah untuk
memfasilitasi terutama program hak belajar tiga semester di luar Program Studi.
Melalui skema fasilitasi ini, mahasiswa dikondisikan untuk melakukan setidaknya
empat hal, yaitu: a) menentukan secara otonom pengalaman belajar yang akan

37
ditempuh, b) berpikir dan bersikap lintas disiplin (interdisipliner, multidisipliner, dan
transdisipliner), c) mengembangkan hard skill dan soft skill, serta d) meningkatkan
pengalaman belajar di luar perkuliahan. Dengan keempat hal tersebut, lulusan PT
mampu menghadapi realitas dan tantangan di bidang ilmu pengetahuan, IDUKA
(Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja), dan dinamika masyarakat.
Sehingga, dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah dibahas
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa, atas dasar adanya tuntutan tersebutlah
terdapat pula beberapa kendala yang memang harus dihadapi dalam pelaksanaanya.
Karena tak jarang pula akan acap kali mengalami adaptasi sesuai dengan kebutuhan
yang terus berkembang.
3. Solusi Terhadap Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar
Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang
Berdasarkan pada peneitian ini terdapat beberapa solusi terhadap kendala yang
dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan
kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ibu SW, selaku Ketua Program Studi TP:

“....Solusinya lebih banyak untuk mengadakan rapat, evaluasi, lokarya,


persamaan persepsi antar dosen. Karena untuk menyamakan persepsi yang
susah. Serta idealnya dapat dilihat dari metode survei dengan kuisioner yang
diberikan kepada Mahasiswa yang terkait program ini, terkait dengan respon
yang didapat selama mengikuti pengalaman belajar di luar kampus tersebut, dan
ada apa tidak peningkatan skillnya...” (SW/09.00 WIB/6/11/2021).
Begitupun dengan pernyataan Ibu NH Dosen yang mengampu Matakuliah Kimia
Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka:

“...Kurang lebih sama seperti sebelumnya. Hanya harus adanya kesinambungan


terus-menerus antara kompetensinya yang dibutuhkan. Karena jika solusi ini
tidak ditemukan jawabannya maka pemikiran Mahasiswanya masih grambyang.
Padahal ini adalah untuk penguatan kompetensi tersebut...” (NH/11.30
WIB/16/11/2021).

38
Dibenarkan pula oleh pernyataan Ibu AH, selaku Dosen yang mengampu
Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum Merdeka Belajar
dan Kampus Merdeka:

“...Pemberian suatu kriteria yang dapat diukur sendiri, ini bisa menjadi cara
untuk mengukur tingkat keberhasilan kurikulum MBKM...” (AH/16.00
WIB/17/11/2021).
Selain beberapa pernyataan dari Ketua Program Studi TP, serta dari dua Dosen
yang mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan. Sebagai
mahasiswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar pada program ini, H juga
menyampaikan penyataannya, bahwa sebagai mahasiswa harus memiliki Kompetensi
supaya dapat menjadi lulusan (output) yang employability skill, yaitu memiliki
keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang sesuai, sebagai berikut:

“...Menurut pribadi ini bukanlah solusi ideal, namun dari versi pribadi solusi
yang akan ditempuh supaya program yang sedang dikuti berhasil adalah dengan
niat, tujuan, dan alasan awal untuk mengikuti program ini. Namun harus lebih
aktif secara individu untuk membenagun pengatahuan baru dengan tindakan
nyata...” (H/13.00 WIB/11/11/2021).
Hal serupa juga dinyatakan oleh F mahasiswa yang mengikuti kegiatan
pertukaran pelajar pada program MBKM:

“...Menurut diri pribadi karena program ini merupakan angkatan pertama


Mahasiswa di Prodi sendiri, jadi masih kurang matang sistemnya. Maka dari itu,
untuk lebih kearah adanya peningkatan dan perbaikan teknisnya terlebih dahulu.
Untuk yang satu ini kembali dengan nama programnya, jadi harus adanya wujud
nyatanya. Soalnya selama pandemi realisasi dari program ini sendiri tidak ada...”
(F/18.00 WIB/11/11/2021).
Berdasarkan dari beberapa pernyataan sebelumnya, Kepala Biro Administrasi
Akademik dan Pengembangan AIK, Bapak RW, menyampikan solusi yang sekiranya
lebih efektif dalam mengatasi atas beberapa kendala yang dihadapi dari implementasi
hak belajar Mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka, sebagai berikut ini:

“...Kalau ini tergantung dari permasalahannya, nanti berjenjang. Apakah ini


masalah dari kebijakan (berarti pimpinan), kalau permasalahan teknis ditangani
di BAA, karena di BAA ada yang menangani khusus masalah MBKM. Jadi

39
dilihat jenjangnya saja, tapi diantara yang mendasar biasanya di Prodi dan ini
juga tergantung permasalahanya...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).
Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat dianalisis dan disimpulkan bahwa
terdapat beberapa tindakan perbaikan, berupa solusi, diantaranya seperti pengadaan
sosialisasi kemudian dimonitoring, dievaluasi, dari kedua tahap antara monitoring
dan evaluasi tersebut akan menentukan berhasil tidaknya program MBKM
dilaksanakan. Kemudian, yang terakhir adalah adanya peningkatan yang merupakan
tahapan ketika standar tercapai kemudian yang diawali dengan kebijakan
ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan. Maka dengan demikian diharapkan
pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan (output) yang employability skill, yaitu
memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang sesuai.

E. PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang, meliputi implementasi hak belajar mahasiswa, kendala
yang dihadapi, dan solusi terhadap kendala tersebut. Hasil kajian tersebut secara
umum adalah sebagai berikut.
1. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangkan Kebijakan
Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang
Implementasi hak belajar mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak awal diberlakukan kebijakannya. Bahkan
sebelum adanya kebijakan tersebut UMM sendiri sudah melaksanakan beberapa
program seperti magang industri, lalu menjadi anggota FHCI (melibatkan BUMN se-
Indonesia), menjadi anggota NUNI (pertukaran pelajar, riset kolaborasi, dan staff
mobility), melakukan MoU dengan berbagai PT atau DU/DI. Dipayungi oleh
beberapa peraturan, meliputi: 1) Surat Keputusan Rektor Nomor: 32 Tahun 2017
Tentang Ekuivalensi Karya Kreatif dan Inovatif Mahasiswa ke Dalam Kegiatan
Kurikulum. 2) Peraturan Rektor Nomor: 2 Tahun 2019 Tentang Magang Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang. 3) Surat Keputusan Rektor Nomor: 37 Tahun

40
2020 Tentang Skill (Keterampilan) Mobilitas. 4) Surat Keputusan Rektor Nomor: 31
Tahun 2020 Tentang Peraturan Akademik.
Kemudian implementasinya mengikut hibah, UMM sendiri yang
menyelanggarakan, atau bahkan prodi-prodi yang berMoU. Karena Merdeka Belajar
dan Kampus Merdeka ini wujudnya yang mengharuskan bermitra dengan lembaga
industri. Kalau untuk dari Kemendikbud sendiri tentang hibah ada 13 kegiatan yang
diikuti (PKKM, KMMI, IISMA, ICT, COE, IPD, Kerjasama Kurikulum,
Kemahasiswaan/HMJ, Program Pembelajaran Asistif, Magang Bersertifikat, Kampus
Mengajar, dan sebagainya). Langkah selanjutnya hanya harus meneruskan beberapa
program dari 8 bentuk kegiatan hak belajar mahasiswa.
Berdasarkan pada temuan yang telah dipaparkan di atas, hal ini merujuk pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa penyusunan
kurikulum adalah hak Perguruan Tinggi, tetapi selanjutnya dinyatakan harus
mengacu kepada Standar Nasional (Pasal 35 ayat 1). Selain dua kebijakan yang
menjadi payung penyusunan panduan ini, juga dilandasi Perpres Nomor 8 Tahun
2012 tentang KKNI. Hal ini mendorong semua Perguruan Tinggi untuk
menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut.
Sedangkan dalam pandangan konstruktivisme, pada proses belajar ini
merupakan sebuah proses sosial yang memerlukan proses komunikasi antara pihak
yang belajar, pihak yang mengajar dan dengan teman belajar. Proses belajar dapat
dibantu dengan teknologi, tetapi teknologi tidak dapat menggantikan proses tersebut
sepenuhnya. Manusia belajar dengan melakukan refleksi sesuai pengalaman yang
dialami masing-masing maupun pengalaman yang diperoleh secara kolaboratif dalam
kelompok (Sujak, 2020).
Implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di
Universitas Muhammadiyah Malang, sejalan bila pengetahuan dikonstruksi secara
personal kemudian dikembangkan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya sebagai fondasi. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang
dibawa ke permukaan itu sendiri dikonstruksi ketimbang sekadar diambil begitu saja

41
dari memori kasus per kasus. Dengan demikian pengetahuan itu berdasarkan
konstruksi individual yang tidak dikaitkan ke realitas eksternal, tetapi lebih kepada
hasil interaksi di dalam diri orang itu sendiri dengan dunia eksternal yang dipelajari.
2. Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam
Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah
Malang
Pelaksanaan kebijakan kurikulum MBKM memiliki beberapa kendala yang
dihadapi. Karena banyaknya pertanyaan tentang suatu kebijakan yang mana tidak
serta merta langsung bisa berjalan, sebab adanya suatu perubahan yang cukup drastis.
Seperti: 1) proses adaptasi kurikulum KKNI dengan program MBKM akan
berdampak pada mahasiswa dan dosen. Karena hal ini berawal pada tahun 2012
memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun tersebut juga. Tetapi 2017 mulai
sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE MBKM. 2) Karena ini hal yang
baru untuk penulisan evaluasinya belum seluruhnya selesai. 3) Kendala teknis dalam
pelaksanaan program MBKM. 4) Program magang masih mengalami banyak kendala
karena mekanisme kolaborasi dengan pihak luar, seperti perusahaan, industri, bahkan
sektor pemerintahan pun masih sangat terbatas.
Sejalan dengan berdasarkan Pasal 15 Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang SNPT, bentuk pembelajaran dapat
dilakukan di dalam dan di luar prodi. Bentuk Pembelajaran di luar prodi merupakan
proses pembelajaran yang terdiri atas pembelajaran pada prodi berbeda pada PT yang
sama, pembelajaran dalam prodi yang sama pada PT yang berbeda, pembelajaran
dalam prodi berbeda pada PT yang berbeda, dan pembelajaran pada lembaga non-PT.
Hal ini kemudian dikenal dengan Merdeka belajar. Program MBKM ini merupakan
program baru dari pemerintah yang memberi hak belajar kepada mahasiswa di luar
program studi. Hal ini bukan perkara mudah, tentu banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan program ini.

42
3. Solusi Terhadap Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar
Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas
Muhammadiyah Malang
Solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa
dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam
perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, adalah: 1)
memonitoring, 2) Mengevaluasi, dari kedua tahapan tersebut akan menentukan
berhasil tidaknya program MBKM dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan
secara serius, terukur, transparan, dan akuntabel. 3) Peningkatan yang merupakan
tahapan ketika standar tercapai kemudian ditingkatkan secara berkala dan
berkelanjutan. Namun untuk tahap peningkatan ini biasanya berada pada level
kebijakan.
Hal ini sesuai dengan program MBKM yang merupakan program baru dari
pemerintah yang memberi hak belajar kepada mahasiswa di luar Program Studi,
Kampus, bahkan Luar Negeri. Hal ini bukan perkara mudah, tentu banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Tanpa dukungan dan komitmen yang
kuat dari semua pihak yang ada, maka program MBKM ini tidak akan berhasil.
Penyempurnaan harus terus dilakukan dengan melakukan berbagai terobosan,
inovasi, kreativitas, perluasan kerjasama, peningkatan kualitas pelayanan, dan
seterusnya. Sehingga dapat membuat dan menyempunakan kebijakan agar program
MBKM ini agar lambat laun menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan MBKM
yang dicanangkan pemerintah (Arifin, Syamsul. et al., 2021).

F. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Implementasi
Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori
Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini sudah
menunjukkan bahwa adanya pembaruan dari penelitian terdahulu dengan penelitian
kali ini, dibuktikan dengan variabel-variabel yang dijelaskan pada tinjauan pustaka.
Maka, seperti yang telah di kemukakan sebelumnya kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:

43
1. Implementasi hak belajar mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak awal diberlakukan kebijakannya. Bahkan,
pada Program Studi Teknologi Pangan (TP), Fakultas Pertanian dan Peternakan
(FPP) program tersebut dimampatkan pada semester 1 sampai 6, semester 7 dan
8 mahasiswa bebas untuk mengambil SKS di luar Universitas. Karena di Prodi
TP sendiri, seperti mahasiswa yang belajar di luar Prodi, dari pihak Prodi akan
meninjau Silabus yang akan diambil mahasiswa dari Matakuliah di luar Prodi
tersebut. Kemudian dicocokkan dengan Kompetensi di Prodi, setelahnya
mahasiswa akan mengikuti sepenuhnya rule yang ada.
2. Kendala yang dihadapi tersebut meliputi: 1) proses adaptasi kurikulum KKNI
dengan program MBKM akan berdampak pada mahasiswa dan dosen. Karena
hal ini berawal pada tahun 2012 memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun
tersebut juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya
OBE MBKM. 2) Karena ini hal yang baru untuk penulisan evaluasinya belum
seluruhnya selesai. 3) Kendala teknis dalam pelaksanaan program MBKM. 4)
Program magang masih mengalami banyak kendala karena mekanisme
kolaborasi dengan pihak luar, seperti perusahaan, industri, bahkan sektor
pemerintahan pun masih sangat terbatas.
3. Solusi terhadap kendala yang terjadi dilapangan adalah: 1) memonitoring, 2)
mengevaluasi, dari kedua tahapan tersebut akan menentukan berhasil tidaknya
program MBKM dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan secara serius,
terukur, transparan, dan akuntabel. 3) Peningkatan yang merupakan tahapan
ketika standar tercapai kemudian ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan.
Namun untuk tahap peningkatan ini biasanya berada pada level kebijakan.

44
RUJUKAN

Arifin, Syamsul., Suparto., Rahmad Wijaya., M. M. E., Catur Wido Haruni., Bayu
Hendro Wicaksono., Aris Winaya., M. S., & Zahidi., Mochammad Wachid.,
Moh. Fery Fauzi., F. P. (2021). Panduan Skema Mobilitas Mahasiswa dalam
Rangka Implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Universitas
Muhammadiyah Malang.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Erlangga Press.

Jenderal, D., Tinggi, P., Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. A. N. (2020). Panduan
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi.

Kebudayaan, K. P. dan. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI.

Komariah, Aan., Satori, D. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Miles, B. Mathew., M. H. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang


Metode-metode Baru. UIP.

Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook Terjemahan (U. P. Rohidi, Tjetjep Rohindi (ed.); Edition
3). Sage Publications.

Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya.

Nasution, Sahkholid ., Z. (2018). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab


Berbasis Teori Konstruktivisme di Perguruan Tinggi. Journal of Arabic Studies,
3(2).

Saputra, E. D. (2018). PENDEKATAN PEMBELAJARAN DI DOES UNIVERSITY


DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME.

Silviannisa, R. (2018). Optimalisasi pembelajaran konstruktivistik dalam


peningkatan motivasi beribadah siswa dan penguatan pendidikan karakter
religius.

Sudaryanto. (2018). Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Aplikasi dalam


Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 2(1), 1–16.

Sugiri, Wiku Aji., Priatmoko, S. (2020). Perspektif Asesmen Autentik Sebagai Alat
Evaluasi dalam Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 4(1).

Sujak, A. (2020). Mengajar Generasi Z (Cetakan I). Pustaka Insan Madani, 2020.

45
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosada Karya.

Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Wakia, N. (2012). Implementasi Program Pendidikan Gratis Dalam Mewujudkan


Wajib Belajar Di Mi No. 2 Bajoe Dan Mts Al-Amir Fil Jannah Bajoe
Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone. Makasar: UIN Alauddin
Makasar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5719/1/Tesis Nurul Wakia.pdf

Zidni, M., Nafi, I., Kuswandi, D., & Kurniawan, C. (2021). Konsep Merdeka Belajar
Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun


2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional


Indonesia.

Peraturan Rektor Nomor: 2 Tahun 2019 Tentang Magang Mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Malang.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 32 Tahun 2017 Tentang Ekuivalensi Karya Kreatif
dan Inovatif Mahasiswa ke Dalam Kegiatan Kurikulum.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 37 Tahun 2020 Tentang Skill (Keterampilan)


Mobilitas.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 31 Tahun 2020 Tentang Peraturan Akademik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan


Tinggi.

46
Tabel 1. Tabel Wawancara

LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK


Universitas Muhammadiyah Malang.
Nama : RW
Hari/Tgl/Tahun : Kamis/25/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Bagaimana gambaran 1. Sejak lama sebenarnya
Mahasiswa dalam umum tentang kebijakan sudah MBKM, sekitar
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka tahun 2017 tapi hanya
Kurikulum Merdeka belajar dan kampus sebagian seperti magang
Belajar dan Kampus merdeka yang diterapkan industri, lalu menjadi
Merdeka dalam Perspektif di UMM? anggota FHCI
Teori Konstruktivisme 2. Sejak kapan kebijakan (melibatkan BUMN se-
di Universitas kurikulum merdeka Indonesia), menjadi
Muhammadiyah Malang belajar dan kampus anggota NUNI
merdeka tersebut (pertukaran pelajar, riset
diterapkan di UMM? kolaborasi, dan staff
3. Apa yang sebenarnya mobility), melakukan
yang melatarbelakangi MoU dengan berbagai
adanya penetapan PT atau DU/DI.
kebijakan kurikulum Kemudian
merdeka belajar dan implementasinya ikut
kampus merdeka tersebut hibah, kemudian UMM
di UMM? sendiri yang
4. Bagaimana desain (bentuk menyelanggarakan, atau
kegiatan pembelajaran) bahkan prodi-prodi yang
dari kebijakan kurikulum berMoU. Karena
merdeka belajar dan MBKM ini wujudnya
kampus merdeka yang harus banyak bermitra
diterapkan di UMM? dengan lembaga industri
5. Adakah strategi dan tersebut. Jadi
metode tertentu yang memungkinkan
digunakan dalam mahasiswa untuk dapat
implementasi kebijakan menjalankan program
kurikulum merdeka magang. Kalau untuk
belajar dan kampus dari Kemendikbud
merdeka di UMM? sendiri tentang hibah ada
6. Bagaimana pendapat anda 13 kegiatan yang diikuti
sendiri mengenai teori (PKKM, KMMI, IISMA,
konstruktivisme tersebut? ICT, COE, IPD,
7. Bagaimana jika teori Kerjasama Kurikulum,

47
konstruktivisme ini Kemahasiswaan/HMJ,
digabungkan dengan Program Pembelajaran
kebijakan kurikulum Asistif, Magang
merdeka belajar dan Bersertifikat, Kampus
kampus merdeka?Apakah Mengajar, dll ). Intinya
dengan adanya kebijakan sudah banyak kegiatan
kurikulum merdeka MBKM yang dilakukan.
belajar dan kampus 2. Tahun 2017 itu
merdeka tersebut dapat sebenarnya sudah
dianggap sejalan dan MBKM sebagian, terus
sesuai dengan perspektif pas tahun 2020 itu
teori konstruktivisme? diminta menerapkan
jadinya tinggal
meneruskan program
dari MBKM yang
sekiranya belum
dijalankan sebelumnya.
3. Karena aturan
pemerintah (SNDIKTI)
harus diikuti. Pemerintah
yang memerintahkan/
diinstruksikan jadi
diikuti. Sebelumnya saja
sudah melakukan
magang industri, terus
ekuivalensi, ibaratnya
sebelum pemerintah
melakukan UMM sudah
melaksakannya dengan
payung dari Surat
Keputusan Rektor di
tahun 2017 tadi.
4. Tetap sesuai dengan
SNDIKTI yang 20 dan
40 SKS. Desainnya nati
84 SKS di harus Prodi
asal, maksimum 20 SKS
lintas Prodi, maksimum
40 SKS lintas
Universitas 8 kegiatan
MBKM, 144 SKS KPT
di Prodinya track lulus.
5. Karena yang namanya
instruksi jadi harus
dijalankan tapi
disesuaikan karena
ekuivalensi mata

48
kuliahnya beda.
Tentunya nanti ada
keselarasan.
6. Kalau untuk teori belajar
tersebut menggabungkan
kalau tidak salah, antara
pemahaman yang sudah
ada dengan informasi
baru.
7. Coba bayangkan,
sebelum MBKM saja
UMM sendiri sudah
melakukannya,
setelahnya disuruh cocok
apa tidak? Kan sudah
kelihatan. Meskipun
sebelum ada putusan
tentang program tersebut
UMM sudah
melaksanakan sebagian
dari 8 kegiatan yang ada.
Setelahnya tinggal
meneruskan dan
menambahkan kegiatan.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Kalau kendala dari
dari Implementasi Hak dihadapi dari implemetasi Negara sediri jelas
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum banyak. Untuk
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan sosialisasi MBKM ini
Kurikulum Merdeka kampus merdeka yang saja, sebenarnya sudah
Belajar dan Kampus diterapkan pada di UMM? seri ketiga, nanti seri
Merdeka dalam Perspektif 2. Seperti apa evaluasi keempatnya di Syiah
Teori Konstruktivisme terhadap kebijakan Kuala University.
di Universitas kurikulum merdeka belajar Tentunya nanti akan
Muhammadiyah Malang dan kampus merdeka yang banyak pertanyaan
diterapkan di UMM? tentang suatu kebijakan
3. Bagaimana cara mengukur yang mana tidak serta
tingkat keberhasilan merta langsung bisa
pelaksanaan kebijakan berjalan, karena
kurikulum merdeka belajar perubahannya ini cukup
dan kampus merdeka yang drastis. Sebenarnya
diterapkan di UMM? dimulainya kan dari
4. Hambatan-hambatan apa OBE. Tapi sebelum itu
saja yang dialami dalam di KPT orientasinya
mengukur tingkat sudah CP berati sudah
keberhasilan pelaksanaan OBE juga dan
kebijakan kurikulum diperbaiki. Berawal 2012
merdeka belajar dan memakai KKNI dengan

49
kampus merdeka yang SNDIKTI di tahun
diterapkan di UMM? tersebut juga. Tetapi
5. Apa saja kendala dalam 2017 mulai sepenuhnya
upaya menciptakan dan menerapkan OBE dan
mewujudkan mahasiswa berikutnya OBE
yang sesuai dengan MBKM.
kebijakan kurikulum 2. Karena ini hal yang baru
merdeka belajar dan untuk penulisan
kampus merdeka yang evaluasinya belum
diterapkan di UMM? seluruhnya selesai.
Tetapi secara tataran
teknisnya, disetiap
kegiatan selalu ada feed
backnya. Misalnya untuk
lintas prodi, itu nanti ada
koordinasi dari BAA
untuk proses
penlaksanaannya ke
prodi lain dan prodi asal
tentang masalah
pertukaran pelajar.
Koordinasian tersebut
mencakup tentang mata
kuliahnya (boleh apa
tidak mahasiswa saya
kuliah di tempatmu?).
kalau itu nanti sudah
prodi yang sudah
mendapatkan ijin dari
prodi lain, maka nanti
akan disosialisasikan ke
mahasiswa. Kemudian
mahasiswanya mendaftar
lalu diapproved oleh
dosen wali, disetujui atau
tidak jadi dicek.
Kemudian diseleksi,
belum diterimanya tadi
dibagian administratif
karena belum tentu
diterimanya karena
misalnya kuota
terpenuhi. Maka di sini
prodi harus menunjuk
dosen penggerak yang
mendampingi, kemudian
diumumkan, selanjutnya

50
mahasiswa
melaksanaakan
pertukaran pelajar
tersebut. Dan prodi lain
harus melayani
mahasiswa tersebut
untuk kuliah di
tempatnya. Kemudian
tugasnya prodi lain
adalah menilai, lalu
nilainya akan dientery.
Kemudian prodi yang
melakukan atau
mengirim mahasiswanya
tadi tersebut akan
mengevaluasi dan
berdasarkan dari laporan
mahasiswanya juga
(bagaimana kuliahmu di
prodi ini?) jadi nanti
kaprodi akan tanya, lha
ini bisa dikatakan
sebagai evaluasi.
Nantinya akan
disampaikan kepada
rektor, oleh rektor ini
nanti dijadikan feed
back. Bisa ke BAA
masalah administrasinya,
bisa saja ke prodi lain
karena penerimaan
mahasiswa dari prodi
lain, bisa saja dari prodi
yang mengirim. Jadi ini
caranya kita feed back.
Semua akan selalu ada
disetiap kegiatan.
3. Keberhasilan MBKM itu
diukur dari adanya
peningkatan kompetensi
mahasiswa. Bukan
banyak-banyaknya yang
mengikuti. Tapi apakah
dengan melakukan
MBKM, maka
kompetensi mahasiswa
itu bertambah atau tidak?

51
Jadi maksud dari
bertambah itu bukan
kompetensi di prodinya
mahasiswa harus
mempunyai 2 atau 3
kompetensi. Lantas ini
yang akan
mempermudahkan nya
dikemudian hari, entah
bekerja mandiri atau di
perusahaan.
4. Hambatannya itu tadi,
karena MBKM ini
tergolong baru, jadi
dalam mengukur tingkat
keberhasilan
pelaksanaan itu belum
tersistem, jadi masih
enterynya manual.
Namun ini sudah ada
flow chartnya, nanti akan
dibuat oleh bagian
infokom dan nanti baru
tersistem. Namun semua
kegiatan sudah ada flow
chart atau pun aturan
detailnya tetapi itu tadi
masih manual.
5. Mahasiswa itu, dia ingin
lulus cepat maka
mahasiswa akan mau
mengikuti selama
menguntungkan dia.
Misalnya, kalau yang
hibah-bibah mahasiswa
senang kan? Kenapa?
Karena mereka akan
mendapatkan reward
kebebasan UKT, lha
mereka akan tertarik.
Kemudian ada yang
ingin memotong masa
studinya, itu ada prodi
yang mahasiswanya
banyak yang membuat
jurnal karena itu nanti
tidak usah membuat

52
skripsi. Jadi itu ada
unsur dari akademik dan
ekonomiknya yang
biasanya itu yang
menarik mahasiswa
untuk ikut MBKM.
Karena tidak ada
paksaan juga, jadi
terserah mahasiswa ikut
atau tidak.
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Kalau ini tergantung dari
yang Dihadapi dari ditempuh dan dilakukan permasalahannya, nanti
Implementasi Hak Belajar dalam mengatasi kendala berjenjang. Apakah ini
Mahasiswa dalam dari implemetasi kebijakan masalah dari kebijakan
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka belajar (berarti pimpinan), kalau
Kurikulum Merdeka dan kampus merdeka yang permasalahan teknis
Belajar dan Kampus diterapkan di UMM (hak ditangani di BAA,
Merdeka dalam Perspektif belajar mahasiswa)? karena di BAA ada yang
Teori Konstruktivisme menangani khusus
di Universitas masalah MBKM. Jadi
Muhammadiyah Malang dilihat jenjangnya saja,
tapi diantara yang
mendasar biasanya di
prodi dan ini juga
tergantung
permasalahanya.

53
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Nama : AW
Hari/Tgl/Tahun : Selasa/9/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Bagaimana kebijakan 1. Untuk kebijakan
Mahasiswa dalam kurikulum merdeka kurikulum MBKM di
Kerangka Kebijakan belajar dan kampus FPP sendiri sudah di
Kurikulum Merdeka merdeka yang diterapkan jalankan. Jadi semenjak
Belajar dan Kampus di FPP? ada kurikulum tersebut
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana gambaran dan diminta
Teori Konstruktivisme umum tentang kebijakan menerapkannya, maka
di Universitas kurikulum merdeka harus dijalankan pada
Muhammadiyah Malang belajar dan kampus saat itu juga. Karena
merdeka yang diterapkan sifatnya juga yang
di FPP? offering jadi harus ada
3. Sejak kapan kebijakan yang ditawarkan. Maka
kurikulum merdeka pada akhirnya Prodi-
belajar dan kampus Prodi ini yang diminta
merdeka diterapkan di untuk mendesain
FPP? kurikulum berbasis
4. Apa yang MBKM.
melatarbelakangi 2. Ada beberapa
pelaksanaan implementasi Mahasiswa yang sudah
kebijakan kurikulum mengambil perkuliahan
merdeka belajar dan di luar Universitas lewat
kampus merdeka pada di NUNI bahkan ke luar
FPP? negeri melalui Erasmus
5. Strategi dan metode Mundus. Nanti nilai dari
seperti apa yang Matakuliah bisa
digunakan dalam dikonversikan dan
implementasi kebijakan dicocokkan.
kurikulum merdeka 3. Pemberlakuan
belajar dan kampus kurikulumnya mulai
merdeka di FPP? 2020 kemarin, dan baru
6. Bagaimana pendapat anda 1 periode untuk
tentang teori 2020/2021 ini.
konstruktivisme? 4. Karena seperti
7. Bagaimana jika teori kemauannya Mendikbud,
konstruktivisme ini jadi agar dapat benar-
digabung dengan benar terkoneksi dengan
kebijakan kurikulum dunia industri dan dapat
merdeka belajar dan terhubung dengan

54
kampus merdeka? Apakah teorinya. Sehingga
dengan adanya kebijakan terciptanya
kurikulum merdeka keseimbangan antara
belajar dan kampus praktek dan teori.
merdeka sejalan dalam Kemudian karena adanya
perspektif teori visi Kewirausahaan yang
konstruktivisme? dikembangkan
8. Apakah dengan adanya berdasarkan jiwa
teori kosntruktivisme ini Kewirausahaan. Karena
dianggap cocok untuk saat ini juga banyak yang
mengimplementasikan menuju ke bidang
kebijakan kurikulum tersebut daripada seperti
merdeka belajar dan perkantoran, dll.
kampus merdeka pada di 5. Yang jelas kurikulumnya
FPP? harus bagus karena kalau
9. Bagaimana strategi tidak nanti seperti tidak
implemetasi hak belajar ada rambu-rambu dalam
mahasiswa dalam pelaksanaannya. Jadi
kerangka kebijakan kurikulumnya harus
kurikulum merdeka didesain sesuai program,
belajar dan kampus adanya konversi, dan
merdeka dalam perspektif ekuivalensi.
teori konstruktivisme yang 6. Mengkrontruksi
diterapkan di FPP? pengalaman yang sudah
10. Apakah dalam ada dengan yang baru.
perspektif teori Jadi memperbaiki yang
konstruktivisme, hasil sudah ada dengan yang
yang didapatkan sesuai baru lagi.
dengan implemetasi hak 7. Jadi kalau sekarang di
belajar mahasiswa dalam analisis dengan
kerangka kebijakan pendekatan kurikulum
kurikulum merdeka MBKM itu sudah
belajar dan kampus konstruktivisme.
merdeka yang diterapkan 8. Tentunya cocok, apalagi
di FPP? di Fakultas ini basisnya
pada produk yang
dihasilkan dan
kewirausahaan, jadi
dengan adanya
kurikulum MBKM dan
yang dicari adalah
outcomenya juga.
Sehingga dengan teori
tersebut akan
mengkonstruk antara
teori yang sudah ada
dengan praktiknya

55
sendiri.
9. Untuk di Fakultas
sendiri, seperti
Mahasiswa yang belajar
di luar Prodi, nanti akan
dikoordinasikan ke
Prodi-Prodi untuk
merancang kurikulum
yang sesuai, yang akan
diambil Mahasiswa di
luar Prodi itu seperti apa.
Kemudian dicocokkan
dengan kompetensi.
Kemudian nanti
Mahasiswa akan
mengikuti rule yang ada
sepenuhnya.
10. Kalau kesesuaian
diukur dengan presentase
100% tentunya tidak,
seperti contohnya kalau
ukuran kesesuaian tadi
adalah ukuran yang
berdasarkan suatu hasil
produk maka tidak akan
dilihat dari sisi
perkembangannya.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Kalau untuk dosen itu
dari Implementasi Hak dihadapi dari implemetasi sering kali tidak toleran
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum terhadap sistem yang
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan dikembangkan.
Kurikulum Merdeka kampus merdeka yang Sedangkan untuk
Belajar dan Kampus diterapkan pada di FPP? Mahasiswanya secara
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana cara mengukur umum tergantung
Teori Konstruktivisme tingkat keberhasilan Mahasiswa tersebut.
di Universitas pelaksanaan kebijakan Karena kebijakan ini
Muhammadiyah Malang kurikulum merdeka belajar juga opsional,
dan kampus merdeka yang Mahasiswa diberikan
diterapkan di FPP? kebebasan untuk
3. Seperti apa evaluasi mengambilnya atau
terhadap pelaksanaan tidak.
kebijakan kurikulum 2. Cara mengukurnya ini
merdeka belajar dan basisnya tetap harus
kampus merdeka yang sesuai pendekatannya
diterapkan di FPP? seperti nilai yang
4. Hambatan-hambatan apa didapatkan, kemudian
saja yang dialami dalam kemampuan Mahasiswa

56
mengukur tingkat untuk mengambil
keberhasilan pelaksanaan aktifitas di luar tadi.
kebijakan kurikulum Kalau Mahasiswa
merdeka belajar dan tersebut bisa, otomatis
kampus merdeka yang Mahasiswa tersebut
diterapkan di FPP? sudah mampu untuk
5. Apa saja kendala dalam melaksanakannya.
upaya menciptakan dan 3. Untuk teknik
mewujudkan mahasiswa evaluasinya karena di PT
yang sesuai dengan jadi mengikuti standart
kebijakan kurikulum tadi seperti konversi,
merdeka belajar dan ekuivalensi, itu yang
kampus merdeka yang dikembangkan. Kalau
diterapkan di FPP? mengikuti
6. Pada perspektif teori perkembangan
konstruktivisme, kebijakan MBKMnya sendiri nanti
kurikulum merdeka belajar dititiknya yang tadi
dan kampus merdeka seberapa banyak
dianggap sejalan. Kira-kira Mahasiswa mengambil
kendala apa saja yang program tersebut.
dihadapi dalam upaya Kemudian seberapa
menciptakan dan besar/banyak Prodi itu
mewujudkannya? mengembangkan
7. Bagaimana cara mengukur program-program center
tingkat keberhasilan of excellentnya.
pelaksanaan hak belajar 4. Hambatannya sendiri itu
mahasiswa dalam kalau tidak banyaknya
kerangka kebijakan Mahasiswa yang
kurikulum merdeka belajar mengikuti program
dan kampus merdeka tersebut, maka program
dalam perspektif teori tersebut akan mengalami
konstruktivisme? penyusutan dalam
8. Bagaimana cara tingkat pencapaian
mengetahui tingkat keberhasilan
keberhasilan dalam upaya pelaksanaannya.
menciptakan dan 5. Dari dosen itu yang
mewujudkan hasil yang sering kali tidak toleran
sesuai dengan hak belajar terhadap sistem yang
mahasiswa dalam dikembangkan.
kerangka kebijakan Sedangkan
kurikulum merdeka belajar Mahasiswanya sendiri
dan kampus merdeka secara umum juga
dalam perspektif teori tergantung minat
konstruktivisme tersebut? Mahasiswa tersebut.
9. Seperti apa evaluasi 6. Kurang lebih sama
terhadap hak belajar seperti sebelumnya,
mahasiswa dalam lebih tepatnya.

57
kerangka kebijakan 7. Cara mengukurnya ini
kurikulum merdeka belajar basisnya tetap harus
dan kampus merdeka sesuai pendekatannya
dalam perspektif teori seperti nilai yang
konstruktivisme yang didapatkan, kemudian
diterapkan dalam upaya kemampuan Mahasiswa
menciptakan dan untuk mengambil
mewujudkan hasil agar aktifitas di luar tadi.
sesuai dengan yang 8. Dikatakan berhasil
diharapkan? tidaknya itu jika banyak
10. Hambatan-hambatan apa Mahasiswa yang
saja yang dialami dalam mengikuti program
mengukur tingkat tersebut mencapai
keberhasilan dalam standar kompetensi yang
menciptakan dan diinginkan dan sesuai.
mewujudkan hasil yang 9. Untuk evaluasinya
sesuai dengan hak belajar karena di PT jadi
mahasiswa dalam mengikuti standart tadi
kerangka kebijakan seperti konversi,
kurikulum merdeka ekuivalensi, itu yang
belajar dan kampus dikembangkan. Kalau
merdeka dalam perspektif mengikuti
teori konstruktivisme? perkembangan
MBKMnya sendiri nanti
dititiknya yang tadi
seberapa banyak
Mahasiswa mengambil
program tersebut.
Kemudian seberapa
besar/banyak Prodi itu
mengembangkan
program-program center
of excellentnya.
10. Hambatannya
sendiri itu kalau tidak
banyaknya Mahasiswa
yang mengikuti program
tersebut, maka program
tersebut akan mengalami
penyusutan dalam
tingkat pencapaian
keberhasilan
pelaksanaannyadengan
teori acuan yang ada.
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Kadang-kadang
yang Dihadapi dari ditempuh dalam mengukur peniliannya kualitatif
Implementasi Hak Belajar tingkat keberhasilan tidak bisa secara

58
Mahasiswa dalam pelaksanaan implementasi kuantitatif untuk
Kerangka Kebijakan hak belajar mahasiswa menetapkan
Kurikulum Merdeka dalam kerangka kebijakan indikatornya. Karena
Belajar dan Kampus kurikulum merdeka belajar untuk indikator itu selalu
Merdeka dalam Perspektif dan kampus merdeka di ada dari Universitas
Teori Konstruktivisme FPP namanya sistem
di Universitas 2. Solusi ideal apa saja yang pengendalian mutu.
Muhammadiyah Malang ditempuh saat mengukur Karena itu yang
tingkat keberhasilan dalam sekarang ini menjadi
menciptakan dan acuan untuk standar di
mewujudkan hasil yang PT. Sehingga mengukur
sesuai dengan cara keberhasilannya
implementasi hak belajar tidak lepas dari itu.
mahasiswa dalam 2. Kurang lebih sama
kerangka kebijakan seperti sebelumnya.
kurikulum merdeka belajar Untuk contohnya saja
dan kampus merdeka seperti skor TOEFL
dalam perspektif teori Mahasiswa itu harus ada
konstruktivisme? standar minimalnya. Jadi
untuk tuntutan minimal
tersebut dikatakan
berhasil bila 80%
Mahasiswa sudah
mendapatkan nilai
bagus.

59
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Nama : SW
Hari/Tgl/Tahun : Sabtu/6/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Apa yang bapak/ibu 1. Program yang
Mahasiswa dalam ketahui tentang kebijakan dicanangkan Mendikbud.
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka Mahasiswa diberikan
Kurikulum Merdeka belajar dan kampus hak kebebasan belajar di
Belajar dan Kampus merdeka? luar Prodi, 20 SKS di
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana gambaran luar Prodi 40 SKS ada di
Teori Konstruktivisme umum tentang kebijakan luar kampus.
di Universitas kurikulum merdeka belajar 2. Untuk pengambilan 20
Muhammadiyah Malang dan kampus merdeka yang SKS di luar Prodi, bisa
diterapkan pada program lintas Jurusan di dalam
studi? Universitas. Dimana
3. Sejak kapan kebijakan Mahasiswa yang
kurikulum merdeka belajar mengambil 20 atau 40
dan kampus merdeka SKS di luar Prodi, nati
diterapkan pada program ada batasan, ada capaian
studi? pembelajaran, standar
4. Apa yang kompetensi, yang harus
melatarbelakangi program dicapai. Maka Prodi
studi menerapkan akan mengarahkan pada
kebijakan kurikulum kegiatan yang akan
merdeka belajar dan mencapai kompetensi
kampus merdeka? dan tidak.
5. Strategi dan metode apa 3. Dirancang sejak 2021,
yang digunakan dalam dan mampatkan di
implementasi kebijakan semester 1 sampai
kurikulum merdeka belajar semester 6. 7 dan 8
dan kampus merdeka pada bebas mengambil di luar
program studi? Universitas.
6. Apakah bapak/ibu 4. Karena adanya
mengetahui tentang teori perkembangan IPTEK
konstruktivisme? yang pesat dan dengan
7. Bagaimana gambaran adanya kebebasan
umum tentang teori tersebut dalam rangka
kontruktivisme yang mahasiswa agar bebas
bapak/ibu ketahui? memilih kompetensi
8. Pada perspektif teori yang ingin dicapai.
konstruktivisme, kebijakan 5. Strategi dan metodenya
kurikulum merdeka belajar mengikuti alur yang ada.
dan kampus merdeka Serta memilih

60
dianggap sejalan, apakah kegiatannya yang ada
kedua anggapan tersebut korelasi dengan
sangat cocok bila kompetensi di Prodi.
diimplementasikan? Seperti, Kewirausahaan,
9. Bagaimana rancangan hak Magang, KKN Tematik,
belajar mahasiswa dalam dan Riset/Penelitian.
kerangka kebijakan 6. Iya, tentu tahu tentang
kurikulum merdeka belajar teori belajar tersebut.
dan kampus merdeka 7. Merubah mindset,
dalam perspektif teori dimana bebas untuk
konstruktivisme yang belajar menemukan
diterapkan pada program sesuatu dari pengalaman
studi? yang dimiliki dengan
10. Bagaimana strategi penggabungan
implementasi hak belajar pengalaman baru.
mahasiswa dalam 8. Tentu sangat cocok
kerangka kebijakan sekali. Menurut saya
kurikulum merdeka belajar kenapa Pak Nadiem
dan kampus merdeka menerapkannya yang
dalam perspektif teori mana gebrakan yang luar
konstruktivisme yang biasa, karena selama ini
diterapkan pada program Mahasiswa dianggap
studi? belajarnya harus
mengikuti perkataan
dosennya. Dan saya kira
dengan teori
kontruktivisme tersebut
sangat relevan untuk
menjawab
perkembangan yang
cepat saat ini.
9. Untuk di Prodi sendiri,
seperti Mahasiswa yang
belajar di luar Prodi,
pihak Prodi akan melihat
silabus yang akan
diambil Mahasiswa dari
matakuliah di luar Prodi
itu seperti apa.
Kemudian dicocokkan
dengan kompetensi di
Prodi, kemudian nanti
Mahasiswa akan
mengikuti rule
sepenuhnya yang ada di
sana.
10. Nanti dari pihak

61
Prodi
mensosialisasikannya ke
Mahasiswa, kemudian
Mahasiswa akan
memutuskan apakah
akan ikut dalam MBKM
ini ataukah jalur reguler.
Maka jalur reguler tetap
dilayani oleh Prodi
sesuai dengan
kurikulumnya, dan yang
MBKM akan
disesuaikan dengan
peraturan yang ada di
fakultas. Teknisnya di
tingkatan Prodi.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Untuk kendala yang
dari Implementasi Hak dihadapi dari penerapan dihadapi kemarin itu
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum belum menyusun
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan kurikulum yang memang
Kurikulum Merdeka kampus merdeka pada dikhususkan untuk
Belajar dan Kampus program studi? MBKM akhirnya
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana cara mengukur kesulitannya di
Teori Konstruktivisme tingkat keberhasilan ekuivalensi untuk
di Universitas pelaksanaan kebijakan pencocokan ke mananya,
Muhammadiyah Malang kurikulum merdeka belajar kemudian untuk
dan kampus merdeka pada memahamkan kepada
program studi? bapak/ibu dosen yang
3. Seperti apa evaluasi senior kadang justru
terhadap pelaksanaan yang susah daripada
kebijakan kurikulum yang muda.
merdeka belajar dan 2. Dengan adanya
kampus merdeka pada lokakarya untuk
program studi? mencocokkan
4. Hambatan-hambatan apa pemahaman baru
saja yang di alami dalam tersebut terutama untuk
mengukur tingkat yang dosen senior,
keberhasilan pelaksanaan mengadakan koordinasi
kebijakan kurikulum membahas case atau pun
merdeka belajar dan program-program yang
kampus merdeka pada digulirkan
program studi? Kemendikbud,
5. Pada perspektif teori mendiskusikan
konstruktivisme, kebijakan progresnya Mahasiswa
kurikulum merdeka belajar yang bersangkutan
dan kampus merdeka dengan program ini.
dianggap sejalan. Apa saja Sehingga nanti ada

62
kendala yang dihadapi pengarahan yang tepat
dalam upaya menciptakan dan sesuai.
dan mewujudkan hasil 3. Untuk evaluasinya
yang sesuai? sendiri sebenarnya
6. Apakah ada kendala yang belum ada kuisioner
dihadapi dari seperti itu karena
implementasi hak belajar programnya sendiri
mahasiswa dalam masih berjalan.
kerangka kebijakan 4. Prodi sendiri sebelumnya
kurikulum merdeka belajar sudah mengusung
dan kampus merdeka program Magang karena
dalam perspektif teori capaian pembelajarannya
konstruktivisme yang kalau di PT pasti ke
diterapkan pada program industri. Industri tersebut
studi? jarang ada yang bersedia
7. Seperti apa evaluasi ber Mou apalagi industri
terhadap implementasi hak pangan itu sangat-sangat
belajar mahasiswa dalam susah. Karena Magang
kerangka kebijakan yang diakui oleh
kurikulum merdeka belajar Kemendikbud itu harus
dan kampus merdeka ada Mou/kesepakatan
dalam perspektif teori dengan mitra. Jadi
konstruktivisme yang sulitnya di situ mencari
diterapkan pada program mitra yang bersedia
studi dalam upaya untuk bekerjasama
menciptakan dan melaksanakan Magang
mewujudkan hasil yang tersebut.
sesuai? 5. Kalau untuk itu dari
8. Bagaimana cara Prodi mengalir saja.
mengetahui tingkat Karena untuk hasil yang
keberhasilan dalam sesuai dengan
menciptakan dan kompetensi kegiatan
mewujudkan hasil yang akan dipilih, misalnya
sesuai dengan untuk Magang, indutri
implementasi hak belajar apa yang nanti dapat
mahasiswa dalam memfasilitasi
kerangka kebijakan kompetensi dan
kurikulum merdeka belajar mengimprove
dan kampus merdeka mahasiswa. Karena tidak
dalam perspektif teori semua industri akan
konstruktivisme tersebut? dipakai sebagai tempat
9. Hambatan-hambatan apa Magang. Biasanya
saja yang dialami dalam kriteria pemilihan
mengukur tingkat industri adalah yang
keberhasilan dalam dapat memberikan
menciptakan dan berbagai kasus atau riset.
mewujudkan hasil yang 6. Kendalanya diupayakan

63
sesuai dengan diminimalisir. Karena
implementasi hak belajar agar prosesnya terus
mahasiswa dalam berjalan, sementara ini
kerangka kebijakan adanya penjaringan
kurikulum merdeka belajar kerjasama yang
dan kampus merdeka diperbanyak. Serta
dalam perspektif teori mungkin pada teknis
konstruktivisme tersebut? pelaksanaan dan tidak
10. Apakah dengan adanya semua juga Mahasiswa
hambatan-hambatan yang yang tertarik dengan
muncul dalam program ini.
menciptakan dan 7. Untuk evaluasinya
mewujudkan hasil yang dengan adanya
sesuai dengan peninjauan kurikulum
implementasi hak belajar setiap tahun pada
mahasiswa dalam kalangan internal,
kerangka kebijakan kemudian setelah 4
kurikulum merdeka belajar tahun akan ditinjau
dan kampus merdeka kembali kurikulum itu
dalam perspektif teori dengan melibatkan
konstruktivisme akan mitra. Jadi nanti dari
mempengaruhi tolak ukur indutri dipanggil untuk
keberhasilannya? diskusi dan
mengevaluasi kurikulum
sebelumnya dengan yang
baru.
8. Karena belum ada
instrumenya jadi
mengikuti yang ada di
Universitas. Seperti di
tracer study.
9. Karena belum ada
instrumennya secara
khusus, jadi
hambatannya belum
terlihat secara nyata.
Karena nanti dari Prodi
sendiri mengevaluasinya
dengan form evaluasi
dan memonitoring pula.
10. Karena belum adanya
koordinasi sampai
sekarang jadi belum ada
instrumenya. Belum bisa
mengatahui secara garis
besarnya untuk
mengetahui dan

64
menggambarkan apakah
mempengaruhi tolak
ukur keberhasilannya
atau tidak.
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Solusinya lebih banyak
yang Dihadapi dari ditempuh dalam mengukur mengadakan rapat,
Implementasi Hak Belajar tingkat keberhasilan evaluasi, lokarya,
Mahasiswa dalam pelaksanaan implementasi persamaan persepsi antar
Kerangka Kebijakan hak belajar mahasiswa dosen. Karena untuk
Kurikulum Merdeka dalam kerangka kebijakan menyamakan persepsi
Belajar dan Kampus kurikulum merdeka belajar yang susah.
Merdeka dalam Perspektif dan kampus merdeka pada 2. Idealnya dilihat dari
Teori Konstruktivisme program studi? metode survei dengan
di Universitas 2. Solusi ideal apa saja yang kuisioner yang diberikan
Muhammadiyah Malang ditempuh saat mengukur kepada Mahasiswa yang
tingkat keberhasilan dalam terkait program ini,
mewujudkan hasil yang terkait dengan respon
sesuai dengan yang didapat selama
implementasi hak belajar mengikuti pengalaman
mahasiswa dalam belajar di luar kampus
kerangka kebijakan tersebut, dan ada apa
kurikulum merdeka belajar tidak peningkatan
dan kampus merdeka skillnya.
dalam perspektif teori
konstruktivisme?

65
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Pengampu Matakuliah: Kimia Pangan dan Biokimia Pangan
Nama : NH
Hari/Tgl/Tahun : Selasa/16/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Apa yang bapak/ibu 1. Kebijakan kurikulumnya
Mahasiswa dalam ketahui tentang kebijakan memang dari pusat,
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka akhirnya pada prinsipnya
Kurikulum Merdeka belajar dan kampus mengikuti kebijakan
Belajar dan Kampus merdeka? kurikulum yang
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana kebijakan ditetapkan
Teori Konstruktivisme kurikulum merdeka Kemenristekdikti.
di Universitas belajar dan kampus Misalnya, hanya
Muhammadiyah Malang merdeka yang diterapkan diperuntukkan untuk
kepada mahasiswa dalam Mahasiswa S1 atau D4
kegiatan pembelajaran? saja. Kemudian dengan
3. Bagaimana gambaran kebijakan kurikulum
umum tentang dengan 20 SKS
implementasi hak belajar Membebaskan
mahasiswa dalam Mahasiswa belajar di
kerangka kebijakan luar Prodi atau di luar
kurikulum merdeka Kampus.
belajar dan kampus 2. Jadi, hak Mahasiswa
merdeka pada kegiatan untuk memilih. Dari 20
pembelajaran? SKS itu, Mahasiswa
4. Apa yang dapat mengambil di luar
melatarbelakangi Prodinya, di luar dari
penerapan kebijakan Kampusnya, dan bahkan
kurikulum merdeka ke laur negeri.
belajar dan kampus 3. Kententuan Program
merdeka pada mahasiswa? Studi sebenarnya, jadi
5. Strategi dan metode apa nanti didapatkan learning
yang digunakan dalam outcomenya sebagai
implementasi hak belajar bagian dari luaran dalam
mahasiswa dalam kurikulum. Kemudian
kerangka kebijakan juga sesuai dengan
kurikulum merdeka Permendikbud Nomor 3
belajar dan kampus Tahun 2020.
merdeka pada mahasiswa? 4. Karena tuntutan
6. Kebijakan apa saja yang kebutuhan bahwa prinsip
diterapkan kepada sebenarnya Mahasiswa
mahasiswa sesuai dengan itu jangan terlalu
implementasi hak belajar terfokus pada satu titik
mahasiswa dalam dimana untuk belajar

66
kerangka kebijakan saja. Tetapi Mahasiswa
kurikulum merdeka juga dapat
belajar dan kampus mengembangkannya ke
merdeka? luar Kampus dan keluar
7. Menurut bapak/ibu, Prodi. Namun kata kunci
bagaimana gambaran yang melatarbelakangi
umum tentang teori adalah karena ada ilmu
konstruktivisme? yang sesuai dengan
8. Pada perspektif teori minat Mahasiswa, jadi
konstruktivisme, bisa mempelajari ilmu
kebijakan kurikulum yang sesuai minat.
merdeka belajar dan Sehingga kurikulumnya
kampus merdeka dianggap disusun menyesuaikan
sejalan, apakah kedua dengan perkembangan
anggapan tersebut sanggat dari keadaan yang
cocok bila memungkinkan
diimplementasikan pada Mahasiswa untuk belajar
pembelajaran? di luar.
9. Bagaimana rancangan 5. Untuk strategi dan
implementasi hak belajar metodenya mengikuti
mahasiswa dalam perkembangan
kerangka kebijakan kurikulum yang
kurikulum merdeka dinginkan, sehingga
belajar dan kampus sesuai dengan hak
merdeka dalam perspektif belajar yang diinginkan
teori konstruktivisme yang serta yang dibutuhkan
diterapkan pada oleh Mahasiswa.
pembelajaran? 6. Tentunya harus
10. Bagaimana strategi mengikuti seluruh
implementasi hak belajar aktivitas dari mulai
mahasiswa dalam minggu pertemuan
kerangka kebijakan pertama. Dari 14 kali
kurikulum merdeka pertemuan tatap muka
belajar dan kampus dan 2 kali untuk
merdeka dalam perspektif UTS/UAS. Kemudian
teori konstruktivisme yang tugas terstruktur atau
diterapkan tersebut? non terstruktur baik
mandiri atau kelompok.
Terus kemudian sampai
pada tahap evaluasi yang
konsisten dengan hak
belajar tersebut.
7. Teori konstruktivisme
merupakan paradigma
yang mengubah dari
pandangan behavioristik.
Jadi seperti tadi, kalau

67
gambaran umum tetang
konstruktivisme sendiri
adalah yang mengikuti
perubahan kurikulum
MBKM tersebut.
8. Iya, karena memang
membutuhkan yang
sesuai dengan yang
diinginkan dari
kurikulum MBKM
tersebut. Karena
perkembangan ke depan
tidak hanya misalnya
Mahasiswa tersebut bisa
kerja di bidang-bidang
analisis saja, tetapi bisa
menambah
penguasaanya kearah
hasil yang di keluarkan.
9. Kalau untuk MK ini
tidak ada tetapi untuk
analisis pangan masih
bisa ada praktikumnya.
Kalau untuk MK ini
lebih ke implementasi
pembelajarannya
tersebut. Jadi langsung
memberikan contoh-
contohnya.
10. Untuk strategi
mengikuti
perkembangan
kurikulum yang
dinginkan, sehingga
sesuai dengan hak
belajar yang diinginkan
serta yang dibutuhkan
oleh Mahasiswa. Karena
nanti metodenya sendiri
akan turut mengikuti
agar mendapatkan hasil
yang sesuai dengan
pelaksanaan MBKM
tersebut.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Untuk kendalanya tidak
dari Implementasi Hak dihadapi dari implemetasi ada, karena
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum penerapannya langsung

68
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan ke Mahasiswa. Hanya
Kurikulum Merdeka kampus merdeka pada lebih kekendala teknis
Belajar dan Kampus mahasiswa? saja.
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana cara mengukur 2. Jadi lebih pada kognitif,
Teori Konstruktivisme tingkat keberhasilan afektif, dan
di Universitas pelaksanaan kebijakan psikomotoriknya. Kalau
Muhammadiyah Malang kurikulum merdeka untuk yang baru kognitif,
belajar dan kampus afektif, dan KK/KU.
merdeka pada mahasiswa 3. Jenis evaluasinya lebih
dalam kegiatan kepada UTS/UAS,
pembelajaran? Tugas Terstruktur atau
3. Seperti apa evaluasi pun non Terstruktur baik
terhadap pelaksanaan secara mandiri atau
kebijakan kurikulum kelompok.
merdeka belajar dan 4. Karena ini nanti hasil
kampus merdeka pada dari kurikulum MBKM
mahasiswa? ini adalah keterampilan
4. Hambatan-hambatan apa yang dikuasai, maka cara
saja yang di alami dalam mengukurnya
mengukur tingkat menggunakan
keberhasilan pelaksanaan kompetensi hasilnya
kebijakan kurikulum dengan presentase.
merdeka belajar dan Tetapi untuk
kampus merdeka pada presentasenya jelas
mahasiswa dalam kegiatan berbeda antara
pembelajaran? Mahasiswa MBKM
5. Pada perspektif teori dengan reguler. Jadi
konstruktivisme, hambatannya hanya akan
kebijakan kurikulum agak berbeda di
merdeka belajar dan presentase tersebut.
kampus merdeka dianggap 5. Kendala hanya karena
sejalan. Apa saja kendala harus mengubah pola
dalam upaya menciptakan pikir dari yang Kimia
dan mewujudkan hasil murni ke
yang sesuai? implementasinya ke
6. Apakah ada kendala yang panganlah.
dihadapi dari 6. Yang paling sedikit sulit
implementasi hak belajar karena presentase
mahasiswa dalam penilian yang berbeda.
kerangka kebijakan 7. Sama seperti tadi, jenis
kurikulum merdeka evaluasinya lebih kepada
belajar dan kampus UTS/UAS, Tugas
merdeka dalam perspektif Terstruktur atau pun non
teori konstruktivisme? Terstruktur baik secara
7. Seperti apa evaluasi mandiri atau kelompok.
terhadap implementasi hak 8. Diukur dengan skala
belajar mahasiswa dalam linket. Kemudian

69
kerangka kebijakan mengikuti behavioristik
kurikulum merdeka yang dikembangkan oleh
belajar dan kampus UMM. Tetapi nanti akan
merdeka dalam perspektif dikuatkan di
teori konstruktivisme yang kompetensinya.
diterapkan dalam upaya 9. Hambatanya pada
menciptakan dan pemahaman Mahasiswa.
mewujudkan hasil yang Misalnya tentang pangan
sesuai? yang dari konsepsi dari
8. Bagaimana cara Kimia murni ke terapan.
mengetahui tingkat 10. Tentunya ini akan
keberhasilan dalam berbeda dan berpengaruh
menciptakan dan kepada tolak ukur
mewujudkan hasil yang keberhasilannya. Karean
sesuai dengan tadi kata kuncinya di
implementasi hak belajar kompetensi.
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme
tersebut?
9. Hambatan-hambatan apa
saja yang dialami dalam
mengukur tingkat
keberhasilan dalam
menciptakan dan
mewujudkan hasil yang
sesuai dengan
implementasi hak belajar
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme?
10. Apakah dengan adanya
hambatan-hambatan yang
muncul dalam
menciptakan dan
mewujudkan hasil yang
sesuai dengan
implementasi hak belajar
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka

70
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme akan
mempengaruhi tolak ukur
keberhasilannya?
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Karena kompetensi maka
yang Dihadapi dari ditempuh dalam mengukur sebetulnya harus benar-
Implementasi Hak Belajar tingkat keberhasilan benar mampu untuk
Mahasiswa dalam pelaksanaan implementasi menguasai keilmuan
Kerangka Kebijakan hak belajar mahasiswa yang dipelajari
Kurikulum Merdeka dalam kerangka kebijakan Mahasiswa. Kemudian
Belajar dan Kampus kurikulum merdeka belajar kalau pandemi ini sudah
Merdeka dalam Perspektif dan kampus merdeka pada berakhir seyogyanya
Teori Konstruktivisme mahasiswa dalam kegiatan Mahasiswa harus full di
di Universitas pembelajaran? lokasi dimana
Muhammadiyah Malang 2. Solusi ideal apa saja yang Mahasiswa tersebut
ditempuh saat mengukur berada. Sehingga
tingkat keberhasilan dalam Mahasiswa betul-betul
mewujudkan hasil yang bisa menguasai terutama
sesuai dengan untuk rancangan ke
implementasi hak belajar labolatorium.
mahasiswa dalam 2. Kurang lebih sama
kerangka kebijakan seperti sebelumnya.
kurikulum merdeka belajar Hanya harus adanya
dan kampus merdeka kesinambungan terus-
dalam perspektif teori menerus antara
konstruktivisme? kompetensinya yang
dibutuhkan. Karena jika
solusi ini tidak
ditemukan jawabannya
makan pemikiran
Mahasiswanya masih
grambyang. Padahal ini
adalah untuk penguatan
kompetensi tersebut.

71
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Pengampu Matakuliah: Analisa Pangan dan Pangan Fungsional
Nama : VAW
Hari/Tgl/Tahun : Kamis/11/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Apa yang bapak/ibu 1. Suatu inovasi yang
Mahasiswa dalam ketahui tentang kebijakan dibuat dari
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka Kemendikbud
Kurikulum Merdeka belajar dan kampus “membebaskan proses
Belajar dan Kampus merdeka? pembelajaran yang tidak
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana kebijakan terkotak”. Jadi bisa dari
Teori Konstruktivisme kurikulum merdeka satu tempat ke tempat
di Universitas belajar dan kampus lain untuk guna
Muhammadiyah Malang merdeka yang diterapkan memperluas jaring
kepada mahasiswa dalam knowledge dan relasi
kegiatan pembelajaran? Mahasisw itu sendiri.
3. Bagaimana gambaran Tentunya dalam segi
umum tentang kurikulum membutuhkan
implementasi hak belajar suatu ploting tersendiri,
mahasiswa dalam karena setiap Prodi dari
kerangka kebijakan internal atau yang ke
kurikulum merdeka lainnya memiliki ciri
belajar dan kampus khasnya. Sehingga
merdeka pada kegiatan program MBKM itu
pembelajaran? adalah tantangan untuk
4. Apa yang mendongkrak yang
melatarbelakangi semula berasal dari
penerapan kebijakan internal. Kemudian harus
kurikulum merdeka meyiapkan kurikulum
belajar dan kampus khusus yang bisa
merdeka pada mahasiswa? diterima oleh yang dari
5. Strategi dan metode apa internal dengan cara
yang digunakan dalam yang baik.
implementasi hak belajar 2. Berarti harus membagi
mahasiswa dalam lagi pikirannya dari
kerangka kebijakan kurikulum yang khusus
kurikulum merdeka itu, dari internal yang
belajar dan kampus antar Jurusan lintas
merdeka pada mahasiswa? Jurusan. Sedangkan yang
6. Kebijakan apa saja yang eksternal berarti harus
diterapkan kepada menyiapkan Prodinya
mahasiswa sesuai dengan juga dengan beda,
implementasi hak belajar Kampusnya juga beda.
mahasiswa dalam 3. Harus seperti lokakarya

72
kerangka kebijakan yang sudah
kurikulum merdeka dilaksanakan, jadi sesuai
belajar dan kampus kesepakatan antara dosen
merdeka? pengampu. Untuk
7. Menurut bapak/ibu, jumlah SKS yang berada
bagaimana gambaran di Prodi akan sesuai
umum tentang teori dengan yang sudah
konstruktivisme? dibahas dalam lokakarya
8. Pada perspektif teori tersebut.
konstruktivisme, 4. Dari segi media
kebijakan kurikulum pembelajaran, cara
merdeka belajar dan interaksi, kegiatan
kampus merdeka dianggap pembelajaran pasti
sejalan, apakah kedua berbeda. Karena
anggapan tersebut sanggat istilahnya Prodi sendiri
cocok bila harus menjaga image,
diimplementasikan pada pasalnya Prodi menerima
pembelajaran? Mahasiswa yang bukan
9. Bagaimana rancangan dari Prodi atau
implementasi hak belajar Universitas sendiri.
mahasiswa dalam Berarti untuk dosennya
kerangka kebijakan harus tampil prima.
kurikulum merdeka Untuk penunjangnya
belajar dan kampus bisa update literatur yang
merdeka dalam perspektif digunakan, sehingga bisa
teori konstruktivisme yang dinikmati bukan dari
diterapkan pada kalangan sendiri saja tapi
pembelajaran? bisa antar lintas Jurusan,
10. Bagaimana strategi Prodi, dan Universitas.
implementasi hak belajar 5. Dengan media
mahasiswa dalam pembelajaran, cara
kerangka kebijakan interaksi, kegiatan
kurikulum merdeka pembelajaran yang
belajar dan kampus berbeda, update literasi
merdeka dalam perspektif lokal atau internasional,
teori konstruktivisme yang dan lebih adanya
diterapkan tersebut? keaktifan Mahasiswa
dengan feedback dari
dosen.
6. Untuk kebijakannya
dengan perlakuan yang
rata dan sama.
7. Suatu pandangan yang
mana adanya
penambahan pengalaman
baru dan digabungkan
dengan pengalaman yang

73
sudah ada.
8. Cocok saja, karena MK
yang saya ampu related
untuk lulusan S1 itu
karena kompetensinya
dan bukan penalaran
yang dibutuhkan, jadi
nanti dihighlight
softskillnya tersebut.
9. Rancangan yang
diterapkan sebenarnya
seperti kuliah biasanya,
tetapi akan
menambahkan metode
pembelajaran yang lebih
interaktif supaya
pembelajaran tidak
hanya dari dosen saja.
10. Secara pribadi
sendiri, menggunakan
assesmen berbeda untuk
melihat kaktifan
Mahasiswa dengan
pertanyaan yang
ditanyakan, karena akan
itu akan disetarakan
dengan UTS atau UAS.
Jadi ketika Mahasiswa
bisa menjawab yang
membutuhkan nalar
maka feedback dari
dosen dengan centang
sebanyak 3, untuk
pertanyaan yang
mengulang materi itu
dengan centang 2, dan
nalar saja cukup centang.
Kemudian strategi
pembelajarannya
biasanya akan
mengumpulkan tugas
seperti mind maps.
Selanjutnya dengan
pembelajaran yang
interaktif, jadi tidak
dengan metode hapalan
lagi karena itu sudah

74
tidak related, tetapi tetap
disampaikan. Namun
tidak terlalu banyak,
karena dasarnya lulusan
S1 itu adalah
kompetensinya dan
bukan penalaran yang
dibutuhkan, jadi nanti
dihighlight softskillnya
tersebut.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Kendalanya saat
dari Implementasi Hak dihadapi dari implemetasi pembelajaran itu ada
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum beberapa Mahasiswa
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan yang meninggalkan
Kurikulum Merdeka kampus merdeka pada ruang zoom, terkadang
Belajar dan Kampus mahasiswa? malah tidur. Maka
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana cara mengukur dikelas saya ada
Teori Konstruktivisme tingkat keberhasilan kebijakan harus oncam.
di Universitas pelaksanaan kebijakan Tetapi kalau tidak
Muhammadiyah Malang kurikulum merdeka oncame nanti akan
belajar dan kampus dipanggil nama yang
merdeka pada mahasiswa bersangkutan sebanyak
dalam kegiatan kurang lebih 3x, jika
pembelajaran? tidak ada tanggapan
3. Seperti apa evaluasi maka akan diremove dari
terhadap pelaksanaan room. Terus ada kendala
kebijakan kurikulum juga karena pandemi ini,
merdeka belajar dan jadi untuk praktikumnya
kampus merdeka pada yang seharusnya berjalan
mahasiswa? selama 1 semester tetapi
4. Hambatan-hambatan apa akan dilaksanakan
saja yang di alami dalam selama 1 hari penuh. Ini
mengukur tingkat selebihnya
keberhasilan pelaksanaan mengkhawatirkan,
kebijakan kurikulum karena Mahasiswa ini
merdeka belajar dan tergolong masih
kampus merdeka pada prematur kalau harus
mahasiswa dalam kegiatan dilangsungkan dalam
pembelajaran? sekaligus praktikum ini.
5. Pada perspektif teori 2. Adanya assesmen setiap
konstruktivisme, pertemuan secara
kebijakan kurikulum keaktifan, beberapa
merdeka belajar dan tugas nanti kalau setelah
kampus merdeka dianggap UTS keberhasilannya
sejalan. Apa saja kendala akan nampak ketika
dalam upaya menciptakan problem case ke jurnal.
dan mewujudkan hasil Jadi karena analisa

75
yang sesuai? pangan itu related
6. Apakah ada kendala yang dengan penelitian di
dihadapi dari labolatorium, maka
implementasi hak belajar dikatakan berhasil dari
mahasiswa dalam nilai UTS. Tetapi seperti
kerangka kebijakan yang saya bilang, saya
kurikulum merdeka tidak mengadakan UTS
belajar dan kampus karena daring, maka saya
merdeka dalam perspektif akan menitik beratkan di
teori konstruktivisme? nilai akhir setelah UTS.
7. Seperti apa evaluasi Nanti saya pilihkan
terhadap implementasi hak jurnalnya yang
belajar mahasiswa dalam terakreditasi danakan
kerangka kebijakan dibedah oleh di MK
kurikulum merdeka saya.
belajar dan kampus 3. Mengevaluasi luaran
merdeka dalam perspektif yang dihasilkan.
teori konstruktivisme yang 4. Kriteria dokumen luaran
diterapkan dalam upaya kurang jelas, bisa
menciptakan dan menjadi hambatan dalam
mewujudkan hasil yang mengukur
sesuai? keberhasilannya.
8. Bagaimana cara 5. Kemapuan awal
mengetahui tingkat Mahasiswa dan fasilitas
keberhasilan dalam yang dimiliki Prodi.
menciptakan dan 6. Kendalanya saat
mewujudkan hasil yang pembelajaran itu ada
sesuai dengan beberapa Mahasiswa
implementasi hak belajar yang meninggalkan
mahasiswa dalam ruang zoom, terkadang
kerangka kebijakan malah tidur. Maka
kurikulum merdeka dikelas saya ada
belajar dan kampus kebijakan harus oncam.
merdeka dalam perspektif Tetapi kalau tidak
teori konstruktivisme oncame nanti akan
tersebut? dipanggil nama yang
9. Hambatan-hambatan apa bersangkutan sebanyak
saja yang dialami dalam kurang lebih 3x, jika
mengukur tingkat tidak ada tanggapan
keberhasilan dalam maka akan diremove dari
menciptakan dan room. Terus ada kendala
mewujudkan hasil yang juga karena pandemi ini,
sesuai dengan jadi untuk praktikumnya
implementasi hak belajar yang seharusnya berjalan
mahasiswa dalam selama 1 semester tetapi
kerangka kebijakan akan dilaksanakan
kurikulum merdeka selama 1 hari penuh. Ini

76
belajar dan kampus selebihnya
merdeka dalam perspektif mengkhawatirkan,
teori konstruktivisme? karena Mahasiswa ini
10. Apakah dengan adanya tergolong masih
hambatan-hambatan yang prematur kalau harus
muncul dalam dilangsungkan dalam
menciptakan dan sekaligus praktikum ini.
mewujudkan hasil yang 7. Untuk evaluasinya
sesuai dengan secara langsung belum
implementasi hak belajar ada, jadi kalau dianggap
mahasiswa dalam berhasil akan sesuai
kerangka kebijakan dengan CPL, sementara
kurikulum merdeka untuk CPLnya di kelas
belajar dan kampus adalah dalam bentuk
merdeka dalam perspektif UTS dan UAS. Tetapi
teori konstruktivisme akan kalau jangka panjang
mempengaruhi tolak ukur maka akan menilai
keberhasilannya? Mahasiwa tersebut di
tempat Magang, KKN,
dan sudah jalan di
tempat industri. Berarti
ini kalau ditanya apa bisa
dilihat hasilnya itu,
tentunya belum bisa
dijawab kalau dalam
ruang lingkup MK.
8. Kalau keberhasilan di
kelas tidak akan cukup di
compare dengan dunia
nyata. Tetapi bisa dilihat
dari minat Mahasiswa
sendiri dalam belajar.
Namun jika keberhasilan
secara nyata, maka
merujuk pada Magang.
Karena analisa pangan
itu akan berwujud saat
Magang.
9. Paling berpengaruh
adalah kesedian mitra
industri untuk menerima
Mahasiswa yang ingin
melaksanakan Magang/
Penelitian akhir di mitra.
Kebanyakan alasan dari
mereka adalah karena
pandemi, jadi mereka

77
belum membuka
kesempatan untuk
kegiatan tersebut.
10. Berupaya
semaksimal mungkin
untuk tetap mencari
mitra yang bersedia. Jadi
selama ini hambatan
tersebut masih bisa
diatasi.
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Solusi idealnya berarti
yang Dihadapi dari ditempuh dalam kalau SKS nya boleh
Implementasi Hak Belajar mengukur tingkat ditambah akan related
Mahasiswa dalam keberhasilan pelaksanaan dengan Magang dan
Kerangka Kebijakan implementasi hak belajar tergantung MK dan
Kurikulum Merdeka mahasiswa dalam nyatanya akan ada
Belajar dan Kampus kerangka kebijakan dipraktikum.
Merdeka dalam Perspektif kurikulum merdeka 2. Kurang lebih sama juga
Teori Konstruktivisme belajar dan kampus seperti sebelumnya.
di Universitas merdeka pada mahasiswa Karena untuk keluaran
Muhammadiyah Malang dalam kegiatan dari pangan funsional itu
pembelajaran? adalah untuk riset and
2. Solusi ideal apa saja yang development menggali
ditempuh saat mengukur potensi lokal untuk ide
tingkat keberhasilan dalam dari perkembangan
mewujudkan hasil yang produk. Untuk ini nanti
sesuai dengan tidak perlu ada bantuan
implementasi hak belajar dari industri karena
mahasiswa dalam merupakan ide dari diri
kerangka kebijakan sendiri.
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme?

78
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Pengampu Matakuliah : Kimia Pangan dan Biokimia Pangan
Nama : AH
Hari/Tgl/Tahun : Rabu/17/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Apa yang bapak/ibu 1. Menurut pribadi,
Mahasiswa dalam ketahui tentang kebijakan kurikulum MBKM itu
Kerangka Kebijakan kurikulum merdeka memfasilitasi Mahasiswa
Kurikulum Merdeka belajar dan kampus untuk mengikuti
Belajar dan Kampus merdeka? perkuliahan lintas
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana kebijakan Universitas, tapi masih
Teori Konstruktivisme kurikulum merdeka dalam Jurusan yang
di Universitas belajar dan kampus sama.
Muhammadiyah Malang merdeka yang diterapkan 2. Untuk di kelas dengan
kepada mahasiswa dalam tidak membedakan
kegiatan pembelajaran? Mahasiswa yang ikut
3. Bagaimana gambaran MBKM atau tidak.
umum tentang Mahasiswa yang dari
implementasi hak belajar Universitas lain pun
mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan
kerangka kebijakan dengan baik.
kurikulum merdeka 3. Sesuai dengan
belajar dan kampus Permendikbud Nomor 3
merdeka pada kegiatan Tahun 2020.
pembelajaran? 4. Mungkin pemerintah
4. Apa yang menginginkan adanya
melatarbelakangi peningkatan kompetensi
penerapan kebijakan Mahasiswa di luar
kurikulum merdeka instansinya, bisa dari
belajar dan kampus Universitas lain atau dari
merdeka pada mahasiswa? dunia industri.
5. Strategi dan metode apa 5. Dengan tidak menutup
yang digunakan dalam diri terhadap Mahasiswa
implementasi hak belajar luar yang ingin
mahasiswa dalam melakukan pertukaran.
kerangka kebijakan Menyelenggarakan
kurikulum merdeka beberapa program untuk
belajar dan kampus menerapkan kebijakan
merdeka pada mahasiswa? kurikulum MBKM
6. Kebijakan apa saja yang seperti penyelenggaraan
diterapkan kepada KKN Tematik,
mahasiswa sesuai dengan penggandaan kuliah
implementasi hak belajar tamu yang mengundang
mahasiswa dalam praktisi dari dunia

79
kerangka kebijakan industri, serta adanya
kurikulum merdeka Magang di perusahaan.
belajar dan kampus 6. Penyelenggaraan KKN
merdeka? Tematik, penggandaan
7. Menurut bapak/ibu, kuliah tamu yang
bagaimana gambaran mengundang praktisi
umum tentang teori dari dunia industri, serta
konstruktivisme? adanya Magang di
8. Pada perspektif teori perusahaan.
konstruktivisme, 7. Merupakan
kebijakan kurikulum pembelajaran yang
merdeka belajar dan membangun
kampus merdeka dianggap pengetahuan dari
sejalan, apakah kedua pengetahuan yang sudah
anggapan tersebut sanggat ada sebelumnya dengan
cocok bila yang baru.
diimplementasikan pada 8. Iya, MBKM sangat
pembelajaran? cocok untuk mendukung
9. Bagaimana rancangan teori tersebut.
implementasi hak belajar 9. Rancangan yang
mahasiswa dalam diterapkan sebenarnya
kerangka kebijakan seperti kuliah biasanya,
kurikulum merdeka tetapi akan
belajar dan kampus menambahkan metode
merdeka dalam perspektif SCL supaya
teori konstruktivisme yang pembelajaran tidak
diterapkan pada hanya dari dosen.
pembelajaran? 10. Sama saja, hanya
10. Bagaimana strategi menambahkan metode
implementasi hak belajar SCL.
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme yang
diterapkan tersebut?
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Mungkin karena kondisi
dari Implementasi Hak dihadapi dari implemetasi pandemi, jadi
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum pelaksanaan dari
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan program ini kurang
Kurikulum Merdeka kampus merdeka pada maksimal. Dosen dan
Belajar dan Kampus mahasiswa? Mahasiswa jarang
Merdeka dalam Perspektif 2. Bagaimana cara mengukur bertatap muka,
Teori Konstruktivisme tingkat keberhasilan Mahasiswa juga kurang
di Universitas pelaksanaan kebijakan bisa berinteraksi satu
Muhammadiyah Malang kurikulum merdeka sama lain.

80
belajar dan kampus 2. Dari jumlah Mahasiswa
merdeka pada mahasiswa yang mengikuti program
dalam kegiatan tersebut, kemudian
pembelajaran? luarannya apakah
3. Seperti apa evaluasi seimbang dengan
terhadap pelaksanaan Mahasiswaa yang
kebijakan kurikulum mengikuti.
merdeka belajar dan 3. Mengevaluasi luaran
kampus merdeka pada yang dihasilkan.
mahasiswa? 4. Kriteria dokumen luaran
4. Hambatan-hambatan apa kurang jelas, bisa
saja yang di alami dalam menjadi hambatan dalam
mengukur tingkat mengukur
keberhasilan pelaksanaan keberhasilannya.
kebijakan kurikulum 5. Kemapuan awal
merdeka belajar dan Mahasiswa dan fasilitas
kampus merdeka pada yang dimiliki Prodi.
mahasiswa dalam kegiatan 6. Untuk kendalanya
pembelajaran? sendiri tidak ada.
5. Pada perspektif teori 7. Dari pribadi sendiri,
konstruktivisme, sebenarnya pelaksanaan
kebijakan kurikulum MBKM ini belum
merdeka belajar dan menunjukkan hasil yang
kampus merdeka dianggap memuaskan. Karena
sejalan. Apa saja kendala Mahasiswa dari luar
dalam upaya menciptakan yang mengikuti MBKM
dan mewujudkan hasil ke UMM ternyata sudah
yang sesuai? mendapatkan materi dari
6. Apakah ada kendala yang Universitas asalnya.
dihadapi dari Artinya, materi yang
implementasi hak belajar disampaikan tersebut
mahasiswa dalam sama, jadi kurang
kerangka kebijakan maksimal. Tetapi seperti
kurikulum merdeka program lain, Magang,
belajar dan kampus KKN Tematik, Kuliah
merdeka dalam perspektif Tamu dari parktisi
teori konstruktivisme? sangat bermanfaat untuk
7. Seperti apa evaluasi meningkatkan
terhadap implementasi hak kompetensi Mahasiswa.
belajar mahasiswa dalam 8. Harus ada tolak ukur
kerangka kebijakan yang sesuai dengan
kurikulum merdeka luaran yang diharapkan.
belajar dan kampus 9. Paling berpengaruh
merdeka dalam perspektif adalah kesedian mitra
teori konstruktivisme yang industri untuk menerima
diterapkan dalam upaya Mahasiswa yang ingin
menciptakan dan melaksanakan Magang/

81
mewujudkan hasil yang Penelitian akhir di mitra.
sesuai? Kebanyakan alasan dari
8. Bagaimana cara mereka adalah karena
mengetahui tingkat pandemi, jadi mereka
keberhasilan dalam belum membuka
menciptakan dan kesempatan untuk
mewujudkan hasil yang kegiatan tersebut.
sesuai dengan 10. Berupaya
implementasi hak belajar semaksimal mungkin
mahasiswa dalam untuk tetap mencari
kerangka kebijakan mitra yang bersedia. Jadi
kurikulum merdeka selama ini hambatan
belajar dan kampus tersebut masih bisa
merdeka dalam perspektif diatasi.
teori konstruktivisme
tersebut?
9. Hambatan-hambatan apa
saja yang dialami dalam
mengukur tingkat
keberhasilan dalam
menciptakan dan
mewujudkan hasil yang
sesuai dengan
implementasi hak belajar
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme?
10. Apakah dengan adanya
hambatan-hambatan yang
muncul dalam
menciptakan dan
mewujudkan hasil yang
sesuai dengan
implementasi hak belajar
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme akan
mempengaruhi tolak ukur
keberhasilannya?
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal apa saja yang 1. Sebaiknya mitra industri
yang Dihadapi dari ditempuh dalam bisa lebih bekerjasama

82
Implementasi Hak Belajar mengukur tingkat untuk menyukseskan
Mahasiswa dalam keberhasilan pelaksanaan kebijakan kurikulum
Kerangka Kebijakan implementasi hak belajar MBKM ini. Karena
Kurikulum Merdeka mahasiswa dalam sebennarnya dengan
Belajar dan Kampus kerangka kebijakan adanya ini juga
Merdeka dalam Perspektif kurikulum merdeka memberikan timbal balik
Teori Konstruktivisme belajar dan kampus keuntungan bagi mereka.
di Universitas merdeka pada mahasiswa 2. Pemberian suatu kriteria
Muhammadiyah Malang dalam kegiatan yang dapat diukur
pembelajaran? sendiri, ini bisa menjadi
2. Solusi ideal apa saja yang cara untuk mengukur
ditempuh saat mengukur tingkat keberhasilan
tingkat keberhasilan dalam kurikulum MBKM.
mewujudkan hasil yang
sesuai dengan
implementasi hak belajar
mahasiswa dalam
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori konstruktivisme?

83
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Kampus Asal : Universitas Mulawarman
Nama :H
Hari/Tgl/Tahun : Kamis/11/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Menurut anda, apakah 1. Iya, tahu.
Mahasiswa dalam anda tahu tentang 2. Kurikulum MBKM itu
Kerangka Kebijakan kebijakan kurikulum seperti nama
Kurikulum Merdeka merdeka belajar dan programnya, Kampus
Belajar dan Kampus kampus merdeka? Merdeka, jadi di sini
Merdeka dalam Perspektif 2. Apa yang anda ketahui Mahasiswa bebas
Teori Konstruktivisme tentang kebijakan memilih mata kuliah di
di Universitas kurikulum merdeka luar dari SKS yang
Muhammadiyah Malang belajar dan kampus diterima di kampus asal.
merdeka tersebut? Jadi Mahasiswa di
3. Sebagai mahasiswa, seluruh Indonesia bisa
apakah dengan adanya bebas melakukannya
implementasi hak belajar atau bisa dibilang
mahasiswa dalam penyetaraan pendidikan.
kerangka kebijakan 3. Secara pribadi tepat,
kurikulum merdeka namun tidak bisa terus
belajar dan kampus diterapkan. Pasalnya
merdeka tersebut dirasa selama 3 semester di luar
sangat tepat atau tidak Prodi mungkin tidak,
untuk diterapkan pada tetapi selama 1 semester
mahasiswa? masih bisa. Karena
4. Apa dampak yang anda materi yang diterima di
rasakan dengan adanya kampus asal sedikit
implementasi hak belajar berbeda dengan kampus
mahasiswa dalam penerima. Ditakutkan
kerangka kebijakan ketika harus belajar
kurikulum merdeka selama 3 semester
belajar dan kampus tersebut dan setelah
merdeka tersebut? program selesai
5. Dari adanya implementasi kemudian harus kembali
hak belajar mahasiswa ke kampus asal maka
dalam kerangka kebijakan akan mengulang
kurikulum merdeka Matakuliah di semester
belajar dan kampus yang sudah terlewati.
merdeka tersebut, apakah 4. Secara pribadi tidak
anda sudah mengambil 2 Matakuliah
mengimplementasikannya wajib di semester 5
? karena SKS yang
6. Berikan contoh diambil mencapai 24

84
implementasi hak belajar SKS, dimana kurikulum
mahasiswa dalam MBKM mewajibkan 20
kerangka kebijakan SKS di PT penerima.
kurikulum merdeka Kemudian kesulitan
belajar dan kampus untuk memilih kosentrasi
merdeka yang sudah anda sesuai Jurusan. Namun
terapkan? mendapatkan
7. Menurut anda, apakah pengalaman baru, dapat
anda tahu tentang teori mengenal Matakuliah
konstruktivisme? yang ada di luar Prodi,
8. Bagaimana gambaran serta ilmu yang lebih
umum tentang teori sesuai yang dibutuhkan.
konstruktivisme tersebut? 5. Tentunya sudah
9. Pada perspektif teori 6. Saat pada kegiatan
konstruktivisme, keseharian dapat lebih
kebijakan kurikulum memilah dan menyimpan
merdeka belajar dan bahan makanan yang
kampus merdeka dianggap baik untuk dimasak, saat
sejalan, apakah sebagai pembelian bahan sayuran
mahasiswa anda juga juga lebih memerhatikan
sependapat? kemudian memilih yang
10. Apakah implementasi hak baik pula untuk
belajar mahasiswa dalam pemenuhan gizi, selain
kerangka kebijakan itu juga membuka
kurikulum merdeka persepsi tentang adanya
belajar dan kampus perbedaan yang mana
merdeka dalam perspektif bukanlah suatu
teori kontruktivisme perbedaan dan bukanlah
sangat berpengaruh sebuah kekurangan.
terhadap cara berpikir 7. Untuk pribadi sendiri
anda sebagai mahasiswa? baru mengetahui tentang
teori ini,
8. Tetapi secara sudut
padang sendiri adalah
suatu kegiatan atau cara
tertentu untuk
membangun atau
memperbaiki sesuatu
yang sudah ada.
9. Sependapat, dan sejalan
dengan teori tersebut.
10. Sejauh ini sangat
mempengaruhi.
Apalagi pada
perkembangan zaman
sekarang, lebih banyak
hal yang didapatkan

85
dapat dimanfaatkan
langsung dalam
kegiatan nyata.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Menyesuaikan materi
dari Implementasi Hak anda alami dari adanya kuliah yang didapatkan
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum di luar kampus berbeda
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan dengan kampus asal,
Kurikulum Merdeka kampus merdeka tersebut? adanya perbedaan waktu,
Belajar dan Kampus 2. Hambatan-hambatan apa dan kebijakan yang
Merdeka dalam Perspektif saja yang anda alami ditetapkan di awal
Teori Konstruktivisme dalam implementasi hak program tiba-tiba banyak
di Universitas belajar mahasiswa dalam tergeserkan dengan
Muhammadiyah Malang kerangka kebijakan kebijakan baru mengenai
kurikulum merdeka belajar dana dan proses belajar
dan kampus merdeka? secara luring yang
3. Apa saja manfaat yang muncul pada
anda rasakan terhadap pertengahan proses
adanya implementasi hak perkuliahan akibat
belajar mahasiswa dalam adanya pandemi ini.
kerangka kebijakan 2. Kurang lebihnya sama
kurikulum merdeka belajar seperti kendala
dan kampus merdeka? sebelumnya.
4. Apa faktor yang 3. Adanya tantangan
mendukung dalam tersendiri dalam
implementasi hak belajar mengikuti program ini,
mahasiswa dalam banyaknya informasi di
kerangka kebijakan luar perkuliahan pada
kurikulum merdeka belajar Prodi asal, adanya cara
dan kampus merdeka? cepat pemahaman materi
5. Apa saja faktor yang yang disampaikan, dan
menghambat dalam banyaknya pengalaman,
implementasi hak belajar inspirasi, serta motivasi
mahasiswa dalam baru untuk dijalani.
kerangka kebijakan 4. Adanya dorongan
kurikulum merdeka belajar semangat dari lainnya
dan kampus merdeka? sehingga tidak ada beban
6. Apa saja dampak yang saat menjalani program
dihasilkan dari ini, pembelajaran mudah
implementasi hak belajar dipahami serta dapat
mahasiswa dalam diaplikasikan dalam
kerangka kebijakan keseharian, selain itu
kurikulum merdeka belajar dalam mengikuti
dan kampus merdeka program ini tidak
tersebut? mensia-siakan SKS di
7. Pada perspektif teori PT asal yang telah
konstruktivisme, kebijakan dikorbankan selama
kurikulum merdeka belajar mengikuti program ini.

86
dan kampus merdeka 5. Karena adanya pandemi
dianggap sejalan, apakah dan sistem perkualihaan
anda sependapat dan daring terkadang saat
apakah ada kendala yang praktikumnya saja
dihadapi dalam menjadi praktikum teori.
pelaksanaannya? 6. Secara pribadi tidak
8. Lalu, hambatan-hambatan mengambil 2 Matakuliah
apa saja yang anda alami wajib di semester 5
dalam implementasi hak karena SKS yang
belajar mahasiswa dalam diambil mencapai 24
kerangka kebijakan SKS, dimana kurikulum
kurikulum merdeka belajar MBKM mewajibkan 20
dan kampus merdeka SKS di PT penerima.
dalam perspektif teori Kemudian kesulitan
kontruktivisme? untuk memilih kosentrasi
9. Menurut anda, apa saja sesuai Jurusan. Namun
faktor yang mendukung mendapatkan
dan menghambat dalam pengalaman baru, dapat
implementasi hak belajar mengenal Matakuliah
mahasiswa dalam yang ada di luar Prodi,
kerangka kebijakan serta ilmu yang lebih
kurikulum merdeka belajar sesuai yang dibutuhkan.
dan kampus merdeka 7. Sependapat dan tentunya
dalam perspektif teori ada pun kendala yang
kontruktivisme? dihadapi dalam
10. Apa saja manfaat dan pelaksanaannya.
dampak yang didapat 8. Kurang lebihnya saat
dalam implementasi hak menyesuaikan materi
belajar mahasiswa dalam kuliah yang didapatkan
kerangka kebijakan di luar kampus berbeda
kurikulum merdeka belajar dengan kampus asal,
dan kampus merdeka adanya perbedaan waktu,
dalam perspektif teori dan kebijakan yang
kontruktivisme tersebut? ditetapkan di awal
program tiba-tiba banyak
tergeserkan dengan
kebijakan baru mengenai
dana dan proses belajar
secara luring yang
muncul pada
pertengahan proses
perkuliahan akibat
adanya pandemi ini.
9. Pendukungnya sendiri
dengan adanya dorongan
semangat dari lainnya
sehingga tidak ada beban

87
saat menjalani program
ini, pembelajaran mudah
dipahami serta dapat
diaplikasikan dalam
keseharian, selain itu
dalam mengikuti
program ini tidak
mensia-siakan SKS di
PT asal yang telah
dikorbankan selama
mengikuti program ini.
Sedangkan
penghambatnya, karena
adanya pandemi dan
sistem perkualihaan
daring terkadang saat
praktikumnya saja
menjadi praktikum teori.
10. Dengan adanya
tantangan tersendiri
dalam mengikuti
program ini, banyaknya
informasi di luar
perkuliahan pada Prodi
asal, adanya cara cepat
pemahaman materi yang
disampaikan, dan
banyaknya pengalaman,
inspirasi, serta motivasi
baru untuk dijalani.
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal seperti apa 1. Menurut pribadi ini
yang Dihadapi dari saja yang ditempuh bukanlah solusi ideal,
Implementasi Hak Belajar mahasiswa dalam namun dari versi pribadi
Mahasiswa dalam mencapai keberhasilan solusi yang akan
Kerangka Kebijakan dalam menghadapi ditempuh supaya
Kurikulum Merdeka implementasi hak belajar program yang sedang
Belajar dan Kampus mahasiswa dalam dikuti berhasil adalah
Merdeka dalam Perspektif kerangka kebijakan dengan niat, tujuan, dan
Teori Konstruktivisme kurikulum merdeka belajar alasan awal untuk
di Universitas dan kampus merdeka mengikuti program ini.
Muhammadiyah Malang tersebut? 2. Kurang lebih sama
2. Solusi ideal seperti apa seperti sebelumnya,
saja yang ditempuh namun harus lebih aktif
mahasiswa dalam secara individu untuk
mencapai keberhasilan membenagun
dalam implementasi hak pengatahuan baru
belajar mahasiswa dalam dengan tindakan nyata.

88
kerangka kebijakan
kurikulum merdeka belajar
dan kampus merdeka
dalam perspektif teori
kontruktivisme tersebut?

89
LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (TP)


Universitas Muhammadiyah Malang.
Kampus Asal : Universitas Mulawarman
Nama :F
Hari/Tgl/Tahun : Kamis/11/11/2021
Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber
A. Implementasi Hak Belajar 1. Menurut anda, apakah 1. Iya, tentu tahu.
Mahasiswa dalam anda tahu tentang 2. Menurut pribadi,
Kerangka Kebijakan kebijakan kurikulum gambaran umumnya itu
Kurikulum Merdeka merdeka belajar dan mungkin dari sistem
Belajar dan Kampus kampus merdeka? perkuliahannya blended
Merdeka dalam Perspektif 2. Apa yang anda ketahui learning. Dimana
Teori Konstruktivisme tentang kebijakan Mahasiswa di bebaskan
di Universitas kurikulum merdeka untuk memilih
Muhammadiyah Malang belajar dan kampus Matakuliah di luar Prodi
merdeka tersebut? atau di luar kampus.
3. Sebagai mahasiswa, 3. Cocok saja diterapkan
apakah dengan adanya kepada Mahasiswa,
implementasi hak belajar apalagi saat ini kan
mahasiswa dalam tuntutan jaman semakin
kerangka kebijakan pesat. Jadi Mahasiswa
kurikulum merdeka juga dituntut untuk
belajar dan kampus sesuai dengan dunia
merdeka tersebut dirasa industri atau usaha.
sangat tepat atau tidak 4. Tentunya ada dampak
untuk diterapkan pada yang lebih, seperti
mahasiswa? meningkatnya
4. Apa dampak yang anda kepercayaan diri dengan
rasakan dengan adanya kemampuan yang
implementasi hak belajar dimiliki setelah digali
mahasiswa dalam lebih dalam, menambah
kerangka kebijakan pengetahuan yang
kurikulum merdeka dibutuhkan, dan keluar
belajar dan kampus dari zona nyaman karena
merdeka tersebut? Matakuliah yang diambil
5. Dari adanya implementasi berbeda dengan Jurusan
hak belajar mahasiswa yang ditempuh saat ini.
dalam kerangka kebijakan 5. Tentunya sudah
kurikulum merdeka 6. Dengan pengambilan
belajar dan kampus Matakuliah berbeda
merdeka tersebut, apakah dengan Jurusan saat ini
anda sudah tentunya lebih bisa
mengimplementasikannya seperti menentukan
? standar kebutuhan
6. Berikan contoh pemenuhan gizi dalam

90
implementasi hak belajar keseharian.
mahasiswa dalam 7. Sebenarnya teorinya
kerangka kebijakan sedikit asing. Tetapi
kurikulum merdeka sedikit tahu.
belajar dan kampus 8. Suatu pembentukan
merdeka yang sudah anda makna baru dengan
terapkan? tindakan nyata dengan
7. Menurut anda, apakah adanya penggabungan
anda tahu tentang teori antara pemahaman yang
konstruktivisme? sudah ada dengan yang
8. Bagaimana gambaran baru.
umum tentang teori 9. Ada sependapat dan ada
konstruktivisme tersebut? juga tidak pula. Kalau
9. Pada perspektif teori setuju memang benar
konstruktivisme, Mahasiswa harus lebih
kebijakan kurikulum aktif daripada dosen.
merdeka belajar dan Jadi dosen tidak saklek
kampus merdeka dianggap terus pada pemahaman
sejalan, apakah sebagai tugas, tugas, dan tugas,
mahasiswa anda juga serta banyaknya metode
sependapat? pembelajaran yang lebih
10. Apakah implementasi inovatif apalagi selama
hak belajar mahasiswa mulai pembelajarang
dalam kerangka kebijakan daring ini.
kurikulum merdeka 10. Tentunya
belajar dan kampus mempengaruhi, karena
merdeka dalam perspektif pada akhirnya
teori kontruktivisme Mahasiswa mendapatkan
sangat berpengaruh kompetensi baru dari
terhadap cara berpikir Matakuliah yang berbeda
anda sebagai mahasiswa? untuk bisa sesuai dengan
apa yang dibutuhkan saat
ini.
B. Kendala yang Dihadapi 1. Apa saja kendala yang 1. Kalau secara pribadi
dari Implementasi Hak anda alami dari adanya tidak ada hambatan sama
Belajar Mahasiswa dalam kebijakan kurikulum sekali.
Kerangka Kebijakan merdeka belajar dan 2. Tentunya belum ada
Kurikulum Merdeka kampus merdeka tersebut? hambatannya pula
Belajar dan Kampus 2. Hambatan-hambatan apa karena belum
Merdeka dalam Perspektif saja yang anda alami menemukannya juga.
Teori Konstruktivisme dalam implementasi hak 3. Tentunya itu tadi, bisa
di Universitas belajar mahasiswa dalam bebas memilih
Muhammadiyah Malang kerangka kebijakan Matakuliah yang berbeda
kurikulum merdeka dan mendapatkan
belajar dan kampus kompetensi yang sangat
merdeka? ingin dimiliki.
3. Apa saja manfaat yang 4. Kalau pendukungnya

91
anda rasakan terhadap lebih kepada adanya
adanya implementasi hak ketersediaan dana dari
belajar mahasiswa dalam pemerintah dana adanya
kerangka kebijakan teman sefrekuensi untuk
kurikulum merdeka mendukung dalam
belajar dan kampus pelaksanaannya.
merdeka? 5. Kalau untuk
4. Apa faktor yang penghambatnya lebih
mendukung dalam selama pembelajaran
implementasi hak belajar daring ini lebih
mahasiswa dalam banyakya belajar secara
kerangka kebijakan teori tanpa banyak
kurikulum merdeka penerapan nyatanya,
belajar dan kampus meskipun Mahasiswa
merdeka? lebih aktif daripada
5. Apa saja faktor yang dosen.
menghambat dalam 6. Secara pribadi tidak
implementasi hak belajar mengambil 2 Matakuliah
mahasiswa dalam wajib di semester 5
kerangka kebijakan karena SKS yang
kurikulum merdeka diambil mencapai 24
belajar dan kampus SKS, dimana kurikulum
merdeka? MBKM mewajibkan 20
6. Apa saja dampak yang SKS di PT penerima.
dihasilkan dari 7. Sependapat dan tentunya
implementasi hak belajar ada pun kendala yang
mahasiswa dalam dihadapi dalam
kerangka kebijakan pelaksanaannya.
kurikulum merdeka 8. Kurang lebihnya saat
belajar dan kampus menyesuaikan materi
merdeka tersebut? kuliah yang didapatkan
7. Pada perspektif teori di luar kampus berbeda
konstruktivisme, dengan kampus asal.
kebijakan kurikulum 9. Pendukungnya sendiri
merdeka belajar dan dengan adanya dorongan
kampus merdeka dianggap semangat dari lainnya
sejalan, apakah anda sehingga tidak ada beban
sependapat dan apakah saat menjalani program
ada kendala yang dihadapi ini, pembelajaran mudah
dalam pelaksanaannya? dipahami serta dapat
8. Lalu, hambatan-hambatan diaplikasikan dalam
apa saja yang anda alami keseharian, selain itu
dalam implementasi hak dalam mengikuti
belajar mahasiswa dalam program ini tidak
kerangka kebijakan mensia-siakan SKS di
kurikulum merdeka PT asal yang telah
belajar dan kampus dikorbankan selama

92
merdeka dalam perspektif mengikuti program ini.
teori kontruktivisme? Sedangkan
9. Menurut anda, apa saja penghambatnya, karena
faktor yang mendukung adanya pandemi dan
dan menghambat dalam sistem perkualihaan
implementasi hak belajar daring terkadang saat
mahasiswa dalam praktikumnya saja
kerangka kebijakan menjadi praktikum teori.
kurikulum merdeka 10. Dengan adanya
belajar dan kampus tantangan tersendiri
merdeka dalam perspektif dalam mengikuti
teori kontruktivisme? program ini, banyaknya
10. Apa saja manfaat dan informasi di luar
dampak yang didapat perkuliahan pada Prodi
dalam implementasi hak asal, adanya cara cepat
belajar mahasiswa dalam pemahaman materi yang
kerangka kebijakan disampaikan, dan
kurikulum merdeka banyaknya pengalaman,
belajar dan kampus inspirasi, serta motivasi
merdeka dalam perspektif baru untuk dijalani.
teori kontruktivisme
tersebut?
C. Solusi Terhadap Kendala 1. Solusi ideal seperti apa 1. Menurut diri pribadi
yang Dihadapi dari saja yang ditempuh karena program ini
Implementasi Hak Belajar mahasiswa dalam merupakan angkatan
Mahasiswa dalam mencapai keberhasilan pertama Mahasiswa di
Kerangka Kebijakan dalam menghadapi Prodi sendiri, jadi masih
Kurikulum Merdeka implementasi hak belajar kurang matang
Belajar dan Kampus mahasiswa dalam sistemnya. Maka dari itu,
Merdeka dalam Perspektif kerangka kebijakan untuk lebih kearah
Teori Konstruktivisme kurikulum merdeka adanya peningkatan dan
di Universitas belajar dan kampus perbaikan teknisnya
Muhammadiyah Malang merdeka tersebut? terlebih dahulu.
2. Solusi ideal seperti apa 2. Untuk yang satu ini
saja yang ditempuh kembali dengan nama
mahasiswa dalam programnya, jadi harus
mencapai keberhasilan adanya wujud nyatanya.
dalam implementasi hak Soalnya selama pandemi
belajar mahasiswa dalam realisasi dari program ini
kerangka kebijakan sendiri tidak ada.
kurikulum merdeka
belajar dan kampus
merdeka dalam perspektif
teori kontruktivisme
tersebut?

93
Tabel 2. Tabel Observasi

LEMBAR HASIL OBSERVASI

Pengamatan Yang Dilakukan

No. Indikator No. Keterangan


1. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa 1. Implementasi hak belajar
dalam Kerangka Kebijakan mahasiswa dilaksanakan pada
Kurikulum Merdeka Belajar dan jenjang Perguruan Tinggi Swasta
Kampus Merdeka dalam Perspektif (PTS) tersebut sejak awal
Teori Konstruktivisme di Universitas diberlakukan kebijakannya.
Muhammadiyah Malang
2. Kendala yang Dihadapi dari 2. Terdapat beberapa kendala yang
Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dihadapi tersebut meliputi:
dalam Kerangka Kebijakan a) Proses adaptasi kurikulum
Kurikulum Merdeka Belajar dan KKNI dengan program MBKM
Kampus Merdeka dalam Perspektif akan berdampak pada
Teori Konstruktivisme di Universitas mahasiswa dan dosen.
Muhammadiyah Malang b) Evaluasi belum seluruhnya
selesai.
c) Kendala teknis dalam
pelaksanaan program MBKM.
d) Program magang masih
mengalami banyak kendala
karena mekanisme kolaborasi
dengan pihak luar.
3. Solusi Terhadap Kendala yang 3. Solusi terhadap kendala yang
Dihadapi dari Implementasi Hak terjadi dilapangan adalah:
Belajar Mahasiswa dalam Kerangka a) Monitoring dan evaluasi untuk
Kebijakan Kurikulum Merdeka menentukan berhasil tidaknya
Belajar dan Kampus Merdeka dalam program MBKM dilaksanakan
Perspektif Teori Konstruktivisme di di UMM.
Universitas Muhammadiyah Malang b) Peningkatan yang merupakan
tahapan ketika standar tercapai
kemudian yang diawali dengan
kebijakan ditingkatkan secara
berkala dan berkelanjutan.

94
Tabel 3. Tabel Dokumentasi

A. RPS Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan

SILABUS MATA KULIAH

IDENTITAS MATA KULIAH


Mata kuliah : Dasar Biokimia
Kode :
SKS : 4 SKS
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Semester : III A
Prasyarat : Kimia Organik
Dosen Pembina : Prof. Dr. Ir. Noor Harini, M.S
Kompetensi Mata Kuliah : Setelah Mahasiswa mengikuti kuliah ini akan dapat memahami aspek dasar pengetahuan biokimia pangan yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan teknologi Hasil Pertanian.
Minggu Kompetensi Sub Kompetensi Indikator Untuk Kerja Langkah Pembelajaran Evaluasi
Pengertian Memahami dan mengerti Mahasiswa dapat 1. Mencermati 1. Mahasiswa diminta memahami Tugas
biokimia, cirri konsep biokimia dalam memahami konsep batasan konsep konsep dasar tenteng reaksi resume
makhluk hidup cirri makhluk hidup biokimia dalam cirri biokimia tanaman kimia dalam makhluk hidup journal
dan tak hidup makhluk hidup 2. Mencari informasi 2. Mahasiswa diberi tugas resume tentang
1
dalam aspek lain terkait dengan jurnal Biokimia pangan, dan biokimia
biokimia biokimia tanaman presentasi yang dilakukan pada
pertemuan minggu ke 9 s/d
minggu ke 13 secara kelompok
Biomolekuler Memahami susunan Mahasiswa dapat Memahami hirarki Mahasiswa diminta memahami UTS
dalam sel hidup kimia sederhana sampai memahami struktur struktur dasar dan mengerti hirarki struktur
2 senyawa kompleks yang kimia yang kimia makhluk dasar kimia makhluk hidup dan
menyususun makhluk menyusun hidup mendiskusikan
hidup makhlukhidup

95
Metabolisme Memahami prinsip Mahasiswa dapat Membedakan Mahasiswa mendiskusikan UTS
metabolism dalam memahami proses anabolisme proses metabolism dalam
3 makhluk hidup prosesmetabolisme dan katabolisme makhluk hidup
dalam makhlik
hidup
Karbohidrat, Memahami proses Mahasiswa dapat Mencermati Mahasiswa diminta melakukan UTS
monosakarida, biosintesis karbohidrat mengerti dan biosintesis praktikum di UTS laboratorium
oligosakarida, dan penggolongan memahami karbohidrat dan dan diskusi tentang struktur
polisakarida, biosintesis penggolongan dasar penggolongan karbohidrat
fungsi. karbohidrat dan dan dapat menentukan cirri
4 dan 5
penggolongan utama karbohidrat

Katabolisme Memahami dan mengerti Mahasiswa Meringkas proses Mahasiswa diminta membuat UTS
karbohidrat, Katabolisme karbohidrat, memahami dan Katabolisme poster / katabolisme karbohidrat,
siklus Kreb’s siklus Kreb’s mengeri karbohidrat , siklus siklus Kreb’s
6 dan 7
Katabolisme Kreb’s
karbohidrat, siklus
Kreb’s
8 UTS
Protein, fungsi, Memahami fungsi, Menjelaskan fungsi, Menggali Mahasiswa diminta melakukan UAS
klasifikasi, asam klasifikasi, asam amino, klasifikasi, asam informasi fungsi, praktikum di laboratorium dan
amino, struktur strutur protein respon amino, struktur klasifikasi, asam diskusi melakukan identifikasi
9 dan 10
protein respon reaksi spesifik pprotein respon amino, struktur as.amino dan protein dengan
reaksi spesifik reaksi spesifik protein respon pereaksi tertentu
reaksi spesifik
Enzim, fungsi, Memahami funsi, Menjelaskan fungsi, Menggali Mahasiswa diminta melakukan UAS
11 dan
klasifikasi, tapak klasifikasi, tapak aktif, klasifikasi, tapak informasi tentang praktikum di laboratorium dan
12
aktif, faktor yang faktor yang aktif, faktor yang enzim yang sudah diskusi tentang faktor yang

96
mempengarui, mempengaruhi, mempengaruhi, di temukan dai mempengaruhi kerja enzim
mekanisme kerja mekanisme kerja enzim mekanisme kerja alam lewat
enzim enzim penelusuran
internet
Lipida, Memahami biosintesis, Menjelaskan Menggali Mahasiswa diminta melakukan UAS
Biosintesis, fungsi, struktur biosintesis, fungsi, informasi praktikum di laboratorium dan
13 fungsi, struktur struktur biosintesis, fungsi, dikusi kualitas minyak goreng
struktur lewat
internet
As nukleat, Memahami materi Menjelaskan materi Menggali Melakukan diskusi tentang UAS
materi genetic, genetic, struktur kimia genetic struktur informasi tentang fungsi as nukleat dalam
struktur kimia DNA dan RNA, kimia DNA dan RN, materi genetic, mekanisme pewarisan sifat
DNA dan RNA, pengantar biosintesis pengantar strukturkimia DNA keturunan
14
pengantar DNA dan RNA biosintesis DNA dan dan RNA,
biosintesis DNA RNA pengantar
dan RNA biosintesis DNA
dan RNA
Metabolit Memahami fungsi, Menjelaskan Menggali Melakukan diskusi tentang UAS
sekunder, fungsi, biosintesis Metabolit memahami fungsi, informasi tentang peranan metabolit sekunder
15 biosintesis sekunder biosintesis Metabolit hasil metabolit
sekunder sekunder lewat
internet
16 UAS
Keterangan:

Malang, 4 desember 2007

Ir, Macmudi, M

97
Gambar 1. Wawancara Dengan Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP)

Gambar 2. Wawancara Dengan Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP)

98
Gambar 3. Wawancara Dengan Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP)

99
Lampiran 1. Surat Keputusan Rektor

1. Surat Keputusan Rektor Nomor: 32 Tahun 2017 Tentang Ekuivalensi


Karya Kreatif dan Inovatif Mahasiswa ke Dalam Kegiatan Kurikulum
2. Peraturan Rektor Nomor: 2 Tahun 2019 Tentang Magang Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang
3. Surat Keputusan Rektor Nomor: 37 Tahun 2020 Tentang Skill
(Keterampilan) Mobilitas
4. Surat Keputusan Rektor Nomor: 31 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Akademik

Ditetapkan di Malang
Pada Tanggal
Rektor

Ttd

Dr. Fauzan, M.Pd.

100
Lampiran 2. Surat Penelitian

101
102
Lampiran 3. RPS Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional

103
104
105
106

Anda mungkin juga menyukai