0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Gereja Katolik telah berperan aktif selama hampir satu abad di Papua, khususnya dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan. Meskipun tidak semua warga Papua beragama Katolik, Gereja memberikan pelayanan kepada semua masyarakat dengan didorong oleh cinta kasih. Kontribusi Gereja telah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Papua.
Gereja Katolik telah berperan aktif selama hampir satu abad di Papua, khususnya dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan. Meskipun tidak semua warga Papua beragama Katolik, Gereja memberikan pelayanan kepada semua masyarakat dengan didorong oleh cinta kasih. Kontribusi Gereja telah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Papua.
Gereja Katolik telah berperan aktif selama hampir satu abad di Papua, khususnya dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan. Meskipun tidak semua warga Papua beragama Katolik, Gereja memberikan pelayanan kepada semua masyarakat dengan didorong oleh cinta kasih. Kontribusi Gereja telah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Papua.
Hampir satu abad Gereja Katolik sudah berada di tanah Papua, tepatnya hal itu terjadi sebelum terjadinya proklmasi kemerdekaan Indonesia. Eksistensi kehadiran Gereja Katolik tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang selama ini dibantu oleh banyak hal oleh Gereja, melainkan oleh masyarakat Papua sendiri yang merasakan kemajuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan, yang diberikan oleh Gereja Katolik. Meskipun tidak semua masyarakat Papua adalah pemeluk agama Katolik, Gereja Katolik tidak memandang bulu dalam karya pelayanannya karena dasar dari karya misi yang dilakukan oleh Gereja adalah cinta untuk menghadirkan Allah bagi masyarakat Papua. Menurut Gubernur Provinsi Papua yakni Alex Hasegem,SE dalam tuturannya melalui Kompas 24 November 2016 “Gereja adalah partner pemerintah dalam membangun Papua. Jiwa militan yang dimiliki misionaris membuat mereka dapat menjangkau daerah terpencil yang semula tidak terjangkau oleh pemerintah dapat terlayani, khususnya dalam pendidikan.”. Hal itu berarti Gereja berusaha menyuseskan berbagai program pemerintah dengan membangun sumber daya manusia Papua dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Bahkan, sekolah yang dibuat oleh Gereja Katolik memiliki jumlah yang lebih banyak daripada sekolah negeri milik pemerintah yang hanya ada di daerah perkotaan saja. Peningkatan angka melek huruf dan masyarakat yang sekolah tidak terlepas dari peran Gereja Katolik yang menghadirkan pendidikan hingga ke tempat pelosok yang jarang dijamah oleh banyak orang. Kini Gereja Katolik tidak bekerja sendirian, melainkan muncul banyak dukungan dari pihak-pihak swasta yang memiliki keprihatinan dalam membangun pendidikan bagi masyarakat di Papua. Selain dalam bidang pembangunan pendidikan, Gereja Katolik juga menghadirkan pembangunan kesehatan bagi masyarakat Papua. Telah banyak rumah sakit dan pos-pos pelayanan kesehatan yang didirikan oleh Gereja Katolik yang hampir tersebar di pulau Papua, bahkan telah menjangkau pedalaman pelosok. Jiwa militan yang dilakukan oleh Gereja untuk menghadirkan Allah bagi masyarakat Papua menunjukan bahwa Gereja Katolik ikut ambil dalam pembangunan kesehatan masyarakat Papua. Gereja Katolik juga mendidik masyarakat Papua sendiri untuk menjadi tenaga-tenaga kesehatan agar mereka tidak terus menerus bergantung pada tenaga kesehatan dari luar kedepannya. Fakultas-fakultas kedokteran yang ada di Papua didominasi oleh lembaga pendidikan Gereja Katolik maupun Gereja Kristen Protestan yang berkolaborasi menghasilkan tenaga kesehatan pribumi yang berkualitas. Dengan adanya pembangunan di bidang kesehatan oleh Gereja membuat kualitas dan kesejahteraan masyrakat Papua setingkat lebih berkembang daripada sebelumya. tinggiMenurut Kompas, 12 November 2016 Hal ini dapat dilihat di daerah distrik yang terdapat pelayanan kesehatannya yang dibuat Gereja menunjukkan angka kekurangan gizi dan kematian ibu dan bayi menurun daripada tahun sebelumnya yang lumayan. Salah satu orang Papua yang bernama Johannes Rettob merasakan pula kehadiran Gereja Katolik dalam hal kesehatan, menurutnya “Gereja benar-benar memilki cinta kepada kesehatan orang Papua, mereka sama sekali tidak mengejar keuntungan berupa materi atau hal lainnya. Ketika orang Papua tidak dapat membayar pengobatan, Gereja pasti memberikan keringan atau bahkan secara gratis demi kehidupan manusia”. Eksistensi Gereja Katolik dalam pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan di tanah Papua menunjukkan peran Gereja bagi kehidupan bangsa. Gereja Katolik sama sekali tidak menuntut orang-orang Papua harus mengikuti Katolik, namun dengan didorong dengan cinta kasih, Gereja berusaha menghadirkan Allah di tanah Papua agar mereka yang belum merasakan Allah dapat melihat Allah melalui kebaikan dan keindahan hidupnya. Meskipun bukan berasal dari dunia, akan tetapi Gereja Katolik menyadari bahwa ia adalah bagian dari dunia yang menjadi tempat tinggalnya, begitupula dengan Gereja Katolik di Indonesia. Dalam Injil Matius 22:21 “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” menggambarkan bahwa Gereja Katolik terpanggil juga untuk hidup dalam konteks menjadi bagian dari Indonesia. Di tengah pluralisme bangsa Indonesia, Gereja Katolik berjuang untuk tidak menjadi batu sandungan bagi masyarakat, melainkan dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi bangsa agar Kerajaan Surga dapat hadir di bangsa ini. Begitupula dengan peran Gereja Katolik bagi perkembangan kemajuan di tanah Papua yang menggambarkan bahwa Gereja dipanggil untuk menghadirkan Allah bagi masyrakat Papua. Karya perutusan ini tidak didasari dalam kerangka mengejar prestasi ataupun agar terkenal di mata dunia, melainkan melakukan segalanya untuk kemuliaan Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam agar masyarakat di Papua benar- benar merasakan Allah yang hadir dalam kehidupan mereka. Allah yang semula terasa memiliki jarak yang begitu jauh menjadi Allah yang begitu dekat bahkan menyapa dalam hidup sehari-hari. Dengan ini Gereja mengajak untuk seluruh umat Allah untuk memerhatikan sesama dan bangsa yang menjadi tempat tinggal kita dengan didasari oleh cinta sebab tanpa adanya cinta, sesuatu yang luar biasa akan menjadi sia-sia. Akan tetapi, apabila sesuatu didasari oleh cinta, sekecil apapun kebaikannya akan memiliki kuasa dan buah yang luar biasa.