Anda di halaman 1dari 59

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TAHAP REMAJA

Mata Kuliah: KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pembimbing:
NUR SETIAWATI DEWI, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D.

KELOMPOK 9
SUSILO HARTONO 22020119183157
UMI PANGESTI 22020119183179
MUHIMMATUN NASIKHAH 22020119183189

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Muwarni, 2008). Keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran,
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional dan social dari tiap anggota
(Sudiarto, 2007).
Keluarga memiliki berbagai macam tahap perkembangan. Tahap
perkembangan keluarga terbagi dalam 8 tahap, yaitu: keluarga baru (bargaining family),
keluarga dengan anak pertama <30 hari (child bearing), keluarga dengan anak pra
sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), keluarga dengan anak remaja
(13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan rumah),
keluarga usia pertengahan (midle age family), keluarga lanjut usia. (Setiadi, 2008).
Masing-masing tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan
masing-masing, salah satu contohnya yaitu keluarga dengan tahap perkembangan
remaja. Keluarga dengan tahap perkembangan remaja memiliki tugas perkembangan
yaitu: pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi), memelihara komunikasi terbuka, memelihara hubungan intim
dalam keluarga, serta mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
(Setiadi, 2008).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mengemukakan bahwa jumlah proporsi kelompok remaja yang sangat besar di
masyarakat sebenarnya dapat menjadi daya ungkit pembangunan karena remaja
merupakan kelompok usia produktif yang dapat menunjang pembangunan suatu bangsa,
walaupun secara umum kelompok remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks
seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri (BKKBN, 2009).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah Kesehatan
pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi
sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. Remaja
pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis dan
psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dorongan
yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam
(Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang sangat beragam di
masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja (Hurlock, 1998).
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya
krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam
memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009).
Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara lain
merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi,
masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope & Lancaster, 2004).
Kompleksnya permasalahan remaja membutuhkan penanganan,
pembinaan dan kerja sama yang aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada
di masyarakat. Pembinaan yang paling mendasar dan utama adalah yang dilakukan oleh
keluarga, setiap keluarga memiliki tujuan membantu setiap anggota keluarganya
termasuk anak remaja, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengasuhan yang
baik, komunikasi yang terjalin alam keluarga sangat penting agar perubahan dan
permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Selain hal tersebut, keluarga
senantiasa harus melakukan kontrol dan mempertahankan aturan yang telah disepakati
secara konsisten (Allender & Spradley, 2005).
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah Kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri dan masalah yang timbul dapat teratasi. Keperawatan keluarga
merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya
sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami tahapan perkembangan remaja dan asuhan keperawaan keluarga
remaja.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi keluarga
b. Memahami definisi remaja
c. Memahami perkembangan masa remaja
d. Memahami perkembangan keluarga dengan anak usia remaja
e. Memahami karakteristik perkembangan keluarga
f. Mamahami peran masing masing anggota keluarga
g. Mengerti masalah masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia remaja
h. Mengetahui peran perawat dalam askep keluarga
i. Mampu melakukan askep keluarga remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan
interaksi yang intim. Menurut Slamet (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang
yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara
sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau
lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

B. Definisi Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun.
Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Menurut WHO remaja adalah seorang anak yang berusia 12-24 tahun,
namun jika usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tapi masih tergantung
pada orangtua maka tetap dimasukan dalam keluarga (Mahfudli dan Ferry, 2013).
Adolescence atau remaja artinya berangsur angsur menuju kematangan secara fisik,
akal, kejiwaan dan sosial serta emosional (Pinandari, etall, 2015).

C. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2016) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian
diri menuju dewasa:
1. Remaja awal (early adolescence)
Seorang remaja tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran-heran akan perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan dorongan yang
menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkanpikiran pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis (Sarwono, 2016).
Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian, gaya yang
dianggap tidak ketinggalan zaman, dan senang membentuk kelompok sebaya yang
sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting
bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya
karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan.
Konsumsi obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang
membantu remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang
lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).

2. Remaja madya (middle adolescence)


Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan
kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya ada kecenderungan
narsistic, yaitu mencintai diri sendiri dan menyukai teman yang mempunyai sifat
sifat yang sama dengan dirinya (Sarwono, 2016). Saat ini remaja lebih belajar
untuk berfikir independen dan menolak campur tangan orang lain termasuk orang
tua. Remaja juga mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi
pemalu dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan
mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih untuk
menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan keluarga. Remaja mulai
memiliki minat yang besar dalam seni, olah raga, organisasi, dan sebagainya seiring
dengan berkembangnya intelektualitas mereka. Beberapa remaja menyalahgunakan
narkoba karena tertarik dengan keterangan yang diberikan oleh media mengenai
sensasi yang dihasilkan, mereka bertanya-tanya seandainya obat yang
dideskripsikan dapat memberikan pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007).
3. Remaja akhir (late adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian 5 hal (Sarwono, 2016):
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya sehingga
mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh dengan baik
dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial maupun
emosional dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini remaja ingin
diakui sudah menjadi seseorang yang dewasa dan dapat menentukan keputusan
hidupnya sendiri. Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan teman
temannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak dalam acara
keluarga.
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap perkembangan keluarga ini dimulai.
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun (Friedman, 2003).
Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Duvall & Miller,
1985).
D. Karakteristik Perkembangan Remaja
Dalam buku psikologi Sarwono (2010), mengutarakan karakteristik perkembangan
remaja sebagai berikut:
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga
dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas
kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.
Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa
diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin
kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting
karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat
memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat
berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang
dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari
generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja
tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
b. Identitas individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka
kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti
halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan
datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang
memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika
setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi
peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan
beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan
dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan
terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya
maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya,
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan
mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan
jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak
aman, ketegangan, dan kebimbangan.

2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir
konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada
saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat
ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi,
seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan
akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara
mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang
bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara
kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka
dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan
dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih
dapat dianalisis.

3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami
konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan
perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah.
Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan
secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan
tersebut.

4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.
Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka
dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari
remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang
tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab
yang terkait dengan kemandirian.
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan
dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk
menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara
pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian
kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan
akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah.
Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir
semua situasi atau masalah.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
c. Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok.
Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku
remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk
menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian,
gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi
teman sebayanya.
d. Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya
terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil
daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan
penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar
terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu
peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.

E. Tugas Perkembangan Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap
dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi
masa dewasa. Tugas-tugas tersebut antara lain (Wulandari, 2014):
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama
awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan
ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar
bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita. Perkembangan masa remaja yang penting
akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah
yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai
tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat
perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan
banyak tekanan yang menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Seringkali
sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak
mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu
dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk
mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan
apa yang dicita-citakan.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Menerima
peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan
bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak.
Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka
diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha
untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima
peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian
diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang
sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan
tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
sesama jenis juga tidak mudah.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua
atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang
akrab dengan anggota kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi. Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum
remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja
memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada
jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi
menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama
beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Kecenderungan perkawinan muda
menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling
penting dalam tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual
yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan
dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang
dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari
masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi. Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk
membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak
dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman
sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-
teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima
oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh
orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

Sedangkan menurut Hurlock (1998) dalam Wardani (2013) tugas


perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Menerima citra tubuh. Terkadang sering dijumpai remaja yang kesulitan untuk
menerima keadaan fisiknya jika sejak masa anak-anak telah mengagungkan konsep
mereka tentang penampilan diri pada masa dewasa nantinya. Perlu waktu untuk
memperbaiki konsep tersebut dan mempelajari cara-cara untuk memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita.
2. Menerima identitas seksual. Dalam menerima peran seks dewasa yang diakui oleh
masyarakat merupakan hal yang tidak sulit bagi anak laki-laki, mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa anak-anak. Namun, berbeda dengan anak
perempuan, mereka didorong untuk memainkan peran sederajat sehingga usaha
untuk mempelajari peran feminism dewasa memerlukan penyesuaian diri selama
bertahun-tahun.
3. Mengembangkan sistem nilai personal. Seorang remaja dapat mengembangkan
sistem nilai yang baru seperti remaja mulai mempelajari hubungan yang baru
dengan lawan jenis. Mereka mempelajari nilai tersebut dari nol dengan tujuan agar
dapat mengetahui bagaimana harus bergaul dengan remaja lain.
4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri. Bagi remaja yang menginginkan
kemandirian, remaja tersebut harus mendapatkan dukungan dari orang-orang
terdekatnya.
5. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua. Terdapat banyak remaja yang ingin
hidup mandiri, namun mereka juga membutuhkan rasa aman yang mereka peroleh
dari orang tua atau orang dewasa. Hal ini sangat terlihat pada remaja yang statusnya
mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok dalam kelompok
sebayanya, hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua.
6. Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan. Keterampilan ini
dipengaruhi oleh perkembangan keterampilan intelektual remaja tersebut, misalnya
dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja.
7. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa. Remaja sangat erat
hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia
orang dewasa, maka perlu adanya pengembangan perilaku sosial yang bertanggung
jawab.

F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir pada 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Adapun tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja adalah sebagai berikut (Friedman, 2010):
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
Tahap ini orang tua secara progresif mengubah hubungan mereka dengan anak
remaja yaitu mulai dari hubungan sebelumnya yang bergatung menjadi hubungan
yang semakin mandiri. Berkembangnya perubahan pada hubungan orang tua anak
secara khas merupakan sebuah perubahan yang dipenuhi dengan konflik
disepanjang riwayat keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2010 dalam Fitriani F,
2016).
Pada tahap ini anak merasakan dependensi pada orang tua mereka dan kebutuhan
memisahkan diri. Orang tua menginginkan anak independen, tetapi disisi lain orang
tua sulit untuk melepaskannya. Orang tua harus menetapkan peraturan etis dan
moral untuk memberikan kebebasan yang cukup kepada remaja dan melindunginya
dari ketidakdewasaannya dalam menilai. Standar etis dan moral dalam keluarga
perlu dipertahankan oleh orang tua, hal ini penting untuk anak remaja karena pada
tahap ini anak remaja mulai mencari keyakinan dan nilai mereka sendiri. Orang tua
harus menanamkan prinsip dan standar yang telah ditetapkan, karena anak remaja
sangat kritis untuk melihat adanya keganjilan antara apa yang diajarkan dan
dipraktikan (Friedman, Bowden & Jones, 2010 dalam Fitriani F, 2016).

2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan


Tahap ini terdapat banyak pasangan yang lebih fokus dengan tanggung jawab
menjadi orang tua dibandingkan memegang peranan inti dalam kehidupan mereka.
Kondisi tersebut menyebabkan waktu sedikit tertinggal untuk hubungan
pernikahan. Di sisi lain, sejak anak lebih bertanggung jawab dengan diri sendiri,
pasangan dapat lebih mudah meninggalkan rumah untuk melaksanakan karir atay
menetapkan hobi individual mereka (Friedman, Bowden & Jones, 2010 dalam
Fitriani F, 2016). Dukungan kuat hubungan pasangan dalam rumah tangga atau
hubungan pernikahan yang fungsional benar-benar memperkuat banyak dimensi
hubungan orang tua dan anak (Friedman, Bowden & Jones, 2010 dalam Fitriani F,
2016).

3. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak


Hindari terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan. Tahap ini sering kali
orang tua dan anak memiliki perbedaan pendapat mengenai nilai dan gaya hidup
yang diyakini masing-masing. Orang tua yang memiliki berbagai masalah dan
sering melakukan penolakan terhadap anak remaja mereka sehingga mengurangi
frekuensi komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
Remaja akan terbuka dengan anak ketika orang tua bertanya kepada mereka dan
ketika reaksi remaja kepada orang tua saat berkomunikasi menunjukan rasa
kepercayaan, penerimaan dan kualitas yang tinggi (Daddis, & Randolph, Keijers
dkk dalam Santrock 2012). Konflik sehari-hari antara orang tua dan anak
menunjukan fungsi perkembangan yang postif. Perselisihan dan negosiasi kecil
yang terjadi dapat mendukung transisi remaja dari yang dulunya bergantung pada
orang tua menjadi individu yang otonom (Santrock, 2012 dalam Fitriani F, 2016).

4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga


Pada tahap ini setiap anggota keluarga meiliki peran masing-masing. Perubahan
peran ini dilakukan oleh setiap anggota keluarga. Terutama anak dan orang tua.
Orang tua menjadi fasilitas anak sebagai pembimbing anak menuju kebebasan yang
akan diperoleh dalam tahap remaja. Anak memiliki kebebasan otonomi untuk
menentukan hidupnya sesuai dengan etis dan moral yang sudah ditentukan oleh
keluarga.

G. Peran Masing-Masing Anggota Keluarga


Tahap perkembangan keluarga usia remaja dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun
dan berakhir saat usia 19-20 tahun, anak mulai meninggalkan tempat tinggal orang tua,
tujuan keluarga yaitu untuk lebih mempercayakan tanggung jawab dan kebebasan untuk
mempersiapkan masa dewasa, namun tetap dalam pemantauan dan jangan kehilangan
kabar. Masa remaja yaitu masa peralihan yang muncul banyak masalah, perubahan
suasana hati dan meningkatnya emosi.
1. Peran Ayah
Menurut Palkovitz (2002) dalam Nida (2018) membagi keterlibatan ayah dalam 3
komponen yaitu:
a. Paternal engagement yaitu pengasuhan yang melibatkan interaksi langsung
antara ayah dan anak. Misalnya lewat bermain, mengajari sesuatu, atau aktivitas
santai lainnya.
b. Aksesibilitas atau ketersediaan berinteraksi dengan anak pada saat dibutuhkan
saja. Hal ini lebih bersifat temporal.
c. Tanggung jawab dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak.
Pada komponen ini ayah tidak terlibat dalam pengasuhan (interaksi) dengan
anaknya dengan .
2. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurusrumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salahsatu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat darilingkungannya. Dalam menghadapi anak usia remaja hal-hal sekecil
apapun menjadi perhatian istri, bahkan mengambil semua tanggung jawab. Tanpa
disadari, istri sudah memanjakan suami dan anak secara berlebihan. Ketika tiba
saatnya anak remajanya menunjukkan kemandirian, istri merasa tertolak bahkan
sering mendapat respons yang tidak menyenangkan. Maka perlu diperhatikan dalam
ibu menyampaikan informasi kepada anak dan lebih menjadi teman bagi anak
remaja.

3. Peranan Anak
Mereka tidak bisa menimpakan semua kesalahan pada orangtua sebab orangtua
adalah manusia biasa yang tidak sempurna. Menerima orangtua sebagaimana
adanya, acapkali mengambil tindakan yang tidak disukai anak remaja karena
ketakutan orangtua akan terjadi musibah, salah langkah, salah bertindak yang akan
berakibat fatal. Mencari kebenaran meski orangtua mungkin kurang benar, tetapi
anak bertanggung jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang ditunjukkan Tuhan.
Jika anak hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak sorai adalah orang
tua. Tetapi jika anak jatuh dalam dosa karena kesalahan sendiri jangan
mempersalahkan orang tua. Kelak anak akan mempertanggung jawabkannya di
hadapan Tuhan. Jika anak hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak sorai
adalah orang tua.

H. Masalah-Masalah yang Terjadi pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan


Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, terus menerus mengritik atau membuat
komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan
keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh
rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam
menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga
ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang
dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun
semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-
kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa
ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi
dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka
dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau
tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari
identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena memulai mempunyai
pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang
dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk
mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan
dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa
kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan
ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara
individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan
tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual
diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi,
bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan
ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan
mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun
tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara
bertahap sampai akhirnya dewasa.
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga
yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat
dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih
rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan
biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada
remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan
patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi.
Masalah yang sering dialami seperti adanya pergaulan bebas. Terdapat
berbagai dampak yang dapat ditimbulkan, sebagian besar memiliki dampak yang
bersifat negatif, sehingga diperlukannya perhatian khusus. Penyalahguanaan obat-
obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan
pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam
mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan
atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan
kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga
berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah
menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin
orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum
mereka dikumpulkan (Friedman, 2014).
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang
tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber
dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan
pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga
diindikasikan.

I. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Peran dan fungsi perawat keluarga (Friedman dkk, 2013):
1. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian
sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi kebutuhan,
menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.

3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling
atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat


keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut.
1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang penting
dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara hidup sehat.

2. Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya penyakit
pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera yang dapat
dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan
sekunder, sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan
sekunder adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan
lebih lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk
skrining, melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.

3. Pencegahan Tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan mengurangi luasnya
dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat meminimalkan
ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus
utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu
yang cacat akibat penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat
yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP REMAJA

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan suatu tahapan dimana seseorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode:
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)
4. Data sekunder: contoh hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap smer dll

Hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:

I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga ( KK)
2. Alamat
3. Pekerjaan Kepala Keluarga
4. Pendidikan Kepala Keluarga
5. Komposisi Keluarga
6. Genogram Freidman (Tiga Generasi)
7. Tipe Keluarga: Menjelaskan mengenahi jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah masalah yang terajdi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
8. Suku Banga: Mengkaji asal suku bangsas keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bengsa tersebut terkait dengan kesehatan.
9. Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang yang dimiliki oleh keluarga (standar upah
regional).
11. Aktifitas Rekreasi Keluarga: Aktifitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari
kapan saja keluarga pergi bersama sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu namun dengan nonton TV dan mendengarkan Radio juga teramsuk
aktivitas rekreasi.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


12. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini: Tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti. Sebagai contoh keluarga bapak A
mempunyai 2 anak, anak pertama berumur 7 tahun dan kedua berumur 4 tahun ,
maka keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia
anak sekolah.
13. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi: Menjelaskan mengenahi
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
14. Riwayat Keluarga Inti: Menjelaskan mengenahi riwayat kesehatan pada keluarga
inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan msing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),
sumber pelayanana kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
15. Riwayat Keluarga Sebelumnya: Dijelaskan mengenahi riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.

III.Pengkajian Lingkungan
16. Karakteristik Rumah: Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, penamfaatan ruangan, peletaan
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW: Menjelaskan mengenahi karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/keseapkatan penduduk setempat, budaya setempat yang memepengaruhi
kesehatan.
18. Mobilitas Geografi Keluarga: Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masayrakat: Menjelaskan mengenahi
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul, serta berkumpul keluarga yang
ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
20. Sistem Pendukung Keluarga: Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas–fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
pendukung dari masyarakat setemapat

IV. Struktur Keluarga


21. Pola Komunikasi: Menjelaskan mengenahi cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
22. Struktur Keluatan Keluarga: Kemampuan anggota keluarga mengendalaikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku.
23. Struktur Peran: Menjelaskan peran dari masing masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
24. Nilai dan Norma Keluarga: Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh anggota keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Afektif: Hal ini perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
26. Fungsi Sosialisasi: Hal ini perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
27. Fungsi Perawatan Kesehatan: Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenahi sehat sakit. Kesanggupan keluarga
melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu KMK mengenal masalah kesehatan,
melakukan untuk memutuskan tindakan, untuk merawat, melakukan modifikasi
lingkungan dan menggunakan fasilits pelayanan kesehatan.
28. Fungsi Ekonomi: Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, papan, dan pangan, serta sejauh mana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.

VI. Stress dan Koping Keluarga


29. Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang: Stresor jangka pendek yaitu stressor
yang dialami keluarga ayng memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih kurang
6 bulan, sedangkan stresor jangka penjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
30. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/Stressor: Hal yang dikaji adalah
sejauh mana keluarga berespon terhadap situsi/stressor.
31. Srategi Koping yang Digunakan: Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahannya.
32. Strategi Adaptasi Disfungsional: Dijelaskan mengenahi strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

VII. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
Nama Mahasiswa : SUSILO HARTONO
NIM : 22020119183157

Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Penampilan peran tidak efektif
a. Definisi: pola perilaku yang berubah atau tidak sesuai dengan harapan,
norma, dan lingkungan.
b. Penyebab:
- Harapan peran tidak realistis
- Hambatan fisik
- Harga diri rendah
- Perubahan citra tubuh
- Ketidakadekuatan sistem pendukung (support system)
- Stres
- Perubahan peran
- Faktor ekonomi
c. Gejala dan tanda mayor: merasa bingung menjalankan peran; merasa harapan
tidak terpenuhi; merasa tidak puas dalam menjalankan peran; konflik peran;
adaptasi tidak adekuat; strategi koping tidak efektif.
d. Gejala dan tanda minor: merasa cemas; depresi; dukungan sosial kurang;
kurang bertanggungjawab menjalankan peran.

2. Resiko hambatan menjadi orangtua


a. Definisi: rentan terhadap ketidakmampuan pemberi asuhan primer untuk
menciptakan, mempertahankan, atau memperbaiki lingkungan yang
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan optimum anak, yang dapat
mengganggu kesejahteraan anak.
b. Faktor resiko:
- Anak: konflik temperamental dengan harapan orangtua.
- Orangtua: konflik antara orangtua; ayah atau ibu anak tidak dilibatkan;
ketidakmampuan mengutamakan kebutuhan anak di atas kebutuhan
pribadi; keterampilan komunikasi tidak efektif; strategi koping tidak
efektif; kurang pengetahuan tentang perkembangan anak; kurang
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan anak; kurang model peran
orangtua; kurang keterampilan penyelesaian masalah; kurang dukungan
sosial; kurang penerapan nilai menjadi orangtua; harga diri rendah;
ketegangan peran; harapan yang tidak realistis; kecenderungan terhadap
hukuman fisik.

Intervensi
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus
Penampilan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan
peran tidak tindakan keperawatan terhadap pasien, perkembangan remaja
efektif keperawatan maka diperoleh kriteria hasil: (8272)
berhubungan terhadap pasien 1. Penampilan peran - Dorong remaja untuk
dengan ketidak- diharapkan keluarga (1501) aktif terlibat dalam
adekuatan mampu memahami - Deskripsi tentang pengambilan keputusan
sistem dengan baik peran perubahan peran kesehaatan terkait dirinya
pendukung dalam rangka akibat ketergantungan - Diskusikan dengan
ditandai dengan mendukung orang tua (150108) remaja dan keluarganya
strategi koping perkembangan - Deskripsi tentang mengenai tingkatan
tidak efektif, keluarga dan perubahan peran pertumbuhan dan
dukungan sosial memenuhi kebutuhan karena keluarga perkembangan yang
kurang, kurang dari seluruh anggota meninggalkan rumah normal pada remaja serta
bertanggung- keluarga (150110) perilaku yang sesuai
jawab - Melakukan peran - Dukung upaya untuk
menjalankan sesuai harapan menghindari rokok,
peran (150101) alkohol dan obat-obat an
- Melaporkan terlarang
kenyamanan dalam - Fasilitasi rasa tanggung
peran yang diharapkan jawab terhadap diri
(150112) sendiri dan orang lain
- Dukung perkembangan
2. Dukungan sosial (1504) remaja dan jaga
- Hubungan teman karib hubungan sosial
(150406)
- Orang-orang yang Pendidikan orang tua :
dapat membantu remaja (5562)
sesuai kebutuhan - Diskusikan cara
(150407) mendisiplinkan orang tua
- Koneksi dukungan ketika mereka masih
sosial (150410) remaja
- Atasi dampak dari
3. Daya tahan peran perkembangan kognitif
caregiver (2210) remaja terkait
- Sumber sumber pengolahan informasi
finansial untuk - Minta orang tua
pemberi rawatan menjelaskan metode
(221011) disiplin yang digunakan
- Dukungan sosial untuk sebelum usia remaja dan
caregiver (221005) pendapat mereka
- Kesempatan untuk mengenaai kesuksesan
aktivitas diwaktu langkah-langkah ini
luang / rekreasi bagi - Berikan informasi online,
caregiver (221009) buku dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orang tua
mengenai pengasuhan
remaja
- Instruksikan orang tua
mengenai keterampilan
komunikasi yang penting
yang akan meningkatkan
kemampuan mereka
untuk berempati terhadap
remaja dan membantu
remaja mereka untuk
memecahkan masalah

Dukungan kelompok (5430)


- Manfaatkan kelompok
pendukung selama masa
transisi untuk membantu
pasien beradaptasi
dengan kondisinya
- Tekankan tanggung
jawab setiap anggota
- Tekankan pentingnya
koping yang efektif
- Hindarkan pertemuan
yang tidak produktif
- Bantu kelompok melalui
semua tahap dalam
proses, mulai dari
orientasi sampai
terbangun kedekatan
antar anggota
Resiko Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan ketahanan
hambatan tidakan keperawatan keperawatan terhadap pasien (8340)
menjadi diharapkan orangtua maka diperoleh kritertia - Fasilitasi kohesi keluarga
orangtua mampu berpartisipasi hasil: - Dorongan dukungan
ditandai dengan dalam pengasuhan - Kinerja pengasuhan : keluarga
kurang anak Remaja (2903) - Bantu anak usia remaja
pengetahuan - Keluarga mampu melihat keluarga sebagai
mengenai tahap memelihara sumber untuk
perkembangan komunikasi yang mendapatkan nasehat dan
anak remaja terbuka dengan remaja dukungan
- Keluarga mampu - Fasilitasi komunikasi
membantu remaja keluarga
untuk mengatasi emosi - Hubungkan anak yang
secara konstruktif berusia remaja pada
- Keluarga mampu orang dewasa yang ada
mendiskusikan dengan dikomunitas
remaja mengenai - Motivasi anak remaja
perubahan untuk mengejar
perkembangan pencapaian akademik
dan tujuan yang
ditetapkannya
- Bantu orangtua dalam
menetapkan harapan
sesuai usia anak
- Bantu anak remaja untuk
mendapatkan
keterampilan asertif
- Bantu anak remaja
memainkan peran terkait
dengan pembuat
keputusan

Peningkatan sistem
dukungan (5440)
- Kaji respon psikologis
terhadap situasi dan
ketersediaan dukungan
- Kaji tingkat dukungan
keluarga, dukungan
keuangan, dan sumber
daya lainnya
- Menentukan hambatan
terhadap sistem
dukungan yang tidak
terpakai dan kurang
dimanfaatkan
- Melibatkan keluarga,
orang terdekat dan
teman-teman dalam
perawatan dan
perencanaan
Nama Mahasiswa : UMI PANGESTI
NIM : 22020119183179

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kesiapan peningkatan proses keluarga
a. Definisi: pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan
anggota keluarga dan dapat ditingkatkan.
b. Gejala dan tanda mayor:
- Mengekspreikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
- Menunjukan fungsi keluarga dalam memenuhikebutuhan fisik, sosial dan
psikologis anggota keluarga
- Menunjukan aktifitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan
anggota keluarga
- Peran keluarga fleksibel dan tepat dengantahap perkembangan
- Terlihat adanya respek dengan angota keluarga
c. Gejala dan tanda minor:
- Keluarga menunjukan minat melakukan aktifitas hidup sehari hari yang
positif
- Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pilih dari kondisi sulit
- Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
- Batasan anggota keluarga dipertahankan
- Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
- Keluarga beradaptasi dengan perubahan
d. Kondisi klinis terkait:
Kondisi Kesehatan konis (misal: asma, DM, lupus, sclerosis multiple, AIDS)
Gangguan jiwa (misal: gangguan afektif, gangguan perhatian, sindrom down)

2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga lebih baik


a. Definisi: pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami
klien secara efektif dan menunjukan keinginan serta kesiapan untuk
meningkatkan Kesehatan keluarga dan klien
b. Gejala dan tanda mayor:
- Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat
- Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
c. Gejala dan tanda minor:
– Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang mengoptimalkan
kesejahteraan
– Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis terhadap
perkembangan
– Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat kontak dengan
orang lain yang mengalami situasi yang sama
d. Kondisi terkait
- Kelainan genetik
- Cedera traumatik
- Kondisi kronis

Intervensi
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus
Kesiapan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Promosi Perkembangan
peningkatan tidakan keperawatan keperawatan terhadap pasien Remaja (I.10341)
proses diharapkan keluarga maka diperoleh dalam Observasi:
keluarga mampu rangka mendukung - Identifikasi tahap
ditandai dengan meningkatkan perubahan fungsi setiap perkembangan remaja
fungsi keluarga kesiapan proses anggota keluarga sesuai Terapeutik:
dalam keluarga yang lebih dengan tahap perkembangan - Sediakan bimbingan dan
memenuhi baik keluarga kritertia hasil : konseling kesehtan
kebutuhan fisik 1. fungsi keluarga remaja pada remaja dan
social dan (L.13114) keluarga/orang tua
psikologis - Anggota keluarga bisa - Tingkatkan personal
anggota saling mendukung hygiene dan penampilan
keluarga - Anggota keluarga diri
(D0123) menjalankan peran yang - Dukung partisipasi dalam
diharapkan olahraga yang aman
- Adaptasi terhadap secara teratur
masalah - Fasilitasi kemampuan
- Adaptasi terhadap membuat keputusan
transisi perkembangan - Dukung ketrampilan
- Pembagian tanggung komuniksi
jawab antara anggota
keluarga - Dukung ketrampilan
- Lingkungan mendukung sikap asertif
anggota keluarga - Fasilitasi rasa tanggung
mengungkapkan jawab pada diri dan orang
perasaan lain
- Pelibatan anggota - Dukung respon anti
keluarga dalam kekerasan dalam
penyelesaian masalah menyelesaikan konflik
- Dukung perkembangan
dan pertahankan
hubungan social
- Dukung aktifitas
ekstrakulikuler
Edukasi
- Jelaskan perkembangan
normal remaja
- Ajarkan untuk mengenali
masalah Kesehatan dan
penyimpangan pada masa
remaja

Edukasi Proses Keluaga


(I.12443)
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik:
- Sediakan materi dan
media Pendidikan
Kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
- Anjurkan
mengidentifikasikan
menggunakan dukungan
sosial yang ada
- Anjurkan orang tua
terlibat dalam perawatan
saat anak dirawat
- Anjurkan keluarga tetap
terhubung dengan
anggota keluarga
keluarga yang lain
- Ajarkan cara
mengidentifikasi tipe dan
gangguan proses keluarga
- Ajarkan cara
mengidentifikasi tipe dan
gangguan proses keluarga
- Ajarkan cara
mengidentifikasi
perubahan peran pada
proses keluarga
- Ajarkan strategi
normalisasi masalah
keluarga Bersama dengan
anggota keluarga

Kesiapan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 1. Promosi antisipasi


meningkatkan tindakan keperawatan terhadap pasien, Keluarga (I.12466)
koping keluarga keperawatan maka diperoleh kriteria hasil: observasi
lebih baik terhadap pasien - Ketahanan keluarga - Identifikasi
dibuktikan
diharapkan keluarga - (L.09074) kemungkinankrisi situasi
dengan
mampu - Mendiskusikan makna akibat masalah
anggota
meningkatkan krisis perkembangan serta
keluarga
berupaya koping keluarga - Mempertahankan dampaknya pada
menjelaskan lebih baik kebiasaan rutin keluarga kehidupan klien dan
dampak krisis - Dukungan kemandirian keluarga
terhadap antar anggota keluarga - Identifikasi metode
perkembangan - Verbalisasi harapan yang pemecahan masalah yang
(D0090) positif antar anggota sering digunakan
- Menggunakan strategi keluarga
koping yang efektif Terapeutik:
- Mencari dukungan - Fasilitasidalam
emosional dari anggota memutuskan strategi
keluarga lain pemecahan masalah yang
- Mengganggap kesulitan dihadapi keluarga
sebagai tantangan - Libatkan seluruh anggota
dalam upaya antisipasi
masalah Kesehatan jika
memungkinkan
- Buat jadwal aktivitas
Bersama keluargaterkait
masalah Kesehatan yang
yang dihadapi
Edukasi:
- Jelaskan perkembangan
dan perilaku yang
normalkepada keluarga

Intervensi Krisis (I.09278)


Observasi:
- Identifikasi resiko
keselamatan
- Identifikasi pencetus dan
dinamika kelompok
Terapeutik:
- Lakukan Tindakan
pencegahan dan resiko
bahaya fisik
- Fasilitasi koping untuk
menyeleaikan masalah
rencanakan penggunaan
ketrampilan koping
adaptif untuk menghadapi
situasi krisis
Edukasi:
- Jelaskan kemampuan
yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan
krisis
- Jelaskan Tindakan
alternatif unuk
menyelesaikan krisis
Nama Mahasiswa : MUHIMMATUN NASIKHAH
NIM : 22020119183189

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (D.0099)
a. Definisi: hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku
untuk memperbaiki status Kesehatan
b. Penyebab:
- Kurang terpapar informasi
- Ketidakmampuan dukungan social
- Self efficacy yang rendah
- Status social-ekonomi yang rendah
- Stressor berlebihan
- Sikap negatif terhadap pelayanan Kesehatan
- Pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alcohol
berlebihan
c. Gejala dan tanda mayor:
- Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan
- Gagal melakukan Tindakan pencegahan masalah kesehatan
- Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan yang minimal
d. Gejala dan tanda mayor:
- Gagal mencapai pengendalian yang optimal

2. Ketidakmampuan koping keluarga (D.0093)


a. Definisi: perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah
kesehatan yang dihadapi klien
b. Penyebab:
- Hubungan keluarga ambivalen
- Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat
- Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
- Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan
c. Gejala dan tanda mayor:
- Merasa diabaikan (subyektif)
- Tidak memebuhi kebutuhan anggota keluarga
- Tidak toleran
- Mengabaikan anggota keluarga
d. Gejala dan tanda minor:
- Terlalu khawatir dengan anggota keluarga
- Merasa tertekan (depresi)
- Perilaku menyeran (agresi)
- Perilaku menghasut (agitasi)
- Tidak berkomitmen
- Menunjukkan gejala psikosomatis
- Perilaku menolak
- Perawatan yang mengabaikan kebutuhan dasar klien
- Mengabaikan perawatan/pengobatan anggota keluarga
- Perilaku bermusuhan
- Perilaku individualistic
- Upaya membangun hidup bermakna terganggu
- Perilaku sehat terganggu
- Ketergantungan anggota keluarga meningkat
- Realitas kesehatan anggota keluarga terganggu
Intervensi
Diagnosa Tujuan
Rencana tindakan
keperawatan umum khusus
Perilaku Setelah dilakukan Setelah dilakukan Manajemen perilaku (4350)
Kesehatan tindakan tindakan keperawatan - Berikan klien tanggung
cenderung keperawatan terhadap klien jawab terhadap perilakunya
berisiko b.d terhadap klien diharapkan klien - Komunikasikan harapan
pemilihan gaya diharapkan klien mampu meningkatkan bahwa klien dapat tetap
hidup tidak sehat mampu pemahaman tentang mengontrol perilakunya
(mis. Merokok, meningkatkan gaya hidup yang sehat - Konsultasikan dengan
konsumsi alcohol perilaku yang dengan kriteria hasil: keluarga dalam rangka
berlebihan sehat dengan Pengetahuan gaya mendapatkan informasi
kriteria hasil: hidup sehat (1855): mengenai kondisi kognisi
Perilaku promosi - Strategi untuk dasar klien
Kesehatan menghindari asap - Tahan diri untuk mendebat
(1602): rokok (185513) atau melakukan tawar
- Menggunakan - Strategi untuk menawar pada klien untuk
perilaku yang berhenti merokok menetapkan Batasan
menghindari (185514) prilaku
risiko - Pentingnya - Hindari interupsi
(160201) konsumsi alcohol - Tingkatkan aktifitas fisik
- Memonitor dalam batas sedang yang tepat
lingkungan (185515) - Berikan penghargaan
terkait dengan - Efek merugikan apabila klien dapat
risiko kesehatan dari mengontrol diri
(160202) penggunaan
- Memonitor tembakau (185537) Modifikasi perilaku (4360)
perilaku - Efek merugikan - Tentukan motivasi klien
personal Kesehatan dari terhadap perlunya
terkait dengan penggunaan alcohol perubahan perilaku
risiko (185538) - Bantu klien untuk dapat
(160203) - Manfaat olah raga mengidentifikasi kekuatan
- Melakukan teratur (185516) dirinya dan menguatkannya
perilaku - Factor personal yang - Dukung untuk mengganti
Kesehatan mempengaruhi kebiasaan yang tidak
secara rutin perilaku Kesehatan diinginkan dengan
(160207) (185519) kebiasaan yang diinginkan
- Menggunakan - Factor lingkungan - Kenalkan pada orang atau
dukungan yang mempengaruhi kelompok yang telah
social untuk Kesehatan (185520) berhasil melewati
meningkatkan - Hambatan untuk pengalaman yang sama
Kesehatan mempertahankan - Diskusikan proses
(160210) perilaku sehat modifikasi perilaku dengan
- Menghindari (185521) klien/orang terdekat klien
penggunaan - Fasilitasi keterlibatan
tembakau keluarga dalam proses
(160219) modifikasi perilaku dengan
- Menghindari cara yang tepat
penyalahguna - Kuatkan keputusan klien
an alcohol yang konstruktif yang
(160218) memberikan perhatian
- Menghindari terhadap kebutuhan
penggunaan Kesehatan
narkoba
(160220)

Ketidakmampuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Dukungan perlindungan


koping keluarga tindakan tindakan keperawatan terhadap kekerasan (6400) :
b.d gaya koping keperawatan terhadap pasien, maka - Identifikasi tingkat isolasi
yang tidak sesuai terhadap pasien diperoleh kriteria sosial yang ada dalam
di antara individu diharapkan hasil : situasi keluarga
pendukung keluarga mampu Dukungan keluarga - Dengarkan dengan penuh
memiliki koping selama perawatan perhatian pada orang
yang efektif (2609): dewasa yang mulai
dalam rangka - Anggota keluarga membicarakan masalahnya
mendukung mengekspresikan sendiri
perkembangan perasaan dan emosi - Monitor adanya perawatan
keluarga dan sebagai kepedulian fisik atau emosi yang
memenuhi kepada anggota semakin memburuk pada
kebutuhan dari keluarga yang sakit anak atau orang dewasa
seluruh anggota (260902) yang memiliki
keluarga - Anggota keluarga ketergantungan pada
bertanya bagaimana keluarga
mereka dapat - Dapatkan laporan dari
membantu (260903) keluarga yang memiliki
riwayat penganiayaan
Fungsi keluarga dalam rangka untuk dapat
(2602): melakukan evaluasi dan
- Mengatur perilaku memberikan dukungan
anggota keluarga jangka panjang
(260203) - Bantu keluarga
- Menerima mengidentifikasi strategi
keanekaragaman di koping mereka terhadap
antara anggota situasi yang penuh stres
keluarga (260212) - Instruksikan anggota
- Anggota keluarga keluarga yang sudah
bisa melakukan dewasa mengenai adanya
peran yang tanda tanda pengaiayaan
diharapkan (260205)
- Anggota keluarga Peningkatan koping (5230):
bisa menghabiskan - Bantu pasien untuk
waktu bersama satu memecah tujuan yang
sama lain (260216) kompleks menjadi lebih
kecil dengan langkah yang
Iklim sosial keluarga dapat dikelola
(2601): - Dukung pasien untuk
- Menetapkan aturan mengidentifikasi deskripsi
keluarga (260106) yang realistik terhadap
- Mendukung satu adanya perubahan dalam
sama lain (260109) peran
- Mendukung - Bantu pasien untuk
individualitas dan mengidentifikasi informasi
kemandirian anggota yang dia paling tertarik
keluarga (260111) untuk dapatkan
- Mendorong kegiatan - Dukung sikap pasien
yang menambah terkait dengan harapan
kedewasaan yang realistis sebagai
(260125) upaya untuk mengatasi
- Memecahkan perasaan ketidakberdayaan
masalah bersama- - Evaluasi kemampuan
sama (260116) pasien dalam membuat
keputusan
Koping keluarga - Cari jalan untuk memahami
(2600): perspektif pasien terhadap
- Melibatkan anggota situasi yang penuh stres
keluarga dalam - Tidak mendukung
pengambilan pembuatan keputusan saat
keputusan (260006) pasien berada pada situasi
- Mengungkapkan stres yang berat
perasaan dan emosi - Dukung kesabaran dalam
secara terbuka mengembangkan suatu
diantara anggota hubungan
keluarga (260007) - Kenali latar belakang
- Menggunakan budaya/spiritual pasien
strategi untuk - Dukung penggunaan
mengelola konflik mekanisme defensif yang
keluarga (260021) tepat
- Peduli terhadap - Dukung pasien untuk
kebutuhan semua mengidentifikasi kekuatan
anggota keluarga dan kemampaun diri
(260010) - Bantu pasien untuk
mengidentifikasi sistem
Normalisasi keluarga dukungan yang tersedia
(2604): - Dukung keterlibatan
- Memenuhi keluarga dengan cara yang
kebutuhan tepat
perkembangan dari - Bantu pasien untuk
anggota keluarga mengidentifikasi strategi-
(260408) strategi positif untuk
- Menyediakan mengatasi keterbatasan dan
aktivitas yang sesuai mengelola kebutuhan gaya
dengan usia dan hidup maupun perubahan
kemampuan anggota peran
keluarga yang
terkena dampak Peningkatan keterlibatan
(260412) keluarga (7110):
- Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
pasien
- Dorong anggota keluarga
dan pasien untuk
membantu
mengembangkan rencana
perawatan, termasuk hasil
yang diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
- Berikan informasi penting
kepada anggota keluarga
mengenai pasien sesuai
dengan keinginan pasien
- Berikan dukungan yang
diperlukan bagi keluarga
untuk membuat keputusan
- Identifikasi persepsi
keluarga mengenai situasi,
peristiwa yang tidak
diinginkan, perasaan dan
perilaku pasien
- Tentukan tingkat
ketergantungan pasien pada
anggota keluarga yang
sesuai untuk usia atau
penyakit
- Identifikasi dan hormati
mekanisme koping yang
digunakan oleh anggota
keluarga
- Identifikasi kesulitan
koping pasien dengan
anggota keluarga
Dukungan keluarga (7140):
- Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari kelurga
- Fasilitasi komunikasi akan
kekhawatiran/perasaan
antara pasien dan keluarga
atau antar anggota keluarga
- Bantu anggota keluarga
dalam mengidentifikasi dan
memecahkan konflik nilai
nilai keluarga
- Hargai dan dukung
mekanisme koping adaptif
yang digunakan keluarga
- Berikan informasi bagi
keluarga terkait
perkembangan pasien
dengan sering sesuai
kehendak pasien
- Kenalkan keluarga dengan
keluarga lain
- yang mengalami masalah
serupa jika diperlukan
BAB IV
PROSEDUR INTERVENSI

Nama Mahasiswa : UMI PANGESTI


NIM : 22020119183179
Diagnosa : Kesiapan peningkatan proses keluarga ditandai dengan fungsi
keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik sosial dan psikologis
anggota keluarga

PRE PLANNING INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Latar Belakang
Upaya pembangunan Kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
Pendidikan Kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnose keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu Kesiapan peningkatan proses keluarga.
Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali ini akan
dilakukan implementasi keperawatan Pendidikan Kesehatan tentang bahaya merokok.

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: Kesiapan peningkatan proses keluarga
Tujuan:
a. Tujuan umum: keluarga mampu meningkatkan kesiapan proses
keluarga yang lebih baik
b. Tujuan khusus: mendukung perubahan fungsi setiap anggota
keluarga sesuai dengan tahap perkembangan keluarga.

C. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahapwaktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
5 menit 2. Validasi perkenalan petugas 2. Menyebutkan nama
dan kontrak waktu petugas Kesehatan dan
1. sebelumnya ingat waktu kontrak
3. Menjelaskan tujuan kunjungan yang disepakati
4. Menyebutkan materi/pokok sebelumnya
bahasan yang akan 3. Mendengarkan
disampaikan 4. Memperhatikan

Interaksi pelaksanaan : Mendengarkan dan


20 menit Menjelaskan materi penyuluhan Memperhatikan
secara berurutan dan teratur
dengan Bahasa yang mudah
dipahami klien. Materi meliputi :
- Perkembangan normal remaja
- Ajarkan untuk mengenali
masalah Kesehatan dan
penyimpangan pada masa
remaja
- Anjurkan orang tua terlibat
dalam perawatan saat anak
dirawat
- Anjurkan keluarga tetap
terhubung dengan anggota
keluarga keluarga yang lain
- Ajarkan cara mengidentifikasi
tipe dan gangguan proses
keluarga
- Ajarkan cara mengidentifikasi
tipe dan gangguan proses
keluarga
- Ajarkan cara mengidentifikasi
perubahan peran pada proses
keluarga
- Ajarkan strategi normalisasi
masalah keluarga Bersama
dengan anggota keluarga

Validasi Evaluasi : Bertanya dan


15 menit Meminta keluarga menjelaskan menjawab pertanyaan
atau menyebutkan kembali tentang
:
- Klien mampu mengenal
perkembangan normal remaja
- Klien mampu mengenali
masalah Kesehatan dan
penyimpangan pada masa
remaja
- orang tua mengerti bahwa
penting terlibat dalam
perawatan saat anak dirawat
- keluargamengatakan
pentingnya tetap terhubung
dengan anggota keluarga
keluarga yang lain
- keluarga mengetahui cara
mengidentifikasi tipe dan
gangguan proses keluarga
- keluarga mengetahui cara
mengidentifikasi perubahan
peran pada proses keluarga
- keluarga mengetahui strategi
normalisasi masalah keluarga
Bersama dengan anggota
keluarga

Terminasi 1. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam dan


5 menit atas partisipasinya menyetujui akan
2. Mengucapkan salam dilakukan pertemuan
3. Melakukan kontrak yang akan datang
selanjutnya untuk melakukan
evaluasi

2. Waktu dan tempat : rumah keluarga Tn. M


3. Setting Tempat :
Aa B

Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. M
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat :-

D. Kriteria evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
b. Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Kriteria Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan Pendidikan
kesehatan
3. Kriteria Hasil
No Daftar Pertanyaan Kriteria Prosentase
1 Kesiapan peningkatan proses
keluarga ditandai dengan
fungsi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan fisik
social dan psikologis - Klien mampu mengenal >80%
anggota keluarga perkembangan normal remaja >80%
(D0123) - Klien mampu mengenali masalah
- Apakah klien mampu Kesehatan dan penyimpangan >80%
mengenal perkembangan pada masa remaja
normal remaja - orang tua mengerti bahwa penting >80%
- Apakah klien mampu terlibat dalam perawatan saat anak
mengenali masalah dirawat >90%
Kesehatan dan - keluargamengatakan pentingnya >90%
penyimpangan pada masa tetap terhubung dengan anggota
remaja keluarga keluarga yang lain >90%
- Apakah orang tua - keluarga mengetahui cara
mengerti bahwa penting mengidentifikasi tipe dan
terlibat dalam perawatan gangguan proses keluarga
saat anak dirawat - keluarga mengetahui cara
- Apakah keluarga mengidentifikasi perubahan
mengatakan pentingnya peran pada proses keluarga
tetap terhubung dengan - keluarga mengetahui strategi
anggota keluarga normalisasi masalah keluarga
keluarga yang lain Bersama dengan anggota
- Apakah keluarga keluarga
mengetahui cara
mengidentifikasi tipe
dan gangguan proses
keluarga
- Apakah keluarga
mengetahui cara
mengidentifikasi
perubahan peran pada
proses keluarga
- Apakah keluarga
mengetahui strategi
normalisasi masalah
keluarga Bersama dengan
anggota keluarga
Nama Mahasiswa : SUSILO HARTONO
NIM : 22020119183157
Diagnosa : Resiko hambatan menjadi orangtua ditandai dengan kurang
pengetahuan mengenai tahap perkembangan anak remaja

PRE PLANNING IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

E. Latar Belakang
Upaya pembangunan kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
pendidikan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnosa keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu resiko hambatan menjadi orangtua . Untuk
mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali ini akan dilakukan
implementasi keperawatan pendidikan kesehatan tentang tahap perkembangan anak
khususnya tahap remaja.

F. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: Resiko hambatan menjadi orangtua ditandai dengan kurang pengetahuan
mengenai tahap perkembangan anak remaja
Tujuan:
a. Tujuan umum: keluarga mampu mengetahui tahap perkembangan pada remaja.
b. Tujuan khusus: mendukung perubahan fungsi setiap anggota keluarga sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga.

G. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahap waktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
5 menit 2. Validasi perkenalan petugas b. Menyebutkan nama
dan kontrak waktu perawat dan waktu
2. sebelumnya kontrak yang
3. Menjelaskan tujuan kunjungan disepakati sebelumnya
4. Menyebutkan materi/pokok c. Mendengarkan
bahasan yang akan d. Memperhatikan
disampaikan

Interaksi Pelaksanaan : Mendengarkan dan


20 menit Menjelaskan materi penyuluhan Memperhatikan
secara berurutan dan teratur
dengan bahasa yang mudah
dipahami klien. Materi meliputi :
- Definisi remaja
- Tahap perkembangan remaja
- Karakteristik remaja
- Tugas perkembangan remaja
- Peran keluarga
- Masalah yang biasanya muncul
pada remaja
Validasi Evaluasi : Bertanya dan
15 menit Meminta keluarga menjelaskan menjawab pertanyaan
atau menyebutkan kembali
tentang:
- Definisi remaja
- Tahap perkembangan remaja
- Karakteristik remaja
- Tugas perkembangan remaja
- Peran keluarga
- Masalah yang biasanya muncul
pada remaja

Terminasi 1. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam dan


5 menit atas partisipasinya menyetujui akan
2. Mengucapkan salam dilakukan pertemuan
3. Melakukan kontrak yang akan datang
selanjutnya untuk melakukan
evaluasi

2. Waktu dan tempat : rumah keluarga Tn. M


3. Setting Tempat :
A B

Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. M
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat :-

H. Kriteria evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
a. Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
b. Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Kriteria Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan pendidikan
kesehatan
3. Kriteria Hasil
No Daftar Pertanyaan Kriteria Prosentase
1 Resiko hambatan menjadi
orangtua ditandai dengan
kurang pengetahuan mengenai
tahap perkembangan anak
remaja
- Keluarga mampu mengerti tentang >80%
- Apakah keluarga mampu
definisi remaja
mengerti tentang definisi
- Keluarga mampu mengenali tahap >80%
remaja
perkembangan remaja
- Apakah keluarga mampu
- Keluarga mampu mengenali >90%
mengenali tahap
karakteristik remaja
perkembangan remaja
- Keluarga mampu mengenali ugas >90%
- Apakah keluarga mampu
perkembangan remaja
mengenali karakteristik
- Keluarga mampu mengetahui eran >90%
remaja
keluarga
- Apakah keluarga mampu
- Keluarga mampu mengetahui
>90%
mengenali ugas
masalah yang biasanya muncul
perkembangan remaja
pada remaja
- Apakah keluarga mampu
mengetahui eran keluarga
- Apakah keluarga mampu
mengetahui masalah
yang biasanya muncul
pada remaja
Nama Mahasiswa : MUHIMMATUN NASIKHAH
NIM : 22020119183189
Diagnosa : Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup
tidak sehat (mis. merokok, konsumsi alkohol berlebihan
(D.0099)

PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
“PERILAKU CENDERUNG BERISIKO MEROKOK”

A. Latar Belakang
Upaya pembangunan Kesehatan memerlukan peran serta dari masyarakat, sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam mengenal Kesehatan dan
masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi sendiri dengan bimbingan petugas
kesehatan. Salah satu upaya dalam peningkatan Kesehatan masyarakat adalah melalui
Pendidikan Kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan
atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam
melaksanakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa diagnose keperawatan yang dimunculkan. Keluarga menentukan
prioritas masalah keperawatan utama yaitu perilaku Kesehatan cenderung berisiko
(merokok). Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, maka pada pertemuan kali
ini akan dilakukan implementasi keperawatan Pendidikan Kesehatan tentang bahaya
merokok.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa: perilaku Kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup
tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan (D.0099)
2. Tujuan:
a. Tujuan umum: melakukan implementasi Pendidikan kesehatan
tentang bahaya merokok
b. Tujuan khusus: meningkatkan pengetahuan keluarga tentang bahaya
merokok dan cara berhenti merokok

C. Rencana Kegiatan
1. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
Tahapwaktu
Kegiatan penyuluhan Kegiatan keluarga
Prainteraksi 1. Mengucapkan salam 5. Menjawab
5menit 2. Validasi perkenalan petugas dan salam
kontrak waktu sebelumnya 6. Menyebut
3. Menjelaskan tujuan kunjungan
3. kan nama petugas
4. Menyebutkan materi/pokok
Kesehatan dan ingat
bahasan yang akan disampaikan
waktu kontrak yang
telah disepakati
sebelumnya
7. Mendenga
rkan
8. memperhat
ikan
Interaksi Pelaksanaan: menjelaskan materi 9. Mendenga
20 menit penyuluhan secara berurutan dan rkan dan
teratur dengan Bahasa yang memperhatikan
mudah dipahami klien. Materi
meliputi :
- Pengertian merokok
- Kandungan rokok
- Jenis-jenis perokok
- Penyebab merokok
- Bahaya merokok
- Akibat merokok pada remaj
4. - Cara mencegah merokok
- Cara berhenti merokok
Validasi Evaluasi : Bertanya dan
15 menit Meminta keluarga menjelaskan menjawab pertanyaan
atau menyebutkan kembali tentang
:
- Pengertian merokok
- Kandungan rokok
- Jenis-jenis perokok
- Penyebab merokok
- Bahaya merokok
- Akibat merokok pada remaja
- Cara mencegah meroko
- Cara berhenti merokok

Terminasi 1. mengucapkan terima kasih atas Menjawab salam dan


5 menit partisipasinya menyetujui akan
2. mengucapkan salam dilakukan pertemuan
3. melakukan kontrak waktu yang akan datang
selanjutnya untuk melakukan
evaluasi
2. Waktu dan tempat : rumah keluarga Tn. X
3. Setting Tempat :
A B

Ket : A : penyaji
B : keluarga Tn. X
4. Metode : ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasikan
5. Media dan alat : leaflet

D. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Mempersiapkan pre planning 5 hari sebelum hari pelaksanaan
 Kontrak waktu dan topik dengan keluarga
 Mempersiapkan peralatan dan bahan 5 hari sebelum hari pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
Keluarga menyambut kedatangan penyaji dengan suka cita sesuai kontrak yang
telah disepakati bersama. Keluarga kooperatif saat dilakukan Pendidikan
kesehatan.
3. EvaluasiHasil
Diharapkan keluarga dapat memahami penyuluhan yang diberikan dengan
prosentase > 80 %.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spredley, B.W. (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

BKKBN. (2002). Teknik berkomunikasi dengan remaja. Jakarta.

BKKBN. (2012). Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta.

BKKBN. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta:
Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.

Duvall, M. 1985. Marriage and family development (6th ed). New York: Harper & Row.

Clemen-stone, S., McGuire, S.L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive community


health nursing: Family, aggregate, & community practice (6th ed). St. Louis:
Mosby, Inc

Depkes RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional Jakarta.

Friedman, M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, dan praktek (5th ed).
Jakarta: EGC.

Hurlock, E.B. (1998). Development psychology: a life span approach (5 th ed). London:
McGraw Hill Inc.

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses
dan praktik. Jakarta: EGC.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W, & Sarlito. (2016). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pres.

Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta:
Graha ilmu.

Slameto. (2006). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community health nursing (4 th ed). St Louis:
Missouri & Mosby Co.

Anda mungkin juga menyukai