Anda di halaman 1dari 2

Menghadirkan Allah di Bumi Cendrawasih

Oleh : Yohanes Mario Putra B ( XII IPA/11 )


Hampir satu abad Gereja Katolik sudah berada di tanah Papua, tepatnya hal itu terjadi
sebelum terjadinya proklmasi kemerdekaan Indonesia. Eksistensi kehadiran Gereja Katolik
tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang selama ini dibantu oleh banyak hal oleh Gereja,
melainkan oleh masyarakat Papua sendiri yang merasakan kemajuan, khususnya dalam
bidang pendidikan dan kesehatan, yang diberikan oleh Gereja Katolik. Meskipun tidak semua
masyarakat Papua adalah pemeluk agama Katolik, Gereja Katolik tidak memandang bulu
dalam karya pelayanannya karena dasar dari karya misi yang dilakukan oleh Gereja adalah
cinta untuk menghadirkan Allah bagi masyarakat Papua. Menurut Gubernur Provinsi Papua
yakni Alex Hasegem,SE dalam tuturannya melalui Kompas 24 November 2016 “Gereja
adalah partner pemerintah dalam membangun Papua. Jiwa militan yang dimiliki misionaris
membuat mereka dapat menjangkau daerah terpencil yang semula tidak terjangkau oleh
pemerintah dapat terlayani, khususnya dalam pendidikan.”. Hal itu berarti Gereja berusaha
menyuseskan berbagai program pemerintah dengan membangun sumber daya manusia Papua
dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Bahkan, sekolah
yang dibuat oleh Gereja Katolik memiliki jumlah yang lebih banyak daripada sekolah negeri
milik pemerintah yang hanya ada di daerah perkotaan saja. Peningkatan angka melek huruf
dan masyarakat yang sekolah tidak terlepas dari peran Gereja Katolik yang menghadirkan
pendidikan hingga ke tempat pelosok yang jarang dijamah oleh banyak orang. Kini Gereja
Katolik tidak bekerja sendirian, melainkan muncul banyak dukungan dari pihak-pihak swasta
yang memiliki keprihatinan dalam membangun pendidikan bagi masyarakat di Papua.
Selain dalam bidang pembangunan pendidikan, Gereja Katolik juga menghadirkan
pembangunan kesehatan bagi masyarakat Papua. Telah banyak rumah sakit dan pos-pos
pelayanan kesehatan yang didirikan oleh Gereja Katolik yang hampir tersebar di pulau Papua,
bahkan telah menjangkau pedalaman pelosok. Jiwa militan yang dilakukan oleh Gereja untuk
menghadirkan Allah bagi masyarakat Papua menunjukan bahwa Gereja Katolik ikut ambil
dalam pembangunan kesehatan masyarakat Papua. Gereja Katolik juga mendidik masyarakat
Papua sendiri untuk menjadi tenaga-tenaga kesehatan agar mereka tidak terus menerus
bergantung pada tenaga kesehatan dari luar kedepannya. Fakultas-fakultas kedokteran yang
ada di Papua didominasi oleh lembaga pendidikan Gereja Katolik maupun Gereja Kristen
Protestan yang berkolaborasi menghasilkan tenaga kesehatan pribumi yang berkualitas.
Dengan adanya pembangunan di bidang kesehatan oleh Gereja membuat kualitas dan
kesejahteraan masyrakat Papua setingkat lebih berkembang daripada sebelumya.
tinggiMenurut Kompas, 12 November 2016 Hal ini dapat dilihat di daerah distrik yang
terdapat pelayanan kesehatannya yang dibuat Gereja menunjukkan angka kekurangan gizi dan
kematian ibu dan bayi menurun daripada tahun sebelumnya yang lumayan. Salah satu orang
Papua yang bernama Johannes Rettob merasakan pula kehadiran Gereja Katolik dalam hal
kesehatan, menurutnya “Gereja benar-benar memilki cinta kepada kesehatan orang Papua,
mereka sama sekali tidak mengejar keuntungan berupa materi atau hal lainnya. Ketika orang
Papua tidak dapat membayar pengobatan, Gereja pasti memberikan keringan atau bahkan
secara gratis demi kehidupan manusia”.
Eksistensi Gereja Katolik dalam pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan di
tanah Papua menunjukkan peran Gereja bagi kehidupan bangsa. Gereja Katolik sama sekali
tidak menuntut orang-orang Papua harus mengikuti Katolik, namun dengan didorong dengan
cinta kasih, Gereja berusaha menghadirkan Allah di tanah Papua agar mereka yang belum
merasakan Allah dapat melihat Allah melalui kebaikan dan keindahan hidupnya. Meskipun
bukan berasal dari dunia, akan tetapi Gereja Katolik menyadari bahwa ia adalah bagian dari
dunia yang menjadi tempat tinggalnya, begitupula dengan Gereja Katolik di Indonesia. Dalam
Injil Matius 22:21 “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan
kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” menggambarkan bahwa Gereja
Katolik terpanggil juga untuk hidup dalam konteks menjadi bagian dari Indonesia. Di tengah
pluralisme bangsa Indonesia, Gereja Katolik berjuang untuk tidak menjadi batu sandungan
bagi masyarakat, melainkan dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi bangsa agar
Kerajaan Surga dapat hadir di bangsa ini. Begitupula dengan peran Gereja Katolik bagi
perkembangan kemajuan di tanah Papua yang menggambarkan bahwa Gereja dipanggil untuk
menghadirkan Allah bagi masyrakat Papua. Karya perutusan ini tidak didasari dalam
kerangka mengejar prestasi ataupun agar terkenal di mata dunia, melainkan melakukan
segalanya untuk kemuliaan Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam agar masyarakat di Papua benar-
benar merasakan Allah yang hadir dalam kehidupan mereka. Allah yang semula terasa
memiliki jarak yang begitu jauh menjadi Allah yang begitu dekat bahkan menyapa dalam
hidup sehari-hari. Dengan ini Gereja mengajak untuk seluruh umat Allah untuk memerhatikan
sesama dan bangsa yang menjadi tempat tinggal kita dengan didasari oleh cinta sebab tanpa
adanya cinta, sesuatu yang luar biasa akan menjadi sia-sia. Akan tetapi, apabila sesuatu
didasari oleh cinta, sekecil apapun kebaikannya akan memiliki kuasa dan buah yang luar
biasa.

Anda mungkin juga menyukai