Anda di halaman 1dari 2

PAPER 1 PRAKTIKUM BIOKONSERVASI (BIO4012)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENGGUNAKAN METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL


(PRA)

Dian Syalsabila (2010421030) – Laboratorium Teaching 1, Jurusan Biologi, FMIPA


Universitas Andalas

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan
masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis ataupun berkelanjutan.
Terutama dalam mengembangkan potensi sumberdaya kawasan ditempat tinggalnya, yang nantinya sangat bermanfaat
bagi kemakmuran masyarakat itu. Adapun metode yang digunakan untuk mengembangkan potensi sumberdaya
masyarakat ini yaitu metode Participatory Rural Appraisal (PRA), yang mana metode ini memiliki lebih banyak
kelebihan dibandingkan metode lain seperti metode Rapid Rural Appraisal (RRA). PRA dianggap lebih unggul
dibandingkan dengan metode RRA dikarenakan dalam metode PRA ini terdapat adanya keterlibatan masyarakat yang
berada pada suatu wilayah yang akan dikembangkan potensinya itu selama kegiatan nya berlangsung, dilakukannya
analisis SWOT dimana analisis ini dikaji kekuatan, kelemahan, peluang, dan juga ancaman terhadap suatu potensi yang
ingin dikembangkan sehingga dengan adanya analisis ini dapat dilihat apa saja kekuatan dan peluang yang dimiliki dan
bahkan mengantisipasi kelemahan yang dimiliki dalam mengembangkan suatu potensi kawasan tersebut. Alasan
terakhir mengapa metode ini dianggap lebih unggul yaitu karena pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling
layak atau dapat diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
Teknik PRA (Participatory Rural Appraisal) merupakan perkembangan dari metode terdahulu yakni RRA
(Rapid Rural Appraisal) yang dianggap kurang mengajak stakeholders untuk berpartisipasi dalam program atau
kebijakan (Chambers, 1995). Teknik PRA sendiri merupakan metode pendekatan proses pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi masyarakat yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan
pembangunan (Pratiwi, 2007). Teknik PRA menjadikan masyarakat desa sebagai peneliti, perencana dan juga pelaksana
program bukan hanya sebagai objek pada proses pelaksanaan pemberdayaan. Pemberdayaan yang dilakukan dengan
melibatkan masyarakat ini akan menyebabkan adanya peran aktif dari masyarakat secara gotong royong dan
musyawarah, dengan tujuan apa yang sedang direncanakan oleh semua pihak yang terlibat didalam dapat terlaksana
dengan baik. Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang
berpusat pada rakyat. Pada intinya PRA adalah pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk
saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta
membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996).
Alasan kedua kenapa metode PRA ini dianggap lebih unggul yaitu, karena pada metode ini dilakukan suatu
analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam
suatu usaha/pembangunan, analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
(Rangkuti 2006). Dengan dilakukannya analisis SWOT pada metode PRA ini, maka diharapkan saat dilakukannya suatu
pemberdayaan masyarakat terutama saat mengembangkan potensi sumberdaya masyarakat di sebuah tempat ataupun
pedesaan, yang akan memaksimalkan pengembangan kegiatan potensi sumberdaya masyarakat di pedesaan karena
sebelumnya telah dilakukan analisis apa saja kekuatan, peluang yang dimiliki oleh suatu sumberdaya dari masyarakat
itu, sehingga pembangunan yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan juga maksimal. Tidak hanya itu, pada
metode ini juga dilakukannya analisa terhadap kelemahan dan juga ancaman yang mungkin terjadi baik sesaat ataupun
berkelanjutan dalam pembangunan yang akan dilaksanakan terhadap sumberdaya ini, yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir/mencegah dan bahkan menyiapkan masyarakat akan hal yang merupakan kelemahan dan ancaman
terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan.
Alasan terakhir metode ini dianggap lebih unggul dibandingkan metode lain yaitu, karena pemilihan alternatif
pemecahan masalah yang paling layak atau dapat diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem
sosialnya). Artinya dengan menggunakan metode PRA, masyarakat di desa itu akan mudah dalam menerima segala
jenis pengembangan potensi sumberdaya nya dikarenakan mereka ikut terlibat akan hal itu, dan dengan adanya
musyawarah yang dilakukan antar masyarakat dan juga peneliti yang menyebabkan pemecahan suatu masalah menjadi
lebih mudah dan dapat diterima dikarenakan merupakan suara atau pendapat semua orang yang telah disepakati. Hal ini
samas seperti yang dikemukakan oleh Chambers (1995) yaitu, adanya diskusi yang dilakukan pada suatu forum yang
terdiri dari orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan berlebih mengenai kondisi sosial di lokasi penelitian,
misalnya para tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat rentan, aktivis sosial yang ada di sana, dan lain sebagainya.
Diskusi dalam forum ini juga tentunya dibatasi pada apa yang menjadi topik diskusi. Biasanya topik tersebut
membicarakan seputar apa saja yang menjadi kebutuhan, potensi, peluang, dan permasalahan yang ada di masyarakat.
Berdasarkan alasan-alasan tadi, dapat dilihat bahwa metode Participatory Rural Appraisal (PRA) ini lebih
unggul daripada metode Rapid Rural Appraisal (RRA) terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat dikarenakan
proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan
dalam memecahkan masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar. Bahkan
pada metode PRA ini masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai objek, melainkan sebagai subjek dari penelitian untuk
pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan, karena bagaimanapun juga masyarakat yang tinggal disanalah yang
lebih tau terhadap potebsi-potensi sumberdaya yang dimilikinya dan karena hal itulah akan mempermudah dalam
diskusi yang akan dilakukan dengan peneliti dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat tersebut, dapat merancang
program pembangunan dari bawah dengan terus aktif dalam proses perencanaan, penentuan skala prioritas program,
penganggaran, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil pembangunan yang dikendalikan di tingkat desa. Partisipasi warga
yang tinggi dalam proses pembangunan skala desa menjadikan program dapat dilaksanakan berbasis pada keswadayaan
dan dapat lebih berhasil guna kesejahteraan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Chambers, R. 1995. Rural Appraisal: Rapid, Relaxed and Participatory, from Book: Participatory Rural Appraisal
methods and applications in rural planning. (ed.: Mukherjee, A), Vikas Publishing House PVT Ltd., 1-62
Chambers, R. (1996). Participatory Rural Appraisal (Memahami Desa SecaraPartisipatifj, Terjemahan Y. Sukoco,
Yogyakarta: Kanisius
Pratiwi, W. D. (2007, March). Participatory Rural Appraisal (PRA). Diakses melalui
http://dosen.ar.itb.ac.id/wdp/wpcontent/uploads/2007/04/1-PRAIndonesia.pdf
Rangkuti, F. (2001). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai