Anda di halaman 1dari 24

RINGKASAN MATA KULIAH

TEORI, TEORI AKUNTANSI, DAN RISET AKUNTANSI


Mata kuliah Teori Akuntansi Keuangan

Dosen Pengampu = Sohidin, SE., M.Si., AK, CA

Disiapkan oleh :
Nama = Nayya Faqda Iksaniya
NIM = K7720061
Kelas =B

PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
DAFTAR ISI

TEORI
1. Konsep Umum Teori
2. Hipotesis
3. Teori, Hukum, dan Teorema
4. Teori Positif dan Normatif

TEORI AKUNTANSI
1. Teori Akuntansi
2. Pengukuran dalam Akuntansi
3. Teori Agensi
4. Relevansi Teori Akuntansi pada Praktik Akuntansi
5. Rangkuman

RISET AKUNTANSI
1. Riset Akuntansi dan Metoda Ilmiah
2. Penalaran Deduktif dan Metoda Ilmiah
3. Sifat Komplementer Metoda Deduktif dan Induktif
4. Arah Riset Akuntansi
• Pendekatan Model Keputusan
• Riset Pasal Modal
• Riset Keperilakuan
5. Ekonomi Informasi
6. Permasalahan dan Peran Riset Akuntansi
• Kompleksitas Informasi dalam Akuntansi
• Peran Riset Akuntansi
7. Pentingnya Asimetri Informasi
8. Persoalan Fundamental Teori Akuntansi Keuangan
9. Regulasi sebagai Reaksi Fundamental
10. Rangkuman
TEORI

1. Konsep Umum Teori


Teori akuntansi adalah sebuah teori. Teori adalah sebuah penjelasan yang
menekankan bahwa dalam berbagai situasi yang terjadi, akan berakibat pada hal yang
sama.
Sebuah teori dapat diuji akurasinya menggunakan fakta atau data empiris.
Dalam hal teori kecepatan berkendara, data dapat berupa jumlah kecelakaan yang
tercatat di sebuah wilayah hukum, jumlah kendaraan yang dikendarai melebihi batas
maksimum dan mengalami kecelakaan, serta jumlah kendaraan yang dikendarai di
bawah batas kecepatan maksimum yang mengalami kecelakaan.
Data penting lainnya adalah data kecelakaan umumnya akan menunjukkan
hubungan antara kecepatan berkendara dengan kecelakaan atau tidak. Jika data
menunjukkan adanya hubungan antara kecepatan dan kecelakaan, maka teori ini
didukung oleh data atau fakta empiris, demikian pula sebaliknya. Meskipun data
empiris tidak mendukung teori,namun teori ini tetap teori, yaitu teori yang tidak benar.
Sebuah teori diungkapkan dalam sebuah pernyataan umum, baik berupa sebab
akibat maupun hubungan antara dua hal. Sebuah teori dapat diuji dengan data empiris.
Sebuah teori tidak harus selalu benar setiap saat namun pada sebagian besar kondisi
dan waktu harus benar. Hal ini berbeda dengan hukum yang harus selalu benar dalam
semua kondisi dan waktu. Dengan demikian, hukum selalu benar sedangkan sebuah
teori biasanya benar.

2. Hipotesis
Sebuah teori mengandung beberapa postulat. Sebuah postulat yang dapat diuji
dalam kehidupan nyata disebut dengan hipotesis. Hipotesis diterapkan untuk
sekelompok subyek dan bukan individual subyek. Jika misalnya seseorang
mengatakan jika saya bersin, maka saya menyemprotkan udara melalui hidung.
Pernyataan ini bukan hipotesis. Namun pernyataan “jika seseorang bersin, maka orang
tersebut menyemprotkan udara melalui hidungnya” merupakan sebuah hipotesis.
Dalam ilmu sosial, hipotesis diuji melalui bentuk negatif, dalam kasus di atas,
hipotesisnya menjadi: jika seseorang bersin, maka orang tersebut tidak
menyemprotkan udara melalui hidungnya. Pernyataan ini disebut dengan hipotesis nol
(null hypothesis). Sebuah teori tercipta jika hipotesis nol salah dan fakta empiris
mendukung bentuk positif sebuah hipotesis. Dukungan ini harus berasal dari observasi
berulang atas berbagai sampel 'yang berbeda, sehingga kita merasa yakin bahwa hal
yang dihipotesiskan didukung oleh data empiris dari berbagai lingkungan nyata. Jika
hasil seluruh observasi tersebut menunjukkan pola dominan melebihi prediksi, maka
hipotesis nol tidak didukung, dan hipotesis alternatif, yaitu hipotesis positif didukung.
Hal ini berarti hipotesis kita cenderung benar dan pada gilirannya membangun sedikit
teori baru.
3. Teori, Hukum, dan Teorema
Sebuah teori bukanlah sebuah hukum, karena sebuah teori kadang-kadang
dapat keliru. Sebuah teori juga bukan sebuah Teorema. Hanya matematika yang
memiliki rumus, karena hanya dalam dunia abstrak aljabar, geometri, dan angka yang
memungkinkan kita memenuhi asumsi dan aproksimasi dunia nyata. Dalam geometri,
kita memiliki teorema Pythagoras yang menyatakan bahwa luas kotak yang sisinya
adalah sisi miring (sisi yang berlawanan dengan sudut kanan) sama dengan jumlah
area kotak di dua sisi lainnya.
Sebuah teori akan menambahkan hal lain yang sama. Sebuah teorema adalah
sebuah jenis khusus hukum. Teorema selalu benar dan tidak ada perkecualian karena
unsurnya sudah lengkap dan spesifikasinya eksak tidak lagi berupa aproksimasi.
Lengkap berarti hal lain di luar teorema tidak relevan, misalnya ukuran dan warna
halaman, ketebalan garis segitiga atau ukuran dua sudut disamping sudut kanan.

4. Teori Positif dan Normatif


Teori dapat bersifat positif atau normatif. Teori normatif menyatakan apa yang
seharusnya terjadi, dengan mengasumsikan kita menginginkan sebuah hasil akhir
yang spesifik misalnya kekayaan atau kesejahteraan. Teori positif menjelaskan atau
memprediksi fakta dan tidak mengasumsikan kita menginginkan hasil akhir tertentu.
• Contoh teori normatif adalah teori stakeholder normatif yang menyatakan bahwa
perusahaan akan melakukan tindakan yang terbaik jika perusahaan memasukkan
kepentingan seluruh kelompok stakeholder dan tidak hanya memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham (Friedman dan Schwartz, 1963). Teori monetaris
Milton Friedman dalam ekonomi keuangan menyatakan bahwa cara terbaik
mengendalikan inflasi adalah melalui pengendalian permintaan uang terutama
melalui tingkat bunga (Friedman, 1962). Dalam filosofi etika, teori utilitarianisme
tindakan (act utilitarianism theory) menganggap bahwa keputusan terbaik dalam
berbagai situasi adalah keputusan yang mendorong pencapaian kesejahteraan
tertinggi sebagian besar masyarakat. Seluruh teori di atas mendorong perilaku,
bukan menguraikannya.
• Contoh teori positif adalah teori akuntansi positif yang menyatakan bahwa
perusahaan memanipulasi laba yang dilaporkan lebih besar dari yang seharusnya
jika bonus menjadi bagian dari paket pembayaran kepada direksi atau jika
penyandang dana (investor dan kreditor) telah menetapkan atas rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) perusahaan sesuai kandisi utang (Watts dan
Zimmerman,1986). Dalam bidang keuangan, Modigliani dan Miller (1958)
menyatakan bahwa kebijakan dividen dan banyak sedikitnya utang tidak
mempengaruhi harga pasar saham perusahaan.

Teori normatif melibatkan pertimbangan nilai (value judgment), sedangkan teori positif
cenderung bebas nilai. Teori normatif melibatkan opini, judgment,dan subyektivitas,
sedangkan teori positif mendasarkan pada pernyataan fakta. Semua pernyataan yang
tidak dapat diuji dengan fakta empiris disebut dengan pernyataan opini. Dengan
demikian, semua pernyataan yang berisi kata kerja seharusnya, harus dan sejenisnya
adalah pernyataan opini. Semua subyektif dan ajektif seperti baik, buruk, benar, salah,
panas, dingin, kaya, miskin, dan sejenisnya adalah pernyataan opini. Tidak ada
konsensus universal tentang mana yang benar karena semuanya masih berlanjut untuk
dilakukan pembuktian.
Teori positif mengasumsikan bahwa ada serangkaian fakta yang dapat
diobservasi dan independen terhadap teori itu sendiri namun dapat digunakan untuk
memverifikasi kebenaran teori tersebut. Selain itu, teori positif juga mengikuti Karl
Proper (1972) yang menyatakan bahwa semua teori hanya bisa ditolak, namun tidak
mampu dibuktikan karena observasi yang mendukung teori diatur sesuai dengan teori
itu sendiri. Kedua kalimat ini sepintas nampak berlawanan. Kalimat pertama
menyatakan fakta yang independen dapat direkonsiliasi melalui metafora sebuah
kamera.Kamera hanya mengambil gambar nyata namun operator mengatur fakta yang
telah ditangkap kamera sesuai dengan kebutuhan. Ketika sebuah teori disalahkan
karena gagal untuk menjelaskan observasi baru dan digantikan oleh sebuah teori baru
yang dapat menjelaskannya, maka hal ini disebut sebagai sebuah paradigm shift
(Kuhn, 1972). Karena berbagai paradigma atau teori dapat disalahkan setiap saat,
maka Kuhn menyatakan ada beberapa kualitas yang dapat digunakan untuk
membedakan kekuatan sebuah teori dengan teori lain, yaitu akurasi, kesederhanaan,
dan kemanfaatan (Chua, 1986). Karena sebuah teori dapat disalahkan di masa
mendatang, untuk saat ini tetap dianggap benar dan valid. Jika sebuah teori
menjelaskan fakta dan memampukan prediksi akurat, khususnya dalam ilmu sosial
seperti ekonomika, bisnis, dan akuntansi, maka kondisi ini merupakan hal yang sangat
baik.

5. Teori Global dan Teori Partikularistik


Beberapa pakar membedakan antara sistem deduktif dan induktif dengan istilah
global (makro) dan partikularistik (mikro). Ketika premis sistem deduktif total atau
mencakup semuanya, maka kesimpulannya harus menyeluruh pula. Dalam konteks
akuntansi, contoh pendekatan global adalah teori yang mendukung salah satu jenis
sistem penilaian untuk seluruh akun. Sistem induktif, karena masuk dalam kelompok
fenomena nyata, dapat secara realistis fokus hanya satu bagian kecil lingkungan
relevan. Dengan kata lain, riset induktif cenderung menguji pertanyaan dan masalah.
Beberapa pakar seperti Nelson (1973) memandang teori akuntansi global
sebagai sesuatu yang tidak tuntas. Caplan (1972) juga memandang arah riset
akuntansi di masa mendatang dalam teori induktif karena teori induktif mampu
menjawab pertanyaan tertentu. Meskipun demikian, ada keberlanjutan dalam
penggunaan pendekatan normatif. Pada akhirnya, perbedaan antara riset deduktif dan
riset induktif tetap tidak tuntas.
TEORI AKUNTANSI
1. Teori Akuntansi
Akuntansi sering disebut dengan bidang ilmu yang kering, dingin, dan sangat
analitis yang memerlukan jawaban yang akurat baik yang menyangkut benar atau
salah, tidak lebih dan tidak kurang. Sebagai contoh, jika dua perusahaan menggunakan
metoda akuntansi yang berbeda dalam penilaian persediaan dan perhitungan beban
pokok penjualan, maka meskipun hasilnya berbeda, jawabannya bisa dianggap benar.
Sebagian pelaku akuntansi menganggap bahwa pemilihan metoda akuntansi hanya
merupakan sebuah konstruk akuntansi, yaitu jenis permainan yang dimainkan oleh
akuntan yang menarik bagi mereka, namun tidak bermakna apapun bagi dunia nyata.
Pendapat semacam ini tentu saja sama sekali tidak benar. Pilihan metoda akuntansi
untuk persediaan berdampak pada pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh
perusahaan, yang jumlahnya berbeda pada berbagai metoda yang dipilih. Dengan
demikian, konstruk akuntansi memiliki realitas sosial yang penting, yaitu menentukan
berapa banyak pajak penghasilan yang harus dibayarkan.
Pembayaran pajak penghasilan bukan satu-satunya realitas sosial yang
dipengaruhi oleh angka akuntansi. Berikut ini contoh realitas sosial yang diakibatkan
oleh angka akuntansi.
a. Angka akuntansi dapat menjadi instrumen penting dalam penilaian kinerja
manajemen, sehingga dapat mempengaruhi gaji dan bonus manajemen dan
bahkan dapat mempengaruhi eksistensi manajemen.
b. Angka akuntansi dan rasio-rasio keuangan lainnya dapat mempengaruhi
pembayaran dividen dan harga saham.
c. Angka akuntansi dan rasio-rasio keuangan lainnya dapat mempengaruhi jumlah
utang yang dapat diperoleh, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap biaya
modal (cost of capital).
Karena angka akuntansi memiliki konsekuensi sosial, maka perusahaan dapat
mengukur realitas ekonomi secara akurat. Ada beberapa persepsi tentang realitas
ekonomi. Seseorang dapat mengatakan bahwa nilai sebuah aset mungkin sama
dengan nilai yang dibayarkan oleh perusahaan di pasar aktif. Di sisi lain, kita dapat pula
menganggap bahwa nilai aset yang direpresentasikan oleh nilai perusahaan dapat
diperoleh dengan cara menjual aset tersebut. Kedua nilai ini tidak sama. Persepsi
pertama disebut dengan kos pengganti (replacement cost) atau nilai perolehan (entry
value) dan persepsi kedua disebut nilai jual (exit value). Nilai jual biasanya lebih rendah
dibanding nilai perolehan karena perusahaan tidak selalu memiliki akses yang sama
ke pembeli sebagaimana perusahaan yang menjual aset secara reguler melalui saluran
pemasaran yang normal. Dengan demikian, ada pilihan penilaian antara nilai jual dan
nilai perolehan. Oleh karena itu, meskipun kita menganggap bahwa kedua penilaian ini
sama-sama valid, namun faktanya kedua penilaian ini tidak mudah diukur karena
kuotasi pasar yang mungkin tidak tersedia dan pengguna tidak memahami makna
penilaian ini. Oleh karena itu, ada pilihan ketiga yaitu kos historis. Nilai perolehan dan
nilai jual pada dasarnya menggambarkan realitas ekonomi, namun ketidakandalan
pengukuran dapat berakibat sebagian akuntan memilih menggunakan penilaian
berbasis kos historis dengan dalih mereka memahami konsep kos historis jauh lebih
baik dibandingkan dengan nilai perolehan dan nilai jual, dan pengukuran kos historis
lebih reliabel.
Isu tentang pemilihan alternatif penilaian akuntansi di atas yang melibatkan kos
historis masuk dalam ranah teori akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pertanyaan
untuk tujuan apa pengguna memerlukan angka akuntansi (misal untuk penilaian kinerja
manajemen, penilaian kemampuan perusahaan menghimpun dana, atau penggunaan
angka akuntansi sebagai input untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa
mendatang). Istilah "teori akuntansi” sebenarnya tidak mudah dijelaskan. Ada
beberapa definisi tentang teori akuntansi dalam beberapa literatur akuntansi meskipun
definisi tersebut masih juga bersifat abstrak.
Teori akuntansi didefinisikan sebagai asumsi dasar, definisi, prinsip, dan
konsep, dan cara kita menggunakannya yang mendasari penyusunan aturan akuntansi
oleh lembaga legislatif-serta pelaporan informasi akuntansi dan keuangan. Diskusi
tentang ekstensif dan argumentasi tentang asumsi dasar, definisi, prinsip, dan konsep
telah terjadi dan terus terjadi sehingga teori akuntansi tidak pernah menjadi sebuah
produk final dan selesai. Dialog selalu berlanjut, terutama jika muncul isu-isu dan
persoalan baru. Teori akuntansi yang dimaksud di sini adalah tentang akuntansi
keuangan, bukan akuntansi manajemen atau akuntansi sektor publik. Akuntansi
keuangan mengacu pada informasi akuntansi yang digunakan oleh para investor,
kreditor, dan pengguna ekstern lain untuk menganalisis kinerja manajemen dan tujuan
pembuatan keputusan.
Definisi teori akuntansi harus diinterpretasikan secara luas. Kerangka
konseptual yang dianggap melandasi pedoman bagi pembuatan aturan akuntansi
masuk dalam pengertian teori akuntansi. Analisis aturan akuntansi untuk melihat
kesesuaiannya dengan rerangka konseptual atau prinsip lainnya juga masuk dalam
ranah teori akuntansi. Praktik aktual akuntansi tidak masuk dalam ranah teori
akuntansi. Pertanyaan seperti mengapa perusahaan memilih sebuah metoda
akuntansi masuk dalam ranah teori akuntansi karena kita ingin mengetahui alasan
pemilihan metoda akuntansi tersebut. Dalam logika pragmatis, seseorang dapat
mengatakan bahwa teori akuntansi berhubungan dengan perbaikan penyajian laporan
keuangan, meskipun ada konflik antara manajer dan investor, antar kelompok investor,
terkait dengan isu elemen laporan keuangan yang mana yang membaik, karena
kepentingan mereka tidak benar-benar sama.
Kita dapat pula menguji jenis topik, isu, dan pendekatan yang didiskusikan
sebagai bagian dari teori akuntansi. Selain rerangka konseptual dan legislasi
akuntansi, teori akuntansi juga mencakup model-model penilaian,hipotesis, dan teori.
Hasil riset telah dipublikasikan dalam buku dan jurnal ilmiah dengan tujuan untuk
memajukan pengetahuan tentang akuntansi keuangan dan cabang-cabang akuntansi
seperti akuntansi kos dan akuntansi manajemen, auditing,perpajakan, dan sistem
akuntansi.
2. Pengukuran dalam Akuntansi
Pengukuran adalah aspek penting dalam teori akuntansi. Larson(1969)
menganggap pengukuran secara terpisah dari teori karena aspek teknis dan prosedur
dalam proses pengukuran itu sendiri. Meskipun demikian, proses pengukuran begitu
integral dengan teori akuntansi sehingga antara keduanya tidak mudah untuk
dipisahkan.
Ada dua jenis pengukuran, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak
langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan alat ukur yang
mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasikan dan hasil pengukuran dapat langsung
dibaca pada skala tersebut. Pengukuran tidak langsung itu sendiri adalah pengukuran
dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang
diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan alat ukur
langsung.
Cara lain untuk mengelompokkan model pengukuran adalah dengan
membaginya menjadi dua jenis yaitu pengukuran penilaian (assessment measures)
dan pengukuran prediksi (prediction measures). Pengukuran penilaian berhubungan
dengan atribut khusus obyek yang diukur dan dapat berupa pengukuran langsung
maupun pengukuran tidak langsung. Pengukuran prediksi berhubungan dengan faktor-
faktor yang terkait dengan kondisi di masa mendatang. Dengan demikian, ada
hubungan fungsional (sebab akibat) antara prediktor (ukuran prediksi) dan kondisi
masa mendatang. Sebagai contoh, laba tahun sekarang mungkin digunakan sebagai
sebuah prediktor dividen untuk periode berikutnya. Laba pada dasarnya merupakan
pengukuran penilaian karena laba menunjukkan seberapa baik kinerja perusahaan
pada periode tersebut. Contoh lain pengukuran penilaian adalah investasi sekuritas
yang dinilai berdasarkan harga pasar saat ini. Pengukuran ini menilai berapa banyak
kas dapat diperoleh jika sekuritas tersebut dijual saat ini.
Beberapa elemen dapat digabungkan dalam sebuah proses pengukuran,
bahkan ketika dilakukan pengukuran langsung. Hal ini bukan berarti hanya ada satu
ukuran yang benar secara absolut. Contoh pengukuran yang sederhana seperti
penghitungan kas tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: (1) obyek itu sendiri,
(2) atribut yang diukur, (3) pengukur,(4) perhitungan, (5) instrumen untuk pengukuran,
dan (6) konstrain atau kendala yang mempengaruhi pengukur. Setiap obyek dan
atributnya memiliki perbedaan besar dengan obyek lain, baik menyangkut jenis dan
kompleksitasnya.
Hubungan antara sistem pengukuran dan atribut obyek yang diukur
menentukan jenis pengukuran. Jenis pengukuran yang paling sederhana adalah skala
nominal. Sebuah skala nominal tidak lebih dari sebuah sistem klasifikasi
dasar.Diasumsikan mahasiswa sebuah universitas berasal dari Magelang,Cilacap,dan
Bandung.Jika kita ingin mengklasifikasi mahasiswa berdasarkan kota asal, maka
angka 1 ditetapkan untuk mahasiswa dari Magelang, 2 untuk mahasiswa dari Cilacap,
dan 3 untuk mahasiswa dari Bandung.Dalam contoh ini, penggunaan sistem angka
digunakan sekedar untuk mengelompokkan mahasiswa berdasarkan kota asal. Dalam
akuntansi, skala nominal dapat digunakan untuk membuat bagan akun (chart
ofaccount).
Jenis pengukuran lain yang dapat digunakan adalah skala ordinal. Sebuah
skala ordinal digunakan untuk mengurutkan preferensi. Dalam akuntansi, skala ordinal
ini dapat digunakan untuk menyajikan aset dan liabilitas dalam laporan posisi
keuangan. Aset dan liabilitas dapat disajikan berdasarkan urutan likuiditas. Urutan ini
disebut penjenjangan ordinal.
Jenis pengukuran ketiga adalah skala interval. Sebuah skala interval
mensyaratkan bahwa perubahan dalam atribut yang diukur diantara berbagai angka
harus sama. Contoh skala interval adalah skala temperatur Fahrenheit. Kenaikan suhu
dari 9° menjadi 10° sama dengan kenaikan dari 19° menjadi 20° atau dengan kata lain
kedua temperatur naik 1°.
Jenis pengukuran lain yang tersedia adalah skala rasio. Sebuah skala rasio
menggunakan nilai sama bagi interval antar angka yang digunakan, namun skala ini
juga memiliki fitur tambahan. Selain itu, dalam skala rasio, titik nol harus memiliki
kualitas unik. Hal ini tidak berlaku pada skala Fahrenheit. Titik nol pada thermometer
Fahrenheit tidak menyiratkan tidak ada temperatur. Oleh karena itu, kita tidak dapat
mengatakan bahwa suhu 8° dua kali lebih hangat dari 4°.Sama halnya, 8° dibagi
dengan 4° tidak sama dengan 16° dibagi dengan 4°. Penggunaan skala rasio dalam
akuntansi memungkinkan, karena titik nol dalam akuntansi menyiratkan tidak ada
apapun dalam konteks nilai moneter. Dengan demikian, dalam akuntansi, aset lancar
senilai Rp100.000.000 dibagi dengan liabilitas lancar Rp50.000.000 dan aset lancar
senilai Rp200.000.000 dibagi dengan liabilitas lancar Rp100.000.000 menunjukkan hal
yang sama, yaitu aset lancar dua kalinya liabilitas lancar. Hal ini dapat terjadi karena
keunikan titik nol pada akuntansi.
Untuk menganalisis manfaat sebuah ukuran, diperlukan syarat-syarat tertentu
agar sebuah ukuran berkualitas. Selain itu, karena pengukur, skill, alat, dan teknik
pengukuran sangat penting, maka diperlukan kesepahaman diantara pengukur yang
disebut kriteria. Kriteria kualitas pertama adalah obyektivitas. Sebuah obyektivitas
diartikan sebagai derajat konsensus antara pengukur dalam sebuah situasi ketika
sekelompok pengukur menggunakan instrumen yang sama dan memiliki kendala yang
sama melakukan pengukuran atribut sebuah obyek yang sama. Selain obyektivitas,
ada juga kriteria kualitas ukuran lain, yaitu ketepatwaktuan (timeliness) dan kendala
biaya (cost constraint). Dalam akuntansi keuangan, ketepatwaktuan berarti bahwa
informasi keuangan-yang merupakan gabungan dari berbagai pengukuran- harus
berupa informasi terkini dan siap untuk dilaporkan baik triwulanan maupun tahunan.
Meskipun demikian, seringkali ketepatwaktuan bertentangan dengan problem kendala
biaya. Oleh karena itu, penyeimbangan diantara keduanya perlu dilakukan agar
kualitas ukuran tetap terjaga.

3. Teori Agensi
Akuntansi memiliki beberapa teori yang relevan. Salah satu teori yang paling
relevan dengan akuntansi adalah teori agensi. Teori agensi mula-mula merupakan teori
manajemen yang dikenalkan oleh Berle dan Means (1933). Selanjutnya teori ini
diterapkan pada manajemen keuangan dan kepentingan pemegang saham oleh Fama
(1970) dan berujung pada paper yang ditulis oleh Jensen dan Mecking (1976). Teori
ini menjelaskan perilaku ekonomis pelaku ekonomi pada perusahaan besar. Teori
ekonomi sebelum teori ini mengasumsikan bahwa perusahaan dikelola oleh satu orang
manajer atau untuk perusahaan besar perusahaan dimiliki oleh satu orang.
Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan moderen dimiliki oleh banyak
orang yang disebut dengan pemegang saham, namun perusahaan dijalankan oleh
sekelompok manajer, dan bahwa kepentingan kedua pihak berbeda bahkan
berlawanan. Manajer disebut sebagai agen sedangkan pemegang saham disebut
dengan prinsipal. Pemegang saham sebagai prinsipal memiliki perusahaan dan
menginginkan kekayaannya aman dan semakin banyak. Hal ini berarti mereka
menginginkan laba perusahaan berlanjut dan tumbuh, dividen juga lancar dibayarkan
dan mengalami kenaikan tarif, dan harga saham mengalami kenaikan, sehingga tidak
hanya substansi laba yang tinggi namun juga rasa optimis tentang masa depan
perusahaan.

4. Relevansi Teori Akuntansi pada Praktik Akuntansi


Rerangka kerja yang digunakan buku ini memberikan cara sistematis untuk
memahami teori akuntansi. Buku ini memahamkan pembaca tentang cara menjadikan
teori akuntansi keuangan yang relevan bagi praktik akuntansi. Hal ini dilakukan melalui
dua cara. Pertama, berbagai teori dan riset yang mendasari akuntansi keuangan
diuraikan dan dijelaskan dalam bahasa mudah dipahami. Kedua, relevansi teori
akuntansi ditunjukkan dengan referensi pada praktik akuntansi.

5. Rangkuman
Teori akuntansi adalah sebuah teori. Teori adalah sebuah penjelasan yang
menekankan bahwa dalam berbagai situasi yang terjadi, akan berakibat pada hal yang
sama. Sebuah teori dapat diuji akurasinya menggunakan fata atau data empiris.
Meskipun data empiris tidak mendukung teori, namun teori ini tetap teori, yaitu teori
yang tidak benar. Sebuah teori mengandung beberapa postulat. Sebuah postulat yang
dapat diuji dalam kehidupan nyata disebut dengan hipotesis. Hipotesis diterapkan
untuk sekelompok subyek dan bukan individual subyek. Dalam ilmu sosial, hipotesis
diuji melalui bentuk negatif. Sebuah teori terciptajika hipotesis nol salah dan fakta
empiris mendukung bentuk positif sebuah hipotesis dan pada gilirannya membangun
sedikit teori baru.
Sebuah teori bukanlah sebuah hukum, karena sebuah teori kadang-kadang
dapat keliru. Sebuah teori juga bukan sebuah Teorema. Sebuah teori akan
menambahkan hal lain yang sama. Sebuah teorema adalah sebuah jenis khusus
hukum. Teorema selalu benar dan tidak ada perkecualian karena unsurnya sudah
lengkap dan spesifikasinya eksak tidak lagi berupa aproksimasi. Teori dapat bersifat
positif atau normatif. Teori normatif menyatakan apa yang seharusnya terjadi, dengan
mengasumsikan kita menginginkan sebuah hasil akhir yang spesifik misalnya
kekayaan atau kesejahteraan. Teori positif menjelaskan atau memprediksi fakta dan
tidak mengasumsikan kita menginginkan hasil akhir tertentu. Teori dapat pula
diklasifikasi berbasis sistem deduktif dan induktif menjadi teori global (makro) dan teori
partikularistik (mikro).
Teori akuntansi didefinisikan sebagai asumsi dasar, definisi, prinsip, dan
konsep, dan cara kita menggunakannya - yang mendasari penyusunan aturan
akuntansi oleh lembaga legislatif-serta pelaporan informasi akuntansi dan keuangan.
Diskusi tentang ekstensif dan argumentasi tentang asumsi dasar, definisi, prinsip, dan
konsep telah terjadi dan terus terjadi sehingga teori akuntansi tidak pernah menjadi
sebuah produk final dan selesai.
Pengukuran adalah aspek penting dalam teori akuntansi. Pengukuran adalah
penggunaan angka-angka pada properti atau karakteristik sebuah obyek yang diukur.
Ada dua jenis pengukuran, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.
Pengukuran dapat pula dikelompokkan ke dalam pengukuran penilaian (assessment
measures) dan pengukuran prediksi (prediction measures). Jenis pengukuran lazim
digunakan adalah skala nominal, skala ordinal, skala invertal dan skala rasio.
Akuntansi memiliki beberapa teori yang relevan. Salah satu teori yang paling
relevan dengan akuntansi adalah teori agensi. Teori agensi menyatakan bahwa
perusahaan moderen dimiliki oleh banyak orang yang disebut dengan pemegang
saham (prinsipal), namun perusahaan dijalankan oleh sekelompok manajer (agen).
Kedua pihak memiliki kepentingan yang berbeda bahkan berlawanan. Salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk menanggulangi konflik kepentingan tersebut
adalah sistem corporate governance.

RISET AKUNTANSI
1. Riset Akuntansi dan Metoda Ilmiah
Teori sangat bermanfaat bagi sebuah penelitian karena teori tersebut berupaya
untuk menjelaskan hubungan dan memprediksi fenomena. Meskipun teori akuntansi
mencakup aspek dan sudut pandang filosofis yang cukup luas, namun dalam bab ini,
kita hanya fokus pada teori yang secara formal dibangun melalui sebuah proses riset.
Dalam metoda ilmiah, sebuah teori adalah tidak lebih dari sebuah kalimat. Teori
harus memuat seperangkat premis (disebut juga asumsi atau postulat). Premis dapat
berupa bukti asli atau dapat dikonstruksi sehingga premis dapat diuji dengan statistika
inferens, yang sering disebut dengan hipotesis. Sebagian premis mungkintidak perlu
didefinisikan, sedangkan sebagian lain perlu didefinisikan secara jelas. Kata debit dan
kredit sangat dipahami oleh para akuntan, sehingga tidak perlu didefinisikan, namun
kata liabilitas, yang digunakan dalam sebuah teori,perlu didefinisikan secara hati-hati
karena adanya beberapa konsep yang berbeda.Dalam pengertian sempit, liabilitas
didefinisikan secara legal, yaitu nilai yang harus dibayarkan kepada pihak lain karena
kita telah menerima barang, jasa, dan lain-lain.
Namun demikian, definisi ini dapat diperluas dengan memasukkan pembayaran
kas di masa mendatang bagi utang pajak penghasilan estimasian.Sebuah teori berisi
serangkaian kesimpulan yang berasal dari premis. Kesimpulan dapat ditentukan baik
dari deduksi maupun induksi.

2. Penalaran Deduktif dan induktif


Sistem deduktif adalah sebuah sistem yang menggunakan penalaran logika untuk
mendapatkan satu atau lebih kesimpulan dari serangkaian premis. Data empiris tidak
dianalisis dalam sebuah deduksi murni. Contoh sistem deduksi adalah sebagai berikut.
Premis 1:Seekor kucing memiliki empat kaki
Premis 2: Ujang memiliki dua kaki
Kesimpulan: Ujang bukan seekor kucing
Dalam contoh sederhana di atas, hanya satu kesimpulan yang dapat dibuat dari
dua premis. Dalam sistem yang lebih kompleks, kesimpulan yang diambil lebih dari
satu, namun dalam serangkaian kesimpulan tersebut tidak boleh berlawanan satu
sama lainnya. Sekali lagi, perhatikan bahwa tidak ada kesimpulan lain yang dapat
diambil dari kedua premis terkait dengan Ujang.
Sebagian pendekatan deduktif dalam teori akuntansi telah menggunakan aksioma
formal sebagai premis sebuah sistem yang menjadi dasar berbagai aturan akuntansi.
Aksioma adalah suatu pernyataan yang bisa dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya
bukti. Aksioma formal adalah serangkaian terminologi yang secara tegas, jelas dan
lugas mendefinisikan akuntansi menjadi aturan yang berterima umum. Pendekatan
deduktif formal (disebut metoda analitis/metoda deduktif) belum sesuai dengan
pengembangan teori akuntansi karena pendekatan ini memiliki pemahaman terbatas
tentang simbol teknis dan tidak adanya kesepahaman premisdasar akuntansi
keuangan. Meskipun demikian, penalaran deduktif umum tetap penting dalam teori
akuntansi dan pembuatan kebijakan.
Penalaran induktif menguji data, biasanya berupa sampel dari sebuah populasi,
dan membuat inferensi tentang populasi. Jika seseorang menguji sepasang dadu untuk
mengetahui kemunculan setiap sisi atau angka dadu, maka dia akan melempar dadu,
misalnya sebanyak 100 kali untuk memastikan bahwa peluang setiap sisi muncul kira-
kira satu berbanding enam setiap pelemparan. Dalam riset akuntansi, data
dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metoda dan sumber, misalnya
kuesioner yang dikirim kepada para responden (praktisi dan pihak lain yang sesuai),
eksperimen laboratorium yang melibatkan individu dalam sebuah simulasi, angka-
angka dari laporan keuangan publikasian, dan harga saham yang diperdagangkan.
Di lingkungan yang kompleks, misalnya di dunia bisnis, sebuah teori induktif yang
baik harus secara hati-hati mengidentifikasi masalah yang akan diuji. Riset harus
dilakukan berdasarkan hipotesis yang dapat diuji, memilih sampel dari populasi,
mengumpulkan data yang diperlukan, dan menerapkan alat statistika inferens untuk
menguji hipotesis.
Salah satu kritik pada awal penelitian induktif atau penelitian empiris dalam
akuntansi adalah bahwa hubungan yang diekspresikan bersifat mekanistik. Sebagai
contoh, pengujian empiris yang dilakukan terhadap hubungan antara harga saham dan
perubahan dalam metoda akuntansi. Namun, pertanyaan mengapa penyusun standar
atau manajer keuangan memilih alternatif tertentu tetap tidak terjawab. Riset empiris
yang menghipotesiskan hubungan antara laba dan harga saham atau upaya untuk
menjawab pertanyaan mengapa standar tertentu dipilih oleh pembuat kebijakan atau
mengapa manajemen memilih metoda akuntansi tertentu, disebut dengan riset
akuntansi positif (positiveaccounting research). Riset akuntansi positif berupaya untuk
menjelaskan hubungan keperilakuan dalam akuntansi. Riset ini berupaya untuk
menjelaskan “apa” tanpa membuat judgment mengenai bagaimana seharusnya,
meskipun peneliti harus membuat judgment nilai.
Beberapa contoh teori berbasis induktif sekarang sudah ada dalam literatur
akuntansi. Watts dan Zimmerman (1986, 1990) mengeksplorasi pertanyaan
bagaimana manajemen perusahaan merespon standar akuntansi baru. Salah satu
premis mereka adalah bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan diri mereka
sendiri, misalnya kenaikan kompensasi pribadi melalui skema bonus jika laba yang
dilaporkan meningkat. Meskipun demikian, hal ini tidak selalu berlaku pada perusahaan
besar jika perusahaan tersebut merupakan subyek tindakan antitrust atau regulasi
karena posisi pasar mereka yang dominan.
Pada perusahaan ini, kepentingan manajemen jangka panjang adalah adanya
standar yang yang menghasilkan laba bersih yang lebih rendah. Oleh karena itu, Watts
dan Zimmerman (1986, 1990) menghipotesiskan bahwa manajemen memiliki lebih
banyak insentif untuk mengutamakan standar yang menurunkan laba bersih ketika
perusahaan merupakan subyek tekanan politik. Mereka menguji respon terhadap
board's exposure draft yang berisi permintaan untuk dilakukannya penyesuaian
terhadap laba dalam laporan tahunan. Temuan mereka mengkonfirmasi hipotesis
bahwa proposal tersebut didukung oleh perusahaan besar yang akan menurunkan laba
bersih sebagai akibat penyesuaian harga. Sebaliknya, perusahaan besar akan
menentang proposal ini jika penyesuaian berakibat pada kenaikan laba bersih.
Pada lembar sebelumnya telah diuraikan bahwa teori dapat diklasifikasi ke dalam
teori normatif (preskriptif) dan teori positif (deskriptif). Teori normatif menggunakan
pertimbangan nilai dan didalamnya minimal berisi sebuah premis yang menyatakan
apa yang seharusnya. Sebaliknya, teori positif berupaya untuk menemukan hubungan
antar fakta yang terjadi. Meskipun ada perkecualian, sistem deduktif biasanya normatif,
dan sistem induktif biasanya berupaya untuk menjadi positif. Karakteristik ini disarikan
dari sifat metoda deduktif dan induktif. Metoda deduktif biasanya tertutup, sistem yang
non-empiris, dan kesimpulan yang dibuat didasarkan atas premis. Sebaliknya,
pendekatan induktif, karena berupaya untuk menemukan dan menjelaskan hubungan
antar keadaan nyata, maka secara alami masuk dalam domain deskriptif.
Ada pertanyaan apakah riset empiris dapat netral atau bebas nilai dalam
temuannya? Pertanyaan ini muncul karena nilai pertimbangan implisit yang mendasari
bentuk dan isi riset empiris itu sendiri.Watts dan Zimmerman (1990) menerima
pendapat ini dari dua perspektif yaitu peneliti dan pengguna, bahwa nilai benar-benar
mendasari penelitian. Lebih lanjut, Christenson (1983) menyampaikan fakta bahwa
riset positif tidak hanya berhubungan dengan akuntansi saja, namun juga menyangkut
perilaku pihak yang menyiapkan dan menggunakan informasi akuntansi, yaitu akuntan,
manajemen, dan pengguna. Meskipun riset positif berhubungan dengan berbagai jenis
isu, yaitu hubungan keperilakuan dibanding riset akuntansi konvensional, hal ini bukan
berarti bahwa riset positif bebas nilai.

3. Sifat Komplementer Metoda Deduktif dan Induktif


Deduktif dan induktif berbeda dalam riset, meskipun sebuah konsep bagus untuk
dijelaskan dalam kuliah, namun dalam praktik seringkali tidak tepat. Di masa lalu,
sebelum kedua metoda tersebut menjadi metoda yang bersifat kompetitif, keduanya
saling melengkapi dan sering digunakan bersama-sama. Hakansson (1969)
menyatakan bahwa metoda induktif dapat digunakan untuk mengukur ketepatan
serangkaian premis dalam sebuah sistem deduktif. Perubahan premis dapat
mengubah logika pengambilan kesimpulan. Proses riset itu sendiri tidak selalu
mengikuti sebuah pola baku. Peneliti sering mengkilas balik kesimpulan penelitian
sebelumnya untuk membangun hipotesis baru yang sesuai dengan data. Mereka
kemudian berupaya untuk menguji hipotesis tersebut.
Riset induktif dalam akuntansi dapat membantu memperjelas hubungan dan
fenomena yang ada dalam lingkungan bisnis. Riset tersebut pada gilirannya dapat
bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang memanfaatkan penalaran
deduktif untuk menentukan aturan yang tegas. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa
metoda induktif dan metoda deduktif dapat digunakan secara bersama-sama dan
bukan merupakan pendekatan yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive)
meskipun tidak mungkin mencegah riset induktif bebas nilai.

4. Arah Riset Akuntansi


Pendekatan yang didiskusikan berikut ini meggambarkan orientasi atau arah riset
akuntansi. Pendekatan tersebut menunjukkan sebuah perubahan yang sangat
signifikan dibandingkan riset normatif tiga generasi yang lalu. Ada tiga pendekatan
yaitu (1) pendekatan model keputusan (the decision model approach), (2) riset pasar
modal (capital market research),dan(3) riset keperilakuan (behavioral research).

5. Pendekatan Model Keputusan


Pendekatan ini menanyakan informasi apa yang diperlukan untuk pembuatan
keputusan. Dari sudut pandang ini, laporan keuangan yang disusun berdasarkan nilai
wajar, nilai pasar (nilai masukan, nilai jual, arus kas yang didiskontokan) memenuhi
kualifikasi sebagai informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan.
Pendekatan ini tidak menanyakan informasi apa yang diinginkan oleh para pengguna
namun lebih berkonsentrasi pada informasi apa yang bermanfaat untuk keputusan
tertentu. Dengan demikian, orientasinya adalah normatif dan deduktif. Premis yang
mendasari riset ini adalah bahwa pembuat keputusan mungkin perlu berfikir bagaimana
menggunakan informasi ini jika mereka tidak memahami informasi tersebut.
Sifat normatif pendekatan model keputusan ini berakibat pada munculnya
pendukung pendekatan teoritis lebih baru untuk mendeklarasikan bahwa pendekatan
model keputusan ini tidak ilmiah (non-scientific). Namun Mattesich (1993) telah secara
jelas menunjukkan bahwa asumsi berbasis nilai merupakan sebuah aspek aktivitas
berorientasi tujuan seperti ilmu administrasi termasuk akuntansi. Dengan kata lain,
metoda dan pendekatan ilmiah dapat digunakan dalam aktivitas yang memiliki tujuan
akhir berlawanan dengan ilmu alam yang berupaya menguraikan dunia nyata.
Walaupun tidak sedominan ketika sebelum munculnya riset empiris di bidang
akuntansi, pendekatan model keputusan ini masih merupakan sebuah fokus riset
akuntansi yang penting.

6. Riset Pasal Modal


Sebagian besar riset empiris (induktif) menunjukkan bahwa harga sekuritas yang
diperdagangkan secara publik bereaksi sangat cepat ketika ada informasi baru.
Dengan demikian, harga pasar diasumsikan merefleksikan secara penuh seluruh
informasi yang tersedia bagi publik. Proposisi ini,yang secara prinsip berasal dari
disiplin ilmu keuangan, dikenal sebagai the efficient market-hypotheses. Selain itu,
kembalian atau hasil sekuritas adalah fungsi dari (dipengaruhi oleh) risiko: volatilitas
hasil sekuritas relatif terhadap volatilitas pasar sekuritas secara keseluruhan. Persepsi
ini berakibat pada kenaikan sangat signifikan yang lebih banyak pada diversifikasi
portofolio investasi dibandingkan upaya untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan
pasar berdasarkan sekuritas individu. The efficient market-hypotheses memiliki banyak
implikasi signifikan bagi akuntansi. Hal ini terjadi misalnya karena informasi akuntansi
secara cepat direfleksikan dalam harga saham, maka insentif untuk meningkatkan
pengungkapan dengan mengabaikan pemilihan diantara alternatif akuntansi telah
tumbuh semakin kuat. Sejak the efficient market-hypotheses menetapkan bahwa hasil
yang diperoleh dari sebuah sekuritas dipengaruhi oleh risiko, penelitian tentang pasar
modal berupaya untuk mengukur hubungan antara ukuran risiko berbasis akuntansi,
misalnya rasio-rasio laporan keuangan dan ukuran risiko berbasis pasar. Selain itu,
penelitian tersebut juga berupaya menguji pengaruh pemilihan kebijakan akuntansi
terhadap harga saham.

7. Riset Keperilakuan
Riset keperilakuan merupakan area penting lainnya. Perhatian utama riset
keperilakuan adalah pada cara pengguna informasi akuntansi membuat keputusan dan
jenis informasi yang mereka butuhkan.Pendekatan ini adalah pendekatan deskriptif,
sedangkan pendekatan model keputusan adalah pendekatan normatif. Mayoritas jenis
riset ini menggunakan subyek laboratorium dan berupa eksperimental yang dikontrol
secara hati-hati.
Contoh penelitian yang dilakukan oleh Mclntyre(1973) adalah upaya untuk
menemukan apakah informasi nilai wajar lebih bermanfaat dibanding informasi kos
historis dalam penilaian tingkat kembalian tahunan sesungguhnya. Dengan kata lain,
pendekatan ini ingin mengetahui informasi apa yang dipilih dan bagaimana informasi
tersebut diproses. Empat perusahaan dalam sebuah industri skala menengah
dianalisis untuk jangka waktu tiga tahun. Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 dan
S2. Sebagian mahasiswa menerima laporan keuangan yang disusun menggunakan
nilai wajar, sebagian mahasiswa menerima laporan berbasis kos historis, dan sebagian
lagi menerima keduanya. Mahasiswa diminta untuk memilih manakah perusahaan
yang menghasilkan ringkat kembalian tahunan riil yang paling tinggi selama tiga tahun.
Hasil penelitian tidak berhasil menunjukan keuntungan bagi pengguna laporan
keuangan berbasis nilai wajar. Meskipun demikian, penelitian ini pada dasarnya
mengandung kelemahan yaitu seberapa representatif subyek penelitian, dalam hal ini
mahasiswa, jika dihubungkan dengan populasi pembuat keputusan yang luas. Ini
merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian keperilakuan yang menggunakan
subyek berupa mahasiswa dalam eksperimen laboratorium.
Ketika penelitian ini dilakukan, jenis penelitian ini masih relatif baru dan masih
dalam tahap berkembang. Dari penelitian tersebut, terungkap beberapa temuan
menarik. Sebagian mahasiswa menunjukkan perbedaan antara model keputusan
normatif dan proses keputusan riil. Penelitian lain juga menemukan bahwa ada
kecenderungan menggunakan laporan keuangan untuk piak eksternal sebagai dasar
pembuatan keputusan manajemen atau internal. Hal ini tentu saja kurang tepat,karena
penelitian keperilakuan adalah bersifat deskriptif atau positif, sedangkan sebagian
kesimpulan berbasis normatif.

8. Ekonomi Informasi
Akuntan semakin menyadari dan memahami biaya untuk memproduksi informasi
akuntansi. Hal ini berdampak pada bidang baru dalam riset akuntansi yaitu ekonomika
informasi. Riset ekonomi informasi biasanya bersifat analitis/deduktif. Dengan
perkecualian akuntansi arus kas, alternatif bagi model akuntansi kos historis akan
muncul untuk memaksa tambahan biaya untuk menghasilkan informasi bagi
perusahaan. Pertanyaan penting yang muncul adalah apakah manfaat yang diperoleh
dari informasi tambahan ini lebih besar dibandingkan dengan kosnya.
Ekonomi informasi telah memasukkan asumsi teori agensi dalam analisisnya. Hal
ini terjadi karena pembagian risiko antara prinsipal dan agen terkoneksi erat dengan
isu apakah kedua pihak memiliki informasi penuh atau apakah ada asimetri informasi
diantara keduanya, yaitu satu pihak memiliki informasi lebih banyak dibanding pihak
lainnya. Tujuan analisis teori informasi adalah untuk menentukan seberapa optimal
insentif pengaturan kontrak dan pembagian risiko dapat dinegosiasi. Penelitian
tersebut juga menunjukkan pentingnya fungsi stewardship akuntansi (penilaian kinerja
manajemen sangat penting dalam penentuan insentif dan reward manajerial).

9. Permasalahan dan Peran Riset Akuntansi: Kompleksitas Informasi dalam Akuntansi


Lingkungan akuntansi keuangan dan pelaporan saat ini sangat kompleks dan
sangat menantang, karena produk akuntansi adalah informasi yang merupakan
sebuah komoditas yang sangat bermanfaat dan penting. Penyebab utama
kompleksitas ini adalah:
a. Tidak adanya konsep dan standar akuntansi yang sempurna. Akibatnya, para
pengguna informasi akan bereaksi secara berbeda atas informasi yang sama.
b. Informasi tidak hanya mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh individual. Selain
mempengaruhi sebuah kuputusan, informasi tersebut juga mempengaruhi operasi
pasar, seperti pasar sekuritas dan pasar tenaga manajerial.
Tantangan bagi para akuntan adalah tetap bertahan(survive) dan tumbuh serta
berkembang terus di lingkungan yang kompleks dan bercirikan konflik preferensi
kelompok yang memiliki kepentingan berbeda terhadap laporan keuangan. Prospek
untuk terus hidup dan tumbuh berkembang akan meningkat jika para akuntan
keuangan memiliki kepedulian yang memadai tentang pengaruh pelaporan keuangan
terhadap investor, manajer, dan ekonomi. Bentuk lain kepedulian akuntan dapat
berupa menerima lingkungan pelaporan sebagaimana adanya, meskipun ini hanya
merupakan strategi jangka pendek, karena lingkungan secara konstan berubah dan
berkembang.

10. Permasalahan dan Peran Riset Akuntansi: Peran Riset Akuntansi


Ada dua cara pandang yang saling melengkapi terhadap peran riset. Cara
pandang pertama adalah dengan melihat pengaruh riset terhadap praktik akuntansi.
Esensi pendekatan decision usefulness yang berbasis rerangka konseptual adalah
bahwa investor harus diberi informasi untuk membantu mereka membuat keputusan
investasi yang baik.Peningkatan porsi pengungkapan dalam laporan keuangan bukan
muncul secara tiba-tiba.Kondisi ini terjadi sebagai akibat dilakukannya riset
fundamental ke dalam teori pengambilan keputusan investor dan teori pasar modal,
yang membimbing akuntan untuk memahami dan menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk membuat keputusan. Teori merupakan subyek pengujian empiris
secara luas dan terus menerus,sehingga investor dapat menggunakan informasi
akuntansi keuangan sesuai dengan informasi yang diprediksi oleh teori.
Cara pandang kedua adalah dengan mempertanyakan apakah secara independen
sebuah riset mempengaruhi praktik akuntansi saat ini. Pendekatan ini akan
meningkatkan pemahaman tentang lingkungan akuntansi. Sebagai contoh, riset dasar
pada model-model penyelesaian konflik, terutama model-model teori keagenan, telah
meningkatkan pemahaman kita pada adanya kepentingan manajer terhadap pelaporan
keuangan, terhadap peran rencana kompensasi eksekutif dalam memotivasi dan
mengendalikan operasi manajemen perusahaan, dan terhadap cara menggunakan
informasi akuntansi untuk rencana kompensasi tersebut.

11. Pentingnya Asimetri Informasi


Informasi ekonomi adalah tema yang secara formal mengakui bahwa beberapa
pihak yang melakukan transaksi bisnis mempunyai keuntungan informasi lebih dari
pihak lainnya atau dapat melakukan tindakan yang tidak dapat diobservasi oleh pihak
lainnya. Jika hal tersebut terjadi, maka ekonomi disifati oleh asimetri informasi. Ada dua
tipe asimetri informasi:adverse selection, dan moral hazard.
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi yang terjadi karena beberapa
pihak, seperti manajer perusahaan dan pihak interen lainnya, memiliki informasi yang
lebih baik dan lebih banyak tentang kondisi kini dan prospek masa depan suatu
perusahaan dibanding para investor luar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan
oleh para manajer dan pihak interen lainnya dalam memanfaatkan kelebihan informasi,
misalnya dengan membelokkan atau mengelola informasi yang disampaikan kepada
para investor, dengan tujuan untuk menaikkan nilai opsi saham. Manajer mungkin
menunda atau secara selektif memberikan informasi lebih awal kepada investor atau
analis tertentu, sehingga memampukan manajer dan pihak interen lainnya untuk
memperoleh benefit dengan mengorbankan investor biasa. Taktik ini merugikan
investor, karena hal ini mengurangi kemampuan investor untuk membuat keputusan
investasi yang baik.
Oleh karena itu, jika para investor rasional mengetahui adanya kemungkinan
informasi yang disampaikan kepada mereka adalah informasi bias, mereka akan
berhati-hati dalam membeli sekuritas perusahaan tersebut sehingga berakibat tidak
optimalnya fungsi pasar modal dan pasar manajer sebagaimana seharusnya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi dan pelaporan keuangan berfungsi
sebagai sebuah mekanisme untuk mengendalikan masalah adverse selection dengan
mengkonversi informasi internal menjadi informasi eksternal secara tepat waktu dan
kredibel.
Moral hazard, adalah jenis asimetri informasi yang timbul ketika satu pihak yang
terlibat dalam hubungan kontrak melakukan tindakan yang tidak dapat diobservasi oleh
pihak lainnya. Moral hazard terjadi dalam berbagai situasi. Masalah asimetri kedua
(moral hazard) terjadi karena adanya pemisahan antara pemilikan dengan
pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Sangat
tidak mungkin bagi pemegang saham dan kreditur untuk secara efektif mengamati
secara langsung tingkat dan kualitas upaya yang dilakukan oleh manajer puncak dalam
menjalankan tugasnya.
Oleh karena itu, manajer dapat saja mengingkari kewajiban dan tanggung
jawabnya, serta menyalahkan pihak lain jika ada penurunan kinerja perusahaan atau
mengubah angka-angka laporan keuangan untuk menutupi kesalahan atau
kekurangannya. Jika hal ini terjadi, maka ada implikasi serius baik bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam kontrak maupun efisiensi mekanisme ekonomi. Oleh karena itu,kita
dapat menganggap bahwa laba bersih akuntansi sebagai sebuah ukuran kinerja
manajerial. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah moral hazard melalui dua cara
yang saling melengkapi (komplementer), yaitu:
o Laba bersih dapat berfungsi sebagai input bagi kontrak kompensasi eksekutif
untuk memotivasi kinerja manajer.
o Laba bersih dapat memberi informasi kepada pasar tenaga manajerial, sehingga
seorang manajer yang mengingkari tanggung jawab akan mengalami penurunan
pendapatan, reputasi, dan nilai jual pribadi dalam jangka panjang.
Penelitian tentang asimetri informasi dengan manajemen laba telah dilakukan oleh
Rahmawati dkk. (2006) dan membuktikan bahwa ada pengaruh positif asimetri
informasi terhadap praktik manajemen laba. Asimetri informasi menjadi peluang bagi
manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan disertasi
Richardson (1998) yang menggunakan sampel industri manufaktur. Hasil ini juga
mendukung model analisis yang dilakukan oleh Dye (1988) dan Trueman & Titman
(1988) yang menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan kondisi yang tetap
terhadap adanya manajemen laba.
Manajer sebagai pengelola mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan
pihak luar yang tidak mungkin mendapatkan seluruh informasi perusahaan. Manajer
yang mendapatkan informasi relatif lebih banyak mempunyai fleksibilitas dalam
mempengaruhi laporan keuangan (khususnya laba) yang digunakan untuk
memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan. Tingginya tingkat asimetri
informasi antara manajer dan pemegang saham merupakan bukti bahwa pemegang
saham kehilangan sumber daya, insentif atau akses yang cukup terhadap informasi
yang relevan guna memonitor tindakan manajer (Schipper, 1989). Ketika asimetri
informasi tinggi, perusahaan tersebut dapat memanipulasi laba sebelum laporan
keuangan diaudit tanpa khawatir akan terdeteksi.
Oleh karena itu, semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi, semakin besar
kecenderungannya bahwa perusahaan tidak akan dimonitor secara efektif seperti pada
perusahaan dengan asimetri informasi yang rendah. Semakin besar risiko dan prospek
pertumbuhan investasi perusahaan maka semakin kecil tingkat manajemen laba. Hal
ini terjadi karena asimetri informasi akan muncul pada perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan investasi yang tinggi. Oleh karena itu, semakin besar perusahaan,
semakin besar pula tingkat manajemen laba. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien yang
positif pada variable size atau ukuran perusahaan.

12. Persoalan Fundamental Teori Akuntansi Keuangan


Dengan tidak adanya konsep akuntansi yang sempurna, maka pengukur terbaik
laba bersih yang akan digunakan oleh investor untuk mengendalikan adverse selection,
tidak perlu sama dengan pengukur terbaik untuk memotivasi kinerja manajer, yaitu
untuk mengendalikan moral hazard. Kepentingan investor terbaik dipenuhi oleh
informasi yang memampukan dibuatnya keputusan investasi yang lebih baik dan
memampukan pasar modal beroperasi secara lebih baik, yaitu informasi yang
memenuhi kualifikasi relevan dan faithful representation. Informasi yang relevan adalah
informasi yang memampukan investor menilai prospek perusahaan yang akan datang,
sedangkan informasi yang faithful representation adalah informasi yang netral, bebas
dari bias atau manipulasi yang dilakukan oleh manajer.
Kepentingan legal manajer terbaik dipenuhi oleh informasi yang sangat informatif
tentang kinerja mereka dalam menjalankan perusahaan, karena hal ini memampukan
kontrak kompensasi efisien dan memampukan mekanisme pasar tenaga manajerial
yang lebih baik. Akuntansi nilai wajar dapat memperbaiki pelaporan
pertanggungjawaban karena pada akhirnya manajer bertanggung jawab atas
semuanya.
Meskipun demikian, nilai wajar atau nilai pasar sangat berubah-ubah (volatile)
pengaruhnya terhadap laba bersih yang dilaporkan. Selain it ejeli ai pasar yang reliabel
tidak tersedia, informasi berorientasi nilai eaiar akan lebih terpengaruh oleh bias dan
manipulasi dibanding dengan informasi berbasis kos historis.Kedua pengaruh ini
mengurangi korelasi dengan upaya manajer.Dengan asumsi hanya terdapat satu
bottom line, maka masalah mendasar dalam teori akuntansi keuangan adalah
bagaimana mendesain dan menerapkan konsep dan standar yang mampu
menghasilkan informasi yang diperlukan oleh investor sekaligus menghasilkan
informasi yang diperlukan untuk penilaian kinerja manajer. Di masa mendatang,kita
akan mengacu pada kombinasi kedua peran pelaporan akuntansi ini sebagai sebuah
persoalan fundamental.

13. Regulasi sebagai Reaksi Fundamental


Ada dua reaksi atas persoalan fundamental. Pertama,adalah berupa pertanyaan
“Apakah masalahnya?” Mengapa tidak memanfaatkan regulasi pada jenjang minimal
untuk memberikan lingkungan perdagangan yang stabil, penyelesaian sengketa, dan
mekanisme penalti jika ada kesalahan atau pelanggaran? Selanjutnya membiarkan
kekuatan pasar untuk menentukan seberapa banyak dan informasi apa saja yang
harus dihasilkan oleh perusahaan.Kondisi ini tentunya dengan asumsi jika para
investor dan para pemakai informasi keuangan lainnya dipandang sebagai pengguna
informasi, dan manajer sebagai penyuplai informasi. Seperti hal pada pasar komoditas,
kekuatan permintaan dan penawaran dapat menentukan kuantitas yang diproduksi.
Pandangan ini menganggap bahwa ini bahwa kekuatan pasar dapat mengendalikan
masalah adverse selection dan moral hazard secara memadai, sehingga para investor
terlindungi, dan pasar tenaga manajerial serta pasar modal akan bekerja secara baik.
Sebenarnya ada banyak carayang dapat digunakan oleh manajer untuk menyediakan
informasi secara kredibel. Di sisi lain, investor sebagai sebuah kelompok mampu
mempertimbangkan implikasi informasi bagi kinerja perusahaan yang akan datang.
Reaksi kedua adalah munculnya kebutuhan regulasi untuk melindungi para
investor, dengan pertimbangan bahwa informasi adalah sebuah komoditi yang
kompleks dan penting sehingga kekuatan pasar sendiri gagal untuk secara memadai
mengendalikan masalah-masalah adverse selection dan moral hazard.Hal ini
berdampak langsung terhadap peran penetapan standar sebagai bentuk regulasi yang
menghasilkan konsep dan standar akuntansi berterima umum.
Dalam hal ini, kita tidak berhadap regulasi yang sepenuhnya melindungi investor.
Oleh karena itu, penentuan jumlah regulasi yang "tepat" merupakan isu pemilihan
sosial yang sangat kompleks. Pada saat ini belum diketahui manakah dari dua reaksi
terhadap persoalan fundamental yang berada di jalur yang tepat. Banyaknya regulasi
akuntansi yang ada saat ini dan tingkat pertambahan regulasi yang cukup tinggi
menimbulkan pertanyaan dari masyarakat tentang seberapa banyak regulasi yang
benar-benar diperlukan. Perlukan bidang akuntansi mengikuti trend yang terjadi pada
bidang lain yang melakukan deregulasi? Pertanyaan ini menjadi penting terutama jika
kita mempertimbangkan aspek manfaat dan pengorbanan regulasi itu sendiri, yang
notabene tidak pernah diungkapkan.

14. Rangkuman
Teori sangat bermanfaat bagi sebuah penelitian karena teori tersebut berupaya
untuk menjelaskan hubungan dan memprediksi fenomena.Sebuah teori berisi
serangkaian kesimpulan yang berasal dari premis. Kesimpulan dapat ditentukan baik
dari deduksi maupun induksi. Sistem deduktif adalah sebuah sistem yang
menggunakan penalaran logika untuk mendapatkan satu atau lebih kesimpulan dari
serangkaian premis. Data empiris tidak dianalisis dalam sebuah diduksi murni. Teori
deduktif dapat ditantang hanya dengan mempertanyakan premis atau kesimpulan
secara empiris.Penalaran induktif menguji data, biasanya berupa sampel dari sebuah
populasi, dan membuat inferensi tentang populasi. Di masa lalu, sebelum kedua
metoda tersebut menjadi metoda yang bersifat kompetitif, keduanya saling melengkapi
dan sering digunakan bersama-sama. Orientasi atau arah riset akuntansi dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu (1) pendekatan model keputusan (the decision model
approach), (2) riset pasar modal (capital market research), dan (3) riset keperilakuan
(behavioral research). Riset ekonomi informasi biasanya bersifat analitis/deduktif.
Ekonomi informasi telah memasukkan asumsi teori agensi dalam analisisnya. Tujuan
analisis teori informasi adalah untuk menentukan seberapa optimal insentif pengaturan
kontrak dan pembagian risiko dapat dinegosiasi. Penelitian tersebut juga menunjukkan
pentingnya fungsi stewardship akuntansi.
Lingkungan akuntansi keuangan dan pelaporan saat ini sangat kompleks
karena:(1) Tidak adanya konsep dan standar akuntansi yang sempurna, (2) Informasi
tidak hanya mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh individual. Ada dua cara
pandang yang saling melengkapi terhadap peran riset. Pertama adalah dengan melihat
pengaruh riset terhadap praktik akuntansi. Kedua adalah dengan mempertanyakan
apakah secara independen sebuah riset mempengaruhi praktik akuntansi saat ini.
Informasi ekonomi adalah tema yang secara formal mengakui bahwa beberapa pihak
yang melakukan transaksi bisnis mempunyai keuntungan informasi lebih dari pihak
lainnya atau dapat melakukan tindakan yang tidak dapat diobservasi oleh pihak
lainnya.Kondisi ini disebut asimetri informasi. Ada dua tipe asimetri informasi: adverse
selection dan moral hazard.
Kepentingan investorterbaik dipenuhioleh informasi yang memampukan dibuatnya
keputusan investasi yang lebih baik dan memampukan pasar modal beroperasi secara
lebih baik, yaitu informasi yang memenuhi kualifikasi relevan dan faithfulrepresentation.
Kepentingan legal manajer terbaik dipenuhi oleh informasi yang sangat informatif
tentang kinerja mereka dalam menjalankan perusahaan. Akuntansi nilai wajar dapat
memperbaiki pelaporan pertanggungjawaban. Namun, nilai wajar atau nilai pasar
sangat berubah-ubah (volatile) pengaruhnya terhadap laba bersih yang dilaporkan.
Informasi berorientasi nilai wajar akan lebih terpengaruh oleh bias dan manipulasi
dibanding dengan informasi berbasis kos historis. Dengan asumsi hanya terdapat satu
bottom line, maka masalah mendasar dalam teori akuntansi keuangan adalah
bagaimana mendesain dan menerapkan konsep dan standar yang mampu
menghasilkan informasi yang diperlukan oleh investor sekaligus menghasilkan
informasi yang diperlukan untuk penilaian kinerja manajer.
Ada dua reaksi atas persoalan fundamental. Pertama, adalah berupa pertanyaan
“Apakah masalahnya?” Mengapa tidak memanfaatkan regulasi pada jenjang minimal
untuk memberikan lingkungan perdagangan yang stabil,penyelesaian sengketa, dan
mekanisme penalti jika ada kesalahan atau pelanggaran? Selanjutnya membiarkan
kekuatan pasar untuk menentukan seberapa banyak dan informasi apa saja yang
harus dihasilkan oleh perusahaan.Reaksi kedua adalah munculnya kebutuhan regulasi
untuk melindungi para investor, dengan pertimbangan bahwa informasi adalah sebuah
komoditi yang kompleks dan penting sehingga kekuatan pasar sendiri gagal untuk
secara memadai mengendalikan masalah-masalah adverse selection dan moral
hazard.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Krisiaji. 2021. Teori Akuntansi Keuangan. UPP STIM YKPN. 2021 (RK)

Anda mungkin juga menyukai