Anda di halaman 1dari 11

BAB 4 LAJU DAN ORDE REAKSI

Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
2. Memahami teori tumbukan dalam reaksi kimia berdasarkan pengarug suhu terhadap laju
rata-rata;
3. Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan;
4. Menyajikan cara-cara pengaturan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan tak
terkendali
5. Merancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan percobaan faktor-faktor
yang memengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
Bahan-bahan kimia yang mengandung kalium klorat, besi, kalsium, stronsium, litium,
natrium, tembaga, barium, dan kalium dicampurkan ke dalam tabung yang terbuat dari kertas.
Ketika tabung tersebut disulut api, campuran itu terbakar menyemburkan pijar-pijar api.
Langit gelap di malam hari seketika menjadi terang benderang dihiasi warna-warni kembang
api. Itulah proses terjadinya reaksi kembang api. Kembang api merupakan salah satu contoh
reaksi kimia.
Setiap reaksi kimia memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi kimia yang
berlangsung cepat dan ada pula bereaksi lambat. Reaksi pembakaran bensin pada mesin
mobil merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung cepat. Adapun proses fermentasi
pada pembuatan tape, proses berkaratnya besi, proses pembentukkan beton pada campuran
semen, pasir dan air, merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat. Untuk
mengetahui berapa lama suatu reaksi berlangsung, pada bab ini Anda akan mempelajari
faktor-faktor yang memengaruhi cepat lambatnya suatu reaksi. Selain itu, Anda akan
mempelajari juga cara menentukan orde reaksi dan menuliskan dalam persamaan laju reaksi.
A. Laju Reaksi
Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan
bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya
suatu reaksi kimia dikenal dengan laju reaksi.
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi
setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin
berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah. Perhatikan Gambar 4.1
Gambar 4.1
Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi terhadap waktu
Dengan demikian, laju pereaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi
pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu.

Perubahan konsentrasi ∆ [ M ] (4.1)


Laju reaksi ( r )= =
Perubahan waktu ∆t

Keterangan :
r =¿ laju reaksi (Ms-1)
[ M ] =¿konsentrasi zat (M)
t=¿ waktu yang dibutuhkan (s)
Laju reaksi memiliki satuan M s-1 (M = molar dan s = sekon = detik).

1. Hubungan Laju Reaksi dan Koefisien Reaksi


Dalam suatu reaksi kimia, laju reaksi suatu zat berbanding lurus dengan perbandingan
koefisien suatu zat. Untuk reaksi p A +q B →r C+ s D , laju reaksi ( r ) dapat dinyatakan sebagai
−∆ [ A] −∆[B ] ∆[C ] ∆[ D]
, , atau .
∆t ∆t ∆t ∆t

2. Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi


a. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan yang menghubungkan antara reaksi dan konsentrasi reaktan dengan konstanta laju
dapat dituliskan dalam bentuk persamaan reaksi, yaitu persamaan laju reaksi. Persamaan ini
hanya dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Berdasarkan data tersebut, Anda
dapat menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.
Persamaan laju reaksi dapat dituliskan sebagai konsentrasi awal setiap zat, dipangkatkan orde
reaksinya. Orde reaksi bukalah koefisien reaksi (walaupun keduanyanya mungkin memiliki
nilai yang sama). Perhatikan persamaan kimia berikut.
p A +q B →r C+ s D
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
r =k ¿ (4.2)

Keterangan;
r =¿ laju reaksi (M s-1)
[ A ] =¿ konsentrasi zat A(M)
[ B ] =¿ konstanta zat B (M)
k =¿ konstanta laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y=¿ orde reaksi terhadap zat B
x + y=¿ orde reaksi total

b. Orde reaksi
Dalam persamaan laju reaksi terdapat variable orde reaksi. Orde reaksi menyatakan seberapa
besar pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Nilai orde reaksi tidak selalu sama
dengan koefisien reaksi zat yang bersangkutan. Orde suatu reaksi merupakan penjumlahan
dari orde reaksi setiap zat yang bereaksi. Amati dan pelajarilah empat jenis orde reaksi
beserta rumus laju reaksi, persamaan reaksi, dan persamaan laju reaksi sebagai berikut.
1) Reaksi Orde Nol
Ketika suatu laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi maka reaksi kimia
tersebut dinyatakan memiliki orde nol. Contohnya pada persamaan reaksi berikut.
Rumus
Oleh karena itu, persamaan laju dapat dinyatakan dengan r =k ¿
Artinya, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi NH 3 .Hal ini dapat
digambarkan pada grafik reaksi orde nol pada Gambar 4.3a.

Gambar 4.3
a. Grafik reaksi orde nol
b. Grafik reaksi orde Satu
c. Grafik reaksi orde dua
2) Reaksi Orde Satu
Apabila besarnya laju reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi maka
reaksi kimia tersebut dikatakan memiliki orde satu. Contohnya pada persamaan reaksi:
Rumus
Maka persamaan lajunya dapat dinyatakan dengan
Rumus
Artinya, jika konsentrasi pereaski CO2 dinaikan dua kali dari konsentrasi semula maka laju
reaksi akan meningkat dua kali semula. Hal ini dapat digambarkan pada grafik reaksi orde
satu pada Gambar 4.3b.
3) Reaksi Orde Dua
Apabila besarnya laju reaksi merupakan pangkat dua dari pengingkatan konsentrasi pereaksi
maka reaksi kimia tersebut dikatakan memiliki orde dua.
Contohnya pada persamaan reaksi:
Rumus
Maka persamaan lajunya dapat dinyatakan dengan r =k [ HI ] 2
Artinya, jika konsentrasi pereaksi HI dinaikan dua kali semula maka laju reaksi akan
meningkat empat kali semula. Hal ini dapat digambarkan pada grafik reaksi orde dua pada
Gambar 4.3c.

3. Penentuan Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi Berdasarkan Data Percobaan
Orde reaksi dapat ditentukan dengan cara membandingkan data laju reaksi sebagai fungsi dari
konsentrasi pereaksi. Simaklah cara penentuan orde reaksi dan persamaan laju reaksi pada
reaksi pembentukan NO2, dengan persamaan reaksi dan data hasil percobaan sebagai berikut.
2 NO ( g ) +O2 (g)→ 2 N O 2 (g)
−1
No. ¿ ¿ r0 ( M s )
−3
1. 0,1 0,1 1,20 ×10
−3
2. 0,2 0,1 4,80 × 10
−2
3. 0,3 0,2 2,16 ×10
−2
4. 0,2 0,3 1,44 ×10
−2
5. 0,3 0,3 3,24 ×10

Dimisalkan, persamaan laju reaksi r =k ¿. Cara mencari orde reaksi NO ( x )adalah dengan
memilih data konsentrasi O2 yang sama, yaitu data (1) dan (2) atau data (4) dan (5).
Rumus

Jadi, orde reaksi terhadap NO=2.


Untuk menentukan orde reaksi O2 (y) pilihlah data konsentrasi NO yang sama, yaitu data
nomor (2) dan (4) atau data nomor (3) dan (5)
Rumus

Jadi, orde reaksi terhadap O2=1


Orde reaksi total= orde reaksi NO + orde reaksi O 2 = 2 + 1 = 3. Jadi, orde reaksi total dari
reaksi tersebut adalah 3.
Persamaan laju reaksi pembentukan NO2 dapat dituliskan sebagai berikut.
Rumus
Untuk penentuan harga konstanta harga konstanta laju reaksi k maka dapat memasukan data
percobaan diatas misalkan pada data nomor 1, maka diperoleh :
Rumus

B. Teori Tumbukan
Dasar dari teori tumbukan menjelaskan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan laju
tumbukan efektif partikel dalam setiap detik. Laju tumbukan yang efektid adalah proses
tumbukkan yang menghasilkan reaksi kimia. Segala sesuatu yang menaikan laju tumbukan
efektif akan menaikan laju reaksi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju tumbukan yang efektif adalah suhu. Dengan
naiknya suhu, maka partikel akan bergerak lebih aktif sehingga jumlah tumbukan yang
efektif meningkat. Begitupun dengan laju reaksinya. Akan tetapi, tidak semua tumbukan
merupakan tumbukan efektif. Jika semua tumbukan merupakan tumbukan efektif maka
semua reaksi akan berlangsung instan. Mengapa demikian?
Gambar 4.4

Tidak semua tumbukan terjadi reaksi kimia walaupun orientasi molekulnya tepat.
Agar terjadi reaksi kimia, setiap partikel harus memiliki energi kinetik minimum. Energi
tersebut digunakan untuk memutuskan ikatan yang lama sehingga terbentuk ikatan yang baru.
energi kinetik minimum yang diperlukan oleh partikel-partikel pereaksi agar dapat
membentuk komplejs teraktivasi dinamakan Energi Aktivasi (Ea).
Sebagai contoh reaksi antara gas hidrogen (H2) dengan gas nitrogen monoksida (NO)
menghasilkan gas nitrogen (N2) dan dua molekul air.
Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktivasi. Zat
kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil maka zat kompleks
teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi. Terdapat hubungan antara hasil reaksi
dengan energi yang diserap atau dilepaskan selama reaksi berlangsung. Energi pengaktifan
untuk reaksi 2 NO ( g ) +2 H 2 ( g ) → N 2 ( g ) +2 H 2 O ( l ) memiliki bentuj grafik seperti pada
Gambar 4.5
Gambar

Nilai ∆ H untuk reaksi tersebu adalah positif karena energi hasil reaksi lebih tinggi
dari energi pereaksi. Dengan kata lain, reaksinya bersifat endoterm. Sebaliknya, jika arah
reaksi dibalikan menjadi2 H 2 O ( l )+ N 2 ( g ) → 2 H 2 ( g ) +2 NO ( g ) maka bentuk grafiknya
ditunjukan dengan Gambar 4.6.
Gambar

Karena energi hasil reaksi lebih rendah dari energi pereaksi, maka nilai ∆ H untuk
reaksi tersebut negatif. Dengan kata lain, reaksinya eksoterm. Hubungan antara suatu reaksi
dapat juga dianalogikan dengan proses mendorong mobil dari suatu tempat (A) ke tempat lain
(B) melalui jalan mendaki dan menurun.
Agar mobil dapat sampai di B, mobil tersebut harus didorong minimum sampai
puncak sehingga mobil dapat sampai di B tanpa harus didorong. Besarnya energi yang
diperlukan untuk mendorong mobil agar samapi di puncak analog dengan pengertian energi
aktivasi. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 4.7
Mobil berhasil melewati puncak karena memiliki energi kinetik yang cukup.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Senyawa kimia yang berbentuk gas lebih mudah terbakar dibanding berwujud cair atau
padatan. Uap benin akan lebih mudah terbakar dibanding bensin cair.
Selain wujud zat, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti konsentrasi
perekasi, luas permukaan bidang sentuh reaksi suhu rekasi dan katalis.

Gambar 4.8
Perbandingan susunan molekul zat berwujud (a) padat, (b) cair, dan (c) gas.
1. Konsentrasi
Konsentrasi berpengaruh terhadap laju reaksi. Bagaimana pengaruhnya?
Larutan yang pekat memiliki konsentrasi yang besar. Molekul-molekul dalam larutan
pekat berjumlah lebih banyak dan susunannya lebih rapat sehingga lebih sering bertumbukan.
Hal ini mengakibatkan tumbukan yang terjadi lebih banyak. Pada larutan encer yang
memiliki konsentrasi kecil, letak antarmolekul lebih longgar sehingga tumbukan
antarmolekul tidak semudah pada larutan perkat. Selain itu, pada larutan encer jumlag
molekulnya lebih sedikit sehingga jumlah molekul yang bertumbukan lebih sedikit.

2. Luas Permukaan
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan pada pencampuran
reaktan yang terdiri atau dua fasa atau lebih. Tumbukan berlangsung pada bagian permukaan.
Padatan berbentuk serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar
daripada padatan berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel maka
frekuensi tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
3. Suhu
Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan laju reaksi. Jika suatu zar dipanaskan,
partikel-partikel zar tersebut menyerap energi kalor. Pada suhu yang lebih tinggi, molekul
bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah. Peningkatan energi kinetik
molekul menyebabkan lebih banyak tumbukan yang menghasilkan kompleks teraktifkan, atau
dengan kata lain fraksi tumbukan yang menghasilkan reaksi menjadi lebih besar. Pada
umumnya, setiap kenaikan suhu 100C menyebabkan laju reaksi meningkat dua sampai tiga
kali laju reaksi semula.
4. Katalis
Laju reaksi dapat diubah dengan cara menambahkan katalis. Katalis dapat
mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga kompleks
teraktivasi lebih mudah terbentuk. Adapun zat yang keberadaannya dapat memperlambat laju
reaksi dinamakan inhibitor (katalis negatif).
Dalam suatu reaksi kimia, katalis ikut bereaksi. Namun, dihasilkan kembali pada
akhir reaksi. Secara umum, reaksi yang berlangsung dengan bantuan katalis dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu katalis homogen, katalis heterogen, dan
biokatalis.
D. Penerapan Konsep Laju Reaksi
1. Penggunaan Katalis dalam Industri
Seperti halnya luas permukaan bidang sentuh, katalis banyak digunakan dalam industri-
industri kimia. Dengan adanya katalis, reaksi-reaksi kimia yang terjadi menjadi lebih cepat,
meningkatkan hasil produksi, dan menghemat biaya produksi. Berikut beberapa contoh
industri yang memanfaatkan katalis.
a. Industri Pembuatan Amonia
Amonia disintesi dari gas N2 dan gas H2 dengan reaksi sebagai berikut.
rumus

Pada suhu kamar, reaksi berlangsung lambat. Untuk mempercepat laju reaksi, ke
dalam zat pereaksi ditambahkan katalis.
Proses sintesis amonia yang menggunakan katalis ini ditemukan oleh ahli kimia
Jerman, Fritz Haber pada 1905, sehingga proses ini dikenal dengan nama Proses Haber.
Katalis yang digunakan adalah logam besi yang merupakan katalis heterogen. Katalis dapat
dibuat lebih aktif dengan menambahkan aluminium oksida dan kalium oksida.
Di Indonesia, terdapat beberapa perusahaan milik pemerintah (Badan Usaha Milik
Negara atau BUMN) yang memproduksi amonia sebagai bahan baku pembuatan pupuk.
Perusahaan-perusahaan tersebut, di antaranya PT Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat;
PT Pupuk Iskandar Muda di Nanggroe Aceh Darunsalam; PT Pupuk Sriwijaya di Palembang,
Sumatra Selatan; PT Pupuk Kalimantan Timur di Bontang, Kalimantan Timur; dan PT
Petrokimia di Gresik, Jawa Timur.
b. Industri Pembuatan Asam Sulfat
Asam sulfat (H2SO4) dibuat dari gas belerang trioksida (SO3). Pembuatan gas SO3 dilakukan
dengan mereaksikan gas SO2 dan O2 menurut reaksi berikut.
rumus
Katalis yang digunakan adalah vanadium pentaoksida (V2O5)
c. Industri Roti
Katalis yang digunakan dalam pembuatan roti adalah enzim zimase yang merupakan
biokatalis. Penambagan enzin zimase dilakukan pada proses peragian atau pengembangan
roti. Ragi ditambahkan ke dalam adonan sehingga glukosa dalam adonan terurai menjadi etil
alkohol dan karbon dioksida.
rumus
Pada proses ini, CO2 berfungsi mengembangkan adonan roti. Banyaknya rongga kecil yang
terdapat pada roti merupakan bukti terjadinya gelembung CO2 saat peragian.
2. Penyimpanan Bahan Kimia
Anda sudah mempelajari tentang laju reaksi kimia, di mana ada bahan-bahan yang dapat
mengalami reaksi seperti terbakar, meledak, korosif dan oksidasi. Penyimpanan bahan kimia
tersebut harus dijamin aman dengan memperhatikan wadah dan ruangan yang sesuai
sehingga tidak terjadi perubahan atau reaksi, baik dengan wadah atau udara sekitarnya atau
dengan bahan yang disimpan. Berikut cara penyimpanan bahan kimia berbahaya.
Gambar 4.12

a. Bahan Kimia Beracun


Bahan ini berbahaya bagi makhluk hidup, terutama manusia. Bahan kimia beracun harus
disimpan dalam ruangan yang sejuk, memiliki sirkulasi udara yang baik, serta jauh dari
bahaya kebakaran. Bahan kimia ini harus dipisahkan dari bahan-bahan yang inkompatibel.
Jika panas dapat mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut, tempat
penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung
dan jauh dari sumber panas. Beberapa contoh bahan kimia beracun adalah organi klorin,
organo fosfat, karbamat dan arsenik.
b. Bahan Kimia Mudah Terbakar
Beberapa bahan kimia dapat terbakar dalam bentuk uap atau dalam keadaan serbuk halusnya.
Api dari bahan padat terbakar secara perlahan-lahan dibandingkan dengan api dari bahan cair
yang menyebar secara cepat dan terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya, bahan
kimia yang mudah terbakar harus diperhatikan sebagai berikut:
1) Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah munculnya nyala api.
2) Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup.
3) Lokasi penyimpanan dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya.
4) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat.
5) Tersedia alat-alat pemadam api yang mudah dicapai di tempat penyimpanan bahan.
6) Pada ruang penyimpanan dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis.
Beberapa contoh bahan kimia yang mudah terbakar adalah eter, methanol, etanol, dan
aseton.
c. Bahan Kimia yang Mudah Meledak
Ruangan untik menyimpan bahan kimia yang mudah meledak seperti nitrogliserin dan
amonium nitrat harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api. Lantai dari ruangan
tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api. Ruangan
penyimpanan bahan juga harus memiliki sirkulasi udara yang baik, bebas dari kelembapan,
serta tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan dalam ruangan, harus
digunakan penerangan alam atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.
Penyimpana tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang di dalamnya terdapat oli, lemak,
bensin, bahan sisa yang dapat terbakar. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput
kering, sampah, atau material yang mudah terbakar. Ada baiknya memanfaatkan
perlindungan alam seperti bukit atau tanah cekung.

Anda mungkin juga menyukai