Kelompok 9-Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Tahap Remaja
Kelompok 9-Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Tahap Remaja
Dosen Pembimbing:
NUR SETIAWATI DEWI, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D.
KELOMPOK 9
SUSILO HARTONO 22020119183157
UMI PANGESTI 22020119183179
MUHIMMATUN NASIKHAH 22020119183189
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Muwarni, 2008). Keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran,
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional dan social dari tiap anggota
(Sudiarto, 2007).
Keluarga memiliki berbagai macam tahap perkembangan. Tahap
perkembangan keluarga terbagi dalam 8 tahap, yaitu: keluarga baru (bargaining family),
keluarga dengan anak pertama <30 hari (child bearing), keluarga dengan anak pra
sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), keluarga dengan anak remaja
(13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan rumah),
keluarga usia pertengahan (midle age family), keluarga lanjut usia. (Setiadi, 2008).
Masing-masing tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan
masing-masing, salah satu contohnya yaitu keluarga dengan tahap perkembangan
remaja. Keluarga dengan tahap perkembangan remaja memiliki tugas perkembangan
yaitu: pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi), memelihara komunikasi terbuka, memelihara hubungan intim
dalam keluarga, serta mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
(Setiadi, 2008).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mengemukakan bahwa jumlah proporsi kelompok remaja yang sangat besar di
masyarakat sebenarnya dapat menjadi daya ungkit pembangunan karena remaja
merupakan kelompok usia produktif yang dapat menunjang pembangunan suatu bangsa,
walaupun secara umum kelompok remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks
seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri (BKKBN, 2009).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah Kesehatan
pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi
sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. Remaja
pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis dan
psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dorongan
yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam
(Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang sangat beragam di
masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja (Hurlock, 1998).
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya
krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam
memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009).
Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara lain
merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi,
masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope & Lancaster, 2004).
Kompleksnya permasalahan remaja membutuhkan penanganan,
pembinaan dan kerja sama yang aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada
di masyarakat. Pembinaan yang paling mendasar dan utama adalah yang dilakukan oleh
keluarga, setiap keluarga memiliki tujuan membantu setiap anggota keluarganya
termasuk anak remaja, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengasuhan yang
baik, komunikasi yang terjalin alam keluarga sangat penting agar perubahan dan
permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Selain hal tersebut, keluarga
senantiasa harus melakukan kontrol dan mempertahankan aturan yang telah disepakati
secara konsisten (Allender & Spradley, 2005).
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah Kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri dan masalah yang timbul dapat teratasi. Keperawatan keluarga
merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya
sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami tahapan perkembangan remaja dan asuhan keperawaan keluarga
remaja.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi keluarga
b. Memahami definisi remaja
c. Memahami perkembangan masa remaja
d. Memahami perkembangan keluarga dengan anak usia remaja
e. Memahami karakteristik perkembangan keluarga
f. Mamahami peran masing masing anggota keluarga
g. Mengerti masalah masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia remaja
h. Mengetahui peran perawat dalam askep keluarga
i. Mampu melakukan askep keluarga remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan
interaksi yang intim. Menurut Slamet (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang
yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara
sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau
lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
B. Definisi Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun.
Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Menurut WHO remaja adalah seorang anak yang berusia 12-24 tahun,
namun jika usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tapi masih tergantung
pada orangtua maka tetap dimasukan dalam keluarga (Mahfudli dan Ferry, 2013).
Adolescence atau remaja artinya berangsur angsur menuju kematangan secara fisik,
akal, kejiwaan dan sosial serta emosional (Pinandari, etall, 2015).
Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya sehingga
mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh dengan baik
dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial maupun
emosional dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini remaja ingin
diakui sudah menjadi seseorang yang dewasa dan dapat menentukan keputusan
hidupnya sendiri. Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan teman
temannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak dalam acara
keluarga.
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap perkembangan keluarga ini dimulai.
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun (Friedman, 2003).
Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Duvall & Miller,
1985).
D. Karakteristik Perkembangan Remaja
Dalam buku psikologi Sarwono (2010), mengutarakan karakteristik perkembangan
remaja sebagai berikut:
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga
dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas
kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.
Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa
diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin
kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting
karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat
memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat
berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang
dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari
generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja
tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
b. Identitas individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka
kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti
halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan
datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang
memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika
setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi
peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan
beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan
dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan
terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya
maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya,
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan
mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan
jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak
aman, ketegangan, dan kebimbangan.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir
konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada
saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat
ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi,
seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan
akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara
mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang
bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara
kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka
dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan
dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih
dapat dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami
konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan
perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah.
Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan
secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan
tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.
Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka
dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari
remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang
tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab
yang terkait dengan kemandirian.
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan
dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk
menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara
pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian
kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan
akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah.
Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir
semua situasi atau masalah.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
c. Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok.
Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku
remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk
menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian,
gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi
teman sebayanya.
d. Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya
terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil
daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan
penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar
terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu
peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
3. Peranan Anak
Mereka tidak bisa menimpakan semua kesalahan pada orangtua sebab orangtua
adalah manusia biasa yang tidak sempurna. Menerima orangtua sebagaimana
adanya, acapkali mengambil tindakan yang tidak disukai anak remaja karena
ketakutan orangtua akan terjadi musibah, salah langkah, salah bertindak yang akan
berakibat fatal. Mencari kebenaran meski orangtua mungkin kurang benar, tetapi
anak bertanggung jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang ditunjukkan Tuhan.
Jika anak hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak sorai adalah orang
tua. Tetapi jika anak jatuh dalam dosa karena kesalahan sendiri jangan
mempersalahkan orang tua. Kelak anak akan mempertanggung jawabkannya di
hadapan Tuhan. Jika anak hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak sorai
adalah orang tua.
2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi kebutuhan,
menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling
atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga
2. Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya penyakit
pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera yang dapat
dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan
sekunder, sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan
sekunder adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan
lebih lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk
skrining, melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan Tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan mengurangi luasnya
dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat meminimalkan
ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus
utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu
yang cacat akibat penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat
yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP REMAJA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan suatu tahapan dimana seseorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode:
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)
4. Data sekunder: contoh hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap smer dll
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga ( KK)
2. Alamat
3. Pekerjaan Kepala Keluarga
4. Pendidikan Kepala Keluarga
5. Komposisi Keluarga
6. Genogram Freidman (Tiga Generasi)
7. Tipe Keluarga: Menjelaskan mengenahi jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah masalah yang terajdi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
8. Suku Banga: Mengkaji asal suku bangsas keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bengsa tersebut terkait dengan kesehatan.
9. Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang yang dimiliki oleh keluarga (standar upah
regional).
11. Aktifitas Rekreasi Keluarga: Aktifitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari
kapan saja keluarga pergi bersama sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu namun dengan nonton TV dan mendengarkan Radio juga teramsuk
aktivitas rekreasi.
III.Pengkajian Lingkungan
16. Karakteristik Rumah: Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, penamfaatan ruangan, peletaan
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW: Menjelaskan mengenahi karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/keseapkatan penduduk setempat, budaya setempat yang memepengaruhi
kesehatan.
18. Mobilitas Geografi Keluarga: Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masayrakat: Menjelaskan mengenahi
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul, serta berkumpul keluarga yang
ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
20. Sistem Pendukung Keluarga: Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas–fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
pendukung dari masyarakat setemapat
V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Afektif: Hal ini perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
26. Fungsi Sosialisasi: Hal ini perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
27. Fungsi Perawatan Kesehatan: Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenahi sehat sakit. Kesanggupan keluarga
melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu KMK mengenal masalah kesehatan,
melakukan untuk memutuskan tindakan, untuk merawat, melakukan modifikasi
lingkungan dan menggunakan fasilits pelayanan kesehatan.
28. Fungsi Ekonomi: Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, papan, dan pangan, serta sejauh mana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
Intervensi
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus
Penampilan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan
peran tidak tindakan keperawatan terhadap pasien, perkembangan remaja
efektif keperawatan maka diperoleh kriteria hasil: (8272)
berhubungan terhadap pasien 1. Penampilan peran - Dorong remaja untuk
dengan ketidak- diharapkan keluarga (1501) aktif terlibat dalam
adekuatan mampu memahami - Deskripsi tentang pengambilan keputusan
sistem dengan baik peran perubahan peran kesehaatan terkait dirinya
pendukung dalam rangka akibat ketergantungan - Diskusikan dengan
ditandai dengan mendukung orang tua (150108) remaja dan keluarganya
strategi koping perkembangan - Deskripsi tentang mengenai tingkatan
tidak efektif, keluarga dan perubahan peran pertumbuhan dan
dukungan sosial memenuhi kebutuhan karena keluarga perkembangan yang
kurang, kurang dari seluruh anggota meninggalkan rumah normal pada remaja serta
bertanggung- keluarga (150110) perilaku yang sesuai
jawab - Melakukan peran - Dukung upaya untuk
menjalankan sesuai harapan menghindari rokok,
peran (150101) alkohol dan obat-obat an
- Melaporkan terlarang
kenyamanan dalam - Fasilitasi rasa tanggung
peran yang diharapkan jawab terhadap diri
(150112) sendiri dan orang lain
- Dukung perkembangan
2. Dukungan sosial (1504) remaja dan jaga
- Hubungan teman karib hubungan sosial
(150406)
- Orang-orang yang Pendidikan orang tua :
dapat membantu remaja (5562)
sesuai kebutuhan - Diskusikan cara
(150407) mendisiplinkan orang tua
- Koneksi dukungan ketika mereka masih
sosial (150410) remaja
- Atasi dampak dari
3. Daya tahan peran perkembangan kognitif
caregiver (2210) remaja terkait
- Sumber sumber pengolahan informasi
finansial untuk - Minta orang tua
pemberi rawatan menjelaskan metode
(221011) disiplin yang digunakan
- Dukungan sosial untuk sebelum usia remaja dan
caregiver (221005) pendapat mereka
- Kesempatan untuk mengenaai kesuksesan
aktivitas diwaktu langkah-langkah ini
luang / rekreasi bagi - Berikan informasi online,
caregiver (221009) buku dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orang tua
mengenai pengasuhan
remaja
- Instruksikan orang tua
mengenai keterampilan
komunikasi yang penting
yang akan meningkatkan
kemampuan mereka
untuk berempati terhadap
remaja dan membantu
remaja mereka untuk
memecahkan masalah
Peningkatan sistem
dukungan (5440)
- Kaji respon psikologis
terhadap situasi dan
ketersediaan dukungan
- Kaji tingkat dukungan
keluarga, dukungan
keuangan, dan sumber
daya lainnya
- Menentukan hambatan
terhadap sistem
dukungan yang tidak
terpakai dan kurang
dimanfaatkan
- Melibatkan keluarga,
orang terdekat dan
teman-teman dalam
perawatan dan
perencanaan
Nama Mahasiswa : UMI PANGESTI
NIM : 22020119183179
Intervensi
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus
Kesiapan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Promosi Perkembangan
peningkatan tidakan keperawatan keperawatan terhadap pasien Remaja (I.10341)
proses diharapkan keluarga maka diperoleh dalam Observasi:
keluarga mampu rangka mendukung - Identifikasi tahap
ditandai dengan meningkatkan perubahan fungsi setiap perkembangan remaja
fungsi keluarga kesiapan proses anggota keluarga sesuai Terapeutik:
dalam keluarga yang lebih dengan tahap perkembangan - Sediakan bimbingan dan
memenuhi baik keluarga kritertia hasil : konseling kesehtan
kebutuhan fisik 1. fungsi keluarga remaja pada remaja dan
social dan (L.13114) keluarga/orang tua
psikologis - Anggota keluarga bisa - Tingkatkan personal
anggota saling mendukung hygiene dan penampilan
keluarga - Anggota keluarga diri
(D0123) menjalankan peran yang - Dukung partisipasi dalam
diharapkan olahraga yang aman
- Adaptasi terhadap secara teratur
masalah - Fasilitasi kemampuan
- Adaptasi terhadap membuat keputusan
transisi perkembangan - Dukung ketrampilan
- Pembagian tanggung komuniksi
jawab antara anggota
keluarga - Dukung ketrampilan
- Lingkungan mendukung sikap asertif
anggota keluarga - Fasilitasi rasa tanggung
mengungkapkan jawab pada diri dan orang
perasaan lain
- Pelibatan anggota - Dukung respon anti
keluarga dalam kekerasan dalam
penyelesaian masalah menyelesaikan konflik
- Dukung perkembangan
dan pertahankan
hubungan social
- Dukung aktifitas
ekstrakulikuler
Edukasi
- Jelaskan perkembangan
normal remaja
- Ajarkan untuk mengenali
masalah Kesehatan dan
penyimpangan pada masa
remaja
A. Latar Belakang
Upaya pembangunan Kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
Pendidikan Kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnose keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu Kesiapan peningkatan proses keluarga.
Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali ini akan
dilakukan implementasi keperawatan Pendidikan Kesehatan tentang bahaya merokok.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: Kesiapan peningkatan proses keluarga
Tujuan:
a. Tujuan umum: keluarga mampu meningkatkan kesiapan proses
keluarga yang lebih baik
b. Tujuan khusus: mendukung perubahan fungsi setiap anggota
keluarga sesuai dengan tahap perkembangan keluarga.
C. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahapwaktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
5 menit 2. Validasi perkenalan petugas 2. Menyebutkan nama
dan kontrak waktu petugas Kesehatan dan
1. sebelumnya ingat waktu kontrak
3. Menjelaskan tujuan kunjungan yang disepakati
4. Menyebutkan materi/pokok sebelumnya
bahasan yang akan 3. Mendengarkan
disampaikan 4. Memperhatikan
Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. M
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat :-
D. Kriteria evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
b. Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Kriteria Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan Pendidikan
kesehatan
3. Kriteria Hasil
No Daftar Pertanyaan Kriteria Prosentase
1 Kesiapan peningkatan proses
keluarga ditandai dengan
fungsi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan fisik
social dan psikologis - Klien mampu mengenal >80%
anggota keluarga perkembangan normal remaja >80%
(D0123) - Klien mampu mengenali masalah
- Apakah klien mampu Kesehatan dan penyimpangan >80%
mengenal perkembangan pada masa remaja
normal remaja - orang tua mengerti bahwa penting >80%
- Apakah klien mampu terlibat dalam perawatan saat anak
mengenali masalah dirawat >90%
Kesehatan dan - keluargamengatakan pentingnya >90%
penyimpangan pada masa tetap terhubung dengan anggota
remaja keluarga keluarga yang lain >90%
- Apakah orang tua - keluarga mengetahui cara
mengerti bahwa penting mengidentifikasi tipe dan
terlibat dalam perawatan gangguan proses keluarga
saat anak dirawat - keluarga mengetahui cara
- Apakah keluarga mengidentifikasi perubahan
mengatakan pentingnya peran pada proses keluarga
tetap terhubung dengan - keluarga mengetahui strategi
anggota keluarga normalisasi masalah keluarga
keluarga yang lain Bersama dengan anggota
- Apakah keluarga keluarga
mengetahui cara
mengidentifikasi tipe
dan gangguan proses
keluarga
- Apakah keluarga
mengetahui cara
mengidentifikasi
perubahan peran pada
proses keluarga
- Apakah keluarga
mengetahui strategi
normalisasi masalah
keluarga Bersama dengan
anggota keluarga
Nama Mahasiswa : SUSILO HARTONO
NIM : 22020119183157
Diagnosa : Resiko hambatan menjadi orangtua ditandai dengan kurang
pengetahuan mengenai tahap perkembangan anak remaja
E. Latar Belakang
Upaya pembangunan kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
pendidikan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnosa keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu resiko hambatan menjadi orangtua . Untuk
mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali ini akan dilakukan
implementasi keperawatan pendidikan kesehatan tentang tahap perkembangan anak
khususnya tahap remaja.
F. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: Resiko hambatan menjadi orangtua ditandai dengan kurang pengetahuan
mengenai tahap perkembangan anak remaja
Tujuan:
a. Tujuan umum: keluarga mampu mengetahui tahap perkembangan pada remaja.
b. Tujuan khusus: mendukung perubahan fungsi setiap anggota keluarga sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga.
G. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahap waktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
5 menit 2. Validasi perkenalan petugas b. Menyebutkan nama
dan kontrak waktu perawat dan waktu
2. sebelumnya kontrak yang
3. Menjelaskan tujuan kunjungan disepakati sebelumnya
4. Menyebutkan materi/pokok c. Mendengarkan
bahasan yang akan d. Memperhatikan
disampaikan
Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. M
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat :-
H. Kriteria evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
a. Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
b. Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Kriteria Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan pendidikan
kesehatan
3. Kriteria Hasil
No Daftar Pertanyaan Kriteria Prosentase
1 Resiko hambatan menjadi
orangtua ditandai dengan
kurang pengetahuan mengenai
tahap perkembangan anak
remaja
- Keluarga mampu mengerti tentang >80%
- Apakah keluarga mampu
definisi remaja
mengerti tentang definisi
- Keluarga mampu mengenali tahap >80%
remaja
perkembangan remaja
- Apakah keluarga mampu
- Keluarga mampu mengenali >90%
mengenali tahap
karakteristik remaja
perkembangan remaja
- Keluarga mampu mengenali ugas >90%
- Apakah keluarga mampu
perkembangan remaja
mengenali karakteristik
- Keluarga mampu mengetahui eran >90%
remaja
keluarga
- Apakah keluarga mampu
- Keluarga mampu mengetahui
>90%
mengenali ugas
masalah yang biasanya muncul
perkembangan remaja
pada remaja
- Apakah keluarga mampu
mengetahui eran keluarga
- Apakah keluarga mampu
mengetahui masalah
yang biasanya muncul
pada remaja
Nama Mahasiswa : MUHIMMATUN NASIKHAH
NIM : 22020119183189
Diagnosa : Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup
tidak sehat (mis. merokok, konsumsi alkohol berlebihan
(D.0099)
PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
“PERILAKU CENDERUNG BERISIKO MEROKOK”
A. Latar Belakang
Upaya pembangunan Kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
Pendidikan Kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnose keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu perilaku Kesehatan cenderung berisiko
(merokok). Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali
ini akan dilakukan implementasi keperawatan Pendidikan Kesehatan tentang bahaya
merokok.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: perilaku Kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup
tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan (D.0099)
2. Tujuan:
a. Tujuan umum: melakukan implementasi Pendidikan kesehatan
tentang bahaya merokok
b. Tujuan khusus: meningkatkan pengetahuan keluarga tentang bahaya
merokok dan cara berhenti merokok
C. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahapwaktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam 5. Menjawab
5menit 2. Validasi perkenalan petugas dan salam
kontrak waktu sebelumnya 6. Menyebut
3. Menjelaskan tujuan kunjungan
3. kan nama petugas
4. Menyebutkan materi/pokok
Kesehatan dan ingat
bahasan yang akan disampaikan
waktu kontrak yang
telah disepakati
sebelumnya
7. Mendenga
rkan
8. memperhat
ikan
Interaksi Pelaksanaan: menjelaskan materi 9. Mendenga
20 menit penyuluhan secara berurutan dan rkan dan
teratur dengan Bahasa yang memperhatikan
mudah dipahami klien. Materi
meliputi :
- Pengertian merokok
- Kandungan rokok
- Jenis-jenis perokok
- Penyebab merokok
- Bahaya merokok
- Akibat merokok pada remaj
4. - Cara mencegah merokok
- Cara berhenti merokok
Validasi Evaluasi : Bertanya dan
15 menit Meminta keluarga menjelaskan menjawab pertanyaan
atau menyebutkan kembali tentang
:
- Pengertian merokok
- Kandungan rokok
- Jenis-jenis perokok
- Penyebab merokok
- Bahaya merokok
- Akibat merokok pada remaja
- Cara mencegah meroko
- Cara berhenti merokok
Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. X
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat : leaflet
D. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan Pendidikan
kesehatan.
3. EvaluasiHasil
Diharapkan keluarga dapat memahami penyuluhan yang diberikan dengan
prosentase > 80 %.
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., & Spredley, B.W. (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
BKKBN. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta:
Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
Duvall, M. 1985. Marriage and family development (6th ed). New York: Harper & Row.
Friedman, M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, dan praktek (5th ed).
Jakarta: EGC.
Hurlock, E.B. (1998). Development psychology: a life span approach (5 th ed). London:
McGraw Hill Inc.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses
dan praktik. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W, & Sarlito. (2016). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pres.
Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta:
Graha ilmu.