Anda di halaman 1dari 8

Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 8, No.

3, Tahun 2021

POTENSI PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS GULA TERHADAP SIFAT


SENSORI DAN FISIKOKIMIA ROTI MANIS: REVIEW

Muhammad Adna Ridhani1, Irene Prahastiwi Vidyaningrum1, Nazihah Nazzala Akmala1, Riana
Fatihatunisa1, Shofi Azzahro1, *Nur Aini.
1
Program Studi Teknologi Pangan, Jurusan Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Jalan Dr. Soeparno, Purwokerto, 53123, Indonesia
*Email korespondensi: nur.aini@unsoed.ac.id

ABSTRAK

Roti merupakan produk fermentasi dari ragi dan mikroba Saccharomyces cerevisiae. Pada roti manis, terdapat perbedaan
jenis gula yang digunakan sebagai bahan tambahan. Jenis gula tersebut berupa glukosa, fruktosa dan sukrosa. Fruktosa
merupakan gula higroskopis yang juga bersifat gula reduksi sehingga mengikat lebih banyak air sehingga semakin tinggi
kadar air suatu produk roti maka semakin tinggi pula nilai aw yang diperoleh. Sukrosa merupakan gula non-reduksi yang
memiliki tingkat kemanisan dan higroskopis lebih tinggi dibandingkan gula sederhana lainnya sehingga menghasilkan
kalori yang cukup tinggi. Glukosa merupakan gula reduksi yang memiliki ujung rantai berupa gugus aldehid sehingga
berperan dalam dua reaksi selama pemanggangan yaitu reaksi Maillard dan reaksi karamelisasi. Sehingga penambahan
gula akan berpengaruh terhadap tingkat kemanisan, reaksi browning dan higroskopis.

Kata Kunci: fruktosa, glukosa, roti manis, sukrosa

ABSTRACT

Bread is a fermented product of yeast and microbes Saccharomyces serevisiae. In sweet bread, there are different types
of sugar used as an additive. These types of sugars are in the form of glucose, fructose and sucrose. Fructose is a
hygroscopic sugar which is also a reducing sugar so it binds more water so that the higher the moisture content of a
bread product, the higher the aw value is obtained. Sucrose is a non-reducing sugar which has a higher sweetness and
hygroscopic level than other simple sugars, so it produces quite high calories. Glucose is a reducing sugar which has
a chain end in the form of an aldehyde group so that it plays a role in two reactions during roasting, namely the Maillard
reaction and the caramelization reaction. So that the addition of sugar will affect the level of sweetness, browning and
hygroscopic reactions.

Keywords: fructose, glucose, sucrose, sweet bread

1. Pendahuluan terdapat mikroba utama yaitu Saccharomyces cerevisiae.


Roti merupakan produk pangan yang cukup Proses pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi
populer di Indonesia. Kandungan gizi yang terdapat pada dibantu dengan penggunaan bahan lain yaitu gula sebagai
roti merupakan sumber energi yang bermanfaat bagi sumber energi. Ragi akan mengubah gula dan karbohidrat
tubuh apabila dikonsumsi. Roti dapat dikonsumsi yang ada di dalam adonan menjadi gas karbondioksida
langsung sehingga lebih praktis, mudah dikonsumsi (CO2). Gas inilah yang menjadikan adonan roti menjadi
dimana dan kapan saja, dan banyak disukai karena membentuk pori-pori, mengembang, dan aroma yang
terdapat berbagai varian rasa. Bahan utama dalam harum ketika dipanggang. (Ko, 2012).
pembuatan roti terdiri dari tepung, air, ragi roti, dan Bahan baku utama dalam pembuatan roti adalah
garam (Andragogi et al., 2018). Selain itu terdapat bahan tepung terigu protein tinggi (hard wheat). Menurut (Arif,
tambahan seperti susu, mentega, telur, gula, bahan 2019), tepung terigu hard wheat mampu menyerap air
pelezat berupa coklat dan lain-lain tergantung pada jenis dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan
roti. yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk
Roti merupakan produk makanan fermentasi menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut,
yang menggunakan ragi untuk pengembang dan volume besar, dan mengandung 12-13% protein. Pada
pembentukan aroma. Ragi adalah mikroorganisme hidup tepung terigu terdapat protein gliadin dan glutenin yang
yang berkembang biak dengan cara memakan gula dan apabila tercampur dengan air akan membentuk gluten.

61
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

Dengan gluten inilah yang menjadikan roti mengembang pada roti berdasarkan jenis gula yang digunakan
ketika proses pembuatannya. Jaringan sel-sel ini juga sehingga dapat mengetahui penggunaan jenis gula yang
cukup kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi tepat untuk membuat roti dengan sifat fisikokimia yang
sehingga adonan tidak mengempis kembali (Saragih, baik dan dapat diterima konsumen.
2017)
Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang 2. Roti
sederhana atau sering disebut gula sederhana (Andragogi Pemanggangan merupakan salah satu proses
et al., 2018). Dalam suatu makanan biasanya pengolahan pangan yang menggunakan media panas
mengandung glukosa, salah satunya pada roti. Glukosa dalam upaya pemasakan dan pengeringan bahan
dapat ditemukan pada roti karena biasanya glukosa yang pangan. Pemanggangan juga memberikan efek
terdapat pada bahan pangan digunakan sebagai bahan pengawetan karena terjadi inaktivasi mikroba dan
tambahan, seperti pada umbi-umbian, buah-buahan enzim serta penurunan Aw (aktivitas air). Proses
bahkan sayur-sayuran. Glukosa biasanya digunakan pemanggangan tersebut menyebabkan perubahan
sebagai bahan tambahan yang bermanfaat sebagai warna, tekstur, aroma dan rasa dari bahan (Haryani et
pemanis. Selain itu, glukosa juga dapat bereaksi dengan al, 2017).
panas yang menyebabkan reaksi pencoklatan non Menurut Prabawati (2014), perubahan tekstur
enzimatik (browning reaction) seperti reaksi Maillard pada proses pemanggangan roti disebabkan oleh panas
dan karamelisasi. Reaksi Maillard merupakan reaksi yang dialirkan di dalam oven. Dengan adanya panas
yang terjadi antara karbohidrat yang mengandung gula dari oven, air di dekat permukaan akan menguap.
reduksi dengan gugus amina primer yang akan Selanjutnya uap air tersebut akan berpindah ke fase
menghasilkan warna coklat atau melanoidin. Hal ini gasnya melalui proses difusi ke dalam produk atau
dapat dilihat dari roti, biasanya adonan roti yang bahkan ke luar melalui sel permukaan produk. Dengan
dipanggang akan berubah menjadi coklat gelap yang adanya panas dari permukaan dan menuju ke dalam
dikarenakan peranan dari gula reduksi yaitu glukosa yang produk,maka uap air yang bertemu dengan uap air yang
berperan dalam reaksi Maillard dan karamelisasi. lebih dingin di pusat produk akan mengalami
Sukrosa adalah gula yang paling sering kondensasi sampai jumlah tersebut berkurang karena
digunakan dalam sehari-hari yaitu gula pasir. Selain itu, adanya pengaruh panas.
sukrosa juga sering ditemukan pada umbi-umbian, buah- Pada proses pemanggangan kandungan air
buahan dan makanan lain. Gula sukrosa dapat bereaksi akan menurun yang disebabkan oleh proses
dengan ragi, karena sukrosa memiliki karbohidrat yang perpindahan massa air dari tengah produk ke
berupa gula, gula jenis sukrosa yang merupakan sumber permukaan. Sedangkan pada permukaan (crust),
energi. Sehingga ketika sukrosa bereaksi dengan ragi, kandungan airnya sangat cepat mengalami penguapan.
maka akan mengaktifkan bakteri Saccharomyces Sehingga pada saat selesai pemanggangan, kadar air
cerevisiae ketika proses fermentasi adonan roti. Menurut dari bahan sudah banyak yang hilang dan membentuk
(Anggraeni et al., 2017), gula sukrosa merupakan gula tekstur roti yang kokoh (Haryani et al, 2017).
non-reduksi, gula non-reduksi biasanya berperan hanya Tepung merupakan salah satu bahan dasar dari
pada karamelisasi. Sedangkan reaksi Maillard biasanya tepung komposit dan terdiri atas karbohidrat, lemak,
terjadi pada gula reduksi. Sehingga, ketika sukrosa protein, mineral, dan vitamin. Tepung berupa partikel
ditambahkan pada roti tidak membuat roti menjadi gelap. padat yang berbentuk butiran halus yang biasanya
Fruktosa termasuk salah satu gula sederhana digunakan untuk bahan baku industri, keperluan
yang terdapat dalam makanan alami seperti buah- penelitian, maupun dipakai dalam kebutuhan rumah
buahan, madu, sayuran dan biji-bijian (Prahastuti, 2011). tangga (Marbun et al, 2018).
Fruktosa dan glukosa termasuk gula reduksi yang mampu Salah satu jenis tepung yaitu tepung terigu.
membentuk reaksi Maillard (kecoklatan) apabila Tepung terigu merupakan salah satu bahan utama
bereaksi dengan protein dan dipicu oleh panas (Winarno, dalam pembuatan roti. Berdasarkan kadar proteinnya
2004). Fruktosa merupakan salah satu golongan tepung terigu digolongkan menjadi tiga yaitu tepung
monosakarida yang terdiri atas 6 atom karbon (heksosa) terigu protein rendah, sedang, dan tinggi. Menurut
dan mengandung gugus karbonil sebagai keton Glissen (2009) dalam Sutriyono et al, 2018 kadar
(Prahastuti, 2011). Manusia mengkonsumsi fruktosa protein tepung terigu protein tinggi (12-14%) dengan
dalam bentuk sukrosa dan jarang dalam bentuk bebas kadar gluten basah 33-39%, tepung terigu protein
(Prahastuti, 2011). Fruktosa yang merupakan gula sedang (10-12%) dengan kadar gluten basah 27-33%,
reduksi akan berperan secara aktif dalam reaksi Maillard dan tepung terigu protein rendah (8-10%) dengan kadar
sehingga dapat mempengaruhi sifat fisikokimia produk gluten 21-27%.
akhir roti, seperti berwarna cokelat dan juga Tepung terigu protein tinggi dipilih dalam
mempengaruhi tekstur, kadar air, dan aw (Anggraeni et pembuatan roti karena kandungan gluten di dalamnya
al., 2017). semakin besar. Kadar protein terigu memiliki korelasi
Tujuan dilakukan penulisan artikel review ini yang kuat dengan kadar gluten. Semakin tinggi kadar
adalah untuk mengetahui perbedaan sifat fisikokimia protein dalam tepung terigu, maka jumlah gluten akan

62
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

semakin besar sehingga adonan roti dapat menangkap gula pereduksi (gula adosa dan ketosa) dengan gugus
air lebih banyak (Water Holding Capacity) dan gas amina primer (asam amino, protein atau senyawa lain
karbondioksida (CO2). yang mengandung gugus amin). Reaksi diawali dengan
Gluten adalah protein spesifik yang terdapat interaksi gula pereduksi dengan gugus amina
pada gandum dan diperlukan untuk meningkatkan membentuk senyawa intermediet N-Substituted
elastisitas dan tekstur adonan berbasis karbohidrat glycosylamin. Senyawa intermediet akan membentuk
(Husniati et al., 2015). Gluten terdiri dari gliadin dan senyawa intermediet berikutnya yang dapat
glutenin. Menurut Zilic et al (2011) dalam Prasetya dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi gula, konsentrasi
(2017) komposisi gliadin sebesar 30-40% dan 45% amino, pH, dan tipe gula. Pada akhir reaksi akan
glutenin dari total tepung terigu. Glutenin tersusun atas menghasilkan pigmen coklat melanoidin yang memiliki
rantai polipeptida tunggal yang diikat oleh ikatan bobot molekul besar (Kusnandar, 2019).
disulfida intermolekuler (Prasetya, 2017). Ketika Tahapan dalam reaksi Maillard diawali
bercampur dengan air, gliadin dan glutenin berinteraksi dengan kondensasi yang melibatkan reaksi antara gula
membentuk sistein. Sistein termasuk ikatan disulfida ketosa atau aldosa dengan gugus amina dan hasil dari
kovalen yang berperan dalam pembentukan dan reaksi ini adalah basa Schiff. Basa schiff mengalami
pengembangan adonan viskoelastik serta diperkuat oleh pembentukan lingkar dalam senyawa organik yang
ikatan hidrogen dari air (Husniati et al., 2015). Ketika membentuk aldosilamin dengan substitusi nitrogen.
roti menjadi mengembang selama proses pembuatan, Akan terjadi penyusunan strukturnya kembali menjadi
jaringan sel-sel ini juga cukup kuat untuk menahan gas senyawa intermediet amadori jika gula berupa aldosa
yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak atau senyawa intermediet Heyns jika gula pereduksi
mengempis kembali (Saragih et al., 2017). berupa ketosa. Tahap kedua adalah senyawa
intermediet melibatkan dekomposisi ARP (Amadori
3. Ragi Rearrangment Product) sehingga terbentuk kembali
Roti dapat disebut produk fermentasi karena senyawa-senyawa volatil dan non volatil. Pada tahap ini
menggunakan ragi untuk pengembangan dan terjadi dehidrasi yang membentuk furfural ataupun
pembentukan rasa serta aroma. Ragi merupakan redukton. Dalam tahap ARP terjadi juga tahap fisi
mikroorganisme bersel tunggal (uniseluler), ukurannya dengan cara aldolisasi yang kemudian terjadi degradasi
lebih besar dibandingkan sel bakteri, dan dapat Strecker. Tahap terakhir reaksi Maillard adalah
berbentuk sferikal, silindrikal, atau eliptikal. Ragi konversi senyawa karbonil, furfural, produk-produk
berkembang biak dengan membelah diri atau budding. fisi, dehidroredukton atau aldehida Strecker menjadi
Sebagian besar ragi yang digunakan untuk pembuatan produk berberat molekul tinggi, yaitu melanoidin
roti berasal dari mikroba jenis Saccharomyces (Hustiany, 2016). Senyawa melanoidin memiliki
cerevisiae dan sejumlah spesies ragi yang diisolasi dari manfaat meningkatkan intensitas warna kecoklatan,
kefir seperti Candida famata, Candida sphaerica dan kandungan antioksidan, dan menutup aroma yang
Candida kefyr. (Soeparno, 2015). kurang baik.
Ragi dalam pembuatan roti digunakan untuk Reaksi kecoklatan ini berbeda dengan reaksi
mengembangkan dan memberi aroma. Proses kecoklatan enzimatis seperti yang terjadi pada buah
pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi apel yang dipotong, dimana pencoklatan tersebut yang
dibantu oleh penggunaan bahan lain yaitu gula sebagai bertanggung jawab adalah enzim fenoloksidase. Reaksi
sumber energi. Ragi mempunyai enzim penting yaitu Maillard dapat diinginkan ataupun tidak baik dalam
invertase yang bertanggung jawab terhadap awal perubahan nilai gizi maupun mutu produk. Produk
aktivitas fermentasi. Enzim ini akan mengubah gula pangan yang memanfaatkan reaksi Maillard dapat
(sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi gula ditambahkan glukosa ataupun gula inversi untuk
sederhana yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Gula memberikan warna cokelat yang diinginkan (Ko, 2012).
sederhana tersebut dipecah menjadi karbondioksida dan
alkohol (Yuwono dan waziiroh, 2019). Alkohol 5. Reaksi Karamelisasi
berkontribusi dalam membentuk aroma roti. Sementara Reaksi karamelisasi merupakan reaksi
gas yang terbentuk menyebabkan adonan roti pencoklatan secara non enzimatik. Reaksi karamelisasi
mengembang dan menghasilkan roti yang empuk terjadi karena adanya interaksi gula-gula pada suhu
(Saragih et al., 2017). Banyaknya ragi yang yang tinggi (800C) yaitu di atas titik cairnya (Putra,
ditambahkan membuat adonan semakin mengembang 2016). Reaksi ini terjadi pada pemanasan gula dalam
dan roti yang dihasilkan semakin empuk. Namun, asam, basa, dan pemanasan tanpa adanya air (Sutrisno,
penambahan ragi juga akan mempengaruhi warna, rasa, 2014). Berbeda dengan reaksi Maillard yang terjadi
dan tekstur pada roti yang akan dihasilkan. karena adanya air, tetapi keduanya sama-sama
menghasilkan perubahan warna menjadi coklat.
4. Reaksi Maillard
Reaksi Maillard adalah reaksi kecoklatan non-
enzimatis yang terjadi antara karbohidrat, khususnya

63
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

6. Gula Fruktosa itu, fruktosa dapat mengikat dan menyerap air dengan
Karbohidrat termasuk ke dalam senyawa mudah. Penggunaan fruktosa akan mempengaruhi
organik yang terdiri dari atom C, H, dan O dengan kadar air pada produk makanan karena sifatnya yang
rumus Cn(H2O)n atau (CH2O)n (Fitriningrum & higroskopis, dimana semakin tinggi konsentrasi gula
Susilowati, 2013). Karbohidrat dapat ditemukan di maka jumlah air yang diikat akan semakin banyak
tumbuhan sebagai salah satu bahan untuk sintesis sehingga menyebabkan peningkatan pada kadar air
amilum melalui proses fotosintesis. Selain itu, yang terkandung dalam produk (Anggraeni et al.,
karbohidrat juga dapat ditemukan di binatang yang 2017). Kurniasari dan Sudarminto (2015) juga
berperan sebagai sumber energi untuk proses sependapat dengan pernyataan bahwa peningkatan
metabolisme binatang (Sediaoetama, 2004). Sehingga kadar air akan dipengaruhi oleh gula reduksi, terutama
dapat dikatakan bahwa karbohidrat banyak bersumber fruktosa karena sifatnya yang higroskopis sehingga
dari tumbuh-tumbuhan dan sebagian kecil berasal dari semakin tinggi kandungan gula reduksi maka air yang
hewani (Afriza et al., 2019). Karbohidrat dapat terikat oleh gula reduksi akan semakin banyak sehingga
digolongkan ke dalam empat kelompok, antara lain kadar air semakin meningkat.
monosakarida,disakarida,oligosakarida dan Penambahan gula fruktosa ke dalam
polisakarida. Monosakarida yang sering ditemukan di pembuatan roti akan memberikan pengaruh yang nyata
dalam tumbuhan yaitu glukosa dan fruktosa. Sementara terhadap kadar air produk akhirnya (Andragogi et al.,
itu, disakarida yang sering dijumpai di dalam tumbuhan 2018). Hal ini terjadi akibat fruktosa yang bersifat
antara lain sukrosa, maltosa dan selobiosa higroskopis. Sehingga, semakin tinggi kadar
(Dwidjoseputro, 1992). Sementara itu, oligosakarida fruktosanya maka akan semakin tinggi pula nilai aw nya.
dan polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang Hal ini didukung dengan pendapat dari Legowo dan
disusun oleh unit-unit monosakarida dengan susunan Nurwantoro (2004) bahwa terdapat kecenderungan
rumus umum yang tentunya berbeda (Fitriningrum & peningkatan aktivitas air (aw) yang terjadi seiring
Susilowati, 2013). dengan peningkatan kadar air suatu produk. Hal ini
Beberapa contoh dari jenis karbohidrat menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air suatu
tersebut merupakan gula pereduksi (Afriza et al., 2019). produk roti maka semakin tinggi pula nilai aw yang
Gula pereduksi merupakan gula yang ujungnya diperoleh.
mengandung gugus aldehida atau keton bebas sehingga Berdasarkan pendapat dari Jones (1977),
memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa- fruktosa dapat berfungsi untuk membentuk tekstur yang
senyawa penerima elektron (Afriza et al., 2019). liat dan menurunkan kekerasan pada roti. Hal ini
Contoh dari gula pereduksi adalah semua didukung dengan pendapat dari Widayanti et al. (2013),
monosakarida, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa penambahan fruktosa cair dapat menghambat
serta golongan disakarida yaitu laktosa dan maltosa terjadinya proses kristalisasi, selain itu penggunaan
(Almatsier, 2004). Winarno (1997) menyatakan bahwa fruktosa bersama dengan sukrosa dapat meningkatkan
gula memiliki tingkat kemanisan yang berbeda, seperti kualitas tekstur roti menjadi lebih baik. Fungsi
sukrosa memiliki tingkat kemanisan 100, fruktosa 114, penambahan gula dalam produk pangan diantaranya
glukosa 69 pada setiap 10% larutan. untuk memberikan aroma, rasa manis sebagai
Fruktosa adalah monosakarida dengan rumus pengawet, dan memperoleh tekstur tertentu
umum (C6H12O6) yang berasal dari derivat gula tebu (Mudjajanto & Yulianti, 2004). Penambahan fruktosa
atau bit yang mudah dijumpai dalam buah-buahan dan ke dalam roti ditujukan untuk melengkapi kebutuhan
sayuran (Desmawati, 2017). Berkat kemajuan karbohidrat yang berguna dalam proses
teknologi, fruktosa dapat diperoleh dalam bentuk high penggembungan granula pati bersamaan dengan
fructose corn syrup (HFCS). Fruktosa sering disebut penyerapan air dan komposisi lainnya (Saragih et al.,
dengan dengan nama levulosa atau gula buah karena 2017). Kandungan air yang cukup dan adanya gula
sebanyak 1-7% gula yang terkandung dalam buah- sebagai makanan bagi yeast dapat mengubah gula
buahan merupakan jenis gula fruktosa (Desmawati, menjadi gas karbondioksida yang kemudian ditahan
2017). Fruktosa sering digunakan sebagai bahan oleh adonan sehingga adonan bisa mengembang
tambahan dalam pangan contohnya roti. Fruktosa (Rukmana, 2001). Hal ini didukung oleh pendapat
berperan sebagai gula memiliki peranan yang sangat Nathanael et al., (2016) yang menyatakan karbohidrat
besar dalam proses pengolahan roti, yaitu sebagai (gula) pada roti adalah sumber energi utama bagi ragi
makanan ragi, memberi rasa yang khas, mengatur Saccharomyces cerevisiae.
fermentasi, memperpanjang umur roti, menambah Selain sebagai bahan pemberi rasa manis, gula
kandungan gizi, membuat tekstur roti menjadi lebih juga digunakan untuk memperbaiki warna dan aroma
empuk, memberikan daya pembasahan pada roti dan pada roti akibat proses karamelisasi selama
memberikan warna cokelat yang menarik pada roti pemanggangan (Saragih et al., 2017). Gula membentuk
(Mudjajanto & Yulianti, 2004). warna coklat karena adanya reaksi Maillard dan
Pratama et al., (2015) mengungkapkan bahwa karamelisasi. Karamel berasal dari pemanasan gula
fruktosa merupakan gula yang higroskopis. Oleh karena sehingga dihasilkan produk roti yang memiliki warna

64
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

kecoklatan hingga hitam disertai rasa khas yang lezat. dengan reaksi Maillard yang membutuhkan gugus
Produk hasil reaksi Maillard berasal dari pemanasan amin. Selain itu, reaksi karamelisasi juga dapat terjadi
gula reduksi dan protein (Widyani & Suciaty, 2008). pada gula non-reduksi seperti sukrosa. Reaksi
Fruktosa termasuk salah satu gula reduksi yang mampu karamelisasi terjadi karena adanya pemanasan pada
membentuk reaksi Maillard ketika bereaksi dengan suhu diatas titik leleh. Pada sukrosa biasanya diatas
protein dan dipicu oleh panas (Winarno, 2004). Reaksi suhu 170°C. Pada karamelisasi memiliki reaksi yang
Maillard merupakan reaksi yang terjadi antara kompleks yang melewati reaksi-reaksi intemediet yaitu
karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus reaksi fragmentasi dan inversi yang berakhir dengan
amina primer, dari reaksi tersebut dihasilkan zat membentuk pigmen coklat caramel (Kusnandar Feri,
berwarna cokelat yang disebut melanoidin (Winarno, 2019).
2004). Hal ini diperkuat oleh pendapat Catrien et al. Tingkat kemanisan pada gula-gula sederhana
(2008), reaksi Maillard terjadi karena adanya gula memiliki tingkat kemanisan yang berbeda. Pada
pereduksi seperti fruktosa dan glukosa yang kelompok oligosakarida atau polisakarida merupakan
mengandung gugus aldehid atau keton berkondensasi susunan karbohidrat yang mengandung gula sederhana
dengan grup amino bebas dari asam amino, peptida, seperti monosakarida dan disakarida yang dapat
atau protein. memberikan rasa manis. Di antara jenis gula sederhana,
Fruktosa merupakan salah satu jenis gula yang paling sering digunakan sebagai bahan tambahan
pereduksi yang akan menghasilkan reaksi Maillard dan pangan sebagai pemanis adalah sukrosa. Tingkat
karamelisasi sehingga menghasilkan warna lebih kemanisan pada sukrosa lebih tinggi dibandingkan gula
coklat. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Sari et al., sederhana lainnya seperti laktosa, glukosa, galaktosa,
(2013) bahwa fruktosa ambil bagian dalam reaksi maltosa dan gula invert. Sedangkan fruktosa memiliki
Maillard dan menyebabkan reaksi pencoklatan. Suhu tingkat kemanisan yang lebih tinggi daripada sukrosa
dan waktu pemanasan saat pembuatan roti dapat (Kusnandar Feri, 2019). Hal itu juga dijelaskan oleh
mempengaruhi reaksi Maillard sebagai pembentuk Syafutri (2010), sukrosa sebagai bahan pemanis
warna, dimana semakin lama waktu pemanggangan dan memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi yaitu
suhu yang digunakan semakin tinggi dapat sebesar 400 kalori dalam 100gram bahan.
meningkatkan intensitas terjadinya reaksi Maillard Sifat higroskopis pada gula sederhana
(Andragogi et al., 2018). merupakan sifat dalam mengikat air yang disebabkan
oleh adanya gugus polihidroksil yang membentuk
7. Gula Sukrosa ikatan hidrogen. Pada gula sederhana memiliki sifat
Roti manis adalah roti yang terbuat dari proses higroskopis yang berbeda, karena dipengaruhi oleh
fermentasi pada adonan yang manis dengan kandungan kelembaban relatif (RH) dan suhu lingkungan. Pada
10% gula atau lebih. Bahan utama untuk membuat roti sukrosa memiliki sifat higroskopis yang lebih kuat
manis adalah tepung terigu, ragi,air dan gula. dibandingkan gula lainnya, sehingga dalam mengikat
Sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah air lebih kuat. Semakin tinggi kadar sukrosa pada suatu
gula, telur, susu skim, shorthening dan bread improver bahan makanan, maka kadar airnya semakin rendah
(Pomeranz dan Shellenberger, 1971, dalam Sarofa, (Andragogi,2018).
2014).
Pemberian gula dapat memberikan rasa manis 8. Gula Glukosa
serta dapat memberikan warna dan aroma pada roti, Glukosa adalah monosakarida yang paling
karena terdapat reaksi karamelisasi pada saat proses banyak terdapat di dalam buah-buahan, tumbuh-
pemanggangan. Dalam pembuatan roti, peran gula tumbuhan, madu, darah, dan cairan binatang
adalah bereaksi dalam pembentukan warna coklat yang (Risoyatiningsih, 2011). Glukosa memiliki 6 atom
diakibatkan oleh reaksi Maillard dan karamelisasi. karbon dalam rantai molekulnya yang salah satu ujung
Sehingga reaksi tersebut akan mempengaruhi tekstur, rantai nomer tersebut merupakan gugus aldehid dan
rasa, kesukaan dan aroma. Karamel dihasilkan dari nomer 2 sampai nomer 5 adalah gugus chiral serta
proses pemanasan pada gula secara langsung tanpa glukosa memiliki sifat-sifat aldehid (Risoyatiningsih,
adanya reaksi dengan bahan tambahan lainnya. 2011). Bentuk alami D-glukosa disebut juga dekstrosa
Sedangkan reaksi Maillard merupakan reaksi yang adalah heksosamono sakarida yang mengandung enam
dihasilkan dari pemanasan gula reduksi dengan protein atom karbon dengan berat molekul 180,18 (Yuniwati et
(Widyani dan Suciaty, 2008). al., 2011.) Menurut (Dewi et al., 2018), glukosa
Gula sukrosa adalah gula non-reduksi yang merupakan salah satu jenis pemanis makanan dan
menyebabkan proses karamelisasi sehingga minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak
menghasilkan warna coklat. Reaksi karamelisasi berwarna serta glukosa merupakan salah satu produk
merupakan reaksi yang melibatkan gula sederhana utama fotosintesis dan merupakan molekul dasar
sehingga dapat terjadi perubahan warna coklat seperti pembuatan pati.
karamel dan membentuk komponen rasa. Pada reaksi Sumber dari glukosa adalah hasil fotosintesis,
karamelisasi tidak membutuhkan gugus amin, berbeda hasil hidrolisis pati dan hasil hidrolisis polisakarida atau

65
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

disakarida. Proses fotosintesis akan menghasilkan Reaksi karamelisasi merupakan suatu proses
karbohidrat, terutama glukosa, diantara berbagai pencoklatan karena degradasi gula-gula tanpa adanya
karbohidrat yang penting dapat dibentuk oleh tumbuhan asam amino atau protein pada suhu tinggi (Nilasari et
dari glukosa adalah selulosa, sukrosa dan pati atau al., 2017). Sehingga roti dengan penambahan glukosa
amilum. Hidrolisis pati atau amilum akan menghasilkan melalui dua reaksi selama pemanggangan yaitu reaksi
glukosa (Widiantara, 2018). Menurut (Risoyatiningsih, Maillard dan karamelisasi. Hal ini didukung oleh
2011), pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan penelitian dari (Andragogi et al., 2018), glukosa
dengan air panas yaitu fraksi terlarut disebut amilosa memiliki warna yang lebih gelap karena terjadi 2 reaksi
dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Selain itu, yaitu reaksi Maillard dan reaksi karamelisasi. Dengan
glukosa juga dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis suhu dan waktu pemanasan merupakan faktor lain yang
polisakarida atau disakarida baik menggunakan asam mempengaruhi reaksi Maillard dan karamelisasi ada
atau enzim (Risoyatiningsih, 2011). Menurut (Rahman roti ini (Andragogi et al., 2018).
et al., 2012), hidrolisis sukrosa baik secara enzimatik
maupun secara kimia dengan katalis asam bebas akan 9. Kesimpulan
menghasilkan gula invert yaitu glukosa dan fruktosa. Roti merupakan produk makanan fermentasi yang
Glukosa merupakan termasuk dari golongan menggunakan ragi untuk pengembang dan
gula pereduksi karena ujung rantai dari glukosa adalah pembentukan aroma. Ragi adalah mikroorganisme
gugus aldehid. Gula reduksi adalah gula yang hidup yang berkembang biak dengan cara memakan
mempunyai kemampuan untuk mereduksi, karena gula dan terdapat mikroba utama yaitu Saccharomuces
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (Astuti et cereviceae. Selain sebagai makanan untuk ragi, gula
al., 2014). Hal ini menjadikan glukosa memiliki peran juga berfungsi untuk meningkatkan warna dan aroma
dalam reaksi Maillard dan reaksi karamelisasi akibat proses Maillard dan karamelisasi yang terjadi
(Anggraeni, 2017). Reaksi Maillard adalah reaksi selama pemanggangan.
antara gula pereduksi dengan asam amino dengan Penambahan gula fruktosa ke dalam pembuatan
adanya pemanasan (Hustiany, 2016). Namun roti akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
penambahan ragi juga akan mempengaruhi rasa, tekstur kadar air produk akhirnya (Andragogi et al., 2018). Hal
dan warna pada roti yang dihasilkan (Sitepu, 2019). ini terjadi akibat fruktosa bersifat higroskopis.
Menurut (Anggraeni, 2017), sifat pereduksi pada gula Sehingga, semakin tinggi kadar fruktosanya maka akan
glukosa memungkinkan menyebabkan sifat fisikokimia semakin tinggi pula nilai aw nya. Selain sebagai bahan
yang lebih berwarna coklat serta aroma yang khas dan pemberi rasa manis, fruktosa juga digunakan untuk
memiliki kadar air yang sangat rendah. memperbaiki warna dan aroma pada roti akibat proses
Menurut (Andragogi et al., 2018), glukosa karamelisasi selama pemanggangan (Saragih et al.,
merupakan gula reduksi yang mampu membentuk 2017). Gula membentuk warna coklat karena adanya
reaksi Maillard (kecoklatan) apabila bereaksi dengan reaksi Maillard dan karamelisasi. Karamel berasal dari
protein dan dipicu oleh panas. Reaksi Maillard pemanasan gula sehingga dihasilkan produk roti yang
meningkat tajam pada suhu yang tinggi dan memiliki warna kecoklatan hingga hitam disertai rasa
menyebabkan pencoklatan semakin cepat terjadi khas yang lezat. Sementara itu, reaksi Maillard terjadi
(Nurcahyani et al., 2019). Hal ini yang mendasari karena adanya gula pereduksi seperti fruktosa yang
pemanggangan roti menciptakan warna coklat. Selain mengandung gugus aldehid atau keton berkondensasi
itu proses reaksi Maillard dimana adanya reaksi dengan grup amino bebas dari asam amino, peptida,
pencoklatan (Maillard) selama pemanggangan atau protein.
menghasilkan aroma produk yang khas dan disukai Sukrosa merupakan gula non reduksi yang paling
(Nilasari et al., 2017). Semakin tinggi kadar protein sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sukrosa
bahan yang digunakan semakin kuat aroma yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi setelah
dihasilkan dari reaksi Maillard (Perdani, Wikanastri fruktosa. Pengaruh penambahan sukrosa menyebabkan
Hersoelistyorini, Agus Suyanto, 2018). Ragi roti reaksi karamelisasi yang terjadi karena adanya
menggunakan mikroorganisme utama Saccharomyces pemanasan di atas titik leleh yaitu 170°C yang
cerevisiae, mikroba inilah yang akan mengkonversi menjadikan warna coklat. Selain itu, sukrosa juga
senyawa-senyawa pada adonan sehingga akan memiliki sifat higroskopis yang kuat sehingga semakin
terbentuk rasa dan aroma khas roti akibat pembentukan banyak penambahan sukrosa maka kadar air akan
asam, aldehid dan ester (Sitepu, 2019). Menurut semakin rendah.
(Sitepu, 2019), rasa manis pada roti tidak hanya Glukosa merupakan gula reduksi yang mampu
bergantung pada gula yang ditambahkan, akan tetapi membentuk reaksi Maillard apabila bereaksi dengan
banyak ragi yang digunakan. Komponen citarasa juga protein dan dipicu oleh panas. Semakin tinggi kadar
terbentuk sebagai akibat proses karamelisasi gula dan protein pada bahan yang digunakan, semakin kuat
interaksi gula dan protein, selain terjadi juga aroma yang dihasilkan. Kandungan ragi pada roti juga
dekomposisi pati dan pembentukan dekstrin (Hdayati et mempengaruhi terbentuknya rasa dan aroma khas roti.
al, 2016) Pada reaksi karamelisasi terjadi degradasi gula-gula

66
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

tanpa adanya asam amino atau protein di suhu tinggi 11. Kurniasari, D.A., & Yuwono, S.S. 2015. Pengaruh
yang membentuk komponen citarasa pada roti. Roti jenis gula merah dan penambahan bawang putih
dengan penambahan glukosa mengalami dua reaksi terhadap sifat bumbu rujak manis cepat saji. Jurnal
selama pemanggangan yaitu reaksi Maillard dan Pangan dan Agroindustri. 3(4): 815-823.
karamelisasi. Sehingga menyebabkan roti dengan 12. Kusnandar, F. 2019. Kimia Pangan Komponen
penambahan glukosa memiliki warna yang lebih gelap. Makro. Bumi Aksara, Jakarta.
13. Ko, Sangjin. 2012. Rahasia Membuat Roti Sehat &
10. Daftar Pustaka Lezat dengan Ragi Alami. Kawah Media, Jakarta
1. Afriza, R., Perbedaan, A., Gula, K., Dengan, P., 14. Legowo, A.M., Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah
Lane, M., Luff, D., Pada, S., & Naga, B. (n.d.). Analisis Pangan. Fakultas Peternakan dan
Jurnal Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Laboratorium ( Temapela ). 15. Marbun, E.D., Sinaga, L.A., Simanjuntak, E.R.,
2. Andalas, M. K. (2017). Pengaruh asupan tinggi Siregar, Dodi., & Afriani, Joli. 2018. Penerapan
fruktosa terhadap tekanan darah. 40(1), 31–39. Metode Weighted Aggregated Sum Product
https://doi.org/10.22338/mka.v40.i1.p31-39.2017 Assesment dalam Menentukan Tepung Terbaik
3. Andragogi, V., Bintoro, V. P., & Susanti, S. (2018). untuk Memproduksi Bihun. Jurnal Riset
Pengaruh Berbagai Jenis Gula Terhadap Sifat Komputer. Vol. 5 No. 1.
Sensori dan Nilai Gizi Roti Manis. Jurnal 16. Mudjajanto, E. S. & L. N. Yulianti. 2004. Membuat
Teknologi Pangan, 2(2), 163–167–167. Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.
4. Anggraeni, M. (2017). Sifat Fisikokimia Roti Yang 17. Nathanael, R. S., R. Efendi, dan Rahmayuni. 2016.
Dibuat Dengan Bahan Dasar Tepung Terigu Yang Penambahan tepung biji durian (Durio zibethinus
Ditambah Berbagai Jenis Gula. Jurnal Aplikasi Murr) dalam pembuatan roti tawar. Jurnal Faperta
Teknologi Pangan, 6(1), 52–56. 3 (2): 1 – 15.
https://doi.org/10.17728/jatp.214 18. Nilasari, O. W., Susanto, W. H., & Maligan, J. M.
5. Dewi, N. K. A., Hartiati, A., & Harsojuwono, B. A. (2017). Pengaruh Suhu Dan Lama Pemasakan
(2018). PENGARUH SUHU DAN JENIS ASAM Terhadap Karakteristik Lempok Labu Kuning (
PADA HIDROLISIS PATI UBI TALAS Waluh ). Jurnal Pangan Dan Argoindustri, 5(3),
(Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP 15–26.
KARAKTERISTIK GLUKOSA. Jurnal Rekayasa 19. Nurcahyani, E., Aniqotun Mutmainah, N., Farisi,
Dan Manajemen Agroindustri, 6(4), 307. S., & Agustrina, R. (2019). Analisis Kandungan
https://doi.org/10.24843/jrma.2018.v06.i04.p05 Karbohidrat Terlarut Total Planlet Buncis
6. Fitriningrum, R., & Susilowati, A. R. I. (2013). (Phaseolus Vulgaris L.) Menggunakan Metode
Analisis kandungan karbohidrat pada berbagai Fenol-Sulfur Secara in Vitro. Analit: Analytical and
tingkat kematangan buah karika ( Carica Environmental Chemistry, 4(01), 73–80.
pubescens ) di Kejajar dan Sembungan , Dataran https://doi.org/10.23960/aec.v4.i1.2019.p73-80
Tinggi Dieng , Jawa Tengah. 10(April), 6–14. 20. Perdani, Wikanastri Hersoelistyorini, Agus
https://doi.org/10.13057/biotek/c100102 Suyanto, R. E. P. (2018). Kadar Protein,Aktivitas
7. Haryani, Kristinah., Hargono., Handayani, N.A., Antioksidan Dan Sifat Organoleptik Cookies
Ramadani, P., & Rezekia, Dikie. tersubstitusi Tepung Mocaf Dan tepung Kecambah
2017.Substitusi Terigu dengan Pati Sorgum Kacang hijau Kukus. Jurnal Pangan Dan Gizi,
Terfermentasi pada Pembuatan Roti 8(April), 11–21.
Tawar: Studi Suhu Pemanggangan. Jurnal Aplikasi 21. Pratama, F., Susanto, W.H., & Purwantiningrum, I.
Teknologi Pangan. 6 (9). 2015. Pembuatan gula kelapa dari nira terfermentasi
8. Hustiany, R. (2016). Reaksi Maillard Pembentuk alami (kajian pengaruh konsentrasi anti inversi dan
Citarasa Dan Warna Pada Produk Pangan (Issue natrium metabisulfit). Jurnal Pangan dan
January 2016). Agroindustri. 3(4): 1272–1282.
9. Husniati., Nurdjanah, Siti., & Prakasa, Ryan. 2015. 22. Prasetya, H.N. 2017. Interaksi Glutenin dan
Aplikasi Gluten Enkapsulasi pada Proses Betalain Ditinjau dari Aspek Molekuler Adonan
Pembuatan Mie Tapioka. Biopropal Industri. Vol. 6 Disuplementasi Bit Merah (Beta Vulgaris L).
No. 1: 29-36. Seminar Nasional.
10. Jones, N.R. 1977. Uses of Gelatin Edible Products 23. Pomeranz & Shelleberger, 1991.Bread Science &
didalam Ward AG dan A. Courts (Eds). The Science Technology.AVI.Wesport.Conecticut
and Technology of Gelatin. Academic Press,
London.

67
Pasundan Food Technology Journal, Volume 8, No. 3, Tahun 2021

24. Putra, N.K. 2016. Upaya Memperbaiki Warna Gula Technology Journal, 5(1), 1.
Semut dengan Pemberian Na- Metabisulfit. Jurnal https://doi.org/10.23969/pftj.v5i1.803
Aplikasi Teknologi Pangan. 5 (1). 38. Widyani, R, T. Suciaty. 2008. Prinsip Pengawetan
25. Rahman, R. A., Sumarni, N. K., & Rahmat, B. Pangan. Cirebon: Swagati-Press.
(2012). Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa 39. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Gramedia. Jakarta.
Jurnal Natural Science Desember, 1(1), 119–131. 40. Winarno. 2004. Kimia Pangan Gizi. Yogyakarta:
https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/ejurnalfm PT Gramedia.
ipa/article/view/1025 41. Yang, K., Esculenta, D. (2014). Tahun Halaman of
26. Risoyatiningsih, S. (2011). Hidrolisis pati ubi jalar Nutrition College. 3.
kuning menjadi glukosa secara enzima. Jurnal 42. Yuwono, S.S., dan E. Waziiroh. 2019. Teknologi
Teknik Kimia, 5(2), 417–424. Pengolahan Tepung Terigu dan Olahannya di
27. Rukmana, R. 2001. Membuat Sosis: Daging Industri. UB Press, Malang.
Kelinci, Daging Ikan, Tempe Kedelai. Yogyakarta: 43. Yousif, M.R.G1 and S. M. Faid. 2014. Effect of
Kanisius, Using Different Types of Yeasts on the Quality of
28. Saragih, D. M., & Bintoro, V. P. (2017). Substitusi Egyptian Balady Bread. Journal of American
Sukrosa dengan Fruktosa pada Proses Pembuatan Science, 10 (2):100-109.
Roti Berbahan Dasar Tepung Terhadap Sifat 44. Yuniwati, M., Ismiyati, D., Kurniasih, R., Kimia,
Fisikokimia. 6(3), 129–133. J. T., & Industri, F. T. (n.d.). DENGAN
29. Sari, S.R., Baehaki, A, Lestari, S.D. 2013. Aktivitas KATALISATOR ASAM CHLORIDA.
antioksidan kompleks kitosan monosakarida.
Fishtech Unsri. 2(1): 69-73.
30. Sediaoetama, A.D. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta Timur:
Dian Rakyat.
31. Sitepu, K. M. (2019). Penentuan Konsentrasi Ragi
Pada Pembuatan Roti. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Agrokompleks, 2(1), 71–77.
32. Soeparno. 2015. Propeti dan Teknologi Produk
Susu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
33. Sutriyono, Agus., Kusnandar, Feri., & Muhandri
Tjahja. 2016. Karakteristik Adonan dan Roti
Tawar dengan Penambahan Enzim dan Asam
Askorbat pada Tepung Terigu. Jurnal Mutu
Pangan. Vol. 3(2): 103-110.
34. Sutrisno, C.D.N & Susanto, W.H. 2014. Pengaruh
Penambahan Jenis dan Konstentrasi Pasta
(Santan dan Kacang) terhadap Kualitas Produk
Gula Merah. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol.2 No.1.
35. Syafutri, M. I., Lidiasari, E., dan Indawan, H. 2010.
Karakteristik permen Jelly timun Suri (Cucumis
melo L.) dengan penambahan sorbitol dan ekstrak
kunyit (Curcuma domestika Val.). J. Gizi dan
Pangan 5(2): 78- 86.
36. Widayanti, A., Naniek, S.R., Rizka, A.D. 2013.
Pengaruh Kombinasi Sukrosa dan Fruktosa Cair
sebagai Pemanis terhadap Sifat Fisik Kembang
Gula Jeli Sari Buah Pare (Momordica charantia L).
Farmasi, Fakultas farmasi dan Saina UHAMKA,
Jakarta.
37. Widiantara, T. (2018). Pengaruh Perbandingan
Gula Merah Dengan Sukrosa Dan Perbandingan
Tepung Jagung, Ubi Jalar Dengan Kacang Hijau
Terhadap Karakteristik Jenang. Pasundan Food

68

Anda mungkin juga menyukai