Lap PKL Sophia A1181067
Lap PKL Sophia A1181067
Disusun Oleh:
SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Mengetahui
Tim Penguji:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Praktik Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai derajat Ahli Madya di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera
Praktik Kerja Lapangan ini tentunya tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami
1. Bapak apt. Yithro Serang, M. Farm. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. Ibu apt. Enggar Budi Astuti, S. Farm. selaku Kepala Instalasi Framasi
4. Ibu apt. Novi Raharjianti, S. Farm. selaku Kepala Gudang Farmasi Rumah
dukungan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
5. Keselamatan Pasien.........................................................................................
6. Aspek Legal Tenaga Kefarmasian....................................................................
3. Struktur Organisasi........................................................................................
A. Kegiatan PKL................................................................................................
B. Pembahasan....................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 4. Penyimpanan....................................................................................
Lampiran 6. Dokumentasi.......................................................................................
Lampiran 9. KPO.....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang (Depkes RI, 2005).
atas berbagai disiplin pelayanan terpadu, yang mencakup antara lain pelayanan
no. 34 tahun 2016 dan perubahannya dalam Permenkes No. 72 tahun 2016
cukup bagi mahasiswa apabila hanya menerima ilmu secara teori saja sehingga
tersebut, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera Program Diploma III sebagai
1. Tujuan Umum
dengan institusi/stakeholders.
2. Tujuan Khusus
masalah yang sedang mereka hadapi dengan dasar teori-teori yang mereka
permasalahan kerja yang dihadapi oleh dunia kerja dan dapat membantu
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes
ini merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Sediaan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Bahan Medis
Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali
pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Ijin mendirikan Rumah Sakit diatur dalam Permenkes RI No. 3 tahun 2020
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, yaitu bahwa ijin mendirikan
Rumah Sakit adalah usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS (Online Single
Merupakan unit pelaksana teknis dari instalasi pemerintah yang tugas pokok
perumahsakitan.
Yaitu rumah sakit yang dapat memberikan jenis pelayanan kesehatan pada
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
4) Berdasarkan Bentuknya
Merupakan rumah sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam
jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Rumah sakit bergerak dapat berbentuk bus, kapal laut, gerbong
dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universtas (Siregar, 2004).
penggunaan obat di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker Instalasi Farmasi
KFT/TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau apoteker, apabila diketuai
oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila diketuai oleh
merupakan daftar obat yang disepakati staf medis dan disusun oleh KFT/TFT
Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan
yang rasional.
8) Obat lain yang terbukti efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
Kefarmasian.
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a) Pemilihan
b) Perencanaan
c) Pengadaan
d) Penerimaan
e) Penyimpanan
f) Pendistribusian
h) Pengendalian
i) Administrasi
c) Rekonsiliasi Obat
d) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
e) Konseling
f) Visite
Strukur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak
pertanggungjawaban.
organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
penunjang medis, unsur administrasi umum dan keuangan, komite medis dan
3) Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dan Bahan Medis Habis Pakai, dan kegiatan Farmasi Klinik (Permenkes RI No.72,
2016).
Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat
medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD),
alat pacu jantung, implan, dan stent (Undang-undang RI. No. 44, 2009).
1) Pemilihan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan yang
berdasarkan:
b) standar sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
ditetapkan;
c) pola penyakit;
g) harga; dan
h) ketersediaan di pasaran.
2) Perencanaan
b) penetapan prioritas;
c) sisa persediaan;
3) Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
orang atau kurang) dengan proses tender yang lebih singkat serta biaya yang
lebih hemat.
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
a) Pembelian, dapat dilakukan secara langsung dari pabrik, distributor, PBF, atau
rekanan.
b) Produksi Sediaan Farmasi, yaitu sediaan yang dibuat Rumah Sakit yang harus
Sakit.
4) Penerimaan
waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
5) Penyimpanan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
a) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberilabel
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
c) Elektrolit konsentrasi tingi yang disimpan pada unit perawtan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang
hati.
d) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus berbahaya.
b) Gas medis disimpan dalam posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan untuk
sediaan, dan jenis sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis, dengan menerapkan prinsinp First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip yang dikenal dengan
istilah Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM) atau Look Alike Sound Alike
(LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk
a) jumlah dan jenis obat sesui dengan daftar obat emergensi yang diteteapkan;
6) Pendistribusian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat
ii.Persediaan disimpan di ruang rawat dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat
Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam dosis
tunggal, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien yang digunakan untuk pasien
rawat inap.
d) Sistem Kombinasi
Medis Habis Pakai bagipasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a+b
Sistem Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat
dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada dan
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan pada
Kepala BPOM. Penarikan dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut
oleh Menteri.
Medis Habis Pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
a) membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
terkait.
8) Pengendalian
Medis Habis Pakai dapat dialkukan oleh Istalasi Farmasi bersama dengan
c) memastikan sediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
pengembalian pesanan.
b) melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
9) Administrasi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik
b) Administrasi Keuangan
dengan semua Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa,
rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)
c) stabilitas; dan
b) duplikasi pengobatan;
d) kontraindikasi; dan
e) interaksi obat.
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pada setiap alur pelayanan resep selalu dilakukan upaya pencegahan terjadinya
3) Rekonsiliasi Obat
kesalahan obat seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat. Kesalahan obat rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pasien yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatn lainnya serta pasien dan
5) Konseling
Adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari
resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
6) Visite
Apoteker secara mandiri atau bersama tenaga kesehatan lain untuk mengamati
kondisi klinis pasien secaraa langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit
baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
obat yang aman, efektif dan rssional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi oabt
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi yang
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
obat. Dispending sediaan steril bertujuan menjamin agar pasien menerima obat
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin sterilitas dan stabilitas produk,
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari dari kesalahan
pemberian obat.
permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
usulan dari Apoteker kepada dokter. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
Psikotropika adalah zat atau bahan baku atau obat, baik alamiah atau sintetis
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
Narkotika dan psikotropika dalam bentuk sediaan jadi hanya dapat diedarkan
setelah mendapatkan izin edar dari menteri, serta melalui pendaftaran melalui
Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Industri farmasi yang memproduksi
yang Baik (CDOB) sesuai dengan perundangan yang berlaku. Penyaluran hanya
dan psikotropika yang dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi
Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan surat pemesanan, faktur dan surat
3) Kemasan
4) Jumlah
5) Tanggal Kadaluarsa
6) Nomor batch
c. Penyimpanan
ruangan, atau lemari khusus yang hanya digunakan untuk menyimpan narkotika
1) Terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua
pemerintah.
3) Lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, pintu ganda
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan
d) Pemusnahan
diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku atau tidak
dapat diolah kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk dignakan
tindak pidana.
2) Tempat pemusnahan
perorangan.
4) Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan atau
sarana tersebut
6) Cara pemusnahan
7) Tandatangan penanggungjawab fasilitas produksi atau fasilitas pelayanan
kefarmasian atau pimpinan lembaga atau dokter praktik perorangan dan saksi.
psikotropika setiap bulan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota
dengan tembusan kepada kepala bali setempat. Pelaporan terdiri dari nama,
awal dan akhir bulan, jumlah yang diterima, dan jumlah yang diserahkan.
5. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
a. Hak pasien
cedera.
pasien.
dalam waktu paling lambat 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam untuk segera
(grading) dan melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk
menemukan akar masalah dan penyelesaian yang baik tanpa menyalahkan (non
blaming).
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
kefarmasian yang terdiri atas Sarjan Farmasi, Ahli Madya Farmasi,dan Analis
buktit ertulis yang diberikan Menteri kapada Tenaga Teknis Kefarmasian yang
kompetensi.
SIKTTK adalah surat izin praktik yang diberikan kepada TTK untuk dapat
a. Visi
prima yang dijiwai nilai-nilai Islam, didukung oleh pendidikan dan aplikasi
teknologi mutakhir.
b. Misi
Islami
dan pendidikan.
c. Motto
1990. Tujuan didirikan Rumah Sakit ini adalah sebagai sarana dakwah
Semarang ini, didirikan pada 27 Agustus 1975 Masehi bertepatan dengan tanggal
ini berkembang dan berubah menjadi Rumah Sakit tipe C. Sebagai ungkapan
penghargaan dan rasa terima kasih kepada Bapak H. Achmad Roemani yang
sebuah rumah sakit diatas tanah seluas 13.000 meter persegi, maka nama
gedung untuk ruang Intensif, ruang Operasi, ruang Rontgen dan ruang
keras semua direksi dan staf karyawan, rumah sakit Roemani Muhammadiyah
mengukir prestasi di tingkat nasional. Prestasi yang pernah diraih adalah sebagai
berikut:
kesehatan.
KARS.
g. Pada tahun 2016, memperoleh sertifikat Akreditasi Versi 212 dengan predikat
yang tidak mudah baik pengorbanan tenaga, pikiran dan sumber dana. Untuk
Semarang adalah: dr. Sri Mulyani, SpA. M.Kes, dr. Asdiyati, H. Heri Poerbantoro,
SE Akt MM. Semoga Allah SWT meridhoi perjuangan dan usaha pimpinan dan
3. Struktur Organisasi
1) Direktur Utama
b) Bidang Keperawatan
a) Bagian kerohanian
Semarang
a. Tenaga Medis:
Terdiri dari dokter spesialis dan sub spesialis, baik dokter anak, dokter
bedah, dokter gigi, dokter paru, dokter kandungan, dokter penyakit dalam,
Tenaga medis yang terdiri dari perawat dan bidan yang ada di setiap poli
Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai
dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan
2) Dua Apoteker bertugas di rawat inap dibantu oleh paling sedikit 4 TTK,
3) Empat Apoteker bertugas di rawat jalan dibantu oleh paling sedikit 8 TTK,
yang merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik rawat jalan maupun rawat
inap dan dibantu oleh TTK yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang
jalan, rawat inap dan depo IGD, ICU dan Bedah Sentral.
Sumber daya TTK sesuai Undang-undang RI No. 36 tahun 2014 yaitu lulusan
pendidikan.
BAB III
Apoteker Kepala Instalasi Farmasi di luar jadwal kerja resmi mahasiswa sebagai
4. Pelayanan kefarmasian di gudang farmasi, rawat inap, rawat jalan dan depo
yang dilakukan.
B. Pembahasan
bulan menjelang akhir tahun dan diserahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi.
(RAB) 2 bulan sebelum akhir tahun untuk menguraikan jenis dan jumlah obat
c. Pengadaan: dilakukan oleh kepala gudang farmasi dibantu TTK sesuai data
dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Selanjutnya dibuat Surat Pemesanan
farmasi yang meliputi nama pemesan, nama barang, jumlah barang, tanggal
kadaluarsa, nomor batch, serta kondisi fisik barang tersebut. Apabila telah
membubuhkan stempel dan meminta copy faktur untuk proses input data
penerimaan dikomputer.
alfabetis, dan sesuai dengan stabilitas obat (suhu dingin 2-8⁰ C, suhu
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Sediaan dengan
penampilan dan penamaan mirip atau Look Alike Sound Alike (LASA) tidak
ditempatkan berdekatan tetapi diberi jeda satu jenis obat . Obat yang
memerlukan pengawasan kewaspadaan tinggi High Alert Medication (HAM)
disimpan di almari dengan dua pintu dan dua kunci berbeda dan dibawa oleh
dua petugas yang berbeda dan dilakuka serah terima setiap kali pergantian
shift.
dan Bahan Medis Habis Pakai Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan
masuknya barang yang dapat dicek ulang juga melalui komputer. Stock
opname setiap akhir bulan dilakukan untuk mengetahui jumlah obat yang
sering terpakai (Fast moving) dan jarang terpakai (slow moving), selain itu
kadaluarsa akan disimpan terpisah di rak karantina untuk diproses lebih lanjut.
Pimpinan Rumah Sakit setiap bulan meliputi aktivitas yang dilakukan dan jumlah
indikator mutu telah dilakukan dan dilaporkan setiap bulan kepada Pimpinan
Rumah Sakit terhadap prosentase pencapaian dari target. Tindak lanjut dari
manusia dan sistem koordinasi yang lebih baik serta mengevaluasi kembali
penetapan nilai target yang disesuaikan jumlah tenaga kerja yang ada.
gudang farmasi kemudian dilakukan mutasi barang dan data sesuai dengan
ketersediaan barang yang diberikan. Persediaan depo dikelola dan TTK khusus
di bawah pengawasan kepala gudang farmasi. Ada 3 depo yaitu: depo IGD, depo
ICU dan depo bedah sentral. Pengadaan/order ke distributor dilakukan tiap hari
Senin dan Kamis. Obat yang tidak memenuhi syarat dan enam bulan sebelum
kadaluarsa akan disimpan terpisah di rak karantina untuk diproses lebih lanjut.
Tindak lanjut dari obat yang dikarantina akan diproses oleh gudang farmasi untuk
Perbekalan farmasi diperoleh rawat inap diperoleh dari unit gudang farmasi. TTK
elektronik. Permintaan akan segera disiapkan oleh TTK yang bertugas di gudang
farmasi untuk bangsal ruangan (floor stock) dikelola oleh TTK dan dipantau
TTK rawat inap melakukan skrining resep kemudian menyiapkan secara One
Dose Dispensing (ODD) yaitu penyiapan untuk satu hari sediaan injeksi/alkes,
dan secara Unit Dose Dispensing (UDD) yaitu penyiapan untuk satu kali minum
/dalam dosis tunggal untuk sediaan oral di bawah pengawasan Apoteker. Tujuan
dari sistem distribusi ini adalah supaya pasien rawat inap mendapatkan obat
menditribusikan serta melakukan serah terima kepada TTK rawat jalan diketahui
Standart Prosedur Operasional (SPO) dalam pelayanan resep rawat jalan dari
penerimaan hingga penyerahan obat ke pasien. Tujuan pembuatan SPO ini agar
obat yang diberikan kepada pasien rawat jalan, umum dan asuransi tepat dan
rasional. Pemberian obat secara rasional menerapkan prinsip tujuh benar yaitu:
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar Dosis
f. Benar indikasi
g. Benar dokumentasi
a. Penerimaan Resep: ada tiga jenis resep yang diterima di rawat jalan yaitu
b. Skrining/telaah Resep:
1. Skrining Administrasi: identitas pasien (nama, umur, tanggal lahir,
alergi, rute obat tidak dikehendaki, kontra indikasi dan interaksi obat
c. Penyiapan Resep
pemberian obat.
d. Penyerahan Obat
jumlah obat, jenis obat, kesesuaian obat dengan label etiket, kesesuaian
pasien dalam resep dan obat yang telah disiapkan, kesesuaian retriksi BPJS
identitas pasien.
seperti sediaan inhaler, insulin pen, suppositoria, dan obat tetes, Apoteker perlu
memberikan konseling.
satu indikator pencapaian mutu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sasaran
mutu rumah sakit. Standar Pelayanan Minimal dari farmasi dalam hal waktu
tunggu pelayanan untuk jenis resep obat jadi adalah kurang dari 30 menit dan
dari 60 menit dan resep non racikan tidak lebih dari 30 menit, sehingga waktu
A. Kesimpulan
dalam perkuliahan.
B. Saran
1. Perlu penataan ruang yang lebih luas untuk penerimaan perbekalan farmasi
3. Serah terima kunci gudang farmasi dengan ketua tim shift malam rawat inap
waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI, 2011. No. 889. Negosiasi, Izin Praktik Dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian. Jakarta.
Permenkes RI, 2014. No. 24. Definisi Dan Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit. Jakarta.
Permenkes RI, 2016a. No. 34. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Jakarta.
Permenkes RI, 2020. No. 3. Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.
Lampiran 6. Dokumentasi
Lampiran 7. Peracikan
Lampiran 9. KPO
Lampiran 10. Etiket UDD dan Etiket Elektronik