Anda di halaman 1dari 96

BAB II

BATAS MINIMAL USIA PERKAWINAN, DISPENSASI NIKAH, DAN

PROGRAM PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN PEMAHAMAN

BATAS USIA PERKAWINAN

Dalam perundang-undangan di Indonesia, telah diatur bahwa perkawinan dapat

dilakukan jika terdapat kesepakatan dari kedua belah pihak dan kedua pihak

tersebut telah memiliki kematangan secara fisik, mental, dll, serta mempunyai

kesiapan dalam membentuk rumah tangga. Sayangnya, kematangan dan kesiapan

tersebut dibatasi dengan diberlakukannya minimal usia menikah sesuai dengan

yang diatur oleh Undang-undang. Sehingga apabila ada seseorang yang ingin

menikah sebelum usia yang ditetapkan oleh Undang-undang, maka diharuskan

untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan terlebih dahulu

dengan alasan yang dapat diterima dan diharuskan untuk segera menikah. 1

Pembahasan pada bab ini berisi konsep mengenai batas minimal usia

perkawinan, dispensasi nikah dan program pemerintah dalam pemberian

pemahaman batas usia minimal nikah, di mana dengan adanya program

pemerintah tersebut salah satunya bertujuan untuk menyelesaikan perkara

permohonan dispensasi nikah.

1
Nurul Inayah, "Penetapan Dispensasi Nikah Akibat Hamil Di Luar Nikah Di
Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2010-2015 (Analisis Hukum Acara Peradilan
Agama)"......., hlm. 178.

24
25

A. Konsep Batas Minimal Usia Perkawinan

1. Pentingnya Batasan Usia dalam Perkawinan

Batasan usia dalam perkawinan bisa diartikan sebagai usia

minimal seseorang dapat melangsungkan perkawinan sesuai dengan

Undang-undang yang berlaku. Di Indonesia, batas minimal usia

perkawinan menurut peraturan terbaru adalah 19 tahun bagi laki-laki

dan perempuan. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat

terutama remaja yang kurang menyadari pentingnya peraturan tersebut

sehingga mereka melakukan pernikahan di bawah umur. Hal ini menjadi

problem bagi pemerintah untuk mencegahnya. Salah satunya dengan

membuat program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), di mana

program ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan usia pada

perkawinan pertama hingga mencapai usia ideal pada saat perkawinan. 2

Tujuannya adalah untuk memberikan nasihat, kesadaran kepada remaja

atau calon pasangan nikah usia muda dalam merencanakan keluarga

agar mereka dapat memperhatikan aspek yang berhubungan dengan

aspek kehidupan rumah tangga setelah menikah, yakni fisik, mental dan

emosional. Hal ini diperlukan agar asas perkawinan yang terdapat dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 untuk membentuk keluarga yang

bahagia, kekal dan sejahtera dapat terlaksana dengan baik. 3

2
https://dinkes.ntbprov.go.id/, akses 18 Juli 2022.
3
Fitri Olivia, "Batasan Umur dalam Perkawinan Berdasarkan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974", Lex Jurnalica Volume12, Nomor 3, Desember 2015, hlm. 203.
26

2. Dasar Hukum Batas Minimal Usia Perkawinan

a. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam, tidak ada pernyataan khusus yang

menjelaskan mengenai aturan batasan dalam usia perkawinan.

Dalam fiqih juga tidak ada batasan minimal dan maksimal bagi

laki-laki maupun perempuan yang ingin menikah. Tidak adanya

batasan usia perkawinan ini bukan berarti Islam membolehkan

mereka untuk menikah di bawah umur, karena dalam syari'at Islam

telah mengatur bagi laki-laki dan perempuan yang ingin menikah

harus sudah baligh yang mana aturan baligh bagi laki-laki dan

perempuan tentu berbeda dan usia dari setiap orang yang baligh

juga berbeda. Inilah yang menjadikan banyaknya ulama fiqih yang

berbeda pendapat terkait usia baligh bagi laki-laki atau perempuan. 4

Dalam Al-Qur’an juga tidak dijelaskan secara rinci terkait batasan

usia dalam perkawinan, tetapi dalam Al-Qur’an menjelaskan secara

umum mengenai kapan seseorang bisa dinikahkan, seperti dalam

Surah An-Nisâ' yang artinya berbunyi :

5
‫وابتلوا اليتمى حتّٰى اذا بلغوا النّكاح فَان ٰانستم منهم رشدا فادفعوا اليهم اموالهم‬

Ayat di atas menjelaskan bahwa perintah kepada anak

yatim untuk menguji (terkait pengelolaan harta, keagamaan,

tingkah laku) hingga usia mereka yang layak untuk menikah.

4
Ahmad Mukri Aji, Urgensi Maslahat Mursalat dalam Dialektika Pemikiran Hukum
Islam, (Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012), Cet. Ke-2, hlm. 193.
5
Q.S An-Nisâ' (4) : 6.
27

Namun ayat tersebut tidak menyebutkan pada usia berapa yang

cukup usia untuk menikah.

Perkawinan dalam Islam salah satunya mengharuskan

seseorang yang akan melangsungkan perkawinan sudah dalam

masa baligh, yakni anak-anak yang telah mencapai usia tertentu

dan menjadi jelas baginya terkait seluruh permasalahan yang

dihadapi, sudah mampu memperhatikan sesuatu yang baik dan

buruk, sehingga dapat memberikan persetujuan untuk menikah. 6

Para ahli hukum fikih juga berbeda pendapat mengenai

permasalahan batas usia perkawinan. Namun, tidak ada batasan

yang jelas tentang ketentuan batas usia minimal maupun

maksimal untuk melangsungkan perkawinan dalam literatur fiqih.

Rasulullah Saw. mengisyaratkan perintah menikah bagi seseorang

yang sudah mampu (al-bâ′ah) dan menganjurkan berpuasa bagi

mereka yang ingin menikah tetapi masih belum mempunyai

kemampuan. Rasulullah SAW. Bersabda :

ّ ‫ّللا صلّى هللا عليه وسلّم يا معشر ال‬


‫شباب‬ ّ ‫ قال رسول‬: ‫عن ابن مسعود قال‬

‫ ومن لم‬,‫أغض للبصر وأحصن للفرج‬


ّ ‫فليتزوج فانّه‬
ّ ‫من استطاع منكم الباءة‬
7
‫صوم فانّه له وجاء‬
ّ ‫يستطع فعليه بال‬

6
Moh. Ali Wafa, "Telaah Kritis terhadap Perkawinan Usia Muda menurut Hukum
Islam" Jurnal Ahkam Ilmu Syari'ah, Vol. 17, No.02, 2017, hlm. 402.

7
Muhamad bin Ismail Abu Abdillah Al- Bukhari, S ̣ahih Bukhari, Hadits No. 5066,
(Beirut: Dar alTauq an-Najah, 1422 H).
28

Hadis tersebut memberikan pemahaman berupa seruan

kepada kaum pemuda yang mampu melakukan pernikahan supaya

menikah, bukanlah berarti suatu pembatasan usia pernikahan.

Menurut Al-Rahawi sebagaimana yang dikutip oleh Ali Wafa,

para ulama' memandang bahwa persoalan usia perkawinan sangat

erat kaitannya dengan kemampuan dan kecakapan secara utuh.

“Kemampuan” dalam bahasa arab disebut dengan ahlun yang

berarti layak, pantas. Para ulama' mendefinisikan kemampuan itu

dengan al-salâhiyyatuhu li wujûd alhuqûq masrû’ah lahû wa

alaihi, yaitu kepantasan seseorang untuk menerima hak-hak dan

memenuhi kewajiban-kewajiban yang diberikan syariat.8

Kebanyakan ahli fiqih juga memperbolehkan seseorang

yang masih di bawah umur untuk menikah, namun tidak

diperbolehkan adanya hubungan sesksual (zina), dan tidak ada

penjelasan khusus mengenai ketentuan batas minimal usia

perkawinan.9

b. Menurut Undang-Undang

Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 secara tegas

mengatur tentang perkawinan di bawah umur, harus melalui proses

peradilan untuk mendapatkan izin dispensasi perkawinan.

8
Al-Rahawi, Syarah al-Manār wa Hawasyih min Ilmi al-Ushūl, (Mesir: Dar al-Sa’adah ,
1315 H), hlm. 930.
9
Kamarusdiana dan Intan Sofia," Dispensasi Nikah Dalam Perspektif Hukum Islam,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam"...., hlm. 58-59.
29

Kendatipun demikian, perkawinan yang dilangsungkan oleh calon

pasangan harus disetujui kedua calon mempelai untuk

melaksanakan perkawinan tersebut, dan telah memperoleh izin dari

orangtua bagi pasangan yang belum mencapai usia 21 tahun. Hal ini

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 6 pasal (1) dan (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi :

1). Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon


mempelai.
2). Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin
kedua orangtua.

Jika tidak mendapatkan perizinan dari kedua orangtua, maka

pengadilan dapat memberikan izin tersebut berdasarkan permintaan

orang yang akan melangsungkan perkawinan. 10

Dispensasi nikah merupakan suatu pengecualian dalam hal

perkawinan bagi kedua atau salah satu calon mempelai laki-laki

atau perempuan yang masih dibawah umur. Dalam ketentuan pasal

7 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

disebutkan bahwa perkawinan diizinkan apabila pihak dari laki-laki

sudah mencapai umur 19 tahun, serta pihak dari perempuan sudah

mencapai umur 16 tahun. 11

10
HM. Abdi Koro, Perlindungan anak dibawah umur dalam perkawinan usia muda dan
perkawinan siri, (Bandung, P.T. Alumni, 2012), cet.1, hlm. 65.
11
Siti Zubaidah, "Dispensasi Kawin dalam Tinjauan Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan anak", akses web
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/dispensasi-kawin-dalam-tinjauan-
undang-undang-nomor-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak-oleh-hj-st-zubaidah-s-ag-s-h-
m-h-5-9, hlm. 1, tanggal 29 Juni 2022.
30

Kemudian Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan khususnya pasal 7 kemudian mengalami perubahan.

Ketentuan perubahan ini termuat dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pertimbangan

perubahan tersebut di antaranya adalah bahwa negara menjamin hak

warga negara untuk membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah, menjamin hak anak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Di samping itu,

perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak negatif bagi

tumbuh kembang anak dan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya

hak dasar anak seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan, hak pendidikan, dan

hak sosial anak. 12

Mahkamah Konstitusi menyatakan frase usia 16 tahun

dalam Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan bertentangan dengan UUD

1945 yang mengatur bahwa setiap warga negara mempunyai

kedudukan yang sama di hadapan hukum. Mahkamah Konstitusi

juga memandang bahwa perbedaan batasan usia perkawinan laki-

laki dan perempuan dalam undang-undang tersebut menimbulkan

12
Tirmidzi, "Kajian Analisis Undang-Undang No.16 Tahun 2019 Sebagai Perubahan
Atas Undang-Undang No.1 Tahun 1974," Usrah, Vol. 1:1 (2019), hlm. 45.
31

diskriminasi. Sehingga disepakati untuk menaikkan batas usia

perempuan menjadi 19 tahun. Dengan demikian batas usia

perkawinan antara laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu 19

tahun. Menurut Mahkamah Konstitusi, pasal 7 ayat 1 Undang-

Undang Perkawinan dinilai tidak sinkron dengan pasal 1 Undang-

Undang Perlindungan Anak yang menyebutkan anak adalah

seseorang yang masih berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan. 13

Perubahan yang dilakukan terhadap UU No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan terutama dalam Pasal 7 yang kemudian

terbitlah UU No. 16 Tahun 2019 merupakan langkah yang tepat.

Menurut hukum, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk

keluarga yang sejahtera dan bahagia, dan untuk mewujudkannya

harus diperlukan persiapan yang benar-benar matang dari segi

apapun.14 Dengan demikian, siapa pun yang masih berusia di bawah

18 tahun masih termasuk kategori anak-anak. Perkawinan yang

dilakukan di bawah batas usia yang diatur oleh Undang-undang

Perlindungan Anak adalah perkawinan anak. 15

Sedangkan menurut KHI, dalam pasal 2 menjelaskan bahwa

perkawinan menurut hukum Islam adalah perjanjian yang sangat

13
Ibid.
14
Ibid.
15
Kamarusdiana dan Intan Sofia," Dispensasi Nikah Dalam Perspektif Hukum Islam,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam"...... hlm.60-62.
32

kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan

pelaksanaannya merupakan ibadah di mana tujuannya dijelaskan

dalam pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yaitu untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Batas minimal usia perkawinan diatur dalam Kompilasi Hukum

Islam dalam pasal 15 ayat (1) yang berbunyi :

“Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan


hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai
umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 1
tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19
tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16
tahun”.16

B. Dispensasi Nikah

1. Pengertian Dispensasi Nikah

Berbicara mengenai pembatasan usia perkawinan, jika seseorang

ingin melakukan perkawinan di bawah batas usia 19 tahun, maka ia

dapat dikatakan melanggar aturan pembatasan usia perkawinan dan

diharuskan untuk melakukan permohonan dispensasi nikah di

Pengadilan Agama terlebih dahulu.17

Dispensasi dalam kamus besar bahasa Indonesia, artinya

keringanan; pengecualian dari aturan karena adanya pertimbangan

khusus; pembebasan dari suatu kewajiban atau larangan. Sedangkan

Nikah, secara bahasa berasal dari bahasa Arab "An-Nikah (‫ "(النكاح‬yang

16
Pasal 7, Kompilasi Hukum Islam.
17
Ibid, hlm. 209.
33

berarti ikatan, pencampuran, penggabungan. Secara Istilah kamus besar

bahasa Indonesia, nikah merupakan sebuah ikatan perkawinan yang

dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama, hidup

sebagai suami istri tanpa pelanggaran terhadap agama.18 Dispensasi

nikah merupakan upaya bagi calon pasangan yang ingin menikah tetapi

belum mencapai batas minimal usia perkawinan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah, sehingga apabila terdapat calon pasangan yang usianya

belum cukup sesuai dengan peraturan perundang-undangan namun ingin

melakukan pernikahan, maka dapat mengajukan dispensasi nikah ke

Pengadilan Agama melalui proses persidangan terlebih dahulu untuk

mendapatkan izin dispensasi nikah. 19 Singkatnya dispensasi nikah ini

merupakan kelonggaran hukum bagi mereka yang tidak memenuhi

syarat sah perkawinan secara hukum positif. Oleh karena itu, Undang-

undang memberikan kewenangan kepada Pengadilan untuk memberikan

dispensasi nikah. Definisi menurut Peraturan Mahkamah Agung,

dispensasi kawin ialah pemberian izin kawin oleh Pengadilan kepada

calon suami/istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan

perkawinan.20

18
Amir Syarifuddin,"Garis-Garis Besar Fiqih", (Jakarta: Kencana Pernada Media
Group,2010), hlm. 73-74.
19
Ibid.

20
Perma No. 5 tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin,
akses web https://bawas.mahkamahagung.go.id/bawas_doc/doc/perma_05_2019.pdf, tanggal 12
Maret 2022.
34

2. Problematika Pemberlakuan Dispensasi Nikah Dalam Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dinaikkannya batas usia minimal menikah dan menyamaratakan

usia perkawinan untuk laki-laki dan perempuan menjadi 19 tahun dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 1, dikarenakan adanya

penyesuaian terhadap berbagai peraturan perundangan-undangan di

Indonesia mengenai batas usia anak. Rata-rata hampir permohonan

dispensasi nikah dikabulkan oleh hakim di persidangan Pengadilan

Agama. Hal ini dikarenakan adanya dicantumkan kebolehan dispensasi

nikah dalam Pasal 7 ayat (2), dalam peningkatan batas usia minimal

menikah masih terkesan memberi peluang untuk bisa menyampingkan

ketentuan dalam ayat 1, yang mana dalam pasal 7 ayat 2 disebutkan

bahwa “Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau

orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan

dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang

cukup.” Dalam ayat 2 tersebut terlihat tidak adanya ketidak

konsistensian pemerintah dalam menangani terjadinya perkawinan di

bawah umur. Kemudian di dalam penjelasannya, undang-undang

tersebut tidak menjelaskan dasar-dasar yang mengikat secara hukum


35

dalam hal pelaksanaannya sehingga hal ini adalah celah hukum yang

dapat dilanggar secara yuridis. 21

Pada prakteknya di lapangan, apabila salah satu pejabat menolak

untuk memberikan dispensasi, justru pejabat lain yang juga ditunjuk

dapat mengabulkannya. Fleksibilitas ini menunjukkan bahwa

sebelumnya dispensasi dikabulkan tanpa syarat yang ketat. Oleh karena

itu, sebagai bentuk kepastian hukum maka dispensasi hanya bisa

dimintakan ke Pengadilan saja. Pasal 7 ayat juga menambahkan frasa

‘dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang

cukup’. Penambahan ini sebenarnya memiliki maksud yang baik yakni

membatasi permohonan dispensasi hanya untuk alasan-alasan tertentu

yang dianggap mendesak dan tuntutan untuk memberikan bukti-bukti

yang mendukung. 22

Namun dalam frasa terhadap alasan mendesak di dalam pasal 7

ayat 2 masih menimbulkan pemahaman yang multitafsir, karena tidak

ada penjabaran yang jelas apa maksud dari alasan mendesak tersebut,

sehingga subyektifitas hakim dalam memutuskan segala pertimbangan

hukumnya yang akan menentukan permohonan dispensasi nikah itu

dikabulkan atau tidak, menjadi susah karena tidak adanya regulasi yang

jelas. Selain itu, ketidakjelasan frasa ini membuat pihak-pihak yang

21
Tirmidzi, Kajian Analisis Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Sebagai Perubahan
Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Jurnal Hukum Keluarga Islam: Usrah, Volume
1/Nomor 1/Tahun 2020, hlm. 41.
22
Mughniatul Ilma, Regulasi Dispensasi Dalam Penguatan Aturan Batas Usia Kawin
Bagi Anak Pasca Lahirnya UU No. 16 Tahun 2019, Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Islam, Volume 2/Nomor 2 /Juli - Desember 2020, hlm. 149-150
36

akan mengajukan dispensasi nikah bisa memberikan keterangan dengan

berbagai alasan. Seperti PERMA Nomor 5 Tahun 2019, Ketentuan

tersebut tidak memberikan kejelasan dan pembatasan terhadap alasan-

alasan yang mendesak yang dapat diajukan dan deskripsi mengenai

bukti-bukti yang dianggap mendukung. Peluang dispensasi nikah tanpa

aturan yang ketat justru menjadi kontraproduktif terhadap upaya

menaikkan batas umur perkawinan yang tujuan utamanya yaitu untuk

menekan angka perkawinan anak. Maka peran hukum responsif sebagai

teori profil hukum yang dibutuhkan dalam masa transisi. Karena harus

peka terhadap situasi transisi di sekitarnya, maka hukum responsif tidak

saja dituntut menjadi sistem yang terbuka, tetapi juga harus

mengandalkan keutamaan tujuan , yaitu tujuan sosial yang ingin

dicapainya serta akibat-akibat yang timbul dari bekerjanya hukum itu.

Problemnya saat dispensasi nikah masih berlaku, maka para

orang tua bisa saja meminta permohonan dispensasi nikah karena alasan

mendesak yang diartikan banyak makna yang jika dikaitkan dengan

teori responsif, maka seharusnya hukum itu bukan dipahami sebagai

aturan yang bersifat kaku dan hanya menekankan aspek legal system

yang artinya tanpa mengaitkan hukum tersebut terhadap masalah-

masalah sosial yang terjadi ketika dispensasi nikah masih diterapkan

saat ini. Karena dampak adanya dispensasi nikah ini juga anak juga bisa

menikah dengan legal lewat dispensasi nikah, seolah terlegalisasi

melalui lembaga peradilan akibat dari ketidakpastian hukum dan


37

multitafsir penjelasan tentang frasa ‘alasan yang sangat mendesak

disertai bukti-bukti pendukung yang cukup’. Sehingga yang terjadi

praktik melakukan pernikahan usia anak sampai saat ini pun terus terjadi

meski usia nya belum mencapai ketentuan dalam pasal 7 ayat 1 dan

dapat diperolehnya dispensasi nikah yang dikeluarkan oleh Pengadilan

Agama. Membuat penggunaan pasal tentang dispensasi nikah ini

mengakibatkan lonjakan yang tinggi terjadinya pernikahan di usia anak

di beberapa daerah di Indonesia. 23

Dilihat dari perspektif hukum, madharat/bahaya yang terjadi jika

permohonan dispensasi nikah karena alasan kehamilan di luar nikah

tidak dikabulkan yakni ditakutkan akan menambah dosa terhadap zina,

potensi terjadinya perkawinan di bawah tangan yang akan memicu

berbagai persoalan hukum di kemudian hari dan hilangnya hak-hak

hukum anak yang dilahirkan. Adapun dilihat dari sisi sosial, perkawinan

dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial

akibat hamil di luar nikah dengan tujuan menutupi aib dan rasa malu.

Hal ini juga dilakukan untuk meminimalisir sanksi sosial dimana

biasanya perempuan yang hamil tanpa suami akan dihina dan dikucilkan

oleh masyarakat yang mengakibatkan tekanan psikologis yang

membuatnya tidak mau bergaul dan menutup diri. Tekanan psikologis

23
Ahmad Muqaffi, dkk, "Menilik Problematika Dispensasi Nikah Dalam Upaya
Pencegahan Pernikahan Anak Pasca Revisi UU Perkawinan......., hlm. 369.
38

yang demikian ditakutkan juga akan berdampak buruk pada anak yang

dilahirkan.24

C. Program-Program Pemerintah Terkait Pemberian Pemahaman Batas

Usia Minimal Perkawinan

Dengan meningkatnya angka permohonan dispensasi nikah, tentu

menjadi perhatian untuk lingkungan sekitar maupun pemerintah. Karena

dispensasi nikah merupakan suatu upaya kelonggaran hukum dalam bentuk

pelanggaran dalam aturan batas minimal usia perkawinan. Untuk tindakan

preventif yang paling mudah adalah kesadaran seseorang itu sendiri dalam

menaati hukum yang berlaku di Indonesia ini, seperti membatasi pergaulan

antar teman, tidak berbuat seenaknya sendiri, dan lain-lain. Dengan kesadaran

diri itulah sedikit demi sedikit kasus permohonan dispensasi nikah ini

menurun tanpa campur tangan pemerintah. Namun, Pemerintah juga harus

mempunyai tindakan preventif terhadap kasus tersebut, seperti yang dilakukan

oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia, berikut cara pencegahannya : 25

1. Penyusunan kebijakan nasional tentang Pencegahan Perkawinan Anak;

2. Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak;

3. Advokasi dan sosialisasi "Usia Perkawinan 21 Tahun "sesuai Pasal 6 ayat

2 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

24
Ibid, hlm. 371.
25
Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,
"Pencegahan Perkawinan Anak".
39

4. Pembentukan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) dengan Tenaga

Profesional;

5. Mendorong masyarakat untuk melakukan gerakan bersama melalui

strategi perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat, dimulai dari

tingkat desa/kelurahan. Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA) dan

Kecamatan Layak Anak (KELANA).

Selain dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan

Anak Republik Indonesia terkait pemberian pemahaman batas usia minimal

nikah dan pencegahan pada perkawinan anak yang masih di bawah umur,

terdapat juga program dari BKKBN terkait pemberian pemahaman batas usia

minimal perkawinan, yakni PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan), dimana

program tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan usia pada

perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal

21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia tersebut

dianggap sudah siap, baik dari sisi kesehatan maupun perkembangan

emosional untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP bukan sekedar

menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga

mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa.

Apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka

diupayakan adanya penundaan kehamilan anak pertama tersebut.26

Secara langsung memang program-program di atas aktif dalam

mencegah atau menunda perkawinan-perkawinan di usia muda seperti nikah


26
BKKBN, Kurikulum Diklat Teknis Pengelola Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) bagi pengelola, pendidik sebaya, dan konselor sebaya. (BKKBN
Pusat, Jakarta: 2014), hlm. 109-110
40

dini, nikah muda, ataupun nikah anak. Namun secara tidak langsung,

program-program di atas juga memberikan pemahaman mengenai pentingnya

pemahaman batas usia minimal perkawinan yang telah diatur oleh pemerintah.

Bahkan program PUP dari BKKBN mengupayakan usia nikah untuk laki-laki

minimal 25 tahun dan untuk perempuan minimal 21 tahun.

D. Teori Efektivitas Hukum, Kesadaran, dan Ketaatan Hukum Soerjono

Soekanto

Efektivitas hukum dalam perilaku atau realita hukum dapat diketahui

dari adanya seseorang yang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil

mencapai tujuannya atau tidak. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut,

usaha yang seringkali dilakukan adalah dengan memberikan informasi

terkait sanksi, baik sanksi positif maupun sanksi negatif dengan tujuan agar

masyarakat berusaha menaati hukum yang berlaku dan hanya melakukan

perbuatan yang baik dan benar sesuai dengan hukum yang berlaku itu. 27

Berikut efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto.

a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang)

Hukum mengandung unsur kepastian, kemanfaatan, dan

keadilan. Dalam praktiknya seringkali terjadi konflik antara hukum dan

keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret seseorang yang berwujud

nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga hakim memutuskan

suatu perkara secara penerapan peraturan perundang-undangannya saja,


27
Nur Fitriyani Siregar, "Efektivitas Hukum," Al-Razi : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Kemasyarakatan¸Vol. 18:2, (2018), hlm. 6-7.
41

sehingga terkadang nilai keadilan itu tidak tercapai. Oleh karena itu,

ketika mempertimbangkan sebuah persoalan mengenai hukum,

setidaknya keadilan menjadi prioritas utama, karena hukum tidak hanya

dilihat dari sudut hukum tertulis saja, tetapi juga harus ikut

mempertimbangkan faktor lainnya yang berkembang di masyarakat. Di

sisi lain, keadilan pun masih selalu menjadi bahan perdebatan. Hal

tersebut disebabkan karena keadilan mengandung unsur obyektif dari

masing-masing orang.

Dalam sebuah hukum, akan berjalan maksimal jika memenuhi

sebanyak tiga kaidah sebagai berikut : 28

1. Kaidah hukum secara yuridis : yakni apabila penentuannya

didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau

terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

2. Kaidah hukum secara sosiologis : yakni kaidah yang dimaksud

dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa, namun tidak diterima

oleh masyarakat.

3. Kaidah hukum filosofis : yaitu sesuai dengan cita hukum sebagai

nilai positif yang tertinggi.

b. Faktor penegak hukum

Dalam berfungsinya sebuah hukum, harus terdapat ketegasan

dalam kepribadian, sifat, dan sikap penegak hukum dalam memainkan

peranannya, apabila kualitas hukum sudah sangat baik namun

Djaenab, “Efektifitas dan Berfungsinya Hukum dalam Masyarakat.” Ash-Shahabah


28

Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 4, No. 2 (Juli 2018), hlm. 151.
42

sebaliknya kualitas penegak hukum kurang baik, maka hal tersebut

dapat dikatakan ada masalah dalam hukum tersebut. Adanya

keterampilan dan keteladanan aparat penegak hukum dalam

menjalankan tujuan perundang-undangan maupun memanfaatkan

kedudukan dan peranannya akan sangat memengaruhi terhadap

kepatuhan masyarakat mengenai aturan tersebut. 29

c. Faktor sarana dan fasilitas

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum, juga

harus mempunyai fasilitas, sarana, dan prasarana yang memadai untuk

dilakukannya pelaksanaan hukum agar tersampaikan dengan baik.

Adanya sebuah hukum yang baik dan penegak hukum yang profesional,

namun apabila terdapat sarana dan fasilitas yang kurang memadai

sebagai tempat untuk terlaksananya hukum, maka hukum tersebut tidak

akan berjalan dengan efektif. 30

d. Faktor masyarakat

Faktor ini menjadi salah satu faktor yang penting terhadap

berjalannya efektivitas hukum dengan baik. Masyarakat mempunyai

andil besar dalam melaksanakan dan menaati sebuah hukum yang

berlaku. Karena pada merekalah tempat di mana hukum itu diterapkan.

Kesadaran hukum masyarakat akan bergantung pada efektif tidaknya

29
Himawan Tatura Wijaya, dan Erwin Jusuf, "Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan di Kabupaten Pohwato, As-Syams : Jurnal Hukum Islam, Vol.
1:1, hlm. 45.
30
Nur Fitriyani Siregar, "Efektivitas Hukum",......... hlm. 12.
43

suatu hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo, kesadaran hukum adalah

kesadaran tentang apa yang sebaiknya dilakukan atau sebaiknya tidak

dilakukan terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan

kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. Namun

berbedanya pola masyarakat dan individu akan memengaruhi kesadaran

dan keefektifan hukum tersebut, sehingga banyak yang ditemukan

pelanggaran-pelanggaran hukum dan ketidaksinkronan hukum tersebut

di dalam masyarakat. 31

e. Faktor kebudayaan

Dalam mengukur efektifnya sebuah hukum daerah tersebut, juga

harus adanya kebudayaan atau adat yang berlaku di daerah tersebut.

Faktor ini juga tidak terlepas dan masih sangat berhubungan dengan

faktor masyarakat sebelumnya. Sesuai dengan penggagas teori

efektivitas hukum ini, Soerjono Soekanto berpendapat bahwa

kebudayaan adalah dasar suatu hukum yang memiliki sistem nilai. Jika

sistem nilai tersebut mampu memberikan pengaruh yang baik terhadap

masyarakat, maka mereka akan menaatinya dengan baik. Namun

sebaliknya, jika sistem nilai itu memberikan pengaruh yang buruk

31
Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat¸ Edisi Pertama,
(Yogyakarta:Liberti, 1981), hlm. 3. Sebagaimana dikutip Ellya Rosana, "Kepatuhan Hukum
Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat," Jurnal TAPIs, Vol. 10:1, (Prodi Pemikiran
Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, UIN Raden Intan Lampung : 2014), hlm. 4.
44

kepada masyarakat, maka mereka akan mengabaikan dan

meninggalkannya. 32

Dengan hal tersebut, hukum yang baik tidak hanya didukung

oleh substansi dan struktur hukum yang baik, tetapi faktor lain yang

perlu diperhatikan adalah budaya hukum dalam masyarakat. Budaya

masih memainkan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

artinya masyarakat masih cenderung menjadikan budaya yang telah

dipraktekkan sejak dahulu sebagai referensi dalam bertingkah

cenderung menjadi tolak ukur atau sandaran dalam menjalankan

aktivitasnya.33

Selain menggunakan teori efektivitas hukum, penulis juga

menggunakan teori kesadaran dan ketaatan hukum yang digagas oleh

Soerjono Soekanto. Menurutnya, dalam menumbuhkan rasa kesadaran

hukum diperlukan agar hukum dapat berkuasa dan menjalankan

fungsinya dengan baik serta menciptakan kehidupan masyarakat yang

berkeadilan : 34

1. Tahap pengetahuan hukum

Apabila ada suatu peraturan yang sudah sah secara

legislatif, maka dengan sendirinya akan tersebar luar dan diketahui

32
Akmal, “Efektivitas Peraturan Desa Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Pencegahan Perkawinan Anak”, Tesis, UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, hlm. 49-50.
33
Abdul Halim Barkatullah, "Budaya Hukum Masyarakat Dalam Perspektif Sistem
Hukum", Jurnal Refleksi Hukum, Vol. 1:1 (2012), hlm. 15-16.
34
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, ......... hlm. 140.
45

oleh masyarakat. Setidaknya hal itu menjadi suatu asumsi bagi

para pembentuk hukum. Tapi kenyataannya, seringkali suatu

golongan tertentu tidak mengetahui ketentuan-ketentuan hukum

yang khusus berlaku bagi mereka.35

2. Tahap pemahaman hukum / pengetahuan isi hukum

Adanya pengakuan masyarakat terhadap ketentuan hukum

tertentu berarti bahwa mereka mengetahui isi dan kegunaan dari

norma-norma tertentu, yang artinya terdapat suatu pemahaman

hukum yang terbentuk terhadap ketentuan hukum yang berlaku. 36

Setelah minimal dapat mengetahui hukum itu berlaku adanya

sekarang, masyarakat juga diberikan pemahaman dalam

kandungan aturan hukum tersebut.

3. Tahap sikap hukum

Setelah tahap pengetahuan dan pemahaman hukum, ada

juga sikap hukum yang merupakan suatu kecenderungan

masyarakat untuk menerima atau menolak hukum karena adanya

penghargaan atau keinsafan bahwa hukum tersebut bermanfaat

atau tidak bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal itu,

biasanya diteliti terhadap dua hal : 37

35
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm. 217.
36
Ibid.
37
Ibid, hlm. 218.
46

a. Sampai sejauh manakah suatu tindakan/perbuatan yang

dilarang hukum dapat diterima oleh sebagian besar warga

masyarakat.

b. Sampai sejauh manakah perbuatan-perbuatan yang oleh

hukum atau badan peradilan yang dianggap melanggar, juga

dianggap demikian oleh masyarakat.

4. Tahap pola perilaku hukum

Pada tahap terakhir ini, merupakan tahap tentang berlaku atau

tidaknya suatu aturan hukum dalam masyarakat. Jika aturan hukum itu

berlaku, maka sejauh mana penerapannya itu dan sejauh mana

masyarakat mematuhinya, karena salah satu tugas hukum yang

terpenting adalah mengatur kepentingan warga masyarakat.

Kepentingan-kepentingan tersebut bersumber pada nilai-nilai yang

berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus

dihindari. Dengan demikian, sedikit banyaknya kepatuhan masyarakat

terhadap hukum tergantung pada apakah kepentingan warga masyarakat

dalam bidang tertentu dapat dipenuhi oleh ketentuan hukum tersebut. 38

Dengan konsep dan teori yang telah dipaparkan di atas dapat

menjadi acuan bagi penulis dalam menganalisis sejauh mana pengaruh

program konseling yang dihasilkan dari kerja sama antara Pengadilan

Agama Gresik dan MUI Gresik pada penelitian ini. Melalui pemahaman

pentingnya batas minimal usia perkawinan dapat menjadi acuan bagi

38
Ibid, hlm. 219-220.
47

seseorang untuk dapat belajar bahwa terdapat peraturan yang mengikat

terkait batas minimal usia perkawinan di Indonesia, sehingga aturan

tersebut dapat ditegakkan oleh penegak hukum dan diterima oleh

masyarakat. Selain itu, usaha/peran pemerintah dalam menegakkan

aturan ini juga patut diapresiasi bahwa usaha yang sudah dilakukan

sudah maksimal untuk mencegah adanya perkawinan di bawah umur,

walaupun terkadang tidak mencapai hasil yang diharapkan.


BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM KONSELING MUI GRESIK DI

PENGADILAN AGAMA GRESIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA

DISPENSASI NIKAH PADA PERIODE JUNI 2021-JUNI 2022

Setelah berbicara mengenai konsep pembatasan usia dalam perkawinan dan

dispensasi nikah, di mana dengan dispensasi nikah merupakan upaya

penyelesaian hukum terhadap pelanggaran dalam pembatasan usia perkawinan,

dan adanya bimbingan konseling oleh MUI Gresik ini adalah sebagai bentuk

program yang dihasilkan dari kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan

MUI Gresik dalam penyelesaian perkara dispensasi nikah. Sehingga pada bab ini,

membahas mengenai sekilas tentang profil Pengadilan Agama Gresik yang

mengusulkan adanya program kerja sama berupa konseling ini kepada MUI

Gresik. Kemudian terdapat latar belakang, bentuk, program konseling &

pelaksanaan teknisnya, pemaparan data dispensasi nikah & data calon pengantin

yang telah diberikan konseling, hasil wawancara terhadap 5 pasangan pelaku

permohonan dispensasi nikah yang telah melakukan nikah dini dan telah

diberikan konseling oleh MUI Gresik, serta perwakilan dari Pengadilan Agama

Gresik dan MUI Gresik terkait pengadaan bimbingan konseling tersebut.

A. Profil Pengadilan Agama Gresik

1. Sejarah Pengadilan Agama Gresik

Secara Yuridis Formal, Peradilan Agama sebagai suatu Badan

Peradilan yang terkait dalam sistem kenegaraan untuk pertama kali lahir

48
49

di Indonesia (Jawa dan Madura) pada tanggal 1 Agustus 1882,

berdasarkan Keputusan Raja Belanda (Konninklijk Besluit) yakni Raja

Willem III tanggal 19 Januari 1882 Nomor 24 yang dimuat dalam

Staatblad 1882 Nomor 152. Badan Peradilan ini disebut Priesterraden

yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Rapat Agama atau Raad

Agama dan terakhir dengan Pengadilan Agama. Keputusan Raja Belanda

ini dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Agustus 1882 yang tertuang dalam

Staatblad 1882 Nomor 153 Keberadaan Raad Agama di Gresik pada saat

itu masih berada diemperan sebelah utara Masjid Jami Gresik. Kemudian

pada Tahun 1942 oleh masyarakat Islam Gresik dibangun gedung dengan

status wakaf dengan nama Raad Agama (sesuai piagam batu marmer

yang menempel di dinding gedung) terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim

no. 2 ( sebelah barat alun-alun Gresik).

Pada tahun 1957 ada pergantian nama dari Raad Agama menjadi

Pengadilan Agama Gresik. Pada tahun 1980 Oleh Departemen Agama RI.

dibangun Kantor baru di Jl. Dr.Wahidin Sudiro Husodo nomor 45 melalui

proyek Balai Sidang Pengadilan Agama pada tahun 1979/1980, kemudian

pada tahun 1984 memperoleh proyek pembangunan rumah dinas dari

Departemen Agama.Pada tahun 2004 Pengadilan Agama berada dibawah

Mahkamah Agung dengan Keputusan Presiden Nomor 21 tahun 2004

tentang Pengalihan Organisasi Administrasi dan Finansial di Lingkungan

Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama

ke Mahkamah Agung.
50

Pada tahun 2006 ditempat yang sama dibangun gedung baru dari

anggaran tahun 2006 berlantai dua Proyek tersebut mulai dikerjakan pada

bulan Agustus 2006 dan digunakan/ditempati awal tahun 2007 sampai

dengan sekarang.1

2. Visi dan Misi

Visi Pengadilan Agama Gresik adalah Terwujudnya Pengadilan

Agama Gresik Yang Agung. Sedangkan Misi Pengadilan Agama Gresik

adalah menjaga kemandirian Aparatur Pengadilan Agama; meningkatkan

kualitas pelayanan hukum yang berkeadilan, kredibel dan transparan;

mewujudkan kesatuan hukum sehingga diperoleh kepastian hukum bagi

masyarakat, dan meningkatkan pengawasan dan pembinaan. 2 Pengadaan

program konseling sebagai bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama

Gresik dan MUI Gresik ini dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi

Pengadilan Agama Gresik yakni Meningkatkan kualitas pelayanan

hukum yang berkeadilan, serta meningkatkan pengawasan dan

pembinaan.

1
https://www.pa-gresik.go.id/ , akses 20 Maret 2022.
2
Ibid.
51

3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Gresik

Gambar 1. Struktur Pengadilan Agama Gresik

B. Program Kerja Sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI

Gresik : Konseling Selina

1. Latar Belakang Program Kerja Sama

Program konseling yang dilakukan oleh Pengadilan Agama

Gresik merupakan sebuah bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama

Gresik dan Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Gresik. Program

tersebut dilaksanakan selama tiga tahun, terhitung pada tanggal 08 April

2021 dengan penandatanganannya oleh Dr. Sugiri Permana., S.Ag., M.H.


52

selaku ketua Pengadilan Agama Gresik (Pihak Kesatu) dan Drs. KH. M.

Mansoer Shodiq, M.Ag. (Pihak Kedua) selaku Ketua Umum Dewan

Pimpinan Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Gresik, dan berakhir pada

tanggal 08 April 2024, serta dapat diperpanjang kembali sesuai dengan

kesepakatan para pihak dan diajukan secara tertulis selambat-lambatnya

satu bulan sebelum program ini berakhir. Adanya program konseling ini

diusulkan oleh Pengadilan Agama Gresik, sehingga penandatanganannya

pun berkedudukan di Pengadilan Agama Gresik, bertempat di Jl. Dr.

Wahidin S.H. No. 45, Kebomas, Gresik. Pelaksanaan proses konseling

sebagai bentuk perjanjian kerja sama ini adalah dimulai pada tanggal 06

Juni 2021 bertempat di ruang konseling Pengadilan Agama Gresik.

Diharapkan dengan adanya konseling oleh MUI Gresik tersebut dapat

menyelesaikan perkara permohonan dispensasi nikah di Kabupaten

Gresik.

Sebab atau latar belakang pelaksanaan konseling ini merupakan

inisiatif dari Pengadilan Agama Gresik sendiri atas dasar adanya

peningkatan kasus permohonan dispensasi nikah di Kabupaten Gresik

yang disebabkan berubahnya peraturan batas usia minimal melakukan

pernikahan dari 16 tahun perempuan 19 tahun laki-laki menjadi 19 tahun

perempuan dan laki-laki dan ditetapkan pada Undang-undang No.16

Tahun 2019. Sejak saat itu, pengajuan dispensasi nikah yang awalnya

tidak sampai 10 pasangan tiap bulan, menjadi 20-40 pasangan setiap

bulannya, puncaknya adalah pada tahun 2020 hingga awal 2021, sebelum
53

adanya program konseling ini dilakukan, dapat mencapai total kurang

lebih 300 pasangan yang mengajukan permohonan dispensasi nikah di

Pengadilan Agama Gresik. 3 Sehingga perlu adanya bantuan dari MUI

Gresik sebagai pihak kedua untuk membantu menyelesaikan perkara

permohonan dispensasi nikah dengan mengadakan konseling.

2. Bentuk dan Tujuan Program Kerja Sama

Bentuk pengadaan program kerja sama antara Pengadilan Agama

Gresik dan MUI Gresik adalah berupa bimbingan konseling dengan nama

SELINA (konseling nikah dini) 4, yakni program pengadaan konseling

bagi pasangan nikah dini. Pengadaan konseling bagi pasangan nikah dini

tujuannya secara langsung adalah untuk memberikan pengetahuan dan

pembekalan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah kepada

pasangan usia dini yang mengajukan permohonan untuk menikah ke

Pengadilan Agama Gresik agar mereka memahami tentang makna

perkawinan sesungguhnya dengan berbagai problematika yang ada. Dan

tujuan tidak langsungnya adalah menyelesaikan permohonan dispensasi

nikah di Pengadilan Agama Gresik.

Dalam kegiatan Selina tersebut, pihak Pengadilan Agama Gresik

menghadirkan konselor yang berasal dari MUI ini adalah lebih kepada

memberikan bimbingan berupa nasihat keagamaan, perkawinan & resiko

3
Data Pengadilan Agama Gresik dan wawancara Ibu Rustin (Juru Sita Pengadilan
Agama Gresik, tanggal 23 Maret 2022.
.
4
https://www.pa-gresik.go.id/index.php/informasi-pengadilan/639-7-inovasi
pelayananan-publik-unggulan-pengadilan-agama-gresik , akses 18 Maret 2022.
54

setelahnya, dan lain sebagainya kepada calon pasangan yang menikah di

usia dini. Kegiatan konseling ini dilaksanakan 18 (delapan belas) kali

dalam 1 (satu) tahun atau disesuaikan dengan kebutuhan dengan petugas

yang ditunjuk oleh MUI Kabupaten Gresik. 5

Dalam hak dan kewajibannya, sesuai dengan pihak Pengadilan

Agama yang mengusulkan adanya pelaksanaan konseling tersebut,

berkewajiban untuk menyediakan pasangan nikah dini yang mengajukan

permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama Gresik dan tempat

berupa ruang konseling dan ruang transit ketika mengadakan bimbingan

konseling agar dapat bergantian dengan pemohon lainnya. Sementara itu,

pihak Majelis Ulama' Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik berkewajiban

untuk mempersiapkan petugas konseling dari pihak MUI dan memastikan

kehadiran petugas konseling dengan baik.

Dalam mendapatkan haknya, pihak Pengadilan Agama Gresik

mendapatkan hak berupa calon pasangan usia dini tersebut sudah

memahami pengetahuan terkait tata cara berumah tangga yang sakinah,

mawaddah, warahmah dari petugas konseling nikah dini. Di sisi yang

lain, pihak Majelis Ulama' Indonesia (MUI) Gresik mendapatkan hak

berupa fasilitas pelayanan yang baik dan memadai, sehingga nyaman

untuk dilakukan bimbingan konseling tersebut. 6

5
Draft Perjanjian Kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI Kabupaten
Gresik tentang "Konseling Bagi Pasangan yang Hendak Nikah Dini".
6
Ibid.
55

3. Peran Pengadilan Agama Gresik dan MUI Gresik

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

tentang Perubahan Kedua atas UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama Pasal 64 A ayat (1) yang berbunyi :"Pengadilan wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan putusan dan biaya perkara dalam proses persidangan."7

a. Peran Pengadilan Agama Gresik

Penerapan UU di atas juga sejalan yang dilakukan oleh

Pengadilan Agama Gresik. Dalam menjalankan peranannya,

Pengadilan Agama Gresik membuat program kerja sama dengan

MUI Gresik berupa program pelayanan konseling nikah dini terlebih

dahulu yang oleh Pengadilan Agama Gresik disebut "SELINA".

Program tersebut merupakan satu dari sembilan inovasi pelayanan

publik unggulan Pengadilan Agama Gresik. Jadi, Selina merupakan

program pelayanan konseling yang bekerja sama dengan MUI

Kabupaten Gresik untuk disampaikan kepada pasangan yang akan

mengajukan permohonan dispensasi nikah agar dapat memberikan

mereka terkait kesiapan mental dalam menjalani hidup rumah tangga

kedepannya.

"Usaha peran PA dalam mengatasi tingginya angka


permohonan dispensasi nikah adalah dengan pemohon/calon
pasangan akan diberikan konseling terlebih dahulu, disitulah
disampaikan terkait segala hal dan resiko perkawinan usia dini,
karena perceraian kadang berasal dari pasangan yang

7
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pasal 64A ayat (1)
56

melakukan perkawinan usia dini. Konseling tersebut dilakukan


dengan harapan supaya mereka menyadari dan berpikir ulang
serta mencabut perkaranya untuk menahan diri sehingga bisa
menunda perkawinannya sampai usia 19 tahun." 8

Dalam mengatasi permohonan dispensasi nikah tentunya ada

banyak peran yang ingin mencegah dan mengatasi permohonan

tersebut dari pihak Pengadilan Agama Gresik dan MUI Gresik. Peran

yang dilakukan pada awalnya adalah pihak pelayanan terpadu di

garda terdepan. Namun setelah "lolos" dari pihak pelayanan terpadu,

maka lanjut ke tahap bimbingan konseling oleh MUI Gresik.

"Tentunya secara terstruktur, dari pengajuan berkas sampai


persidangan, orang-orang yang dilalui oleh pemohon ini
semuanya punya andil dalam mencegah permohonan dispensasi
nikah. Dan yang paling awal adalah di bagian pelayanan,
tentunya setelah bertanya-tanya terkait pengajuan berkas dan
segala macam, bagian pelayanan tersebut tidak langsung
mengiyakan dan menerima permohonan tersebut. Ada
komunikasi dan interaksi secara tidak langsung untuk
mencegah adanya permohonan tersebut. Langkah pencegahan
permohonan dispensasi nikah adalah dengan cara
menasihatinya melalui pendekatan psikologis." 9

Di tahap persidangan pun wajib mendatangkan orangtua dari

kedua belah pihak calon pengantin agar diberikan kembali nasihat

melalui pendekatan psikologis dan memahami resiko nantinya

setelah anaknya menikah. Dengan adanya kehadiran orangtua di

persidangan, maka Hakim dapat menggali sejauh mana kepentingan

anak dan orangtua itu.

8
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri, Hakim Pengadilan Agama Gresik,
Gresik, tanggal 23 Maret 2022.
9
Ibid.
57

"Kita hadirkan orangtua untuk kita lihat kepentingan anak


untuk menikah, dan kepentingan orangtuanya, kondisi
pernikahannya bagaimana, apakah dipaksa atau tidak, kita gali
materinya disitu."10
b. Peran Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Gresik

Peran MUI Gresik disini adalah sebagai pihak pembantu

dalam memberikan bimbingan konseling bagi pasangan yang

mengajukan permohonan dispensasi nikah. Pihak MUI didatangkan

guna memberikan pengetahuan terkait keagamaan dan kehidupan

rumah tangga nantinya setelah menikah.

"Sebagai pihak pembantu untuk memberikan konseling kepada


calon pasangan nikah usia dini, sehingga dapat meringankan
tugas PA yang setiap hari sangat banyak persidangan. Dari PA
sendiri juga ketika banyak pemohon juga tidak bisa, oleh
karena itulah dengan adanya program kerja sama ini dapat
meringankan tugas PA. Kadang saya jam setengah 8 sudah
sampai sana (PA), sudah banyak sekali yang datang ingin
mengajukan/antri menunggu proses persidangan. Karena
apabila sudah dipanggil saat persidangan, proses konseling
tidak dapat dilakukan." 11

C. Proses Bimbingan Konseling Selina oleh MUI Gresik di Pengadilan

Agama Gresik

Pelaksanaan program konseling MUI Gresik yang diadakan oleh

Pengadilan Agama Gresik merupakan suatu bentuk penerapan visi misi dan

tupoksi Pengadilan Gresik yakni meningkatkan kualitas pelayanan hukum

10
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri, Hakim Pengadilan Agama Gresik,
Gresik, tanggal 03 Juni 2022.

11
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
58

yang berkeadilan, serta meningkatkan pengawasan dan pembinaan. Namun,

sebelum adanya program bimbingan konseling dengan Majelis Ulama'

Indonesia Kabupaten Gresik, Pengadilan Agama Gresik mengadakan

konseling secara mandiri berupa tanya jawab via whatsapp antara calon

pengantin dengan Hakim karena kondisi pandemi covid-19 ini.

Kemudian semenjak adanya program konseling MUI Gresik yang

diadakan di Pengadilan Agama Gresik inilah program "konseling online"

tersebut diganti menjadi bimbingan konseling nikah dini secara langsung

dan tatap muka namun tetap menjaga protokol kesehatan yang dinamakan

"SELINA" tersebut.12

Berikut pernyataan Ibu Rustin selaku jurusita yang mengikuti adanya

pelaksanaan penandatanganan program kerja sama tersebut.

"Semenjak adanya peningkatan permohonan tersebut akhirnya


dilakukanlah program kerja sama tersebut dalam bentuk SELINA,
konseling pernikahan dini. Pelayanan konseling tersebut adalah
untuk pasangan yang akan mengajukan dispensasi nikah/nikah
dini agar dapat memberikan mereka kesiapan mental dalam
menjalani rumah tangga. Nah, Program ini bekerja sama dengan
pihak MUI Kab. Gresik, kerja sama ini diharapkan dapat
menyelesaikan perkara permohonan pernikahan dini serta
memberikan edukasi persiapan mental pranikah kepada para
pemohon dispensasi nikah."13

Kemudian dalam pelaksanaan teknis dari pihak Majelis Ulama'

Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik, selaku pihak yang membantu menjadi

konselor dengan menjadi pemateri konseling, awalnya setiap hari pihak MUI
12
Draft Perjanjian Kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI Kabupaten
Gresik tentang "Konseling Bagi Pasangan yang Hendak Nikah Dini".
13
Wawancara dengan Ibu Rustin, Jurusita Pengadilan Agama Gresik, Gresik, tanggal 23
Maret 2022.
59

mengirimkan sebanyak 2 (dua) konselor dari Komisi Pemberdayaan

Perempuan, Anak dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, yakni Ibu Hj. Hajar

Idris dan Ibu Hj. Endang Herawaty, S.Psi. Dalam sehari tersebut di saat

permohonan pengajuan dispensasi nikah yang cukup tinggi, 1 konselor bisa

menangani 3-6 calon pasangan nikah usia dini dalam satu hari dan kurang

lebih 1 jam untuk 1 calon pasangan. Apabila yang mengajukan permohonan

dispensasi nikah cukup banyak, maka dikumpulkan dalam satu hari terkait

persidangan pengajuan dispensasi nikah, yakni biasanya hari Jumat.

1. Penyampaian Nasihat ketika Bimbingan Konseling oleh MUI

Gresik

Dalam bimbingan konseling yang beliau sampaikan, beliau ingin

mengetahui latar belakang dari calon pasangan nikah usia dini terlebih

dahulu, seperti contoh salah satu penyebab permohonan dispensasi

nikah di Kabupaten Gresik adalah kurangnya pemahaman keagamaan.

Setelah diketahui latar belakangnya tersebut, beliau akan menyampaikan

nasihat-nasihat keagamaan, resiko yang akan dihadapkannya kelak,

seperti contoh berikut :

"Awalnya saya lihat terlebih dahulu latar belakangnya mas, kalau


sudah diketahui, baru nanti saya beri pemahaman sesuai dengan
penyebabnya. Contoh seperti ini, ada juga calon pasangan yang
ingin menikah usia dini, memang pengetahuan keagamaannya
kurang, kemudian mereka terjebak pada pergaulan bebas hingga
perempuan sudah hamil 5 bulan, akhirnya setelah 5 bulan tersebut
baru berani bicara kepada orangtua terkait apa yang ia alami,
kemudian respon orangtua kepada anak tersebut marah, dan saya
bertanya kembali kepada anak tersebut "terus kamu gimana?",
anak tersebut menjawab "ya mau gimana lagi bu". Berarti
memang pemahaman terkait keagamaan kepada anak sangat
60

kurang mas. Dan saya pun banyak yang menemukan kurangnya


pengetahuan keagamaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perilaku itu pada dasarnya mereka belum paham. Saya pun juga
bilang kepada mereka "kalau kamu melakukan seperti itu tadi
tidak mandi wajib, maka kan solatnya tidak sah, amaliyah yang
lain juga tidak sah". Kebanyakan calon pasangan yang seperti ini
berasal dari daerah Gresik bagian selatan. Jadi kebanyakan daerah
situ pengetahuan keagamaan masih kurang, dan membuat
masyarakat masih goyah, sehingga peta dakwah MUI kearah
daerah tersebut adalah tauhidnya yang harus diperdalam."14

Setelah dilakukan bimbingan konseling tersebut, para calon

pasangan nikah usia dini pun menyadari bahwa perilaku yang mereka

lakukan salah (hamil di luar nikah), sehingga beliau pun segera

menyuruhnya untuk bertaubat kepada Allah swt. Kemudian jika menemui

pasangan yang belum hamil di luar nikah dengan alasan ingin cepat

nikah, maka beliau menyarankan untuk menunggu terlebih dahulu dengan

menyampaikan bahwa hal tersebut sudah ada peraturannya di Indonesia.

Selain itu, disampaikan juga persiapan mental pranikah dan resiko setelah

terjadi pernikahan nantinya. Setelah semuanya disampaikan, maka calon

pasangan nikah usia dini menunggu proses persidangan mereka oleh

Hakim Pengadilan Agama.

2. Penyampaian Nasihat oleh Hakim saat Persidangan

Dalam persidangan dispensasi nikah di Pengadilan, Majelis

Hakim harus menyampaikan nasihat kepada pemohon, anak, calon

14
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
61

suami/istri, orangtua calon suami/istri. 15 Nasihat tersebut bisa berupa efek

dari pernikahan dini, kebiasaan bagi orang yang menikah dini, dan hal

lain yang dapat menyebabkan perceraian dini. Hal ini dilakukan agar

kesiapan mental calon pengantin yang ingin menikah dini dapat terbentuk

dengan baik, sehingga apabila terdapat prahara dalam rumah tangganya,

mereka akan siap menghadapinya. Selain pemberian nasihat kepada calon

pengantin, Majelis Hakim juga harus menyampaikan nasihat kepada

orangtua calon pengantin tersebut.

"Jadi kita jelaskan semuanya terkait hal itu, seperti hal-hal yang
akan muncul bagi pasangan yang menikah dini dan kesiapan
mental mereka saat nanti ketika ada prahara dalam rumah
tangganya yang dulu cukup mental untuk menghadapinya, maka
kita mengajak & kita sampaikan kepada orangtuanya bahwa dia
bisa lepaskan kedua pasangan ini, karena pasangan ini masih
dibawah umur, jadi orangtua harus membimbing mereka sampai
cukup dewasa untuk mandiri dalam berumah tangga". 16
Secara tidak langsung, Hakim juga memberikan

konseling/pandangan-pandangan sebelum keinginan para pihak itu

dilanjutkan.

D. Permohonan Dispensasi Nikah di Kabupaten Gresik

1. Faktor Penyebab Terjadinya Permohonan Dispensasi Nikah di

Kabupaten Gresik

Latar belakang terjadinya perkawinan di bawah umur, sejalan

dengan adanya penyimpangan terhadap Pasal 7 dalam UU No.16 Tahun

15
Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019, Pasal 12 ayat (1).
16
Wawancara dengan Bapak Munawar Khalil, Hakim Pengadilan Agama Gresik,
Gresik, tanggal 03 Juni 2022.
62

2019, di mana Pengadilan Agama dapat memberikan dispensasi, bukan

berarti dispensasi untuk membuka kemungkinan terjadinya perkawinan

di bawah umur, namun untuk membuka kemungkinan terjadinya

perkawinan tersebut apabila dalam keadaan terpaksa, misalnya karena

hamil di bawah umur namun belum menikah. 17 Hal ini sama halnya yang

terjadi di Kabupaten Gresik, di mana faktor-faktor penyebab permohonan

dispensasi nikah di Kabupaten Gresik sangat berkaitan antara satu

dengan yang lain dengan berawal dari kurangnya perhatian dari orangtua

hingga terjadinya hamil diluar nikah. Sebagaimana pernyataan Bapak

Kamaruddin Amri selaku Hakim Pengadilan Agama Gresik :

"Faktornya bermacam-macam, khusus di Gresik menurut dugaan


saya, lebih mengerucut kepada faktor utama bahwa pergaulan di
Kota Gresik sudah semakin marak dan bebas, akhirnya dengan
adanya pergaulan bebas tersebut, terjadilah pacaran hingga hamil di
luar nikah. Selain itu, faktor kurangnya peran orangtua dalam
bertanggungjawab kepada anak di Gresik, karena tuntutan zaman
yang sudah modern dan serba gampang membuat orangtua sibuk
dan ingin melepas tanggungjawab anaknya."18

Dari hasil wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri di atas,

faktor pergaulan bebas dan kurangnya pengawasan dari orangtua lebih

dominan dalam menyebabkan tingginya permohonan dispensasi nikah

yang berakibat pernikahan di bawah umur.

17
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Tanjungkarang: PT. Citra Aditya
Bakti, 1995), hlm. 93.
18
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri, Hakim Pengadilan Agama Gresik,
Gresik, tanggal 23 Maret 2022.
63

Tidak hanya itu, faktor lainnya yang menjadi penyebab pengajuan

permohonan dispensasi nikah yang cukup tinggi di Kabupaten Gresik ini

adalah faktor ekonomi, dan kurangnya pengetahuan keagamaan. Faktor

ekonomi biasanya berasal dari orangtua yang berpenghasilan menengah

kebawah, sehingga dengan menikahkan anaknya dengan orang lain akan

meringankan beban orangtua, sehingga terjadilah pengajuan permohonan

dispensasi nikah di Pengadilan Agama. Selain itu, kurangnya pemahaman

tentang keagamaan juga menjadi faktor pengajuan permohonan dispensasi

nikah. Biasanya hal ini terjadi di wilayah Gresik bagian selatan seperti

daerah Kecamatan Cerme, Balongpanggang, Benjeng. Berikut pernyataan

dari Ibu Hajar Idris selaku dari pihak MUI :

"Mengambil dari kacamata MUI juga karena saya kerja di MUI ya,
itu sebenarnya karena minimnya pengetahuan agamanya seperti
jarang solat, sehingga kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain juga
masih terhambat dan tidak menyibukkan diri untuk mengikuti
pengajian dan lain sebagainya. Dengan kerja samanya oleh MUI,
ingin lebih memberikan pengetahuan keagamaan kepada calon
pasangan nikah usia dini agar kesalahan yang telah dilakukan tidak
diulangi kembali di kemudian hari. Di sisi lain, pemahaman terkait
kesiapan pemberian nafkah juga kurang pada calon pasangan usia
dini ini, banyak dari mereka yang belum mandiri dan masih butuh
orangtua untuk menjalani hidup kedepannya."19

Kurangnya pengetahuan keagamaan di beberapa daerah di Gresik

menjadi sebuah keresahan bagi MUI Gresik dalam menjalankan tugasnya

sebagai sebuah lembaga yang memberikan pengetahuan keagamaan. Hal

ini tentunya menjadi hambatan/tantangan oleh MUI Gresik dalam

19
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
64

menyebarkan misi tersebut. Bahkan Ibu Hajar Idris dari pihak MUI

Gresik pun masih menemukan masyarakat yang belum bisa mengaji/baca

tulis arab. Begitu pun masih ditemukan juga kurangnya kesiapan dalam

memberikan nafkah oleh calon suami, dan masih mengandalkan

orangtua, karena anak-anak muda/remaja sekarang hanya tahu mengenai

pacaran saja dan belum ada kesiapan dalam urusan menafkahi. Akhirnya,

mereka mengambil jalan instannya dengan cara mengajukan permohonan

dispensasi nikah agar dapat segera dilakukan perkawinan walau masih di

bawah umur.

2. Data Pengajuan Dispensasi Nikah

Berikut data pengajuan permohonan dispensasi nikah di

Pengadilan Agama Kabupaten Gresik dari tahun 2019 : 20

Daftar Tabel

No. Bulan Tahun Perkara Masuk

1. Januari 2019 8

2020 48

2021 29

2022 25

2. Februari 2019 7

2020 16

2021 20

20
Data Permohonan Dispensasi Nikah Pengadilan Agama Gresik, tanggal 26 Juni 2022.
65

2022 7

3. Maret 2019 4

2020 22

2021 26

2022 18

4. April 2019 4

2020 26

2021 35

2022 19

5. Mei 2019 6

2020 21

2021 19

2022 21

6. Juni 2019 3

2020 29

2021 55

2022 27

7. Juli 2019 5

2020 42

2021 19

8. Agustus 2019 6

2020 18
66

2021 19

9. September 2019 6

2020 23

2021 22

10. Oktober 2019 9

2020 28

2021 31

11. November 2019 24

2020 30

2021 31

12. Desember 2019 18

2020 14

2021 25

Tabel 1. Data Pengajuan Permohonan Dispensasi Nikah

Catatan :
Jumlah kasus permohonan dispensasi nikah pada pada tahun :
 2019 berjumlah 100 kasus
 2020 berjumlah 317 kasus
 2021 berjumlah 331 kasus
 2022 berjumlah 117 kasus sampai dengan Bulan Juni

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah

permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Gresik dari tahun ke

tahun. Kenaikan dari tahun 2019 ke tahun 2020 dikarenakan berubahnya

regulasi batas minimal usia menikah pada UU No. 16 Tahun 2019 yang

diterapkan pada bulan Oktober tahun 2019. Dan karena pelaksanaan


67

program konseling baru dimulai pertengahan tahun 2021, masih belum

menunjukkan penurunan yang signifikan hingga akhir tahun 2021.

Namun dari tahun 2022 hingga bulan Juni, tercatat sebanyak 117 kasus.

3. Data Calon Pengantin yang Mengikuti Konseling Bersama MUI

Gresik

Perlu diketahui bahwa untuk mengikuti konseling bersama MUI,

dilaksanakan setelah mendaftarkan perkaranya ke Pengadilan Agama

Gresik dan sebelum memasuki tahap persidangan, berikut ini data

pemohon dispensasi nikah yang telah mengikuti bimbingan konseling

bersama MUI Gresik : 21

Daftar Tabel

No. Tahun Bulan Banyak Hasil Lanjut Hasil Tidak


Data Menikah Lanjut
Menikah
1. Juni 46 46 0

2. Juli 31 30 1

3. Agustus 10 9 1
2021

4. September 22 22 0

5. Oktober 37 37 0

6. November 28 27 1

7. Desember 26 26 0
2
0
2
2

8. Januari 20 20 0

9. Februari 11 11 0

21
Ibid.
68

10. Maret 14 14 0

11. April 20 20 0

12. Mei 20 20 0

13. Juni 27 26 1

14. Total 312 308 4

Tabel 2. Data Pemohon yang Mengikuti Bimbingan Konseling

Data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 312 yang sudah

mendaftarkan perkaranya di Pengadilan Agama Gresik, sebanyak 308

perkara jadi melangsungkan pernikahan di bawah umur dan hanya 4

perkara yang tidak melanjutkan pernikahan di bawah umur.

E. Respon Masyarakat Pelaku Permohonan Dispensasi Nikah Terhadap

Adanya Program Konseling

Berkaitan dengan beberapa faktor pada sub bab sebelumnya, penulis

juga melakukan wawancara dengan 5 pasangan narasumber yang merupakan

pelaku dispensasi nikah dan telah memperoleh bimbingan dari MUI sebelum

masuk persidangan. Berikut ini wawancara dengan 5 pasangan narasumber

pelaku permohonan dispensasi nikah :

1. Pasangan Hizbullah Huda dan Rizky Nur Safitri


(391/Pdt.P/2021/PA.Gs)
Usia : 43 tahun (Hizbullah Huda), 18 tahun (Rizky Nur Safitri)
Pendidikan : SMA (Hizbullah Huda), SMA (Rizky Nur Safitri)
Pekerjaan : Jasa pasang pipa (Hizbullah Huda), ibu rumah tangga
(Rizky Nur Safitri)
Alamat : Sungonlegowo, Bungah Gresik
69

Alasan yang mendasari mereka untuk melakukan permohonan

dispensasi nikah adalah hanya ingin segera menikah. Sebelum

melakukan dispensasi nikah, awalnya sudah mengajukan berkas ke

KUA Bungah, namun ditolak karena alasan belum cukup umur. Pihak

KUA menyuruh untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah dan

melakukan proses persidangan di kantor Pengadilan Agama Gresik

terlebih dahulu. Sempat berpikir ini mau dilanjutkan ke Pengadilan

Agama atau ditunda. Akhirnya mereka pun mendaftarkan perkaranya ke

Pengadilan Agama Gresik pada tanggal 20 September 2021, dan

dijadwalkan sidang pada tanggal 24 September 2021.

"Saya lanjutin aja pak. Di saat persidangan, Hakim meminta


keterangan bahwa saya hanya ingin benar-benar menikah sama
bapak Hizbullah Huda."22

Di sisi lain, keberadaan rumah yang berdekatan dan perjodohan

dari orangtua juga melatarbelakangi hal itu.

"Awalnya saya ada kepikiran maun menolak, tapi karena


orangtua dan saya jalaninya lama-lama masyaAllah gitu.
Sebelumnya saya juga pacaran, namun saya tinggal dan demi
mengikuti keinginan orangtua, lama-lama kayak enak gitu."23

Kemudian sebelum memasuki persidangan, pasangan tersebut

melaksanakan bimbingan konseling bersama dengan pihak MUI Gresik,

Ditanya terkait hamil di luar nikah, paksaan. Mereka menjawab, tidak

dan benar-benar berasal dari hati yang paling dalam untuk benar-benar

22
Wawancara dengan Mbak Rizky istri Mas Hizbullah Huda, tanggal 14 Juni 2022.
23
Wawancara Mas Hizbullah Huda suami Mbak Rizky, tanggal 14 Juni 2022.
70

menikah. Setelah dinasihati oleh konselor tersebut, dalam kenyataannya

real dilakukan oleh suami (Hizbullah Huda) dan memperlakukannya

dengan baik.

Saat konselor menanyakan terkait penundaan umur sebelum usia

19 tahun, Mbak Rizky tidak dapat menundanya karena semua persiapan

pernikahan telah ditetapkan".24

Pasangan tersebut memperoleh hasil nasihat setelah konseling

dari pihak MUI berupa gambaran kehidupan rumah tangga setelah

menikah bahwa kepada suami/istri harus selalu bersikap baik, istri taat

kepada suami, suami harus selalu menyayangi istri".25

Ketika persidangan dispensasi nikah, semua pihak yang terlibat

seperti orangtua (pihak suami) ikut, saat itu Hakim Tunggal telah

memberikan nasihat kepada pasangan dan orang tuanya mengenai

ketentuan batas usia perkawinan sampai anak tersebut genap berumur

19 tahun, dan dampaknya terhadap :

- Kemungkinan berhentinya pendidikan anak;

- Berkelanjutan anak dalam menepuh wajib belajar 12 tahun;

- Hal-hal yang terkait dengan reproduksi anak;

- Potensi terjadinya perselisihan dan kekerasan dalam rumah

tangga;

24
Wawancara Mbak Rizky istri Mas Hizbullah Huda, tanggal 14 Juni 2022.
25
Wawancara Mas Hizbullah Huda suami Mbak Rizky, tanggal 14 Juni 2022.
71

Akan tetapi nasihat Hakim tersebut tidak berhasil, karena

Pemohon mendalilkan telah terjadi hal-hal yang bersifat darurat

perkawinan.26

Hakim juga menanyakan terkait hubungan keluarga, ada unsur

paksaan, mereka pun menjawab tidak ada dan ini benar-benar berdua

menjalaninya sama-sama suka".

"Memang sudah benar-benar ingin menikah antara saya dan


suami untuk melangsungkan pernikahan, pikirannya sudah
dewasa sekali mangkannya saya itu suka, Persidangan juga
alhamdulillah berjalan lancar, Hakim tidak mau menerima
apabila ada perceraian dalam rumah tangga karena umur belum
sampai. Setelah mendengar penyampaian Hakim saya juga akan
menjalaninya dan menerima dengan segala resiko yang ada
setelah menikah".27

Hakim juga telah mempertimbangkan bahwa Mbak Rizky Nur

Safitri sudah baligh dan menurut penilaian Hakim di depan sidang ia

telah cukup matang baik fisik maupun mentalnya untuk menjadi seorang

istri serta sekarang sudah saling mencintai dan bergaul akrab antara adik

Pemohon dengan calon suaminya (Mas Hisbulloh Huda), maka

kekhawatiran yang muncul apabila tidak segera dinikahkan akan lebih

banyak madharatnya dari pada maslahatnya adalah cukup beralasan

menurut hukum.

Bahwa berdasarkan fakta dan pertimbangan tersebut, maka Hakim

berpendapat permohonan Pemohon untuk menikah dipandang lebih

26
Putusan PA Gresik No. 391/Pdt.P/2021/PA.Gs, hlm. 9.
27
Wawancara Mbak Rizky istri Mas Hizbullah Huda, tanggal 14 Juni 2022.
72

besar maslahah dan manfaatnya dari pada mafsadatnya, sesuai dengan

qaidah fiqhiyyah :

‫تصرف اإلمام على الرعية منوط بالمصلحة‬

Yang berarti bahwa kaidah di atas terkait tindakan imam

(pemimpin, dalam hal ini adalah Hakim) terhadap rakyat (dalam hal ini

adalah pemohon) harus dihubungkan dengan kemaslahatan rakyatnya.

berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, dihubungkan dengan

ketentuan pasal 7 dan pasal 8 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang

sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2019 serta

Pasal 53 Kompilasi Hukum Islam, maka berpendapat bahwa dalil

permohonan Pemohon cukup beralasan dan berdasar hukum, oleh

karenanya permohonannya dapat dikabulkan. 28

Di sisi lain, sebelumnya pasangan tersebut juga pernah mendengar

bahwa usia nikah minimal 19 tahun responnya pun tidak masalah, tetap

tidak menunggu, dan bisa menerima semua resikonya. Bahkan tanggal

pernikahan mereka pun sudah ditetapkan dan tidak bisa diundur,

orangtua Mbak Rizky juga sudah tidak ada, semua sudah ditetapkan,

jadi terpaksa mereka mengambil jalan itu, umur suami (Hizbullah Huda)

juga sudah berkelanjutan. Bisa dikatakan tertolong oleh usia suami

mbak Rizky.

28
Putusan PA Gresik No. 391/Pdt.P/2021/PA.Gs, hlm. 14.
73

2. Pasangan Bahrul Ulum dan Puspita Nabila Maysaroh


(397/Pdt.P/2021/PA.Gs)
Usia : 18 tahun (keduanya)
Pendidikan : SMP (keduanya)
Pekerjaan : swasta (Bahrul Ulum), ibu rumah tangga (Puspita Nabila
Maysaroh)
Alamat : Gosari, Ujungpangkah, Gresik
Selain faktor lamanya berpacaran, pasangan Bahrul Ulum dan

Puspita juga didukung karena faktor kurangnya pengwasan dari

orangtua. Mbak Puspita ditinggal orangtuanya saat masih kecil, hanya

tinggal sendiri di rumah dan sudah berpacaran dengan calon suami (Mas

Bahrul Ulum), sehingga terdapat faktor ketidaknyamanan berupa sanksi

sosial dalam masyarakat yang berasal dari tetangga karena di rumah

sudah tidak ada orang selain dirinya dan calon suami (Mas Bahrul

Ulum) juga sering berkunjung ke rumahnya. Akhirnya mereka berdua

ingin menikah karena sudah berpegang teguh pada pilihannya dan

mengajukannya ke KUA Ujungpangkah.

"KUA tersebut menerima tetapi umurnya masih belum


mencukupi, jadi kan sidang dispensasi di Pengadilan Agama.
Sebenarnya secara agama sudah sah namun secara
pemerintahan kan belum".29

Selain itu, Faktor suka sama suka dan sudah berpacaran lama

menjadi keinginan mereka berdua untuk menikah dan ingin melanjutkan

ke jenjang yang lebih serius. Dan akhirnya sesuai dengan arahan KUA

Ujungpangkah, mereka berdua mengajukan permohonan dispensasi

29
Wawancara Mas Bahrul Ulum suami Mbak Puspita, tanggal 14 Juni 2022.
74

nikah di Pengadilan Agama Gresik pada tanggal 20 September 2021 dan

dijadwalkan sidang pada tanggal 24 September 2021.

Saat bimbingan konseling mereka pun dinasihati bahwa kalau

menikah ini seumur hidup, tidak boleh dibuat untuk permainan, karena

kasus perceraian dini dapat terjadi karena adanya nikah di bawah umur

tersebut.30 Kemudian ditanya oleh pihak MUI terkait penundaan usia

nikah sampai 19 tahun,

"Ya lebih cepat lebih baik juga, apalagi tidak merasa enak juga
dengan tetangga", 31

Saat persidangan Hakim tidak spesifik menginterogasi pasangan,

lebih kepada menanyakan kepada saksi-saksinya (tetangga), ditanya

mengenai apakah benar-benar mereka pacaran atau dijodohkan atau

dipaksakan, dan kepada saksinya juga ditanyakan mengenai apakah

pernah mengetahui Mas Bahrul masuk ke rumahnya atau tidak. Hakim

hanya bertanya kepada narasumber terkait keadaan hamil di luar nikah

atau tidak, sudah berapa tahun berpacaran.32

Hakim juga telah memberikan nasihat kepada pasangan dan

orang tuanya mengenai ketentuan batas usia perkawinan sampai anak

tersebut genap berumur 19 tahun, dan dampaknya terhadap :

- Kemungkinan berhentinya pendidikan anak;

- Berkelanjutan anak dalam menepuh wajib belajar 12 tahun;

30
Wawancara Mbak Puspita istri Mas Bahrul Ulum, tanggal 14 Juni 2022.

31
Wawancara Mas Bahrul Ulum suami Mbak Puspita, tanggal 14 Juni 2022.
32
Wawancara Mbak Puspita istri Mas Bahrul Ulum, tanggal 14 Juni 2022.
75

- Hal-hal yang terkait dengan reproduksi anak;

- Potensi terjadinya perselisihan dan kekerasan dalam rumah

tangga;

Setelah ditanyakan perihal di atas, Hakim akhirnya Menimbang,

bahwa kedua pasangan sudah baligh dan menurut penilaian Hakim

didepan sidang ia telah cukup matang baik fisik maupun mentalnya

untuk menjadi seorang suami serta saling mencintai dan bergaul akrab,

maka kekhawatiran yang muncul jika tidak segera dinikahkan akan

lebih banyak madharatnya dari pada maslahatnya adalah cukup

beralasan menurut hukum. 33

Bahwa berdasarkan fakta dan pertimbangan tersebut, maka

Hakim berpendapat permohonan Pemohon untuk menikah dipandang

lebih besar maslahah dan manfaatnya dari pada mafsadatnya, sesuai

dengan qaidah fiqhiyyah :

‫تصرف اإلمام على الرعية منوط بالمصلحة‬

Yang berarti bahwa kaidah di atas terkait tindakan Imam

(pemimpin, dalam hal ini adalah Hakim) terhadap rakyat (dalam hal ini

adalah pemohon) harus dihubungkan dengan kemaslahatan rakyatnya.

berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, dihubungkan dengan

ketentuan pasal 7 dan pasal 8 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang

sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2019 serta

Pasal 53 Kompilasi Hukum Islam, maka berpendapat bahwa dalil

33
Putusan PA Gresik Nomor 397/Pdt.P/2021/PA.Gs., hlm. 12-13.
76

permohonan Pemohon cukup beralasan dan berdasar hukum, oleh

karenanya permohonannya dapat dikabulkan. 34

Respon terkait minimal usia nikah 19 tahun mereka menganggap

kalau di daerahnya banyak yang melakukan seperti itu (dispensasi

nikah). Kemudian pihak dari KUA merespon kalau ingin melanjutkan

pernikahan, harus melalui sidang dulu di Pengadilan Agama.

Pihak pasangan juga sudah teguh dengan prinsipnya yakni "lebih

cepat lebih baik, dan tidak ingin tetangga memandang buruk

terhadanya".35 Sebenarnya juga orangtua dari mas Bahrul juga sudah

mengetahui dan menyampaikannya kepada mas Bahrul bahwa ia belum

cukup umur untuk melakukan pernikahan.

3. Pasangan Avivah Auliya Ramadhani dan Agus Yoga Hermawan


(518/Pdt.P/2021/PA.Gs)
Usia : 23 tahun (Agus Yoga Hermawan) dan 17 tahun (Avivah
Auliya Ramadhani)
Pendidikan : SMP (Avivah Auliya Ramadhani) dan SMA (Agus Yoga
Hermawan)
Pekerjaan : buruh las (Agus Yoga Hermawan), ibu rumah tangga
(Avivah Auliya Ramadhani)
Alamat : Gadingwatu, Menganti, Gresik
Alasan yang mendasari adalah bahwa mereka sudah pacaran 2

tahun dari umur 15 tahun, dan tidak ingin terjadi hal yang tidak

diinginkan berupa sanksi sosial dalam masyarakat yang berasal dari

34
Ibid, hlm. 13.
35
Wawancara Mas Bahrul Ulum suami Mbak Puspita, tanggal 14 Juni 2022.
77

tetangga, orangtua juga sudah mengetahui dan merestui hubungannya

sehingga ingin segera dipercepat untuk melakukan pernikahan. Mas

Agus juga sering berkunjung ke rumah Mbak Avivah sewaktu pacaran

dan tetangga juga sudah mengetahuinya. Setelah waktunya tiba,

pasangan ini mengajukan berkasnya ke KUA Menganti melalui "pak

mudin"/tokoh agama yang ada di sana. 36 Dan sesuai arahan dari KUA

Menganti, diminta untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah di

Pengadilan Agama Gresik. Akhirnya diajukanlah permohonan

dispensasi nikah tersebut ke Pengadilan Agama Gresik pada tanggal 16

November tahun 2021 dan dijadwalkan sidang pada tanggal 19

November 2021.

Perlu diketahui juga bahwa di tempat Mas Agus dan Mbak

Avivah juga masih banyak yang melakukan dispensasi nikah/nikah dini

dan faktornya adalah hamil di luar nikah.

Saat bimbingan konseling seingat narasumber, diberikan nasihat

oleh MUI terkait gambaran rumah tangga setelah menikah, antisipasi

hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga, hingga pernikahan

tidak bisa dibuat sebagai permainan.

"Ya dikasih nasihat dari sananya, ya dikasih tau kalau rumah


tangga itu seperti ini, jangan sampai dibuat mainan, ada
pertengkaran dalam rumah tangga, ya disuruh jaga-jaga aja biar
gak masuk kesitu lagi kayak ada perceraian".37

36
Wawancara Mbak Avivah istri Mas Agus, tanggal 18 Juni 2022.
37
Wawancara Mas Agus suami Mbak Avivah, tanggal 18 Juni 2022.
78

Kemudian terkait penundaan usia perkawinan sampai 19 tahun,

kedua pasangan di atas juga tidak dapat menundanya karena sudah

direncanakan sebelumnya dan tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti sanksi sosial dari masyarakat.

"Tidak mau sih kalau ditunda, soalnya kan udah pacaran lama
tidak enak sama tetangga juga".38

Respon pasangan tersebut mengiyakan nasihat-nasihat yang

diberikan oleh konselor. Karena seperti sudah mantap dan tidak ragu

dengan keputusannya untuk menikah di usia 17 tahun (Mbak Avivah),

maka pasangan tersebut melanjutkan ke tahap persidangan. Konselor

ketika penyampaian bimbingannya terhadap pasangan ini juga tidak

memberikan catatan khusus dan hanya disampaikan secara lisan saja.

Ketika memasuki ruang persidangan, mereka membawa

orangtua, saksi seperti tetangga, untuk membuktikan bahwa mereka

sudah lama berpacaran dan membuktikan bahwa benar yang dibawa itu

orangtuanya dll. Hakim ketika di persidangan juga hanya menanyakan

terkait hamil di luar nikah, ada paksaan dari orangtua, ada perjanjian

orangtua terkait utang-piutang, Gaji suami, cukup dengan gaji tersebut,

dll.

"Tidak ada semuanya pak, benar-benar dari dalam hati,


Insyaallah saya juga cukup dengan gaji suami saya. Jadi
insyaallah sudah siap menjalaninya dengan baik kedepannya
dan menerima segala resiko yang ada".39

38
Wawancara Mbak Avivah istri Mas Agus, tanggal 18 Juni 2022.
39
Wawancara Mas Agus suami Mbak Avivah, tanggal 18 Juni 2022.
79

Akhirnya setelah Hakim mempertimbangkan menurut ketentuan

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.16

tahun 2019 tentang Perkawinan, dinyatakan bahwa “Perkawinan hanya

diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan

belas) tahun,” Sementara saat ini Mbak Avivah berumur 17 tahun 1

bulan, sehingga menurut Undang-Undang yang berlaku, bahwa Mbak

Avivah belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan. Akan

tetapi Mbak Avivah telah menunjukkan kedewasaannya dan telah baligh

sebagaimana dimaksud hukum Islam. Hakim juga menimbang bahwa

Mbak Avivah sudah baligh dan menurut penilaian Hakim di depan

sidang ia telah cukup matang baik fisik maupun mentalnya untuk

menjadi seorang istri serta sekarang sudah saling mencintai dan bergaul

akrab antara Mas Agus Yoga Hermawan, maka kekhawatiran yang

muncul jika anaknya tersebut tidak segera dinikahkan akan lebih banyak

madharatnya dari pada maslahatnya adalah cukup beralasan menurut

hukum. Sehingga penguat argumen Hakim dalam mengabulkan

permohonannya adalah sudah mantap dalam melakukan pernikahan,

orangtua juga sudah mendukung. 40

Saat ditanya mengenai respon usia minimal nikah 19 tahun

mereka pun sudah mengetahuinya dari tetangga sekitar. 41 Mas Agus juga

40
Putusan PA Gresik nomor 518/Pdt.P/2021/PA.Gs., hlm. 12.
41
Wawancara Mbak Avivah istri Mas Agus, tanggal 18 Juni 2022.
80

sebenarnya sudah mengetahui bahwa minimal usia nikah bagi

perempuan adalah 19 tahun, dan itu tidak terlihat masalah untuk mbak

Avivah. Pak Mudin sana juga memberitahu bahwa menikah harus

berusia minimal 19 tahun, kalau belum mencapai usia tersebut maka

harus mengajukan dulu ke Pengadilan Agama. 42

4. Pasangan Jepri dan Putri Indah Lailatul Maghfiroh


(468/Pdt.P/2021/PA.Gs.)
Usia : 23 tahun (Jepri) dan 18 tahun (Putri Indah Lailatul
Maghfiroh)
Pendidikan : SMK (Jepri) dan SMK (Putri Indah Lailatul Maghfiroh)
Pekerjaan : Kuli bangunan/serabutan (Jepri), ibu rumah tangga (Putri
Indah Lailatul Maghfiroh)
Alamat : Menunggal, Kedamean, Gresik

Alasan yang mendasari adalah bahwa mereka sudah pacaran

sebelumnya. Namun uniknya, pasangan Mas Jepri dan Mbak Putri

sudah melakukan lamaran kurang lebih 3 tahun (nikah 2021, lamaran

2018) yakni ketika mbak Putri berusia 15 tahun dan masih kelas 1 SMK.

Agar tidak terlalu lama jaraknya setelah lamaran dan bisa disegerakan

untuk menikah. 43 Sebelumnya Mas Jepri mengenal Mbak Putri ketika

hanya berkunjung ke desanya Mbak Putri. Kemudian sudah kenal satu

sama lain, akhirnya berpacaran dan tak lama pun lamaran pada tahun

2018. Jarak antara lamaran dan menikah adalah 3 tahun, menunggu dari

42
Wawancara Mas Agus suami Mbak Avivah, tanggal 18 Juni 2022.
43
Wawancara Mas Jepri suami Mbak Putri, tanggal 18 Juni 2022.
81

Mbak Putri kelas 1 SMK dan bisa menikah setelah lulus SMK. Ketika

lamaran pun, Mas Jepri sudah lulus SMK dan sudah kerja. Sudah diniati

sebelumnya kalau sudah lulus SMK langsung menikah. Di sisi lain juga,

di desa setempat mereka juga sudah banyak melakukan pernikahan di

bawah umur.

Respon orangtua terkait lamaran dari Mas Jepri, awalnya kaget

tiba- tiba belum berpacaran lama dengan Mas Jepri. Namun setelah

diyakinkan oleh Mbak Putri, akhirnya orangtuanya pun tidak masalah

dengan lamaran itu dan menyetujuinya. 44 Kemudian ketika bimbingan

konseling, ditanyakan terkait penundaan usia perkawinan hingga 19

tahun. Mereka pun juga menjawab tidak bisa karena sudah

ditetapkannya tanggal pernikahan. Bahkan, pasangan Mas Jepri dan

Mbak Putri juga sudah melakukan lamaran sebelumnya. 45 Hal tersebut

dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu,

mereka juga diberikan nasihat oleh pihak dari MUI terkait kewajiban

suami dan istri, gambaran setelah menikah, adanya paksaan dari

orangtua, hamil di luar nikah atau tidak.

"Suami harus membimbing istrinya dengan baik, solatnya


jangan sampai bolong, sudah benar-benar siap jadi suami/istri
atau belum".46

44
Wawancara Mbak Putri istri Mas Jepri, tanggal 18 Juni 2022.

45
Wawancara Mas Jepri suami Mbak Putri, tanggal 18 Juni 2022.

46
Wawancara Mbak Putri istri Mas Jepri, tanggal 18 Juni 2022.
82

Mereka menjawab bahwa ingin benar-benar dari hati yang paling

dalam untuk menikah, tidak ada paksaan dan tidak hamil di luar nikah.

Saat bimbingan berlangsung, konselor tidak memberikan catatan secara

khusus kepada pasangan tersebut, hanya diberi bimbingan secara lisan,

tanya jawab saja. Saat konselor menanyakan terkait penundaan umur

sebelum usia 19 tahun, pasangan tersebut juga tidak bisa menunda,

karena sudah ditetapkan tanggal pernikahannya. Apalagi pasangan Mas

Jepri dan Mbak Putri yang sudah melakukan lamaran 3 tahun

sebelumnya, sehingga tidak dimungkinkan lagi penundaannya. 47

Ketika persidangan dispensasi nikah antara Mas Jepri dan Mbak

Putri, semua pihak yang terlibat ikut, termasuk orangtua (pihak suami),

ditanya Hakim terkait hubungan keluarga, ada unsur paksaan, mereka

pun menjawab tidak ada dan ini benar-benar berdua menjalaninya sama-

sama suka. Selain itu, Hakim juga menanyakan terkait pekerjaan, gaji,

dan respon Mbak Putri menyanggupi bahwa gaji yang diberikan suami

sudah cukup.

"InsyaAllah cukup, "gajinya diberikan ke istri semua atau


gimana?". Ditanya juga terkait "hamil di luar nikah apa tidak?,
tidak pak".48

Setelah interogasi dan tanya jawab selesai, maka Hakim

mempertimbangkan bahwa anak Mas Jepri dan Mbak Putri ingin

melangsungkan pernikahan atas dasar cinta, tanpa adanya paksaan dari

47
Wawancara Mas Jepri suami Mbak Putri, tanggal 18 Juni 2022.

48
Wawancara Mbak Putri istri Mas Jepri, tanggal 18 Juni 2022.
83

pihak manapun, dan baik secara fisik maupun psikis telah siap untuk

melangsungkan perkawinan. 49

Pasangan di atas murni cinta satu sama lain berasal dari hati dan

tidak ada paksaan juga dari orangtua. Persidangan juga semuanya

lancar. Apa yang disampaikan Hakim saat persidangan juga kedua

pasangan tersebut siap menjalaninya dengan baik dan siap menerima

resiko yang ada setelah menikah. Pada pasangan Mas Jepri dan Mbak

Putri, penguat argumen Hakim dalam mengabulkan permohonannya

adalah telah ditetapkannya tanggal pernikahan sebelumnya dan

berjalannya lamaran selama 3 tahun dari tahun 2018, sehingga Hakim

mempertimbangkan terkait hal itu. 50

Sebelumnya pasangan Mas Jepri dan Mbak Puspita sudah

mengetahui bahwa batas usia menikah adalah usia 19 tahun dari pak

mudin setempat, namun responnya adalah jika ingin menikah tapi usia

masih belum 19 tahun, pihak KUA nya menolak, dan wajib mengikuti

persidangan di Pengadilan. Ketika ditanya terkait batas minimal usia

nikah 19 tahun, Mas Jepri menjawab,

"Ya setuju-setuju saja, ya umur juga tidak bisa dijadikan


sebagai jaminan/patokan untuk menikah, yang penting siap
secara mental, finansial, dll kalau sudah waktunya menikah ya
menikah, menurut saya juga masih ada orang yang sudah cukup
berumur namun pemikirannya masih kekanak-kanakan".51

49
Putusan PA Gresik nomor 460/Pdt.P/2021/PA.Gs., hlm. 12.

50
Wawancara Mas Jepri suami Mbak Putri, tanggal 18 Juni 2022.

51
Wawancara Mas Jepri suami Mbak Putri, tanggal 18 Juni 2022.
84

5. Pasangan AP dan ZEM (468/Pdt.P/2021/PA.Gs.)

Usia : 16 tahun (AP) dan 17 tahun (ZEM)


Pendidikan : SMP (AP) dan MTs (ZEM)
Pekerjaan : Masih sekolah
Alamat : Randegansari, Driyorejo, Gresik
Pada pasangan ini memang melakukan pernikahan di bawah

umur, namun alasannya dapat dibilang cukup unik, yakni Mbak ZEM

sudah hamil di luar nikah. Mereka berdua sudah lama saling kenal dari

TK setempat dan sudah pacaran sekitar 6 tahun hingga SMP, Mbak

ZEM sudah hamil kurang lebih 4 bulan ketika mengajukan permohonan

dispensasi nikah ke Pengadilan. Di sisi lain, pasangan ini juga benar-

benar ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius walaupun

keduanya masih di bawah umur. Tidak adanya sosialisasi setempat juga

menyebabkan terjadinya hal-hal tersebut. 52

Respon orangtua mengenai hal di atas mengetahui Mbak ZEM

hamil adalah ketika kandungannya masih berusia 4 bulan, seketika

kaget, dan Mbak ZEM meminta maaf sembari menjelaskan apa yang

sebenarnya terjadi.

"Ya kaget, marah, kenapa sudah seperti ini", terus minta maaf
sama menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." 53

Saat bimbingan konseling, pasangan berangkat ke persidangan

sekitar bulan september. Sebelumnya Konselor juga sempat kaget

52
Wawancara dengan Mbak ZEM istri Mas AP, tanggal 18 Juni 2022.

53
Wawancara dengan Mas AP suami Mbak ZEM, tanggal 18 Juni 2022.
85

melihat Mbak ZEM sudah hamil kemudian menasihati terkait kehidupan

rumah tangga setelah menikah dan punya anak,

"Siap-siap menjalani kehidupan rumah tangga saja, masnya


nanti menjadi bapak, mbaknya nanti juga menjadi ibu, kalau
nanti anaknya sudah lahir, dijaga dan dirawat baik-baik, dll".54

Mas AP juga mengatakan bahwa Konselor menyampaikan

catatan terkait pengetahuan keagamaan, seperti harus tetap dijaga

salatnya, diberikan pemahaman terkait doa bersetubuh, niat mandi

besar, dll.55

Saat berada di Pengadilan, yang mengajukan permohonan

dispensasi nikah adalah orangtua dari Mbak ZEM, kemudian menyusul

orangtua dari Mas AP. Ketika persidangan pasangan tersebut hampir

lupa semuanya yang terjadi ketika itu, hanya mengingat terkait

pekerjaan,

"Masih sekolah atau sudah kerja, kalau masih belum bekerja


orangtuanya disuruh jaga, sama disuruh selesaikan dulu
sekolahnya". 56

Namun sidang tersebut berjalan dengan lancar, tidak sampai 10

menit. Yang datang ketika persidangan adalah masing-masing orangtua

dan juga saksi.

Setelah selesai tanya jawab saat persidangan, maka Hakim

memutuskan bahwa oleh karena anak Mbak ZEM sudah baligh dan

54
Wawancara dengan Mbak ZEM istri Mas AP, tanggal 18 Juni 2022.

55
Wawancara dengan Mas AP suami Mbak ZEM, tanggal 18 Juni 2022.
56
Wawancara dengan Mbak ZEM istri Mas AP, tanggal 18 Juni 2022.
86

menurut penilaian Hakim di depan sidang ia telah cukup matang baik

fisik maupun mentalnya untuk menjadi seorang istri serta sekarang

sudah saling mencintai dan bergaul akrab Mas AP, bahkan Mbak ZEM

kini telah hamil 4 bulan, maka kekhawatiran Pemohon tidak segera

dinikahkan akan lebih banyak madharatnya dari pada maslahatnya

adalah cukup beralasan menurut hukum. Dan berdasarkan pasal 53 ayat

(1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa seorang wanita hamil diluar

nikah dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya, maka

kehamilan dari Mbak ZEM tersebut tidak menjadi penghalang bagi

dilangsungkannya perkawinan. Dan dengan pertimbangan di atas, maka

Hakim mengabulkan putusan tersebut. 57

Penguat argumen Hakim dalam mengabulkan permohonannya

adalah hamil di luar nikah (sudah mengandung 4 bulan) dan sudah kenal

lama sejak TK. Setelah persidangan, pasangan ini menikah selang

kurang lebih 2 minggu.

Respon minimal usia nikah 19 tahun, sebelumnya pasangan ini

belum mengetahui bahwa batas minimal usia nikah 19 tahun, namun

akhirnya diberitahu dari KUA Driyorejo untuk melalui proses

persidangan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan untuk menikah.

Sebelumnya pasangan ini juga sudah melakukan pernikahan siri dan

tanpa adanya lamaran setelah mengetahui bahwa Mbak ZEM sudah

mengandung anak. Ketika nikah siri, yang menikahkan adalah Pak Iwan

57
Putusan PA Gresik nomor 468/Pdt.P/2021/PA.Gs., hlm. 12-13.
87

sebagai pak mudin setempat. Setelah melewati proses persidangan dan

mengirim berkasnya di KUA, pasangan tersebut akhirnya akad lagi

untuk kedua kalinya di KUA Driyorejo setelah pernikahan siri

sebelumnya dan tanggalnya pun yang ditentukan oleh KUA. 58

Pasangan Mbak ZEM dan Mas AP memang sudah memiliki

anak, namun Mas AP masih belum bisa memberi nafkah secara mandiri

kepada Mbak ZEM karena masih belum memiliki pekerjaan dan mereka

berdua juga ingin meneruskan pendidikan "sekolah kejar paket" atau

sekolah yang hanya ingin memperoleh ijazah saja.

Berdasarkan wawancara 5 pasangan narasumber di atas, kebanyakan

dari mereka sudah berpacaran sejak lama, bahkan pasangan dari Mas AP dan

Mbak ZEM sudah mengenal dari TK dan Mbak ZEM juga sudah hamil di

luar nikah. Di sisi lain, ada yang sudah mengadakan lamaran saat usia masih

15 tahun kemudian menikah di usia 18 tahun yakni pasangan Mas Jepri dan

Mbak Putri. Terdapat juga pasangan yang usianya terpaut cukup jauh yakni

pasangan Mas Hizbullah Huda yang berusia 43 tahun dan Mbak Rizky yang

masih berusia 18 tahun ketika menikah, faktor penguatnya adalah usia Mas

Hizbullah Huda yang sudah 43 tahun ingin menyegerakan diri untuk segera

menikah dan tidak menunda-nundanya, selain itu mereka juga tetangga desa

dan orangtuanya sudah mengenal satu sama lain. Jadi, Kurangnya sosialisasi

di daerah tertentu ditambah lagi beberapa faktor seperti pergaulan bebas,

58
Wawancara dengan Mas AP suami Mbak ZEM, tanggal 18 Juni 2022.
88

sudah pacaran lama menjadi faktor utama banyaknya terjadi pernikahan

dini/permohonan dispensasi nikah di Kabupaten Gresik ini.

Dari penjelasan bab di atas, dapat diketahui bahwa faktor penyebab

masyarakat untuk melakukan permohonan dispensasi nikah bervariasi, mulai

dari faktor pergaulan bebas yang menyebabkan mereka berpacaran seperti 4

dari 5 pasangan narasumber yang telah penulis wawancarai, dan juga faktor

kurangnya pengawasan orangtua, hingga faktor hamil di luar nikah seperti

pasangan Mas AP dan Mbak ZEM. Dengan meningkatnya kasus

permohonan dispensasi nikah, maka dibuatlah program konseling sebagai

bentuk kerja sama antara pihak Pengadilan Agama Gresik yang mengurus

perkara permohonan dispensasi nikah dan MUI Gresik yang bernama

"SELINA". Tujuannya adalah secara langsung menasihati agar calon

pasangan yang hendak melakukan nikah di bawah umur benar-benar siap

untuk kehidupan setelah menikah, dan secara tidak langsung agar calon

pasangan mengurungkan niat dan menunda perkawinannya sampai usia yang

telah ditentukan. Dalam nasihat itu, mereka diberikan pemahaman terkait

resiko melakukan nikah di bawah umur, kehidupan setelah menikah seperti

tugas suami dan istri, pemahaman keagamaan seperti solat, mengaji, dll.
BAB IV
PENGARUH BIMBINGAN KONSELING SELINA DALAM
MENYELESAIKAN PERKARA PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH
DI PENGADILAN AGAMA GRESIK PERIODE JUNI 2021-JUNI 2022

Dalam sebuah program kerja sama, diharapkan suatu perkara yang telah

diatur dalam program tersebut dapat terlaksana dengan baik, atau bahkan perkara

tersebut dapat berkurang. Tingginya perkara dispensasi nikah juga harus

dibarengi dengan gencarnya melakukan kegiatan seperti bimbingan dan

sosialisasi terhadap masyarakat, utamanya yang jauh dari mendapatkan informasi

tersebut.

Dengan menggunakan teori efektivitas hukum, kesadaran dan ketaatan

hukum, adanya program konseling oleh MUI Gresik di Pengadilan Agama

Gresik tersebut dapat diukur sejauh mana pengaruhnya dalam menyelesaikan

perkara dispensasi nikah, serta agar teori tersebut dapat berjalan dengan baik

sehingga program konseling kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan

MUI Gresik dapat menjalankan fungsinya secara maksimal atau bahkan

menangani perkara permohonan dispensasi nikah. Sehingga dalam bab ini

dijelaskan terkait efektivitas hukum, kesadaran, dan ketaatan hukum konseling

selina terhadap sikap dan pemahaman pasangan yang nikah di bawah umur.

Selain itu, pengaruh konseling selina terhadap keputusan menikah dan

pemahaman hukum pasangan yang nikah di bawah umur juga tak kala

pentingnya dijelaskan pada bab ini.

89
90

A. Sikap dan Pemahaman Pasangan Nikah di Bawah Umur : Efektivitas

Hukum, Kesadaran, dan Ketaatan Hukum

1. Efektivitas Hukum Program Konseling Selina

Adanya program kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan

MUI Gresik memberikan keuntungan antara pihak satu dengan pihak

yang lain dengan kata lain adalah simbiosis "mutualisme". Pihak

Pengadilan Agama Gresik sangat terbantu dengan adanya bimbingan

konseling pernikahan di bawah umur oleh MUI Gresik, dan di sisi lain

pihak MUI juga siap membantu dalam memberikan bimbingan

konseling kepada para calon pasangan nikah usia dini. Adanya program

kerja sama berupa konseling tersebut terjadi karena meningkatnya

permohonan angka dispensasi nikah di Gresik akibat berubahnya

peraturan batas minimal usia nikah dalam UU No.16 Tahun 2019 dari

19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan menjadi 19

tahun untuk laki-laki dan perempuan dan disusul dengan adanya

pandemi covid-19.

Dalam analisisnya terhadap penelitian program konseling ini,

penulis menggunakan teori efektivitas hukum dari Soerjono Soekanto

sebagai pisau analisisnya. Berikut analisisnya :

Dalam program kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan

Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Gresik mengatur terkait konseling

bagi pasangan yang hendak nikah dini. Jadi dalam penerapannya,

mendasarkan pada peraturan terbaru terkait batas minimal usia nikah


91

antara laki-laki dan perempuan dalam UU No. 16 Tahun 2019, yakni

sama-sama 19 tahun.

Dalam sebuah hukum, akan berjalan maksimal jika memenuhi

sebanyak tiga kaidah sebagai berikut : 1

a. Kaidah hukum secara yuridis : Berupa tanggapan dari peraturan

sebelumnya, yakni UU No.1 Tahun 1974 yang menjelaskan bahwa

batas minimal usia nikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan

perempuan 16 tahun. Selain itu, dalam peraturan sebelumnya dinilai

menyimpang dan bertentangan dengan UU No.35 j.o UU No.23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa

anak adalah seseorang yang berusia 18 tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan. Dengan demikian, siapapun yang

melakukan nikah di bawah usia 18 tahun sesuai dengan UU

Perlindungan Anak, maka dinamakan Perkawinan Anak. 2 Oleh

karena itu, pemerintah menetapkan usia 19 tahun ini dianggap

menjadi batas aman minimal usia nikah.

b. Kaidah hukum secara sosiologis : Penerapan UU No. 16 Tahun

2019 yang dilakukan oleh pemerintah, bermaksud untuk

mengurangi perkawinan usia dini yang ada di Indonesia. Maka

secara tidak langsung peraturan tersebut bersifat memaksa dan

rakyat juga harus mengetahui bahwa tidak boleh menikah sebelum

1
Djaenab, Efektifitas dan Berfungsinya Hukum dalam Masyarakat,...... hlm. 151.
2
Ita Sofia dan Kamarusdiana, "Dispensasi nikah dalam perspektif hukum islam, undang-
undang nomor 1 tahun 1974 dan kompilasi hukum islam",....... hlm. 61.
92

usia 19 tahun. Sehingga dengan adanya pembaharuan peraturan

tersebut, secara sosiologis sangat dibutuhkan untuk menciptakan

pribadi yang lebih baik, lebih matang, dan lebih sejahtera untuk

kedepannya. 3

c. Kaidah hukum filosofis : Pembaharuan pada UU No. 16 Tahun

2019 didasarkan pada hukum tertinggi di Indonesia, yakni Pancasila

dalam sila kelima yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia", karena dalam penerapan UU tersebut

mengandung fungsi keadilan, di mana laki-laki dan wanita boleh

menikah dengan batas usia minimal 19 tahun. Selain itu,

pembaharuan aturan tersebut juga mengamalkan kandungan pada

sila kedua, yakni menciptakan "Kemanusiaan yang adil dan

beradab". Di sisi lain, pembaharuan aturan tersebut juga didasarkan

pada UUD 1945 dalam Pasal 28B yang menyebutkan bahwa negara

menjamin kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang, dan

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pemenuhan kaidah hukum diperlukan agar hukum itu berfungsi

dengan baik, maka setiap kaidah hukum di atas harus dapat memenuhi

ketiga unsur di atas, yakni sosiologis, yuridis, dan filosofis. 4 Jadi dalam

UU No.16 Tahun 2019 yang menjadi dasar dalam program konseling

sebagai bentuk program kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik

dan MUI Gresik sudah dapat dikatakan memenuhi unsur sosiologis,


3
Ibid., hlm. 5.
4
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm. 62-63.
93

yuridis, dan filosofis, sehingga dapat bekerja dengan baik dan saling

berhubungan.

Kemudian, dengan ditegakkannya hukum terkait batas aturan

minimal usia nikah dalam UU No.16 Tahun 2019 di atas, maka

diperlukan faktor penegak hukum sebagai sebuah lembaga yang

mengatur dan menegakkannya. Dalam hal ini, selain peran KUA

setempat yang memiliki peranan penting dalam menegakkan peraturan

batas minimal usia nikah dalam UU No. 16 Tahun 2019, peran dari

Pihak Pengadilan pun tidak terlepas dari adanya penegakan aturan

tersebut. Oleh karena itu, adanya program kerja sama berupa konseling

ini juga merupakan bentuk usaha/peran dari penegak hukum, dalam hal

ini Pengadilan Agama Gresik yang resah terhadap banyaknya

pelanggaran pembatasan usia dalam perkawinan yang telah diatur oleh

pemerintah di Kabupaten Gresik.

Diberikannya sosialisasi terkait pernikahan usia dini kepada

masyarakat, akan dinilai sangat penting oleh penegak hukum. Dalam hal

ini, Pengadilan Agama Gresik dan MUI Gresik melaksanakan fungsi

sebagai penegak hukum, seperti berkunjung ke sekolah, pondok

pesantren, atau lembaga pendidikan yang lain. Peran Pengadilan Agama

dapat ditunjuk sebagai pemateri/pembicara dalam proses sosialisasi

tersebut agar dapat berjalan dengan baik. 5

5
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri, Hakim Pengadilan Agama Gresik,
Gresik, tanggal 23 Maret 2022.
94

Selain dari pihak Pengadilan Agama yang memainkan peran

aturan UU No. 16 Tahun 2019 dalam menyelesaikan perkara

permohonan dispensasi nikah, disini keberadaan program konseling

sebagai bentuk kerja sama tersebut sangatlah berpengaruh untuk

melaksanakan fungsi penegak hukum tersebut, yakni adanya pihak

Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Gresik yang dapat membantu

memberikan materi bimbingan konseling dalam rangka menyelesaikan

perkara permohonan dispensasi nikah apabila sudah mendaftarkan

permohonan tersebut ke Pengadilan Agama Gresik.

Setelah hukum itu diatur dan dapat ditegakkan oleh lembaga

pemerintahan sebagai penegak hukumnya, maka perlu juga untuk

didukung dengan fasilitas/sarana yang ada di tempat di mana lembaga

penegak hukum tersebut. Dalam hal ini, Fasilitas dan sarana yang

dimiliki oleh Pengadilan Agama Gresik dalam proses penyampaian

sosialisasi kepada masyarakat terkait perubahan batas usia minimal

menikah pada UU No. 16 Tahun 2019 yang menjadi dasar adanya

program konseling sebagai bentuk kerja sama antara Pengadilan Gresik

dan MUI Gresik. Pihak dari Pengadilan Agama mempunyai peran

penting dalam proses bimbingan konseling yang dilakukan oleh MUI

Kabupaten Gresik kepada calon pasangan nikah usia dini, yakni dengan

menyediakan secara khusus ruangan bimbingan konseling yang berupa

"Konseling Corner". Dengan adanya ruangan khusus bagi pihak MUI

Kabupaten Gresik untuk menyampaikan bimbingan konseling tersebut,


95

diharapkan dapat memberikan proses penyampaian materi yang baik

dan nyaman agar penyampaian hukum batas minimal usia nikah dapat

terlaksana dengan baik. Selain itu, fasilitas dan sarana juga tidak hanya

terpusat di Pengadilan Agama, namun juga dapat disampaikan di

lingkungan sekitar dengan melakukan kerja sama secara dua arah

dengan pihak desa/sekolah/pondok pesantren, dll.

Dengan sarana dan fasilitas yang nyaman serta memadai, maka

akan sangat membantu dalam proses penyampaian sosialisasi maupun

bimbingan konseling kepada masyarakat dengan harapan permohonan

angka dispensasi nikah terus menurun.

Berdasarkan faktor efektivitas hukum di atas, seperti faktor

hukumnya sendiri, penegak hukum dan sarana/fasilitas sudah dapat

saling berhubungan dan sudah terpenuhi dengan baik. Ketiga faktor

tersebut masih menjadi peluang agar hukum/peraturan batas minimal

usia nikah dapat ditegakkan, dan memang harus didukung antar 3 faktor

agar penegakan hukum sendiri dapat berjalan dengan maksimal. Adanya

program konseling yang dilakukan oleh MUI Gresik di Pengadilan

Agama Gresik menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut sudah

berjalan dengan baik. Sehingga dalam penelitian ini 3 faktor efektivitas

hukum yakni faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, dan

faktor sarana dapat dikatakan sebagai faktor pendukung dalam

penelitian ini.
96

Kemudian, setelah melihat dari sisi faktor hukumnya sendiri,

faktor penegak hukum, dan faktor sarana/fasilitas sebagai faktor

pendukung. Berikutnya terdapat faktor masyarakat Soerjono Soekanto.

Faktor ini menjadi salah satu faktor yang penting terhadap berjalannya

efektivitas hukum dengan baik. Kesadaran hukum masyarakat akan

bergantung pada efektif tidaknya suatu hukum. 6

Dalam penerapan UU No.16 Tahun 2019 terkait berubahnya

aturan batas minimal usia nikah menjadi 19 tahun antara laki-laki dan

perempuan, sesuai dengan wawancara dengan Ibu Hajar Idris selaku

pihak konselor dari MUI, beliau menjelaskan bahwa pemahaman

masyarakat terkait batas minimal usia nikah, masih banyak yang tidak

mengetahui karena beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya

pendidikan/pemahaman terkait keagamaan terutama di daerah Gresik

bagian selatan. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat terutama anak-

anak juga dirasa kurang di daerah tersebut. 7 Sehingga masyarakat pun

yang ingin menikah baru mengetahui hukum (peraturan batas minimal

usia nikah) dari "pak mudin" di mana pak mudin merupakan tokoh

agama setempat yang biasa dipercaya untuk mengisi kegiatan seperti

pengajian, nikahan, tahlilan, dll seperti pasangan Mas AP & Mbak

ZEM, Mas Jepri & Mbak Putri. Hal tersebut menjadi salah satu faktor

tingginya permohonan dispensasi nikah di Kabupaten Gresik.

6
Sudikno Mertokusumo, "Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat"......, hlm. 3.
7
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
97

Disitulah fungsi masyarakat dalam melaksanakan efektivitas

hukum, akan bergantung pada masyarakat sendiri dan penegak hukum

yang berhak untuk menyampaikan proses sosialisasi kepada masyarakat

sebelum terlambat. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis terhadap wawancara kepada narasumber

langsung ke pelaku permohonan dispensasi nikah, di mana penulis

masih banyak menemukan masyarakat (konteks disini adalah remaja

sebagai pelaku permohonan dispensasi nikah/nikah dini) yang benar-

benar teguh pendirian dengan pilihannya untuk melanjutkan ke

pernikahan. Di sisi lain, faktor kurangnya pengawasan orangtua dalam

masyarakat masih penulis temukan seperti dalam kasus 4 pasangan

pelaku pernikahan di bawah umur kecuali pasangan Mas Hizbullah

Huda dan Mbak Rizky Nur Safitri Sehingga aturan batas minimal usia

nikah dapat dilanggar karena faktor tersebut.

Ketika menemui 5 narasumber di atas (bab 3), penulis juga

menyampaikan sedikit pesan terkait batas minimal usia nikah (19 tahun)

dan apapun yang diberikan pihak MUI dalam konseling sebelumnya

untuk disampaikan kembali kepada kerabat, teman terdekat yang ingin

menikah dibawah umur tersebut untuk menundanya terlebih dahulu.

Dan respon masyarakat pun dengan senang hati mengiyakan hal

tersebut.

Ada juga faktor kebudayaan yang ada di masyarakat berasal dari

hukum adat tempat mereka berada, sehingga masyarakat akan lebih


98

menggunakan hukum adat yang berlaku di daerahnya daripada hukum

yang berasal dari luar adat mereka seperti hukum positif. 8 Berlakunya

UU No. 16 Tahun 2019 yang menjadi dasar pelaksanaan program

konseling sebagai bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama dan MUI

Kabupaten Gresik dalam menyelesaikan perkara permohonan dispensasi

nikah, akan dapat dikatakan efektif apabila nilai-nilai yang ada dalam

aturan tersebut sesuai dengan hukum adatnya. Namun di Kabupaten

Gresik ini, tidak ditemukan faktor budaya terkait peraturan hukum adat

pernikahan usia dini. Jadi, angka permohonan dispensasi nikah di

Gresik cukup tinggi sebelumnya dikarenakan murni terjadinya

pergaulan bebas, kurangnya pemahaman keagamaan, dan sebagainya.

Salah satu faktor kebudayaan terkait permohonan dispensasi

nikah/nikah dini di Gresik ini adalah ketidaknyamanan berupa pengawas

sosial yang dapat muncul apabila melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat, yakni berasal dari tetangga. Di mana hal tersebut ditemui

oleh penulis dalam wawancara dengan beberapa narasumber, yakni

pasangan Mas Bahrul Ulum & Mbak Puspita, Mas Agus & Mbak

Avivah, dan Mas Jepri & Mbak Putri, yang mana di daerah mereka

masing-masing sudah menjadi salah satu budaya yang sudah ada

sebelumnya di daerah tersebut. Memang hal tersebut diperkuat dengan

faktor lama mereka berpacaran, setiap hari pulang-pergi bersama-sama,

dan hal tersebut tidak dapat dihindari. Sehingga melakukan pernikahan

8
Abdul Halim Barkatullah, "Budaya Hukum Masyarakat Dalam Perspektif Sistem
Hukum",...... hlm. 15-16.
99

adalah solusi dan antisipasi agar hal tersebut tidak semakin meluas di

masyarakat/daerahnya masing-masing.

Untuk faktor masyarakat dan kebudayaan di atas masih tidak

maksimal dan menjadi tantangan dari ketiga faktor sebelumnya

(hukumnya sendiri, penegak hukum, dan sarana) karena masyarakat

masih banyak yang belum mengetahui terkait batas usia minimal nikah

tersebut dan melakukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan

Agama yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Selain itu, faktor

kebudayaan berupa ketidaknyamanan dan menjadi pengawas sosial

dalam masyarakat yang berasal tetangga terkadang masih melekat dalam

masyarakat, dan agar hal tersebut tidak terjadi, maka dilakukanlah

permohonan dispensasi nikah tersebut ke Pengadilan Agama dengan

tujuan untuk melakukan pernikahan dini supaya terhindar dari

ketidaknyamanan tersebut. Sehingga faktor masyarakat dan faktor

kebudayaan dapat dikatakan sebagai faktor penantang dalam efektivitas

hukum pada penelitian ini.

Sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas hukum peraturan UU

No.16 Tahun 2019 yang menjadi dasar pelaksanaan program konseling

sebagai bentuk kerja sama antara Pengadilan Gresik dan MUI Gresik,

tidak berhasil disebabkan oleh beberapa faktor yang mengarah pada

belum efektifnya penyelesaian perkara permohonan dispensasi nikah.

Perlu diketahui juga bahwa adanya program konseling sebagai

bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI


100

Kabupaten Gresik terkait konseling bagi pasangan yang hendak nikah

dini ini adalah sebuah bentuk pengaplikasian/penerapan yang sejalan

dengan berubahnya aturan batas usia minimal nikah dalam berlakunya

UU No.16 Tahun 2019. Hal tersebut juga dapat dikuatkan dengan bukti

data pengajuan permohonan dispensasi nikah yang stabil dan menurun

dalam beberapa bulan terakhir secara bertahap (tidak langsung

drastis/signifikan) pada tabel 1 di atas. Namun, sosialisasi terhadap

masyarakat di desa dan sekolah juga harus sering digencarkan agar

grafik perkawinan usia dini dapat terus menurun.

2. Kesadaran dan Ketaatan Hukum Program Konseling Selina

Selain menggunakan teori efektivitas hukum, penulis juga

menggunakan teori kesadaran dan ketaatan hukum yang digagas oleh

Soerjono Soekanto. Menurutnya, dalam menumbuhkan rasa kesadaran

hukum diperlukan agar hukum dapat berkuasa dan menjalankan

fungsinya dengan baik serta menciptakan kehidupan masyarakat yang

berkeadilan. Berikut analisis penulis adanya program konseling selina

sebagai bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI

Gresik terhadap empat tahap kesadaran hukum yang dikemukakan oleh

Soerjono Soekanto : 9

9
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum,..... hlm. 140.
101

1. Tahap pengetahuan hukum

Dalam tahap ini, masyarakat harus minimal mengetahui

adanya peraturan berubahnya batas minimal usia nikah dari 16

tahun perempuan 19 tahun laki-laki menjadi 19 tahun untuk laki-

laki dan perempuan dalam UU No.16 Tahun 2019. Sejalan dengan

substansinya tersebut, masyarakat diharapkan mengetahui bahwa

adanya anjuran untuk tidak melakukan sebuah perkawinan apabila

belum berusia 19 tahun. Tetapi, dalam kenyataannya di masyarakat

yang penulis ambil sebagai sampel, pengetahuan terkait batas

minimal usia perkawinan masih kurang dan pasangan hanya

mengetahui dari pak mudin/tokoh agama setempat. Mereka

sebelumnya tidak mempelajari adanya aturan terkait batas minimal

usia nikah.

Dengan adanya program kerja sama berupa konseling ini,

diharapkan kepada calon pasangan nikah usia dini bahwa mereka

minimal mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang batas

minimal usia nikah yang disampaikan oleh konselor dari pihak MUI

Kabupaten Gresik. Selain itu, sesuai dengan wawancara oleh Ibu

Hajar Idris bahwa beliau sebagai Ketua Komisi Pemberdayaan

Perempuan, Anak dan Ketahanan Keluarga, akan menggencarkan

program sosialisasi keagamaan dan nikah usia dini kepada

masyarakat Gresik bagian selatan pada akhir tahun nanti karena di

sana masih banyak kurangnya pengetahuan keagamaan sampai


102

nikah usia dini terjadi. 10 Disitulah fungsi tahap pengetahuan hukum

yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat agar kesadaran

hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya.

2. Tahap pemahaman hukum

Setelah minimal dapat mengetahui hukum itu berlaku

adanya sekarang, masyarakat juga diberikan pemahaman dalam

kandungan aturan hukum tersebut. Disini masyarakat yang telah

mengetahui perubahan aturan minimal batas usia nikah pada UU

No.16 Tahun 2019 akan mendapatkan manfaat berupa pemahaman

dari penjelasan yang telah disampaikan oleh konselor dari pihak

MUI Kabupaten Gresik. Pemahaman tersebut dapat berupa nasihat,

didikan, dan lain-lain yang membuat calon pasangan nikah usia dini

menjadi paham apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh

dilakukan. Contoh jika calon pasangan nikah usia dini batal untuk

menikah dan mencabut perkaranya setelah diberikan bimbingan

konseling oleh konselor, maka pemahaman yang mereka dapatkan

setelah melakukan konseling dapat berjalan dengan baik dan dapat

menunda pernikahannya terlebih dahulu sampai usia yang

ditentukan. Namun jika calon pasangan nikah di bawah umur tetap

ingin melanjutkan pernikahan akibat adanya perbuatan yang

mengharuskan sebelumnya, maka konselor akan memberikan

pemahaman berupa persiapan mental pranikah dan resiko setelah


10
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
103

menikah seperti sampel 5 pasangan yang telah diwawancarai

sebelumnya, apalagi pada pasangan yang sudah hamil di luar nikah

seperti pasangan AP dan ZEM. Tidak menutup kemungkinan

bahwa pasangan tersebut diberikan pemahaman intensif terkait

pendidikan, keagamaan, pekerjaan, kehidupan rumah tangga, dll.

Namun hambatan dalam tahap pemahaman hukum ini

adalah kembali kepada masyarakatnya sendiri yang tentunya

berbeda dalam menangkap informasi dan pemahaman hukum

tersebut. Ada masyarakat yang mudah memahami makna dari

perkawinan usia dini dalam UU No.16 Tahun 2019, ada juga

sebaliknya yang kurang memahami sehingga tetap terjadilah

pernikahan usia dini di masyarakat.

3. Tahap sikap hukum

Dengan adanya program kerja sama antara Pengadilan

Agama Gresik dan MUI Kabupaten Gresik. Setelah dijelaskan

panjang lebar oleh konselor terkait nasihat, bimbingan, dan materi

mengenai aturan batas minimal usia nikah dalam UU No.16 Tahun

2019, maka akan terjadi pro & kontra dalam masyarakat. Sehingga

sikap para calon pasangan nikah usia dini adalah menerima dengan

lapang dada, walau ada yang kecewa & marah. Karena bimbingan

konseling ini diharapkan mendapatkan respon yang baik dari

masyarakat, sehingga kasus permohonan dispensasi nikah terus

menurun. Namun setelah melakukan penelitian terhadap 5 pasangan


104

sebelumnya, penulis melihat semuanya telah menerima aturan

tersebut hanya saja waktu/programnya tidak strategis dalam

penyampaiannya. Bahkan ada yang sudah telat karena sudah hamil

di luar nikah.

4. Tahap pola perilaku hukum

Pada tahap terakhir ini, merupakan tahap tentang berlaku

atau tidaknya suatu aturan hukum dalam masyarakat. Jika berlaku

suatu aturan hukum, sejauh mana berlakunya itu dan sejauh mana

masyarakat mematuhinya, karena salah satu tugas hukum yang

paling penting adalah mengatur kepentingan warga masyarakat. 11

Sama halnya juga adanya program kerja sama antara Pengadilan

Agama Gresik dan MUI Kabupaten Gresik terkait bimbingan

konseling bagi pasangan yang hendak nikah dini ini. Apabila terjadi

penurunan kasus, maka peraturan tersebut dapat dikatakan efektif.

Namun sebaliknya, apabila tidak menunjukkan penurunan kasus,

bahkan stabil dan terus bertambah, maka dapat dikatakan peraturan

tersebut belum efektif untuk diterapkan.

Karena dalam pelaksanaan program konseling sebagai

bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI

Gresik berpedoman pada UU No.16 Tahun 2019, maka dilihat juga

data statistik kasus nikah dini yang terjadi saat ini. Setelah melihat

dari data yang valid, terjadi penurunan kasus permohonan

11
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum,..... hlm. 142.
105

dispensasi nikah secara bertahap (tidak langsung) setelah

pelaksanaan teknisnya mulai bulan Juni 2021, dan terjadi sedikit

penurunan di 2022 kini walaupun masih tidak stabil (naik-turun).

Dan semoga lebih digencarkan lagi sosialisasi terhadap masyarakat

terutama orangtua dan anak-anak. Namun di sisi lain, data

permohonan dispensasi nikah setelah melaksanakan bimbingan

konseling dengan MUI Gresik belum menunjukkan penurunan data,

sehingga banyak dari mereka yang tidak membatalkan permohonan

dispensasi nikah dan berlanjut ke tahap persidangan. Dengan

demikian, dari segi data permohonan, kasus dispensasi nikah dapat

dikatakan menurun walaupun tidak secara signifikan/drastis dan

tidak stabil. Namun di satu sisi, adanya program konseling sebagai

bentuk kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan MUI

Gresik juga masih tidak dapat dikatakan efektif dan tidak berhasil

dalam menyelesaikan perkara permohonan dispensasi nikah,

dikarenakan masih banyak dari pemohon untuk tidak membatalkan

permohonannya dan melanjutkannya ke tahap persidangan seperti 5

pasangan yang menjadi sampel di atas. Mereka sudah yakin bahwa

melangsungkan pernikahan dengan pasangannya merupakan hal

yang tepat dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

terutama dalam masyarakat.


106

3. Kemanfaatan Program Konseling Selina Terhadap Sikap dan

Pemahaman

Manfaat adanya program kerja sama berupa konseling ini dapat

dirasakan setelah melakukan wawancara dengan Ibu Hajar Idris selaku

pihak MUI, di mana beliau mempunyai inisiatif untuk merencanakan

kegiatan sosialisasi terkait pencegahan usia dini di daerah Gresik bagian

selatan pada akhir tahun nanti. 12 Beliau menekankan bahwa daerah yang

dimaksud masih minim terkait pengetahuan keagamaan, sehingga hal

tersebut masih banyak terjadi. Oleh karena itu, adanya Pengadilan

Agama Gresik sebagai pihak penegak hukum dan dibantu dengan MUI

Kabupaten Gresik ini sangatlah berpengaruh terhadap pemberian

pemahaman terkait aturan batas minimal usia perkawinan dalam UU

No.16 tahun 2019.

Selain itu, kemanfaatan lainnya adalah diberikannya bimbingan

konseling secara intensif terlebih dahulu berupa pemahaman jangka

panjang walaupun pasangan yang ingin nikah di bawah umur tersebut

sudah mengajukan permohonan di Pengadilan Agama. Dalam

bimbingan tersebut, akan disampaikan nasihat, wejangan, dll terkait

kehidupan rumah tangga nantinya setelah menikah kepada calon

pasangan nikah usia dini. Setelah bimbingan tersebut selesai, calon

pasangan nikah usia dini mendapatkan ilmu baru yang mungkin belum

mereka temukan sebelumnya, seperti pencegahan untuk melakukan


12
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
107

nikah dini diharapkan berhenti pada diri mereka dan mengajak orang

lain untuk tidak berbuat/melakukan nikah dini ataupun perbuatan yang

dapat menyegerakan mereka untuk nikah dini (hamil di luar nikah).

Dari pemaparan di atas, dapat dijelaskan terkait kesadaran dan

ketaatan hukum masyarakat, adanya peraturan batas minimal usia nikah

yang menjadi dasar penerapan program kerja sama antara Pengadilan Agama

Gresik dan MUI Gresik juga masih tidak berhasil dalam menyelesaikan

perkara permohonan dispensasi nikah karena tidak menunjukkan perubahan

sikap hukum pasangan yang nikah di bawah umur, sampai kurangnya

masyarakat dalam memperoleh informasi terkait penegakan aturan batas

minimal usia nikah, sehingga banyak dari mereka yang ingin melanjutkan ke

tahap persidangan. Di samping itu, program konseling ini berada pada waktu

yang kurang strategis, di mana para pemohon diberikan nasihat dan

bimbingan ketika sudah mendaftarkan perkaranya sebelum persidangan di

Pengadilan Agama. Dalam tahap pengetahuan hukum, kenyataannya masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui peraturan batas minimal usia

nikah, mayoritas mereka mengetahui adanya peraturan tersebut dari "pak

mudin"/tokoh agama tepat sebelum mereka melakukan pernikahan, namun

dengan adanya program konseling ini & dibantu dengan digencarkannya

sosialisasi diharapkan bisa disampaikan kepada calon pasangan yang hendak

menikah. Berlanjut pada tahap pemahaman hukum, masih banyak

masyarakat (calon pasangan) belum memahami makna peraturan batas

minimal usia nikah, sehingga banyak dari mereka yang melanjutkan ke


108

jenjang pernikahan walaupun masih di bawah umur, begitupun ke tahap

selanjutnya, seperti sikap hukum dan pola perilaku hukum. Apabila dari sisi

tahap pengetahuan hukum kurang baik, maka seluruh tahap juga berjalan

kurang baik.

Betapapun kesadaran dan ketaatan hukum di atas itu menjalar dalam

masyarakat, itu adalah abstraksi yang lebih rasional daripada perasaan

hukum yang hidup di dalam masyarakat. Dengan kata lain, adanya kesadaran

hukum merupakan suatu pengertian yang menjadi hasil ciptaan para sarjana

hukum. Hal ini tidak dapat dilihat secara langsung di dalam kehidupan

masyarakat, melainkan keberadaannya hanya dapat disimpulkan dari

pengalaman hidup sosial melalui suatu cara pemikiran dan cara penafsiran

tertentu.13

Namun dengan ikhtiarnya dalam menyelesaikan atau mencegah

permohonan dispensasi nikah, adanya program kerja sama ini dapat

memberikan manfaat berupa pemahaman jangka panjang terhadap pasangan

yang ingin menikah di bawah umur. Selain itu, pihak MUI Gresik juga

mempunyai iniasiatif sendiri bahwa mereka akan menggencarkan program

sosialisasi pencegahan nikah di bawah umur kepada masyarakat di beberapa

daerah di Kabupaten Gresik yang masih minim terkait pengetahuan

keagamaan pada akhir tahun nanti.

13
Sunaryati Hartono, Peranan Kesadaran Hukum Rakyat dalam Pembaharuan Hukum,
Kertas Kerja pada Simposium Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Masa Transisi, (Jakarta :
BPHN-Bina Cipta, 1975) hlm. 89-90.
109

B. Pengaruh Konseling Selina Terhadap Keputusan Menikah dan

Pemahaman Hukum Bagi Pasangan yang Nikah di Bawah Umur

1. Pengaruh Konseling Selina Terhadap Keputusan Menikah

Pengaruh program konseling yang dilakukan oleh MUI Gresik di

Pengadilan Agama Gresik apabila sesuai dengan faktor efektivitas

hukum dari Soerjono Soekanto, maka faktor yang mempunyai andil

dalam "menggagalkan" upaya ini adalah faktor kebudayaan dan faktor

masyarakat. Bagaimana suatu daerah dan masyarakat menerima hukum

tersebut akan memengaruhi tingkat keberhasilan suatu hukum. Hal ini

juga dapat dilihat dari data terkait permohonan dispensasi nikah

sebelum dan sesudah/masih berlangsungnya konseling oleh MUI

Gresik. Berikut data permohonan angka dispensasi nikah dengan

sebelum dan sesudah adanya program konseling : 14

Daftar Tabel
No. Tahun Bulan Daftar Hasil Hasil Non
Dikabulkan Kabul
1. November 24 28 0
2019

2. Desember 18 17 2

3. Januari 48 34 5

4. Februari 16 22 2
2020

5. Maret 22 26 0

6. April 26 11 1

14
Data Pengadilan Agama Gresik, tanggal 29 Juni 2022.
110

7. Mei 21 16 1

8. Juni 29 42 0

9. Juli 42 41 1

10. Agustus 18 20 0

11. September 23 20 1

12. Oktober 28 35 0

13. November 30 26 0

14. Desember 14 21 0

15. Januari 29 14 0

16. Februari 20 28 0
2021

021
17. Maret 26 29 0

18. April 35 30 1

19. Mei 19 21 0

Total 488 499 14

Tabel 3. Data Permohonan Dispensasi Nikah Sebelum Adanya Konseling

Catatan :
* Maksud dari hasil dikabulkan lebih besar dari perkara yang mendaftar
adalah sisa bahwa perkara tersebut didaftarkan pada bulan sebelumnya
namun diputuskan pada bulan berikutnya.
* Perkara Non Kabul merupakan perkara yang tidak dikabulkan atau
dicabut oleh pemohon.
Daftar Tabel
No. Tahun Bulan Daftar Hasil Dikabulkan Hasil Non
Kabul
1. Juni 55 48 0
2021

2. Juli 19 30 1
111

3. Agustus 19 11 1

4. September 22 23 0

5. Oktober 31 38 0

6. November 31 28 1

7. Desember 25 27 0

8. Januari 25 17 0

9. Februari 7 16 0

10. Maret 18 12 0
2022

11. April 19 19 0

12. Mei 21 21 0

13. Juni 27 26 1

Total 319 316 4

Tabel 4. Data Permohonan Dispensasi Nikah Setelah Adanya Konseling

Catatan : Maksud dari hasil dikabulkan lebih besar dari perkara yang
mendaftar adalah sisa bahwa perkara tersebut didaftarkan pada bulan
sebelumnya namun diputuskan pada bulan berikutnya.

Berdasarkan data statistik di atas, adanya program konseling ini

keberadaannya tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan menikah

bagi pasangan yang ingin melakukan nikah di bawah umur. Sebelum adanya

program konseling dan setelah diundangkannya UU No.16 Tahun 2019,

dalam kurun waktu 19 bulan dari November 2019 hingga Mei 2021, tercatat

sebanyak 488 perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Gresik. Dan

sebanyak 499 perkara tersebut dikabulkan & 14 perkara berstatus non kabul.
112

Namun setelah adanya program konseling ini, dalam kurun waktu 13 bulan,

dapat menurunkan perkara yang masuk hingga saat ini, yakni sebanyak 319

perkara terhitung dari Juni 2021 hingga Juni 2022, dengan 316 berstatus

dikabulkan dan 4 lainnya berstatus non kabul. Dan pada tahun 2022 selama

kurun waktu 4 bulan dari bulan Januari hingga Juni berjumlah 117 kasus.

Walaupun jumlahnya masih cukup banyak, namun terjadi penurunan pada

awal 2022 tersebut, karena biasanya jumlah kasus dapat dicapai dalam kurun

waktu 3-4 bulan saja. Hanya sebagai informasi saja bahwa penulis

sebenarnya ingin mendapatkan data yang lengkap terkait pasangan yang non

kabul entah permohonan perkaranya dicabut, dari keputusan hakimnya

sendiri, hingga keputusan menikah dari para pihak yang bersangkutan,

namun dengan keterbatasan data di Pengadilan Agama Gresik, data tersebut

tidak dapat diberikan.

Seperti contoh keputusan menikah terhadap 5 pasangan sampel

berstatus dikabulkan yang telah penulis wawancarai sebelumnya. Namun

dengan alasan yang berbeda-beda, seperti pasangan Mas Jepri dan Mbak

Putri, mereka menikah karena faktor lamanya berpacaran hingga kelas 1

SMA, mbak putri dilamar oleh Mas Jepri dan akhirnya menikah saat mbak

Putri lulus SMK. Terkait faktor lamanya berpacaran, ada juga pasangan Mas

Bahrul Ulum & Mbak Puspita Nabila, dan Mas Agus Yoga & Mbak Avivah,

di mana pasangan ini masing-masing sudah berpacaran kurang lebih 2 tahun

dan tidak merasa enak dengan tetangga sekitar, dan untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan, maka dilakukanlah permohonan dispensasi nikah


113

yang menyebabkan mereka untuk melakukan nikah di bawah umur. Ada

juga yang menikah karena faktor rumahnya berdekatan dan sudah direstui

oleh orang tua sebelum meninggal, yakni pasangan Mbak Rizky & Mas

Hizbullah Huda, di mana walaupun usia mereka terpaut cukup jauh, orang

tua dari Mbak Rizky ingin anaknya menikah dengan Mas Hizbullah Huda

yang notabene merupakan tetangga dekat. Dan yang terakhir ada pasangan

AP dan ZEM, yang mana mereka melakukan permohonan dispensasi nikah

akibat faktor hamil di luar nikah. Sehingga untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan, maka dilakukanlah permohonan dispensasi nikah yang

menyebabkan nikah di bawah umur.

Pasangan-pasangan di atas, apabila faktor yang

mendasari/melatarbelakangi untuk melakukan di bawah umur berbeda, maka

proses penyampaian konseling oleh MUI Gresik juga berbeda. Seperti

apabila mereka telah lama berpacaran, akan disampaikan nasihat-nasihat

pernikahan layaknya bimbingan pranikah pada umumnya seperti tugas, hak,

dan kewajiban setelah menjadi suami/istri, pemberian pemahaman terkait

pentingnya batas minimal usia nikah, dll. Namun apabila yang diberikan

konseling seperti kasus hamil di luar nikah, maka pemberian pemahamannya

juga akan berbeda, seperti pemberian pemahaman keagamaan (bertaubat,

doa mandi junub dan doa ingin melakukan hubungan suami istri),

pentingnya batas minimal usia nikah, tugas, hak, dan kewajiban suami/istri,

hingga merekomendasikan untuk membeli buku terkait

perkawinan/kehidupan rumah tangga setelah menikah.


114

Selain pengaruh yang tergambar dalam data statistik, adanya

program konseling ini memberikan pengaruh terhadap calon pasangan nikah

usia dini tersebut. Hal ini dikarenakan para konselor dari pihak MUI

memberikan nasihat yang mendalam dan intensif terkait pernikahan usia dini

walaupun hanya berlangsung kurang lebih 1 jam agar calon pasangan ini

menyadari perilaku mereka serta menjelaskan bahwa sudah ada Undang-

undang yang mengatur adanya batas minimal usia nikah yang terbaru yakni

19 tahun laki-laki dan perempuan. 15

Dalam wawancara yang disampaikan oleh Ibu Hajar Idris, beliau

merasa dengan adanya konseling ini sangat bagus keberlanjutannya dan

pengaruhnya adalah pemberian pengetahuan keagamaan, terutama kepada

pasangan yang sudah hamil di luar nikah sebelumnya. Awalnya mereka yang

tidak mengetahui resiko nikah usia dini dan dampaknya, akhirnya mereka

pun paham dan menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan (hamil di

luar nikah) itu salah dan menyarankan untuk segera bertobat agar tidak

terjadi hal yang sama kedepannya. 16

Walaupun dalam hukum Islam tidak mengatur secara spesifik

batasan usia perkawinan dan hanya menyebutkan bahwa baligh merupakan

syarat perkawinan dalam Islam 17, Ibu Hajar Idris juga menjelaskan bahwa

15
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin Amri, dan Ibu Rustin, Gresik, tanggal 23
Maret 2022.

16
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
17
Moh. Ali Wafa, "Telaah Kritis terhadap Perkawinan Usia Muda menurut Hukum
Islam",.......... hlm. 402
115

pemerintah menetapkan usia perkawinan pada usia 19 tahun merupakan

salah satu ijtihad pemerintah dalam menetapkan hukumnya, di mana pada

usia 19 tahun ini dianggap sebagai usia minimum paling aman dalam

melangsungkan pernikahan. Selain sudah memenuhi unsur baligh pada laki-

laki dan perempuan, kesiapan emosional, fisik, mental lahir maupun batin

sudah dapat terbentuk dengan baik pada usia tersebut. Selain itu, faktor

tingginya pendidikan juga menjadi pertimbangan, karena untuk mencari

pekerjaan saat ini kebanyakan sudah membutuhkan lulusan SMA/sederajat.

Dengan adanya bimbingan konseling tersebut, diberikan juga pengetahuan

terkait keterampilan dan gambaran dalam proses mencari nafkah nantinya.

Beliau menuturkan bahwa jika pihak laki-laki sudah 19 tahun dan lulus

SMA, tidak menjadi masalah untuk mencari nafkah atau pekerjaan, dan usia

tersebut dapat dianggap usia ideal dalam mencari/memasuki dunia kerja.

Tetapi beliau juga mempertimbangkan kembali pasangan yang belum

berusia 19 tahun tersebut dan masih mengenyam pendidikan SMA, mak a

disarankan untuk menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu kemudian

mencari pekerjaan dan baru dapat menikah. Hal ini juga beliau sampaikan

ketika melakukan proses konseling dalam pelaksanaan program konseling di

Pengadilan Agama Gresik kepada para calon pengantin yang akan

melangsungkan pernikahan. 18

18
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022
116

2. Pengaruh Konseling Selina Terhadap Pemahaman Hukum

Dilihat dari segi sikap para pasangan pemohon dispensasi nikah,

dengan adanya program kerja sama berupa bimbingan konseling antara

Pengadilan Agama Gresik dan MUI Gresik, masih belum efektif dan

berhasil. Hal ini dikarenakan sikap dan pemahaman hukum mereka masih

terbatas dan banyak dari mereka yang baru mengetahui hukum batas

minimal usia nikah hanya saat ingin menikah, dan didukung oleh faktor yang

mengarah pada belum efektifnya penyelesaian perkara permohonan

dispensasi nikah, seperi hamil di luar nikah, pergaulan bebas, lamanya

berpacaran, sehingga mereka tetap berkeinginan untuk melanjutkan ke tahap

persidangan dan permohonan pengajuan dispensasi nikahnya dikabulkan

agar dapat segera menikah. Sehingga untuk tindak lanjutnya akan

dilanjutkan ke proses persidangan yang langsung dipimpin oleh Majelis

Hakim. Namun di sisi lain, Hakim menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan

dengan adanya program konseling tersebut adalah pada segi pemahaman

para calon pasangan nikah usia dini terkait pemahaman bahwa "sebagian

besar penyumbang angka perceraian adalah akibat dari perkawinan usia

dini", dan setidaknya minimal mereka memahami hal tersebut.

Itulah yang diharapkan dengan adanya konseling ini, dengan tujuan

pokok dan utamanya adalah dapat menyelesaikan perkara permohonan

dispensasi nikah. Namun apabila tujuan pokok tersebut belum tercapai

secara maksimal, di sisi lain, tujuan adanya bimbingan konseling ini yang

sudah tercapai adalah pemberian pemahaman jangka panjang, merubah


117

mindset kepada calon pasangan nikah usia dini tersebut bahwa sudah adanya

peraturan yang mengatur tentang batas minimal usia nikah. Dan jika terdapat

keluarga, sanak, teman, saudara yang hendak ingin melakukan perkawinan

usia dini / permohonan dispensasi nikah kedepannya, dapat dicegah atau

ditunda terlebih dahulu sembari menasihati dan memberikan edukasi

menurut sepengalaman & sepemahaman mereka kepada yang lain untuk

tidak melakukan pernikahan dini atau perkara yang menyebabkan harus

melakukan pernikahan dini (seperti hamil di luar nikah), serta minimal

mereka harus menunda terlebih dahulu sebelum batas usia perkawinan yang

telah ditentukan oleh Undang-undang terbaru yakni 19 tahun untuk laki-laki

dan perempuan. 19

Respon masyarakat / calon pasangan nikah usia dini juga sangat

bagus. Banyak masyarakat yang berterimakasih atas adanya bimbingan

konseling tentang keagamaan, perkawinan dari para konselor hingga enggan

untuk melakukan kesalahan kembali. Dan penulis juga menyampaikan pesan

kepada mereka bahwa apabila terdapat teman/keluarga dari calon pasangan

tersebut yang ingin melakukan nikah dini, maka mereka dapat mencegahnya

karena pengalaman dan pembelajaran yang sudah mereka alami. 20

Dengan demikian, program kerja sama berupa konseling antara

Pengadilan Agama Gresik dan MUI Gresik berpengaruh segi kemanfaatan

19
Wawancara dengan Bapak Kamaruddin, dan Ibu Rustin, Gresik, tanggal 23 Maret
2022.
20
Wawancara dengan Ibu Hajar Idris, Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Anak,
dan Ketahanan Keluarga MUI Gresik, Gresik, tanggal 26 Maret 2022.
118

pemberian pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung, dan

dapat memberikan pemahaman jangka panjang kepada mereka. Namun dari

segi sikap para pasangan pemohon dispensasi nikah, kenyataannya banyak

dari mereka melanjutkan perkaranya ke tahap persidangan. Berdasarkan data

setelah adanya program konseling, permohonan yang berstatus non-kabul

dan tidak melanjutkan ke tahap pernikahan di bawah umur hanya 4 perkara

dari total 312 perkara tercatat. Sehingga efektivitas, kesadaran, dan ketaatan

hukum adanya program kerja sama berupa konseling MUI Gresik di

Pengadilan Agama Gresik tidak berhasil dan tidak berjalan dengan

maksimal. Berlandaskan aturan UU No.16 Tahun 2019 untuk penerapannya,

maka dengan mengadakan kerja sama antara Pengadilan Agama Gresik dan

MUI Gresik sudah dirasa hal yang tepat sebagai salah satu penerapan aturan

tersebut disamping gencarnya sosialisasi kepada masyarakat.

Dari pemaparan bab di atas, dapat disimpulkan bahwa dari segi

waktu, program konseling sebagai bentuk kerja sama ini kurang strategis

dalam menyelesaikan perkara permohonan dispensasi nikah, karena

dilakukan setelah pelaku permohonan dispensasi nikah mendaftarkan dirinya

di Pengadilan Agama dan pelaksanaannya sebelum persidangan. Kemudian,

sosialisasi kepada masyarakat terutama daerah pelosok dengan target anak-

anak yang masih sekolah dan pendampingan orangtua, juga belum

digencarkan dan belum merata, akibatnya masih banyak masyarakat

terutama remaja yang melakukan permohonan dispensasi nikah agar dapat

melakukan perkawinan walaupun masih di bawah umur. Padahal, dengan


119

adanya sosialisasi juga bertujuan agar faktor masyarakat dan kebudayaan

dalam efektivitas hukum berjalan dengan baik dan tidak dikatakan sebagai

faktor penantang, di mana hukum tersebut dapat dikatakan efektif dan

berhasil disampaikan kepada masyarakat, kemudian masyarakat

memahaminya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai