Anda di halaman 1dari 6

Jelaskan bagaimana mengaplikasikan langkah-langkah Pengembangan Organisasi dan Desain

Organisasi (TO) pada konteks restrukturisasi organisasi Pemerintah Kabupaten Bangka


seperti dalam wacana sesi 4 tersebut!

Mengapa dikatakan pemanfaatan kelemahan perundang-undangan? Jelaskan!

Untuk mengatasi masalah yang terjadi di Kabupaten Bangka tersebut dilakukan dengan
pendekatan Pengembangan Organisasi melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tahap diagnosis, dengan melakukan penelitian secara mendalam tentang permasalahan


yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Bangka

Mencari, mengetahui dan menganalisis informasi penyebab dan data selengkapnya yang
berkaitan dengan struktur administrasi, interaksi, prosedur kerja serta keterikatan dan
interpendensi diantara berbagai unsur Pemerintah Kabupaten Bangka yang dianggap
mengganggu. Analisis ini yang disebut diagnosis. Hasil diagnosis yang efektif menyediakan
pengetahuan yang sistematis untuk mendesain intervensi perubahan

2. Tahap Intervensi, dengan melakukan treatment/mengambil tindakan untuk mengatasi


masalah tersebut dengan metode tertentu sehingga masalah dapat diatasi

Menurut Miftah Thoha (1997) intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara


apakah yang patut digunakan untuk merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang
ditemukan dalam proses diagnosis dan pemberian umpan balik. Intervensi berarti
keiktsertaan klien dan konsultan Bersama-sama merencanakan proses perbaikan
berdasarkan atas masalah yang dijumpai dalam proses diagnosis. Tahap perencanaan ini
harus diikuti dengan serangkaian konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Serangkaian konsep tersebut antara lain terdiri dari model dan kerangka konsep
referensinya.
Yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan intervensi adalah :
a. Kesiapan klien untuk melakukan perubahan
b. Kepastian bahwa perubahan tersebut masih dalam batas kekuasaan dan kewenangan
organisasi
c. Kesiapan sumber-sumber internal untuk membantu mengatur, memonitor dan
memelihara proses perbaikan.
Selain itu tipe-tipe intervensi dalam rangka perubahan organisasi yang dapat dilakukan
oleh konsultan antara lain : kejelasan, simpulan, sintesis, generalisasi, mendalami,
bertanya, mendengarkan, merefleksikan perasaan, pemberian dukungan, konseling,
umpan balik, pembuatan model, penentuan agenda dan saran perubahan.

3. Tahap evaluasi, dengan melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi, terjadi atau
tidaknya perubahan sesuai dengan yang diharapkan. bila terjadi perubahan yang lebih
baik tidak perlu dilakukan perubahan lagi namun sebaliknya jika tidak terjadi perubahan
harus dilakukan umpan balik terhadap treatment yang dilakukan agar diketahui masalah
krusialnya dari mulai tahap diagnosis.

4. Tahap maintenance, dengan menjaga hasil yang telah didapat dari proses perubahan menuju
perbaikan tersebut dapat dipertahankan sekaligus disempurnakan.

Sedangkan cara mengaplikasikan Pengembangan Organisasi dan Desain Organisasi sesuai


contoh kasus tersebut sebagai berikut :

1. Tahap Diagnosis, pada tahap ini akan dilakukan penelitian mendalam tentang bagaimana
desain organisasi yang dibuat untuk mengatasi masalah tersebut dan membuat konfigurasi
desain organisasi yang akan digunakan dalam penelitian. Diketahui bahwa Kabupaten
Bangka terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, 9 (sembilan) Kelurahan, 60 (enam puluh) Desa
yang merupakan desa definitif dan didukung 199 (seratus sembilan puluh sembilan)
Dusun/Lingkungan. Jumlah pegawai sebanyak 2.207 yang tersebar di 11 (sebelas) satuan
kerja. Jika dilihat berdasarkan golongan dan kepangkatan, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang duduk di golongan I sebanyak 81 orang, golongan II sebanyak 958 orang, golongan III
sebanyak 1.007 orang dan golongan IV sebanyak 161 orang. Lakukan penelitian mendalam
terkait dengan desain organisasi yang akan dibuat. Konfigurasi desain organisasi yang akan
digunakan diteliti.

Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis adalah


1) Mengidentifikasi wilayah permasalahan tentatif, dengan melihat permasalahan yang
muncul secara umum atau yang biasa dikatakan sebagai gejala-gejala umum dari
organisasi pemerintah Kabupaten Bangka yang bermasalah. Gejala-gejala umum ini
biasanya bersifat berfifat tidak hanya dari satu sudut permasalahan, tetapi beragam
masalah yang timbul di permukaan. Jadi bukan berupa factor penyebab sebenarnya,
tetapi masih berupa rentetan implikasi dari sumber masalah, berdasarkan beragam
factor atau gejala yang timbul tersebut, maka diagnosis terhadap permasalahan
Pemerintahan Kabupaten Bangka mulai ditelusuri.
2) Pengumpulan data. Data yang dikumpulkan didasarkan pada identifikasi wilayah
permasalahan tentative yang telah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data perlu
dilakukan secara terencana dan teliti. Berikut beberpa cara atau teknik
mengumpulkan data antara lain :
a) Menentukan sasaran
b) Menyeleksi variabel sentral
c) Menyeleksi teknik pengumpulan data
d) Evaluasi efektifitas pengumpulan data
Agar program pengumpulan data efektif, maka perlu diperhatikan beberapa
kriteria sebagai berikut :
1. Validitas data
2. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data
3. Biaya pengumpulan data
4. Kultur dan norma-norma organisasi.

2. Tahap Intervensi, pada tahap ini akan dilakukan pengambilan tindakan berupa penentuan
desain organisasi yang akan digunakan apakah menurut konfigurasi struktur sederhana,
birokrasi mesin, divisional atau struktur matrik dan melakukan penempatan pegawai
berdasarkan kompetensi dan analisis jabatan yang ada di Kabupaten Bangka. setelah dibentuk
struktur baru, melakukan penempatan pegawai di dalam struktur tersebut dengan orang-orang
yang tepat sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Intervensinya adalah melakukan desain organisasi (apakah menggunakan konfigurasi struktur
sederhana, birokrasi mesin, birokrasi professional, struktur divisional, maupun
adhocracy) dan penempatan kembali pegawai yang ada berdasarkan job deskripsi dan analisis
jabatan untuk menempatkan pegawai diseluruh wilayah Kabupaten Bangka. Langkah pertama
yang ditempuh dalam desain organisasi tersebut adalah membuat struktur baru seperti yang
sudah dilakukan. Langkah kedua adalah mengisi struktur baru tersebut dengan orang-orang
yang tepat. Yang dimaksud dengan orang-orang yang tepat adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas sesuai dengan tugas yang diembannya karena didukung oleh
pengetahuan, keterampilan, pemahaman lingkungan, dan pengalaman yang memadai.
Tiga pendekatan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka dalam proses
intervensi antara lain :
1. Intervensi struktural
Organisasi yang melakukan perubahan dengan menggunakan bentuk intervensi
struktural bertujuan agar perubahan organisasi yang dilaksanakn dapat berjalan
dengan baik dan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Intervensi struktural yang dilakukan antara lain :
1) Restrukturisasi organisasi
2) Sistim imbalan baru
3) Mengubah kultur organisasi
2. Intervensi teknikal
Intervensi teknikal dalam rangka melakukan perubahan pada tugas-tugas yang
dilakukan oleh pegawai, penggunaan sarana kerja serta teknologi yang digunakan
untuk mendukung kelancaran tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan.
1) Rancang bangun pekerjaan
2) Sistem sosioteknikal
3) Program peningkatan mutu kehidupan kekaryaan

3. Intervensi perilaku
Dalam pengembangan organisasi, berbagai bentuk intervensi yang memiliki focus atau
objek manusia dilakukan dalam rangka mengubah sikap, motivasi maupun perilaku
para anggota organisasi. Pada umumnya kegiatan intervensi terhadap manusia
dilakukan melalui proses komunikasi, pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan.

1) Pelatihan kepekaan
2) Umpan balik melalui survey
3) Konsultasi proses
4) Pelatihan

3. Tahap Evaluasi, pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap kinerja organisasi yang diukur
berdasarkan sejauh mana out put dan out come yang tercapai terhadap peningkatan pelayanan
publik sedangkan untuk anggota organisasi dapat dievaluasi melalui sejauh mana tingkat
kepuasan kerja yang didapat sehingga dapat secara maksimal memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan segala kemampuannya.

Setelah struktur organisasi dibuat dan diisi dengan orang-orang yang tepat [mekanis,birokrasi
mesin, birokrasi professional, struktur divisional)/organis (struktur sederhana,
adhocracy)] maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kinerja organisasi
dan anggota organisasi. Kinerja organisasi menunjuk pada sejauh mana out put dan out
come Kabupaten Bangka terhadap peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan publik.
Sedangkan kinerja anggota organisasi menunjuk pada sejauh mana anggota organisasi
Kabupaten Bangka puas bekerja dalam lingkungannya sehingga mau mencurahkan segala
kemampuannya secara maksimal untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.

4. Tahap Maintenance, pada tahap ini menjaga hasil-hasil yang baik dari perubahan yang
dilakukan dan terus berusaha untuk disempurnakan. apabila ada kekurangan segera untuk
diperbaiki, namun jika kekurangan tersebut sangat fatal maka sebaiknya dilakukan diagnosis
ulang.
Langkah terakhir adalah menjaga agar capaian-capaian yang sudah baik dipertahankan dan
terus menerus disempurnakan. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang ada diperbaiki. Jika
kekurangan-kekurangan tersebut fatal artinya tidak mencapai tujuan organisasi maka perlu
dilakukan diagnosis ulang, intervensi ulang dan restrukturisasi. Tapi jika hanya kurang
sempurna maka cukup dilakukan pembenahan di sana-sini.

Mengapa dikatakan pemanfaatan kelemahan perundang-undangan? Jelaskan!

Sebagai salah satu sumber hukum tertulis di Indonesia, Peraturan Perundang-undangan bukan
merupakan peraturan yang sempurna. Sebagai bagian dari sebuah sitem hukum Peraturan
Perundang-undangan juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Disini tidak membahas
kelebihan tetapi kelemahan. Adapun beberapa Kelemahan Peraturan Perundangan-undangan
antara lain :
• Peraturan Perundang-Undangan tidak fleksibel;
• Tidak mudah menyesuaikan dengan perkembangan masyrakat;
• Pembentukannya membutuhkan waktu dan tata cara tertentu (ada prosedur, dll)
• Terjadi jurang pemisah antara peraturan Peraturan Perundang-Undangan dengan
masyrakat;dan
• Peraturan Peraturan Perundang-Undangan tidak pernah lengkap untuk memenuhi
segala peristiwa hukum atau tuntutan hukum.

Dengan kekurangan-kekurangan tersebut, sering kali di dimanfaatkan oleh oknum-oknum


tertentu di Kementerian/ Lembaga/ pihak berkepentingan/ masyarakat sehingga dapat disebut
pemanfaatan kelemahan perundang-undangan.

Misalnya :

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 27/2007


tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memang membuka
kemungkinan pemanfaatan pulau bagi orang asing. Namun, klausul pemanfaatan yang
ada tidak sinkron dengan pasal-pasal lain dalam beleid tersebut.
• Dalam Pasal 26A yang disisipkan antara Pasal 26 dan Pasal 27 disebutkan
pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka
penanaman modal asing (PMA) harus mendapat izin menteri. Selain itu, PMA harus
mengutamakan kepentingan nasional serta memperoleh rekomendasi dari bupati/wali
kota. Tidak hanya itu, izin juga harus memenuhi sejumlah syarat, seperti badan
hukum berbentuk perseroan terbatas hingga menjamin akses publik.
• Persoalan juga muncul terkait penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih
bersifat parsial. Didukung dengan Undang-Undang (UU) No 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU) Pesisir yang berisi bahwa
pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, hingga laut sejauh 12 mil mencakup
kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi
manusia dalam memanfaatkan sumber daya. Namun baru sedikit rencana zonasi tata
ruang wilayah yang telah disusun. Ketiadaan tata ruang tersebut, menjadi penggunaan
yang tidak optimal dan berpotensi merusak sumber daya alam.
Dengan kekurangan-kekurangan tersebut, bagaimana mensiasati agar kekurangan tersebut
tidak terlalu tampak ke permukaan sehingga menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat.
Peranan Kekuadaan Yudisial sangat dibutuhkan dalam hal mengurangi dampak-dampak
buruk atas kekurangan dari Peraturan Perundang-Undangan.
Hakim bukan hanya corong dari peraturan perundang-undangan, namun hakim mampu
menggali nilai-nilai keadilan dimasyarkat, sehingga diharapkan apabila peraturan perundang-
undangan tidak mampu memenuhi rasa keadilan di tengah-tengah masyarakat maka peran
hakim adalah mengembalikan rasa keadilan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan mandat
dari Pasal 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaaan Kehakiman yang
menyatakan bahwa Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim yang baik adalah
hakim yang dapat mewujudkan rasa keadilan ditengah masyarakat walaupun tidak terdapat
peraturan perundangan yang memadai.
Namun prinsip sebagaimana disebut pada pasal 5 Undang-Undang Kehakiman sering
disalahgunakan dengan merubah tatanan hukum yang ada sehingga akibatnya kepastian
hukum sangat susah untuk diperoleh.

Demikian

BMP ADPU 4441, Pengembangan Organisasi. Penerbit Universitas Terbuka


https://sangrajalangit99.wordpress.com/2018/01/30/kekurangan-dan-kelebihan-peraturan-
perundang-undangan/
https://www.merdeka.com/uang/karut-marut-pengelolaan-sektor-kelautan-versi-kpk.html
https://www.republika.co.id/berita/ojpkw76/pemerintah-dianggap-eksploitasi-kelemahan-uu

Anda mungkin juga menyukai