Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERHUBUNGAN DENGAN


GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN DIAGNOSA MEDIS THYPOID

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

FARADILLAH(202201184)

GILLYNIFER NADIA VRISTLY TAHIR(202201187)

ZIQRIYANI MENER (202201215)

MUSDALIPA (202201198)

SAKIA RIANDITA PUTRI(202201211)

INTAN CANTIKA(202201191)

QUNUT NUR RAMDANI(202201206)

PRISKILA EUGANIA PUTRI(202201203)

FISISKA LATAHIDU(202201186)

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2022
DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................4
2.1 Pembahasan................................................................................................................4
PENGERTIAN..................................................................................................................5
PENYEBAB......................................................................................................................5
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN TIDUR........................................................................5
JENIS GANGGUAN TIDUR DAN PENYEBABNYA...............................................................5
GEJALA GANGGUAN TIDUR............................................................................................6
PERJALANAN PENYAKIT..................................................................................................7
KELUHAN YANG DIALAMI PASIEN..................................................................................7
CARA PENANGANAN......................................................................................................8
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................10
1. Biodata Pasien..................................................................................................10
a. Data Demografi Pasien.....................................................................................10
b. Data Demografi Penanggung Jawab.................................................................10
BAB III..............................................................................................................................31
PENUTUPAN....................................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................31
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri
memiliki angka tinggi di wilayah negara-negara berkembang yang beriklim
tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di Indonesia. Data WHO (World
Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia
terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena
Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia (WHO, 2008 dalam Depkes RI,
2013).
Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai
pada populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga
berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan
riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan,
menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang
ditulis oleh Marni (2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya menyatakan
bahwa kejadian Typhoid di Indonesia mencapai 148,7 per 100.000 penduduk.
(Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (41.081
kasus). (Djoko Widodo, 2014).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya
daerah ileum. (Bachrudin dan Najib, 2016) Typhoid atau typhoid fever ialah
suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan oleh Salmonella typhi.
Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam
enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S.
schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S.
parathypi
C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam
enterik yang lain. (Widagdo, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu Typhoid dan apa saja penyebab nya?
 Apa saja keluhan yang diderita oleh penderita Thypoid dan bagaimana cara
menangani para penderita Typhoid ?

1.3 Tujuan
 Dengan menyusun makalah ini, kami dapat mengetahui pengertian
dan penyebab dari Typhoid.
 Dengan menyusun makalah ini, kami dapat mengetahui keluhan apa
saja yang di alami oleh penderita Typhoid dan bagaimana cara
menangani para penderita Typhoid.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan

PENGERTIAN
Gangguan tidur adalah kelainan pada pola tidur seseorang Kondisi ini dapat
menimbulkan penurunan kualitas tidur yang berdampak pada kesehatan dan
keselamatan penderitanya. Gangguan tidur dapat ditandai dengan mengantuk di
siang hari, sulit tidur di malam hari, atau siklus tidur dan bangun tidur yang tidak
teratur. Gangguan tidur yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan
risiko munculnya berbagai penyakit lain, seperti hipertensi dan penyakit jantung.

PENYEBAB
Gangguan tidur disebabkan oleh berbagai macam hal. Beberapa penyebab dari
gangguan tidur, antara lain:
1.Gangguan fisik, seperti nyeri perut.
2.Kondisi medis, seperti sesak napas.
3.Obat-obatan, seperti kafein, antidepresan, atau stimulan.4.Gangguan kejiwaan,
seperti depresi atau cemas.
5.Kondisi lingkungan, seperti pekerja shift malam hari.6.Usia lanjut.
7.Pecandu alkohol
8.Faktor genetik.

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN TIDUR


Gangguan tidur dapat ditandai dengan mengantuk di siang hari, sulit tidur di
malam hari, atau siklus tidur dan bangun tidur yang tidak teratur. Gangguan tidur
yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai
penyakit lain, seperti hipertensi dan penyakit jantung.

JENIS GANGGUAN TIDUR DAN PENYEBABNYA


Berdasarkan bentuk kelainan atau gejalanya, gangguan tidur terbagi dalam
beberapa jenis. Di bawah ini adalah beberapa jenis gangguan tidur yang sering
terjadi:
1. Insomnia
Insomnia adalah kondisi ketika seseorang sulit tidur atau butuh waktu yang sangat
lama sampai bisa tidur. Insomnia dapat disebabkan oleh kebiasaan sebelum tidur
yang tidak baik, gangguan mental, atau penyakit tertentu (salah satunya gangguan
kelenjar pineal).
2. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kondisi ketika penderitanya tidur sangat panjang sehingga
penderitanya selalu mengantuk di siang hari. Ada berbagai hal yang berpotensi
menyebabkan hipersomnia atau tidur berlebihan, salah satunya adalah depresi.
3. Tidur berjalan
Penyakit tidur berjalan (sleepwalking) dalam istilah medis disebut somnabulisme.
Penderita kondisi ini sering bangun, berjalan, atau melakukan berbagai kegiatan
dalam keadaan tidur, tetapi ia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Kondisi ini
bisa dialami oleh orang dewasa dan juga anak-anak.
4. Nightmare (mimpi buruk)
Mimpi buruk terjadi saat otak menyebabkan seseorang memimpikan hal-hal yang
meresahkan. Belum diketahui mengapa kondisi ini terjadi. Namun, mimpi buruk
pada anak diduga dipicu oleh rasa cemas atau takut bila jauh dari orang tuanya.
5. Sleep terror (teror tidur)
Teror tidur lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia 4–8 tahun.
Penderita teror tidur dapat tampak ketakutan hingga berteriak ketika tidur. Pada
anak, kondisi ini dapat dipicu oleh kelelahan atau demam.

GEJALA GANGGUAN TIDUR


Ada berbagai gejala yang dialami oleh seseorang yang menderita gangguan tidur,
antara lain:
•Bangun dan tidur di waktu yang tidak teratur
•Sulit tidur di malam hari
•Gerakan tungkai yang tidak disengaja saat ingin tertidur
•Irama napas yang tidak normal saat tidur
•Ketakutan, bermimpi buruk, berteriak, atau berjalan ketika tidur
•Kebiasaan mendengkur, tersedak, mengertakkan gigi, atau berhenti bernapas
sesaat, ketika sedang tidur
•Sering terbangun saat sudah tertidur dan sulit untuk tidur kembali
•Tidak dapat menggerakkan badan ketika bangun tidur
•Sering mengantuk di siang hari sehingga dapat tiba-tiba tertidur di waktu yang
tidak wajar, misalnya saat mengemudi
•Kesemutan atau sensasi yang menjalar di tangan dan kaki
•Lemah otot, badan lemas, atau sering merasa lelah

PERJALANAN PENYAKIT
Patofisiologi demam tifoid bergantung pada beberapa faktor antara lain virulensi,
imunitas inang, dan load bakteri. Virulensi bakteri Salmonella typhi sebagai
penyebab demam tifoid disebabkan karena bakteri Salmonella typhi dapat
memproduksi toksin tifoid, antigen vi (kapsul polisakarida), antigen liposakarida
O, dan antigen flagellar H yang masing-masing memegang peran penting dalam
proses infeksi inangnya yaitu manusia.
Fungsi utama antigen Vi adalah bertindak sebagai agen antifagositik (mencegah
fungsi fagosit makrofag), melindungi antigen O dari antibodi yang memberi
resistensi serum. Antigen flagellar H berfungsi sebagai anggota gerak bakteri dan
melakukan perlekatan pada dinding mukosa usus yang selanjutnya membantu
invasi bakteri ke dalam dinding mukosa usus. Bakteri salmonella mampu
melewati lambung karena tahan terhadap suasana asam di lambung hingga pH 1,5.
Masa inkubasi demam tifoid adalah antara 6-30 hari.
Bakteri salmonella yang tiba di usus akan menginduksi proliferasi plak Payer
dengan mendatangkan limfosit dan sel-sel mononuklear yang pada tingkat lanjut
akan menginduksi nekrosis jaringan usus dan berakhir dengan komplikasi berupa
ulserasi usus. Bakteri patogen mencapai sistem retikuloendotelial melalui jalur
limfatik dan aliran darah dan selanjutnya akan menginfeksi berbagai organ tubuh
lain, paling sering bakteri menginfeksi kandung kemih.
Bakteremia fase awal (24 hingga 72 jam post infeksi) akan bersifat asimptomatik
dan transient karena bakteri akan di fagosit oleh makrofag dan monosit di sistem
retikuloendotelial (namun bakteri tidak mati dan tetap berkembang di dalam sel
makrofag), fase ini disebut dengan bakteremia primer. Bakteri salmonella akan
terus merangsang makrofag untuk berkumpul sehingga dapat menjadi inang untuk
berkembang biak.
Patogen salmonella memiliki kemampuan untuk tetap bertumbuh didalam sel
imun dan bermultiplikasi intrasel yang selanjutnya akan merangsang proses
apoptosis makrofag, kembali memasuki sistem retikuloendotelial serta memasuki
aliran darah, kondisi ini akan menyebabkan kondisi bakterimia secara terus-
menerus selama beberapa hari yang disebut sebagai fase bakteremia sekunder.
Pada fase bakteremia sekunder, pasien akan memanifestasikan berbagai gejala
klinis demam tifoid yang tidak spesifik. Sebagai bakteri gram negatif, bakteri
Salmonella typhi akan melepaskan endotoksin ke dalam aliran darah dalam
jumlah besar yang menyebabkan hiperaktivitas vaskular dan pelepasan
katekolamin yang menyebabkan nekrosis fokal dan perdarahan. Lipopolisakarida
bakteri akan menginduksi reaksi mirip syok.

KELUHAN YANG DIALAMI PASIEN


Berdasarkan bentuk kelainan atau gejalanya, gangguan tidur terbagi dalam
beberapa jenis. Di bawah ini adalah beberapa jenis gangguan tidur yang sering
terjadi:masalah gangguan pola tidur yang disebabkan karena nyeri, lingkungan
yang kurang nyaman, dan kecemasan.
Ada berbagai keluhan yang dialami oleh seseorang yang menderita gangguan
tidur, antara lain :
1.Bangun dan tidur di waktu yang tidak teratur
2.Sulit tidur di malam hari
3.Gerakan tungkai yang tidak disengaja saat ingin tertidur
4.Irama napas yang tidak normal saat tidur.
5.Ketakutan, bermimpi buruk, berteriak, atau berjalan ketika tidur
6.Kebiasaan mendengkur, tersedak, mengertakkan gigi, atau berhenti bernapas
sesaat, ketika sedang tidur
7.Sering terbangun saat sudah tertidur dan sulit untuk tidur kembali
8.Tidak dapat menggerakkan badan ketika bangun tidur
9.Sering mengantuk di siang hari sehingga dapat tiba-tiba tertidur di waktu yang
tidak wajar, misalnya saat mengemudi
10. Kesemutan atau sensasi yang menjalar di tangan dan kaki
11. Lemah otot, badan lemas, atau sering merasa lelah.

CARA PENANGANAN
Menurut Potter & Perry (2005) rutinitas menjelang tidur bertujuan untuk
membantu seseorang dalam meningkatkan tidur. Adapun macam-macam ritual
tidur yang dapat dilakukan misalnya: waktu yang sama untuk tidur, kudapan atau
aktivitas tenang yang digunakan secara konsisten membantu anak kecil untuk
tidak
menunda tidur. Todler dan anak prasekolah terlalu bergembira dan penuh energy
untuk pergi tidur. Pola persiapan menjelang tidur perlu diperkuat. Membaca
cerita,
membiarkan anak untuk tidur di pangkuan orang tua sambil mendengarkan music,
atau mendengarkan doa merupakan rutinitas yang dapat dihubungkan dengan
persiapan untuk tidur. Aktivitas-aktivitas tenang seperti mewarnai dan membaca
sangat membantu pada anak usia sekolah (Potter & Perry, 2005).
Orang dewasa perlu menghindari stimuls mental berlebihan sesaat menjelang
tidur. Membaca novel ringan, menonton program televisi, atau mendengarkan
music membantu seseorang untuk rileks. Latihan relaksasi dapat bermanfaat pada
saat menjelang tidur. Pernapasan yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit
memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi otot berirama mengurangi
ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat (Hoch & Reynolds 1986).
Imajinasi terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Potter & Perry,
2005).
Tidak menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah atau menyelesaikan masalah
keluarga sebelum tidur, tidak menggunakan kamar tidur sebagai tempat kerja, dan
bekerja dengan waktu yang konsisten untuk tidur juga dapat membantu seseorang
mendapatkan pola tidur sehat dan memperkuat irama siklus tidur bangun
(Potter & Perry, 2005)
ASUHAN KEPERAWATAN TYPHOID PADA Sdr. J
DI RUANG KENANGA RSUD KRATON
KABUPATEN PEKALONGAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi Pasien
Tgl. masuk : 21 Mei 2016

Jam masuk : 07.00 WIB

Ruang : Teratai

No. register : 147467

Tgl. pengkajian : 23 Mei 2016

Diagnosa medis : Typhoid

Nama : Sdr. J

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Status : Lajang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kulu, Karanganyar

b. Data Demografi Penanggung Jawab


Nama : Ny. R

Umur : 41 tahun

Agama : Islam
Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hub. dgn. pasien : Ibu

c. Faktor Sosial Ekonomi & Budaya


DS : Pasien mengatakan suka bergaul dengan teman-teman sebayanya
baik di kampung maupun di tempat kerja. Kemudian untuk urusan
perekonomian, ayah bekerja sebagai wiraswasta guna mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Lalu setiap malam jum’at sering diadakan
yasintahlil di kampungnya.

d. Faktor Lingkungan
DS : Pasien mengatakan lingkungan baik di luar dan di dalam rumah
bersih, jendela dibuka setiap pagi hari & siang hari. Rumah juga ada
ventilasinya di setiap ruangan, kamar mandi ada 1 juga tempat sampah
pun ada.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
DS : Pasien mengatakan panas naik turun 3 hari, pusing, mual, lemas
sebelum masuk dirawat inap di RSUD UNDATA PALU tanggal 21
Mei 2016, sebelumnya pasien memeriksakan diri ke Puskesmas
terdekat. Setelah beberapa hari tidak ada perubahan dan akhirnya
pasien diantar keluarganya periksa ke RSUD Kajen Pekalongan. Lalu
dirawat di Ruang Teratai pada tanggal 21 Mei 2016. Sudah 2 hari
pasien dirawat, pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2016 pukul 09.00
WIB ditemukan data: Data Subjektif :
 Pasien mengatakan panas naik turun.
 Pasien mengatakan sulit istirahat.
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan
Habis 1/3 porsi.
- Pasien mengatakan sakit pada perut
 P : nyeri jika sakitnya kambuh
 Q : seperti tertekan
 R : Perut kanan atas
 S : Skala nyeri 5 (sedang)
 T : Nyeri hilang timbul
Data Objektif :
 A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg, BB
sekarang 43 kg
 B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S. paratypi
BH 1/320, leukosit 9900/mm³, trombosit
131000/mm³, hematokrit 39,4 %, hemoglobin
13,9 g/dl,C : Mual, muntah
 D : Diit lunak
 TD 130/80 mmHg
 N 81 x/mnt
 S 38 °C
 Rr 20 x/mnt
 Kulit teraba panas
 Wajah pasien tampak pucat
 Wajah pasien tampak lesu
 Wajah pasien tampak meringis kesakitan

b. Keluhan Utama
DS : Pasien mengatakan panas berulang naik turun.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


DS : Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit Typhoid
apalagi sampai dirawat inap di RSUD.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
DS : Pasien mengatakan dari silsilah keluarga baik dari pihak ayah dan
ibu tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Mellitus.

3. Pola Kesehatan (Fungsional Gordon)


a. Pola Manajemen Kesehatan
DS : Pasien mengatakan jika sakit biasanya memeriksakan diri ke
Pelayanan kesehatan misal dokter, Puskesmas, rumah sakit.
b. Pola Kebutuhan Nutrisi
DS : Sebelum sakit pasien makan habis porsi sehari 3x, selama sakit
sakit pasien makan habis 1/3 porsi sehari 3x. Pola minum pasien
sebelum sakit  7 gelas/hari, selama sakit pasien minum  3 gelas/hari
(air putih, 2 gelas susu).
c. Pola Eliminasi
DS : Sebelum sakit pasien BAB 1 hari sekali, BAK 3x sehari, selama
sakit BAB 1 hari sekali, BAK 4x sehari.
d. Pola Aktifitas dan Latihan
DS : Sebelum masuk rumah sakit pasien biasa melakukan kegiatan di
rumah seperti makan dan minum sendiri, semenjak sakit dan di rawat
di rumah sakit aktifitas pasien dibantu oleh orang tuanyanya seperti
makan, minum dan perawatan diri.
e. Pola Istirahat dan Tidur
DS : Semenjak sakit, sebelum di rawat di rumah sakit pasien tidur
hanya 6 jam malam/hari, setelah masuk rumah sakit tidur 8 jam
malam/hari.
f. Pola Perseptual
DS : Pasien merasa dirinya sakit dan ketika dirawat di rumah sakit
merasa takut dengan lingkungan tersebut.
g. Pola Kognitif
DS : Pendengaran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan.

h. Pola Hubungan Sosial


DS : Pasien sebelum masuk rumah sakit bergaul dan bermain dengan
teman sebayanya. Setelah masuk rumah sakit pasien tidak bisa bermain
dan bergaul dengan temannya.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
DS : Pasien belum menikah.

j. Pola Menangani Masalah


DS : Pasien mengetahuai bahwa dia sakit, pasien hanya bisa diam
dengan kondisinya sekarang dan berdoa agar cepat sembuh.
k. Pola Kepercayaan dan Nilai
DS : Pasien beragama Islam, pasien belum menjalankan ibadahnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kesadaran : Comphos Menthis

DO : Wajah pasien tampak lesu

b. Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg TB : 169 cm

Nadi : 81 x/mnt BB sebelum sakit : 44 kg

Suhu : 38 °C BB sekarang : 43 kg

RR : 20 x/mnt

c. Rambut
Inspeksi : bersih, rambut pendek.

Palpasi : rambut tidak rontok, rambut tidak bercabang


d. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada jejas.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.

e. Leher
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran vena jugularis.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.

f. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen, sistem

pendengaran baik.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.

g. Mata
Inspeksi : tidak ada lesi dan bengkak pada kelopak mata,

sklera putih, konjungtiva tidak anemis.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan

h. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran, tidak ada pernafasan

cuping hidung.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.

i. Mulut
Inspeksi : gigi bersih, tidak ada caries, bibir tidak sumbing,

bibir tidak sianosis, lidah merah muda, tidak ada

bercak putih.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.

j. Kulit
Inspeksi : warna kulit merata, tidak lesi.

Palpasi : kulit teraba panas, tidak teraba benjolan, tidak ada

nyeri tekan.

k. Paru-paru
Inspeksi : pernapasan diafragma (abdomen timbul dengan

inspirasi)

Palpasi : gerakan simetris pada setiap pernapasan.

Perkusi : terdengar bunyi sonor di seluruh permukaan paru.

Auskultasi : vesikuler di seluruh lapisan paru.

l. Jantung
Inspeksi : terlihat ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra

Palpasi : teraba ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra.

Perkusi : terdengar bunyi pekak.

Auskultasi : buyi jantung I-II, tidak terdengar bunyi tambahan.

m. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris.

Auskultasi : bising usus 115x menit.

Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan atas.

Perkusi : timpani diseluruh abdomen, pekak pada simfisis

pubis.

n. Ekstermitas
Inspeksi : tidak ada edema

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan.


Terapi

Medikal Management Tanggal, Pukul Tujuan


Infus RL 500 ml/8 jam 21-24 Mei 2016, Untuk mengembalikan
05.00 WIB, 13.00 keseimbangan elektrolit.
WIB, 21.00 WIB
Injeksi Ranitidine 50 28-31 Januari 2015, Untuk tukak lambung,
mg, per IV, 1 x sehari 13.00 WIB menurunkan produksi
asam lambung, tukak
usus 12 jari
Injeksi Pantoprazole 28-31 Januari 2015, Untuk tukak lambung,
40 mg, per IV, 1 x 13.00 WIB tukak usus 12 jari.
sehari membuat pencernaan
lancar
Paracetamol tablet 500 28-31 Januari 2015, Antipiretik atau
mg, per oral, 3 x 06.00 WIB, 14.00 menurunkan panas tubuh
sehari WIB, 22.00 WIB
Neurosanbe tablet 200 28-31 Januari 2015, Suplemen atau untuk
mg, per oral, 1 x 06.00 WIB mengobati kekurangan
sehari vitamin B1, B6, B12
seperti polineuritis
Thiamphenicol kapsul 28-31 Januari 2015, Antibiotik atau
500 mg, per oral, 3 x 06.00 WIB, 14.00 mengobati thypus atau
sehari WIB, 22.00 WIB para thypus
Pengelompokkan Data
DS :
 Pasien mengatakan panas naik turun.
 Pasien mengatakan sulit istirahat.
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
 Pasien mengatakan sakit pada perut
 P : nyeri jika sakitnya kambuh
 Q : seperti tertekan
 R : regio perut kanan atas
 S : skala nyeri 5 (sedang)
 T : nyeri hilang timbul
DO :
 A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg, BB sekarang 43 kg.
 B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S. paratypi BH 1/320,
leukosit 9900/mm³, trombosit 131000/mm³, hematokrit
39,4 %, hemoglobin 13,9 g/dl,
 C : Mual, muntah
 D : Diit lunak TKTP
 TD 130/80 mmHg
 N 81 x/mnt
 S 38 °C
 Rr 20 x/mnt
 Kulit teraba panas
 Wajah pasien tampak pucat
 Wajah pasien tampak lesu
 Wajah pasien tampak meringis kesakitan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Data Fokus Etiologi Masalah


.
1. DS : Agen cidera Nyeri akut

 P : nyeri jika sakitnya kambuh biologis

 Q : seperti tertekan
 R : regio perut kanan atas
 S : skala nyeri 5 (sedang)
 T : nyeri hilang timbul
DO : TD 130/80 mmHg, N 81 x/mnt, S 38 °C, Rr 20 x/mnt, wajah pasien tampak meringis
kesakitan
2. DS : Pasien mengatakan panas naik turun, sulit istirahat. Penyakit typhoid Hipertermia
DO : TD 130/80 mmHg, N 81 x/mnt, S 38 °C, Rr 20 x/mnt, kulit teraba panas, wajah pasien tampak
pucat, lesu.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No. dx. Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Senin, 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri pasien (PQRST) 1. Mengidentifikasi frekuensi, skala
23-5-2016 keperawatan selama 3x24 jam & kualitas nyeri.
09.00 WIB nyeri berkurang, dengan 2. Berikan posisi nyaman pada 2. Memberikan rasa nyaman pada
kriteria hasil: pasien.
pasien.
- Pasien mampu mengontrol nyeri 3. Mengurangi rasa nyeri.
3. Ajarkan teknik management

- Pasien rileks nyeri non farmakologis.


4. Kolaborasi dokter pemberian 4. Mengurangi rasa nyeri.
- Skala nyeri 0-3
terapi analgetik (Injeksi
Ranitidine 50 mg, per IV, 1 x
sehari, Injeksi Pantoprazole 40
mg, per IV, 1 x sehari,
Thiamphenicol kapsul 500 mg,
per oral, 3 x sehari).
Senin, 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV pasien. 1. Mengidentifikasi keadaan umum.
23-5-2016 keperawatan selama 3x24 jam 2. Kompres air hangat pada kening 2. Membantu menurunkan panas tubuh
09.00 WIB panas tubuh pasien turun, pasien. pasien.

dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan pada keluarga dan 3. Memberikan informasi pada keluarga

- Suhu menjadi 37 °C pasien tentang penyebab terjadi dan pasien tentang penyebab
- Kulit teraba tidak panas lagi peningkatan suhu tubuh . peningkatan suhu tubuh.
4. Kolaborasi dokter pemberian
terapi antipiretik (Paracetamol
4. Menurunkan panas tubuh pasien.
tablet 500 mg, per oral, 3x
sehari).
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No. Dx Implementasi keperawatan Respon pasien TTD

Senin, 1 Kaji nyeri pasien (PQRST) S: - P : Nyeri jika sakitnya kambuh


23-5-2016
- Q : Seperti tertekan
09.00 WIB
- R : Regio perut kanan atas

- S : Skala nyeri 5 (sedang)

- T : Nyeri hilang timbul


O: Wajah pasien tampak meringis kesakitan

Memberikan posisi nyaman pada pasien. S: Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
09.10 WIB
(supinasi) terlentang.
1
O: Pasien tampak rileks

Mengajarkan teknik management nyeri S: Pasien mengatakan lebih nyaman


(relaksasi nafas dalam & relaksasi progresif). O: Pasien tampak rileks
09.20 WIB
1 Mengkaji TTV pasien. S:-
O : TD 130/80 mmHg, N 81 x/mnt, S 38 °C,
Rr 20 x/mnt, kulit teraba panas, wajah
pasien tampak pucat, lesu.
09.30 WIB
Mengompres air hangat pada kening pasien S: Pasien mengatakan kecapekan
2 O: Kulit teraba panas.

S: Pasien mengatakan kecapekan.


O: Wajah pasien tampak lesu.

09.40 WIB
Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang S: Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2 penyebab terjadi peningkatan suhu tubuh.
makan habis 1/3 porsi.

09.50 WIB
Mengkaji ada tidaknya rasa mual dan muntah O: - A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg,
pada pasien.
2 BB sekarang 43 kg
- B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S.
Paratypi BH 1/320, leukosit 9900/mm³,
trombosit 131000/mm³, hematokrit 39,4
%, hemoglobin 13,9 g/dl,
- C : Mual, muntah
- D : Diit lunak TKTP

S: -
10.00 WIB Mengukur antropometri pasien.
O: BB 43 kg, TB 169 cm.
3 Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang
penyebab penyakit typhoid.
S: Pasien mengatakan sering telat makan
O: Wajah pasien tampak lesu.

10.10 WIB S:-


Mengkaji TTV pasien.
O : TD 120/80 mmHg, N 80 x/mnt, S 37,5
3
°C, Rr 21 x/mnt, kulit teraba tidak panas,
wajah pasien tampak pucat, lesu.

10.20 WIB S: Pasien bersedia


Mengganti cairan infus RL 500 ml/8jam
3 O: Infus diganti RL 500 ml/8jam

11.00 WIB

2 S: Pasien bersedia
Memberikan terapi injeksi
- Ranitidin 50mg per IV O: Injeksi masuk, tidak terjadi alergi, pasien
- Pantoprazole 40mg per IV kooperatif.

13.00 WIB
- Memberikan terapi obat oral S: Pasien bersedia minum obat.
2 - Paracetamol tablet 500mg per oral
O: Pasien tampak minum obat.
- Thiamphenicol kapsul 500mg per oral

EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No Dx Evaluasi keperawatan Ttd

Senin, 1 S : Pasien mengatakan nyeri di perut.

23-6-2016 - P : nyeri jika sakitnya kambuh

14.10 WIB - Q : seperti tertekan

- R : regio perut kanan atas

- S : skala nyeri 5 (sedang)

- T : nyeri hilang timbul


O: Wajah pasien tampak meringis kesakitan.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji nyeri pasien (PQRST).


2. Berikan posisi nyaman pada pasien.
3. Ajarkan teknik management nyeri non farmakologis.
4. Kolaborasi dokter pemberian terapi analgetik.
 Injeksi Ranitidine 50 mg, per IV, 1 x sehari
 Injeksi Pantoprazole 40 mg, per IV, 1 x sehari
 Thiamphenicol kapsul 500 mg, per oral, 3 x sehari
S : Pasien mengatakan kecapekan.
O : TD 120/80 mmHg, N 80 x/mnt, S 37,5 °C, Rr 21 x/mnt, kulit teraba tidak panas,
wajah pasien tampak pucat, lesu
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji TTV pasien.


2 2. Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang penyebab terjadi peningkatan suhu tubuh .
3. Kolaborasi dokter pemberian terapi antipiretik.
 Paracetamol tablet 500 mg, per oral, 3 x sehari
S: Pasien mengatakan tidak nafsu makan

O: - A : TB 170 cm, BB sebelum sakit 68 kg, BB sekarang 66 kg

- B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S. Paratypi BH 1/320, leukosit 9900/mm³,


trombosit 131000/mm³, hematokrit 39,4 %, hemoglobin 13,9 g/dl,
- C : Mual, muntah

- D : Diit lunak TKTP


A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji ada tidaknya rasa mual dan muntah pada pasien.


3 2. Ukur antropometri pasien.
3. Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang penyebab penyakit typhoid.
4. Kolaborasi dokter pemberian suplemen.
 Neurosanbe tablet 200 mg, per oral, 1 x sehari
Rabu, 1 S : Pasien mengatakan nyeri di perut berkurang.

25-5-2016 - P : Nyeri jika sakitnya kambuh

14.10 WIB - Q : Seperti perih

- R : Regio perut kanan atas

- S : Skala nyeri 3 (ringan)

- T : Nyeri hilang timbul


O : Wajah pasien tampak rileks.
A : Masalah teratasi.
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji nyeri pasien (PQRST).


2. Berikan posisi nyaman pada pasien.
3. Ajarkan teknik management nyeri non farmakologis.
4. Kolaborasi dokter pemberian terapi analgetik.
 Injeksi Ranitidine 50 mg, per IV, 1 x sehari.
 Injeksi Pantoprazole 40 mg, per IV, 1 x sehari.
 Thiamphenicol kapsul 500 mg, per oral, 3 x sehari.
S : Pasien mengatakan akan mengurangi aktivitas berlebihan.
O : TD 120/80 mmHg, N 80 x/mnt, S 36, 4 °C, Rr 20 x/mnt, kulit teraba tidak panas.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi

1. Kaji TTV pasien.


2. Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang penyebab terjadi peningkatan suhu tubuh.
3. Kolaborasi dokter pemberian terapi antipiretik.
2
 Paracetamol tablet 500 mg, per oral, 3 x sehari.

S: Pasien mengatakn nafsu makan bertambah, makan habis porsi.

O: - A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg, BB sekarang 43 kg.

- B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S. Paratypi BH 1/320, leukosit 9900/mm³,


trombosit 131000/mm³, hematokrit 39,4 %, hemoglobin 13,9 g/dl,
- C : Tidak mual dan muntah lagi.

- D : Diit lunak TKTP


BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Demam typhoid merupakan suatu infeksi akut yang menyerang system
pencernaan terutama pada bagian usus halus yang di sebabkan oeh bakteri
salmonella typhi. Dengan gejala demam selama 1-2 minggu yang ditandai dengan
demam tinggi nyeri pada bagian perut, dan mual muntah dan bisa menyebabkan
penurunan kesadaran. Sehingga perawat dituntut untuk menjaga dan mengawasi
kebutuhan cairan dan elektrolit, hipertermi, dan status nutrisi pada pasie
Daftar Pustaka

http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52057

https://www.alomedika.com

https://www.alodokter.com/gangguan-tidur

http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44494

Anda mungkin juga menyukai