Dosen Pengampu : Bapak Prof. Dr. Maryunani, SE., MS. dan Ibu Axellina Muara, SE., ME.
EKONOMI LINGKUNGAN - AA
DITULIS OLEH
EKONOMI PEMBANGUNAN
ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
DAFTAR ISI BUKU
Chapter 1
The Big Picture
Chapter 2
Efficiency and Choice
Chapter 3
Market Failure
Chapter 4
Trade-offs and the Economy
Chapter 5
Moral and Motivation
Chapter 6
Environmental Quality
Chapter 7
Energy
Chapter 8
Sustainbility
Chapter 9
Biodiversity and Valuation
Chapter 10
International and Global Issues
Chapter 11
Natural Resources Management : Renewable Resources
Chapter 12
Natural Resource Management: Depletable
Chapter 13
The Role of Government
Chapter 14
Perspective on Environmental Policy
Chapter 15
Population, Poverty and Economic Growth
Chapter 16
Enviromental Dispute Resolution
CHAPTER 1 : THE BIG PICTURE
Bidan ekonomi tidak terlepas dari alokasi sumber daya yang langka di antara tujuan yang
saling bersaing. Dengan sebagian besar sumber daya alam termasuk dalam kategori langka.
Manusia telah memperoleh kendali yang besar atas sumber daya alam dan lingkungan, dan
keputusan terkait memicu perdebatan. Di bidang lingkungan memiliki resiko yang tinggi dan
dapat terdapat resiko yang apabila terjadi kesalahan akan berakibat besar. Melihat kebijakan
lingkungan, beberapa orang melihat status quo sebagai sesuatu yang cerah dan menganggap
bahwa sumber daya alam dapat dialokasikan jauh lebih efisien untuk menjadi idealis. Yang lain
ingin adanya kelonggaran mengenai standar lingkungan, menyatakan bahwa masalahnya dibesar-
besarkan dan bahwa sumber daya keuangan dapat digunakan dengan lebih baik untuk
menciptakan pekerjaan atau menurunkan pajak.
Beberapa pendapat menyarakan bahwa sinar matahari yang diberikan ke bumi lebih
banyak daripada pembangkit listrik yang pernah dikerahkan dengan membakar bahan bakar fosil.
Namun pembakaran terus berlanjut, pohon ditebang dan tidak diganti. Dalam ekonomi
lingkungan akan memunculkan pertanyan pertanyaan baru: Dengan tingkat polusi yang optimal,
bagaimana pabrik dapat dipantau untuk mencegah akses? Bagaimana teknik yang lebih baik
untuk pengelolaan sumber daya alam dapat diterapkan? Bagaimana kita dapat menemukan
disiplin diri yang diperlukan untuk melakukan hal yang benar? Pertanyaan pertanyaan tersebut
akan menghasilkan jawaban baru yang mana kita akan menjawab nya melalui proses pemahaman
ekonomi berbasis lingkungan.
Sebuah perusahaan minyak mungkin bersedia membayar lebih untuk lahan hutan, tetapi
itu mungkin lebih menunjukkan kekayaan dan pendapatan relatif daripada keuntungan dan
kerugian relatif dalam utilitas. Metode untuk melakukan efisiensi dan pilihan bergantung pada
biaya marjinal dan manfaat marjinal dimana hal tersebut dari dasar dari evaluasi ktiris
pengambilan keputusan, dan penilaian yang harus dan dilakukan setiap hari. Namun solusi dalam
dunia nyata jarang yang semudah dilakukan sesuai dengan model-model ini.
Efisiensi pasar bebas terletak pada tidak adanya, atau resolusi pribadi, dari eksternalitas,
informasi yang tidak sempurna, persaingan tidak sempurna, dan barang publik. Sebuah
perusahaan yang tidak sepenuhnya mempertimbangkan beban emisinya pada orang lain tidak
mungkin membeli filter yang efisiensi untuk cerobong asapnya. Jika harga filter tinggi karena
pembeli tidak mengetahui alternatif yang lebih murah atau karena produsen filter memonopoli
akan terlalu sedikit filter yang akan dibeli. Jika filter memberikana manfaat yang diterima setiap
orang secara setara terlepas dari pembayaran mereka untuk mereka, warga mungkin tidak mau
berbagi filter dan solusi lain untuk polusi karena mereka lebih suka pengeluaran dari orang lain.
Pikiran besar dengan solusi untuk kegagalan pasar dengan beberapa keberhasilan.
Arthur C pigou menyarankan pajak dan subsidi yang akan membawa pengambil
keputusan untuk meningternalisasi biaya dan manfaat penuh dari perilaku mereka. Ronald Coase
melihat tawar-menawar pribadi antara pencemar dan korban sebagai sarana untuk mencapi
tujuan yang efisien. Garrett Hardin menganjurkan pemberian hak milik priibadi sebagai solusi
atas tragedi milik bersama. Dan banyak yang telah meminta berbagai bentuk pemerintah untuk
menyediakan barang publok dengan uang pajak, untuk memberlakukan dan menengakkan
undang-undang antimonopoli terhadap kekuatan monopoli dan untuk memanggil berbagai
informasi yang lebih besar dengan inspeksi, peraturan dan ancaman litigasi karea kegagalan
untuk menjadi suatu peringatan. Kegagalan pasar akan terus berlanjut, sebagaimana dibuktikan
oleh berlanjutnya monopoli, konsumen yang tidak mendapat informasi, barang publik yang
kekurangan dasa, dan sumber eksternalitas yang salah harga, membuat studi terkait masalah dan
solusi bermanfaat
CHAPTER 4 : TRADE-OFFS AND THE ECONOMY
Inti dari perdebatan umum tentang ekonomi lingkungan dan sumber daya alam adalah
masalah moral yang melibatkan perlakuan yang tepat terhadap flora, fauna, sesama manusia dan
generasi mendatang dari semua hal diatas. Pada chapter ini membahas motif di balik perilaku
kita dan komposisi fungsi utilitas dalam hal tersebut. Dalam teori etika menawarkan panduan
dalam pengambilan keputusan, termasuk beberapa set kriteria alternatif untuk penerimaan
alokasi sumber daya prospektif. Teori-teori ini membantu individu dengan perumusan fungsi
utilitas mereka dan memberikan perusahaan alternatif untuk maksimalisasi keutungan sederhana.
Para ekonom juga harus memutuskan bagaimana berbagai macam biaya dan manfaat
harus dipertimangkan dalam ukuran efisiensi. Alokasi ekonomi lingkungan dan sumber daya
alam tidak dapat dilepaskan dari masalah etika. Jika setiap individu memperoleh utilitas yang
sama dari kehidupan tanggapan utilitarian yang tegas, untuk memaksimalkan kesejahteraan
sosial. Keputusan ekonomi harus sealalu dibuat secara rutin di negara industri. Meskipun teori
etika tidak menghilangkan rasa sakit dari pertukaran ini, mereka memberikan alternatif
terstruktur yang menjadi dasar keputusan yang beralasan.
Dalam chapter ini mengkaji kualitas lingkungan yang dipengaruhi oleh polusi
antropogenik dan menjelaskan beberapa terminologi, pengukuran dan masalah yang relevan
degan keputusa ekonomi. Polusi udara dapat merusak jantung, paru-paur da sistem sara,, serta
mengancam satwa liar, bangunan dan iklim global. Polusi air mencemari air minum yang
berharga, merusak habitat spesies yang terancam punak dan menyebabkan mutasi bahkan
ditempat terjauh. Polusi suara menyebabkan gangguan pendengaran , stres yang merugikan , dan
kematian mamalia . Selain mengganggu manusia, polusi cahaya menyebabkan konsumsi energi
yang sangat tinggi, ketakutan terhadap hewan, hilangnya habitat, dan pengikisan nilai properti.
Akumulasi polutan stok, hilangnya spesies hewan, dan perubahan iklim global dapat memaksa
masalah dari polusi saat ini ke generasi ke generasi mendatang. Persimpangan biaya marjinal
dan manfaat marjinal terjadi pada tingkat polusi yang positif. Mencapai tingkat efisien ini lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan, dan ini adalah target yang bergerak. Teknologi energi
bersih dan produk pengganti menurunkan manfaat marjinal dari polusi sementara habisnya
penyerap lingkungan meningkatkan biaya marjinal. Dalam pembahasan ini memperkenalkan
solusi untuk tingkat polusi dan degradasi lingkungan yang tidak efisien.
CHAPTER 7 : ENERGY
Karena efisiensi ekonomi akan membutuhkan , kita dapat mentolerir perubahan iklim ,
kesehatan dan biaya lingkungan yang dikenakan oleh kekuatan berharga yang memutar roda
dalam industri debu dan pertanian . Pertanyaannya tetap: Apakah kita terlalu banyak
menoleransi? Sejumlah bahan bakar terbarukan siap menyediakan energi bersih. Energi
matahari dan angin diambil dari sumber yang hampir tak terbatas dan menghasilkan listrik bebas
emisi. Sel bahan bakar hanya menghasilkan air murni dan panas. Campuran etanol mengurangi
emisi dari bensin dan berasal dari vegetasi penyerap karbon. Meskipun demikian , kami belum
merangkul pengganti bahan bakar fosil , sebagian besar karena kekurangan skala ekonomi .
Dalam hal ini kita menghadapi teka-teki tentang kebutuhan popularitas untuk produksi massal
dan produksi massal untuk keterjangkauan dan dengan demikian popularitas.
CHAPTER 8 : SUSTAINBILITY