Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)


BIDANG MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIS
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) PERSAHABATAN

Tahun Ajaran 2018/2019

Oleh :

Rizki Mauludin I14150028

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
II. PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS BEDAH:
ADENO CARCINOMA COLON PRO CHEMOTERAPY

II.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi

Kanker kolorektal (KKR) merupakan keganasan yang berasal dari jaringan


usus besar terdiri dari kolon dan atau rektum. Kanker kolorektal adalah tiga
terbesar kanker yang ada di Amerika dan keempat terbanyak yang menyebabkan
kematian di dunia. Diperkirakan terdapat 1 233 000 kasus KKR baru/tahun
dengan angka mortalitas 608 000 kasus. KKR di Indonesia tidak terdapat angka
insiden dan mortalitas. Hal ini disebabkan oleh penderita yang datang dalam
stadium lanjut, sehingga angka harapan hidupnya rendah (Khosama 2015) . KKR
sebagian besar menyerang pria. Terdapat 1 361 000 kasus KKR yang menyerang
pria, sedangkan wanita 614 000 kasus (Romero dan Trevino 2017). KKR
disebabkan oleh mutasi gen Antigen Precenting Cell (APC) yang mencegah
akumulasi gen β-catecin dengan mengikat dan menurunkannya. Gen β-catecin
terakumulasi di sitoplasma dan bertranslokasi ke nukleus sehingga berikatan
dengan DNA yang mengaktifkan transkripsi beberapa gen. Ketika diekspreksikan
secara tidak tepat pada level tinggi, maka menyebabkan kanker (Nasrallah dan El-
Sibai 2014).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker dibagi menjadi faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi, yaitu usia, hereditas, dan lingkungan. Risiko KKR meningkat secara
progresif pada usia 40 tahun dan meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Riwayat
keluarga KKR berkontribusi sebesar 20%. Kondisi yang sering diwariskan yaitu
familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colorectal
cancer (HNPCC). HNPCC berhubungan dengan mutasi gen yang terlibat dalam
perbaikan DNA. FAP disebabkan oleh mutasi tumor supresor gen Antigen
Precenting Cell (APC). Faktor lingkungan yang menyebabkan KKR salah
satunya yaitu geografis wilayah. Orang yang tinggal di daerah perkotaan memiliki
prediktor risiko yang lebih kuat. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu pola
diet, aktivitas fisik dan obesitas, merokok, dan alkohol. Orang dengan konsumsi
daging merah tinggi berisiko lebih tinggi terserang KKR. Aktivitas fisik yang
tinggi dapat menurunkan risiko KKR. Aktivitas fisik yang rendah dapat
menyebabkan obesitas. Obesitas dapat meningkatkan risiko KKR. Aktivitas
merokok juga dapat meningkatkan risiko KKR. Karsinogen rokok dapat
menyebabkan pertumbuhan polip adenomatosa dan lesi prekursor KKR.
Konsumsi alkohol secara reguler dapat meningkatkan risiko KKR di usia muda
(Khosama 2015).
Kanker kolon dibagi menjadi 4 tahap. Tahap 1, kanker hanya berada pada
lapisan dalam kolon. Tahap 2, kanker menyebar dan melewati dinding kolon.
Tahap 3, kanker menyebar pada nodul limfa. Tahap 4, kanker menyebar pada
organ lain dan tidak dapat disembuhkan (Stump 2008). Tanda dan gejala KKR
bergantung pada lokasi metastasisnya. Tanda dan gejala ini meliputi demam,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan perdarahan pada feses.
Orang dengan usia 50 tahun muncul tanda dan gejala mual, muntah, anemia, dan
perdarahan usus. Penanganan dan prognosis KKR bengantung pada tingkat
keparahan. Penanganan tersebut antara lain, operasi dan kemoterapi. Operasi
dilakukan untuk pasien dengan KKR lokal untuk mengestraksi tumor yang
dilakukan dengan laparotomi atau laparoskopi. Kemoterapi dilakukan selama 6
sampai 8 bulan, untuk KKR tahap 3. Kemoterapi membantu mengecilkan tumor
dan memberantas kanker yang telah bermetastasis yang masuk kelenjar getah
bening. Obat yang digunakan untuk kemoterapi yaitu leucovorin dan 5-flouroracil
(Nasrallah dan El-Sibai 2014). Berikut merupakan diagram patofisiologi penyakit
pasien.

Usia >50 tahun Obesitas Pola makan tidak Lingkungan tidak Perokok aktif
sehat sehat

Konsumsi daging Hipertensi


merah dan gorengan
tinggi

Mutasi gen APC

Akumulasi β-
catecin

Transkripsi DNA

Operasi tumor
colon suspect Tumor kolon
malignancy

Kanker kolon Kemoterapi

Mual Perdarahan kolon Muntah

Penuruan Penuruan nafsu


berat badan makan

Gambar 1 Patofisiologi penyakit Adeno Carcinoma Colon Pro Chemoteraphy


(Nasrallah dan El-Sibai 2014, Stump 2008, Khosama 2015)

II.2 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Umur : 64 tahun
Tanggal Lahir : 20 Mei 1954
Alamat : Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaaan : Wiraswasta
Diagnosis : Adeno Carcinoma Colon Pro Chemoteraphy
Kelas : III
Ruang Rawat : IRIN A-Anggrek Tengah A (bedah) Kamar No. 9
No. RM : 2344974
Tanggal Masuk : 21 Oktober 2018
Tanggal Kasus : 22 Oktober 2018

II.3 Gambaran Penyakit Pasien

II.3.1 Riwayat Penyakit Pasien


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ruang rawat inap sejak tanggal 21 Oktober 2018.
Pasien ditempatkan di Ruang Anggrek tengah A kamar 9. Keadaan
pasien saat masuk ke ruang rawat yaitu compos mentis, pasien sedang
menjalani kemoterapi. Pasien melakukan kemoterapi setiap tiga
minggu. Pasien menderita Adeno Carcinoma Colon Pro Chemoteraphy.
Pasien tidak mengalami mual, muntah, nyeri pada perut, kesulitan
menelan dan demam. Pasien tidak menyukai makanan rumah sakit.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien merasakan sakit pada bagian perut serta sakit ketika
makan pada tahun 2016. Pasien pernah menjalani operasi tumor colon
suspect malignancy pada Februari 2018. Pasien memiliki riwayat
hipertensi.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit Adeno
Carcinoma Colon Pro Chemoteraphy seperti yang diderita oleh pasien
saat ini. Keluarga pasien juga tidak memiliki penyakit hipertensi,
diabetes melitus, dan tumor atau kanker.

II.3.2 Diagnosis Medis


Diagnosis medis pasien yaitu Adeno Carcinoma Colon Pro
Chemoteraphy.

II.3.3 Terapi Medis


Pasien diberikan tiga bentuk terapi medis, yaitu terapi medis secara oral,
injeksi, dan intravena. Obat oral yang diberikan yaitu simvastatin, bisoprolol, dan
nitrokaf. Obat injeksi yang diberikan yaitu ondancentron, leucovenin, dan 5 FU.
Obat intravena yang diberikan yaitu NaCl 0.9%, dan Ringer Laktat (RL) 500
mL/12 jam. Berikut merupakan indikasi, efek samping, dan interaksinya dengan
zat gizi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Terapi medis pada Tn. S
Nama Obat Dosis Indikasi Efek Samping Interaksi Gizi
Obat Oral
Simvastatin 1x20 mg Menurunkan Mual, muntah, Hindari jus
risiko penyakit flatulen, sakit anggur karena
kardiovaskular, pada perut, dapat
hiperlipidemia, diare/konstipasi, meningkatkan
dan dan penyakit level serum
mengurangi hati akut simvastatin
kolesterol
Bisoprolol 1x2.5 mg Gagal jantung Shock
dan anginakardiogenik,
pectoris metabolik
-
asidosis,
bradikardia, dan
hipotensi
Nitrokaf 2x2.5 mg Mencegah dan Anemia, sakit
penanganan kepala,
jangka panjang peningkatan
-
angina pectoris tekanan
intrakranial, dan
perdarahan otak
Obat Injeksi
Ondancetron 4 mg Mual dan Pasien dengan Penyerapan
muntah terkait congenital long meningkat
kemoterapi QT syndrome, dengan
kanker kontaminan makanan
digunakan
dengan
apomorphine
Leucovorin 50 mg/15 Overdosis Reaksi alergenik
menit antagonis asam dan pyrexia
folat dan -
anemia
megaloblastik
5FU 500 mg/4 jam Penanganan Hipersensitif,
paliatif penurunan
karsinoma fungsi sumsum
kolon, rektum, tulang,
payudara, rendahnya -
lambung atau penyerapan zat
prankreas gizi, berpotensi
menyebabkan
infeksi serius
Sumber: MIMS Indonesia (2018)
Tabel 1 Terapi medis pada Tn. S (lanjutan)
Nama Obat Dosis Indikasi Efek Samping Interaksi Gizi
Intravena
NaCl 0.9% 100 ml Pengatur Hipernatremia
keseimbangan dan
cairan tubuh, hipokalemia
mengatur kerja
otot jantung,
-
mendukung
metabolisme
tubuh, dan
merangsang
kerja saraf
Ringer 500 ml Agen Reaksi
Laktat (RL) alkaliniser, alergenik, sulit
menggantikan bernapas, -
cairan dan edema
elektrolit periobital
Sumber: MIMS Indonesia (2018)

II.4 Skrining Gizi

Skrining gizi merupakan tahapan awal yang dilakukan terhadap pasien


rawat inap. Skrinig gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker
dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, penurunan imunitas, sakit kritis dan lain
sebagainya (Kemenkes 2013). Berikut ini merupakan hasil skrining gizi dengan
menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil skoring skrining gizi Tn. S
No Berdassarkan Malnutrition Screening Tool (MST) Skor
Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak
1.
diinginkan dalam 6 bulan terakhir ?
a. tidak ada penurunan berat badan 0
b. tidak yakin/tidak tahu/ terasa baju longgar 0
c. jika ya berapa penurunan berat badan tersebut 0
 1-5 kg
 6-10 kg 0
 11-15 kg 0
 >15 kg 0
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan
a. ya 0
b. tidak 0
Total Skor 0
Hasil skrining gizi pasien dengan menggunakan MST yaitu skor 0. Pasien
dengan kondisi khusus, yaitu pasien menderita kanker dan sedang menjalani
kemoterapi. Pasien dengan kondisi khusus harus mendapatkankan asuhan gizi dan
diberikan diet sesuai kebutuhan dan kondisi pasien (Hardinsyah 2017).
Kunjungan pertama terhadap pasien Tn.S dilakukan pada tanggal 22 Oktober
2018. Kunjungan dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara terhadap
pasien. Hasil kunjungan awal pasien adalah sebagai berikut.
 S: Pasien tidak mengalami mual, muntah, nyeri pada perut, kesulitan
menelan, gangguan pencernaan lainnya dan demam. Pasien tidak memiliki
alergi terhadap makanan tertentu. Pola makan ketika masih sehat dan
sebelum masuk rumah sakit yaitu 3 kali/hari. Pasien pernah mendapatkan
edukasi gizi.
 O: Pasien memiliki berat badan 72 kg dan tinggi badan 165 cm dengan
nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) 26.4 kg/m2 sehingga status gizi pasien
adalah obesitas grade 1. Pemeriksaan biokimia tanggal 22 Oktober 2018
diperoleh nilai MCH/HER 31.6 pg dan monosit 9.1. Asupan pasien 1x24
jam adalah energi 1 833 kkal, protein 49 gram, lemak 25.2 gram, dan
karbohidrat 359.2 gram.
 A: Asupan oral inadekuat yaitu energi 77% dari kebutuhan, protein 44%
dari kebutuhan, dan lemak 38.3% dari kebutuhan. Pasien sudah pernah
mendapatkan edukasi terkait diet kanker dan perubahan pola makan seperti
mengurangi konsumsi gorengan.
 P: Pasien diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 2 100 kkal
dengan protein 80 gram. Frekuensi makan diberikan sebanyak tiga kali
makan utama yang ditambahkan ekstra hewani pada waktu makan siang
dan dua kali selingan (pukul 10.00 dan 16.00).

II.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar

II.5.1 Pengkajian Gizi


a. Riwayat Gizi
a.1. Asupan Makan dan Zat Gizi
˗ Kajian Food History (Anamnesa Diet)
Kebiasan makan pasien sebelum sakit berdasarkan hasil wawancara yaitu,
pasien memiliki pola makan utama 3 kali makan utama dan 2 sampai 3 kali snack
dalam sehari. Pasien mampu mengonsumsi makanan dalam sehari yaitu nasi 3p,
lauk hewani 3p, lauk nabati 3p, sayur 2p, buah 3p, pisang goreng 3 buah, tahu
goreng 1 potong, kentang goreng 1 buah dan kue kering 1p. Pasien biasa
mengonsumsi makanan hewani setengah matang dan sering mengonsumsi
minuman teh instan. Pasien minum susu sebanyak 4 kali dalam seminggu. Pasien
tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Asupan pasien sebelum masuk
rumah sakit yaitu energi sebesar + 1 892 kkal (99.7% dari kebutuhan 1 897 kkal),
protein sebesar 63.4 gram (89% dari kebutuhan 71.1 gram), lemak sebesar 38
gram (72.2% dari kebutuhan 52.6 gram), dan karbohidrat 314 gram (110% dari
kebutuhan 284.5 gram). Berikut merupakan tingkat kecukupan asupan pasien
berdasarkan anamnesa diet disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Persentase asupan makan Tn. S terhadap kebutuhan sebelum masuk


rumah sakit
Zat Gizi Kebutuhan Asupan % Kategori *)
Energi (kkal) 1 897 1 892 99.7 Cukup
Protein (gram) 71.1 63.4 89 Cukup
Lemak (gram) 52.6 38 72.2 Kurang
Karbohidrat (gram) 284.5 314 114.2 Lebih
*) Sumber: WNPG (2004)

˗ Kajian Recall 1x24 jam


Asupan makan 1x24 jam terakhir pasien yaitu bubur tepung 1sdm, susu 2
gelas, pisang rebus 1 buah, wafer 10 buah, makaroni goreng 1p, lontong isi 2p,
pisang goreng 3 buah, singkong rebus 1/2p, nasi 0.25p, dan teh manis 1 gelas
(gula 1p). Hasil recall 24 jam terakhir asupan energi sebesar + 1 833 kkal (77%
dari kebutuhan 2 368 kkal), protein sebesar 39 gram (44% dari kebutuhan 87.8
gram), lemak sebesar 25.2 gram (38.3% dari kebutuhan 65.7 gram), dan
karbohidrat sebesar 359.2 gram (101% dari kebutuhan 355.3 gram). Berikut
merupakan hasil kandungan gizi dari asupan makan recall 24 jam pasien.
Tabel 4 Persentase asupan makan Tn.S terhadap kebutuhan setelah masuk rumah
sakit
Zat Gizi Kebutuhan Asupan % Kategori *)
Energi (kkal) 2 368 1 833 77 Kurang
Protein (gram) 87.8 49 44 Kurang
Lemak (gram) 65.7 25.2 38.3 Kurang
Karbohidrat (gram) 355.2 359.2 101 Cukup
*) Sumber: WNPG (2004)

a.2. Pengetahuan / Kepercayaan / Sikap (Behaviour)


Pasien memiliki kebiasaan makan dengan frekuensi sering. Pasien sudah
pernah mendapatkan edukasi terkait diet kanker dan perubahan pola makan seperti
mengurangi konsumsi gorengan. Pasien tidak menyukai makanan rumah sakit
karena pasien menganggap makanan rumah sakit memiliki rasa yang tidak enak.
Asupan pasien selama di rumah sakit sebagian besar berasal dari makanan luar
rumah sakit. Makanan luar rumah sakit diperoleh dengan cara memesan kepada
keluarganya yang akan menjenguk, memesan sendiri dengan aplikasi makanan
online, dan memesan sendiri ke warung sekitar rumah sakit.

b. Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan terhadap pasien Tn.S adalah
pengukuran Tinggi Badan (TB) dan penimbangan Berat Badan (BB). Data tinggi
badan dan berat badan diperoleh dari buku rekam medik pasien. Tinggi badan dan
berat badan dapat digunakan untuk mengetahui status gizi pasien. Berikut
merupakan hasil pengukuran BB dan TB pasien serta status gizi pasien
berdasarkan IMT.
 BB = 72 kg
 TB = 165 cm
 IMT = 26.4 kg/m2
Berdasarkan WHO (2000) kategori Asia-Pasifik, status gizi pasien
berdasarkan indikator Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu termasuk obesitas grade 1.
c. Biokima
Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 Oktober
2018. Berikut merupakan hasil pemeriksaan biokima/laboratorium pasien
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pemeriksaan biokimia Tn. S
Parameter Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan*) Interpretasi
MCH/HER (pg) 31.6 27-31 Tinggi
Monosit 9.1 2-8 Tinggi
*) Sumber: Medical Record RSUP Persahabatan (2018)
Hasil pemeriksaan biokimia pasien menunjukkan bahwa pasien
mengalami peningkatan pada MCH/HER dan Monosit. MCH/HER menunjukkan
konsentrasi hemoglobin (Hb) rata-rata dalam sel darah merah. Hasil pemeriksaan
menunjukkan MCH/HER meningkat sehingga dapat diindikasikan bahwa terjadi
anemia makrositik (Kemenkes 2011). Kanker kolon meningkatkan risiko
pengeluaran hepcidin. Hepcidin merupakan peptida 25-asam amino yang
diproduksi oleh hepatosit dan berperan sebagai regulator homeostasis zat besi (Fe)
selama inflamasi. Kanker kolon menyebabkan hepcidin meningkat. Peningkatan
hepcidin dapat menurunkan pengeluaran zat besi (Fe) via ferroportin. Penurunan
pengeluaran zat besi menyebabkan produksi eritrosit berkurang sehingga
meningkatkan risiko anemia (Muñoz et al 2014). Monosit merupakan sel darah
terbesar dan berfungsi sebagai lapis kedua pertahanan tubuh dan dapat
memfagositosis dengan baik. Monosit meningkat mengindikasikan bahwa ada
kerusakan hematologi dan terjadi imflamasi. Monosit juga meningkat disebabkan
adanya tumor atau kanker. Monosit meningkat sebagai upaya untuk
memfagositosis sel tumor atau kanker (Doseff dan Parihar 2012).

d. Klinis dan Fisik


Pemeriksaan klinis yang dilakukan pada pasien yaitu pemeriksaan tanda
vital. Pemeriksaan tanda vital yang dilakukan yaitu pemeriksaan tekanan darah,
nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
klinis pasien disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pemeriksaan klinis Tn.S
Hasil Pemeriksaan
Tanggal Tekanan darah Denyut Nadi Pernapasa Suhu
(mmHg) (x/menit) n (x/menit) Tubuh (0C)
Nilai Normal *) 120/80 60-90 16-20 36-37
22 Oktober 2018 130/70 88 20 36
23 Oktober 2018 120/80 87 20 36.5
24 Oktober 2018 120/80 80 20 36.5
25 Oktober 2018 100/80 65 20 36
26 Oktober 2018 120/70 70 22 36.5
*) Sumber: Kleigman (2011)
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa pasien mengalami
peningkatan tekanan darah pada tanggal 22 Oktober 2018. Peningkatan tekanan
darah yang terjadi yaitu termasuk kategori prehipertensi. Hasil ini sesuai dengan
riwayat penyakit pasien terdahulu yaitu hipertensi. Hasil pemeriksaan klinis
lainnya masih termasuk dalam kategori normal. Hasil pemeriksaan klinis pada
tanggal 25 Oktober 2018, menunjukkan pasien mengalami penurunan tekanann
darah atau hipotensi. Hipotensi dapat terjadi karena penggunaan obat beta blocker
seperti bisoprolol (MIMS 2018). Hasil pemeriksaan klinis pada tanggal 26
Oktober 2018, menunjukkan pasien mengalami peningkatan laju nafas atau
takipnea. Takipnea dapat terjadi karena ketidakseimbangan asam-basa dalam
tubuh. Berikut merupakan hasil pemeriksaan fisik pasien disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pemeriksaan fisik Tn. S
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan (22 s.d 26 Oktober 2018)
Kesadaran Compos mentis
Fisik/Tubuh Lemas (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Konstipasi (-)
Diare (-)
Perut begah (-)
Nyeri pada bagian perut (-)
pusing (-)
Sulit menelan(-)
Penurunan nafsu makan (-)
Keterangan:
(+) = Ada
(-) = Tidak ada
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
gangguan fisik apapun seperti lemas, mual, muntah, konstipasi, diare, perut
begah, nyeri pada bagian perut, pusing, sulit menelan, dan penurunan nafsu
makan. Pasien kanker selama kemoterapi mengalami penurunan nafsu makan,
tetapi pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan. Pasien tidak menyukai
makanan rumah sakit. Kesadaran pasien yaitu compos mentis.

e. Riwayat Personal
Sebelum sakit, pasien merupakan pekerja wiraswasta di rumah potong
hewan. Saat ini, pasien tidak bekerja karena harus menjalani kemoterapi. Pasien
termasuk kategori keluarga menengah kebawah dan berobat dengan menggunakan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sewaktu masih bekerja pasien gemar
mengonsumsi makanan setengah matang dan perokok aktif.

II.5.2 Diagnosis Gizi


Domain Intake (NI 2.1)
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan yang
ditandai dengan asupan recall 24 jam energi sebesar 1833 kkal ( 77% kebutuhan),
protein 39 gram (44% kebutuhan), lemak 25.2 gram (38.3% kebutuhan) dan
karbohidrat 359.2 gram ( 101% dari kebutuhan)
II.5.3 Intervensi Gizi
a. Tujuan Intervensi
Diet yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan asupan zat gizi sesuai
dengan kemampuan pasien (> 80% kebutuhan).

b. Syarat Diet
1. Energi tinggi, yaitu sebesar 2 131 kkal
2. Protein tinggi, yaitu 15% kebutuhan energi sebesar 79 gram
3. Lemak cukup, yaitu 25% kebutuhan energi sebesar 59.1 gram
4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% kebutuhan energi sebesar 319.6 gram
5. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna, yaitu konsistensi
makanan biasa.

c. Perhitungan Kebutuhan Gizi


1. Kebutuhan Gizi saat sakit
Berdasarkan rumus Mifflin et al (1990)
Faktor aktivitas (ringan) : 1.3
Faktor stress (kanker) : 1.4
BBi = (TBa-100) – (10%( TBa-100))
BBi = (165-100) – (10%(165-100))
BBi = 58.5 Kg
AMB = 10(BBi) + 6.25(TB) – 5(U) + 5
AMB = 10(58.5) + 6.25 (165) – 5(54) + 5
AMB = 1 301 kkal

Kebutuhan Energi = AMB x FA x FS


= 1 301 x 1.3 x 1.4
= 2 368 kkal

Kebutuhan Protein = 15% x Kebutuhan Energi/4


= 15% x 2 368/4
= 87.8 gram

Kebutuhan Lemak = 25% x Kebutuhan Energi/9


= 25% x 2 368/9
= 65.7 gram

Kebutuhan Karbohidrat = 60% x Kebutuhan Energi/4


= 60% x 2 368/4
= 355.2 gram

Diet diberikan kepada pasien secara bertahap karena pasien


mengalami penurunan nafsu makan. Diet yang diberikan yaitu 90% dari
kebutuhan energi dan zat gizi saat sakit.

Kebutuhan Energi = 90% Kebutuhan energi


= 90% x 2 368 = 2 131 kkal

Kebutuhan Protein = 90% Kebutuhan Protein


= 90% x 87.8 = 79 gram
Kebutuhan Lemak = 90% Kebutuhan Lemak
= 90% x 65.7 = 59.1 gram

Kebutuhan Karbohidrat = 90% Kebutuhan Karbohidrat


= 90% x 355.2 = 319.6 gram

2. Kebutuhan Gizi Sebelum Sakit


Berdasarkan rumus FAO
Faktor Aktivitas (ringan) : 1.3
AMB (FAO) = 13.5(Bba) + 487
AMB (FAO) = 13.5 (72) + 487
= 1 459 kkal

Kebutuhan Energi = AMB x FA


= 1 459 x 1.3 = 1 897 kkal

Kebutuhan Protein = 15% x Kebutuhan Energi/4


= 15% x 1 897/4 = 71.1 gram

Kebutuhan Lemak = 25% x Kebutuhan Eenergi/9


= 25% x 1 897/9 = 52.6 gram

Kebutuhan Karbohidrat = 60% x Kebutuhan Energi


= 60% x 1 897/4 = 284.5 gram

d. Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien yaitu Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP). Diet diberikan secara bertahap 90% dari kebutuhan, sehingga diberikan
diet TKTP 2 100 kkal dan protein 80 gram. Implementasi pada kasus ini
dilakukan selama empat hari dimulai pada pada makan pagi tanggal 23 Oktober
2018 hingga makan malam tanggal 26 Oktober 2018. Pasien diberikan diet TKTP
2 100 kkal dan protein 80 gram dengan konsistensi makanan biasa per oral.
Kandungan gizi lain pada diet tersebut yaitu lemak 59.1 gram dan karbohidrat
319.6 gram. Diet diberikan melalui tiga kali makan utama, yaitu makan pagi,
makan siang, dan makan sore. Makan siang diberikan ektra lauk hewani. Selingan
diberikan dua kali, yaitu selingan pukul 10.00 dan 16.00. Selingan yang diberikan
berupa susu dan kue. Berikut merupakan perencanaan bahan makanan dan zat gizi
perhari disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Perencanaan bahan makanan dan zat gizi per hari
Kandungan Zat Gizi
Penuka
Bahan Makanan KH
r E (kkal) P (gram) L (gram)
(gram)
Makanan pokok 5 875 20 0 200
Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0

Tabel 8 Perencanaan bahan makanan dan zat gizi per hari (lanjutan)
Kandungan Zat Gizi
Penuka
Bahan Makanan KH
r E (kkal) P (gram) L (gram)
(gram)
Hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
Nabati 2 150 10 6 14
Sayur B 2 50 2 0 10
Buah 2 100 0 0 24
Gula 3 150 0 0 36
Susu (@200 ml) 2 192 10.2 10.2 16.2
Minyak 4 200 0 20 0
Snack 1 80 2 2 7
Total 2072 72.2 55.2 307.2
Kebutuhan Sehari 2131 79 59.1 319.6
Persentase 97 91 93 96
Bahan makanan yang diberikan kepada pasien selama empat hari terdiri
dari bahan makanan makanan pokok, hewani rendah lemak, hewani lemak sedang,
nabati, sayur B, buah, gula, susu masing-masing 200 ml, minyak dan snack. Menu
diet dirancang agar dapat mencapai >80% kebutuhan pasien, yaitu 97% kebutuhan
energi, 91% kebutuhan protein, 93% kebutuhan lemak, dan 96% kebutuhan
karbohidrat. Berikut merupakan distribusi bahan makanan dari diet pasien
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Distribusi bahan makanan dalam sehari
Bahan Makanan Pagi 10.00 Siang 16.00 Sore Total
Karbohidrat 1 0 2 0 2 5
Hewani rendah lemak 0 0 1 0 0 1
Hewani lemak sedang 1 0 1 0 1 3
Nabati 0 0 1 0 1 2
Sayur B 0 0 1 0 1 2
Buah 0 0 1 0 1 2
Gula 2 1 0 1 0 4
Susu TKTP 0 1 0 1 0 2
Minyak 0 0 2 0 2 4
Snack 0 1 0 0 0 1
Menu diet TKTP yang diberikan kepada pasien distribusikan dalam tiga
waktu makan utama, yaitu pagi, siang, dan sore. Diet ini menambahkan ekstra
lauk hewani pada waktu makan siang. Selingan diberikan pada waktu selingan
pagi yaitu pukul 10.00 dan selingan sore pukul 16.00. Selingan pagi yang
diberikan yaitu susu dan snack (kue). Selingan sore yang diberikan yaitu susu.

f. Edukasi dan Konseling Gizi


Hari/tanggal : Jumat, 26 Oktober 2018
Waktu : 10.00-10.30 WIB
Tempat : IRIN A-Ruang Anggrek Tengah A (Bedah) Kelas Kamar 9
Media : Leaflet diet TKTP
Metode : Bed side teaching
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tabel 10 Materi edukasi gizi pada Tn. S
Materi Tujuan Pelaksanaan
Pengertian, tujuan, dan Pasien dan keluarga Dilaksanakan pada
syarat diet pasien mengetahui tanggal 26 Oktober 2018
pengertian, tujuan, dan
syarat diet
Pemilihan bahan Pasien dan keluarga Dilaksanakan pada
makanan yang dianjukan pasien mengetahui bahan tanggal 26 Oktober 2018
dan dibatasi makanan yang dianjurkan
dan dibatasi
Pasien sudah pernah mendapatkan edukasi gizi terkait penyakit dan ajuran
diet untuk pasien kanker. Pasien sulit untuk merubah kebiasaan makan makanan
yang digoreng dan dipanggang ke anjuran diet seperti makanan yang dikukus atau
direbus. Pasien perlu dilakukan edukasi gizi kembali untuk mengingatkan edukasi
gizi yang telah diberikan. Konseling gizi dilakukan dengan menggali masalah
pasien untuk menentukan solusi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Masalah
utama pasien adalah ketidaksukaan terhadap makanan rumah sakit sehingga
pasien tidak bersedia mengonsumsi makanan rumah sakit dan menyebabkan
penurunan asupan makanan pasien. Pasien tidak menyukai makanan rumah sakit,
sehingga pasien perlu diedukasi agar mau mengonsumsi makanan rumah sakit.
Keluarga pasien juga harus diyakinkan bahwa makanan rumah sakit sudah
memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan diet yang dibutuhkan oleh pasien.
Edukasi kepada keluarga pasien tidak terlaksana karena ketika pelaksanaan tidak
ada pihak keluarga yang mendampingi pasien.

IV.5.4 Monitoring dan Evaluasi Asupan


a. Rencana Monitoring
Monitoring yang dilakukan yaitu terhadap asupan makan pasien. Monitoring
asupan dilakukan setiap hari selama intervensi. Berikut rencana monitoring
asupan makan pasien ditampilkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Rencana monitoring Tn.S
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makan Pasien mampu menghabiskan Setiap hari selama empat
makanan > 80% dari kebutuhan hari
dan merubah kebiasaan makan
pasien sesuai anjuran diet

b. Monitoring dan Evaluasi Asupan

 Intervensi hari ke-1


Hari pertama pasien diberikan intervensi diet TKTP 2 100 kkal protein 80
gram dengan konsistensi makanan biasa per oral. Makan utama diberikan tiga kali
dan selingan sebanyak dua kali. Asupan makan pada hari pertama intervensi
disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Persentase asupan makan Tn. S terhadap kebutuhan hari pertama


intervensi
Zat Gizi Kebutuhan Total Asupan % Asupan Katergori *)
Energi (kkal) 2 131 996 46.7 Kurang
Protein (gram) 79 31.4 39.8 Kurang
Lemak (gram) 59.1 35.6 60.2 Kurang
Karbohidrat (gram) 319.6 131.8 41.2 Kurang
*) Sumber: WNPG (2004)
Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat belum mencapai target
>80%. Menurut WNPG (2004), asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien masih <80% sehingga dinyatakan asupan pasien kurang. Perlu dilakukan
pemberian motiasi agar pasien dapat meningkatkan asupannya. Hasil asupan
makan pasien tersebut sudah termasuk makanan dari luar rumah sakit. Makanan
rumah sakit yang mampu dihabiskan pasien yaitu makan pagi berupa roti 0.6p,
madu 2p, dan telur rebus 1p. Makan siang yang dihabiskan oleh pasien yaitu nasi
0.1p, sayur 0.2p, daging 0.25p, dan minyak 0.25p. Selingan pukul 16.00, pasien
mampu menghabiskan susu 1p yang ditambahkan gula 0.5p. Makan sore, pasien
mampu menghabiskan nasi 0.1p, ikan 0.25p, nabati 0.25p, sayur 0.2p, buah 0.5p,
dan minyak 0.75p. Makanan luar rumah sakit yang dikonsumsi pasien yaitu nasi
1p dan bebek goreng 1p. Makanan luar rumah sakit dikonsumsi ketika makan
sore. Kontribusi kecukupan makanan rumah sakit yang dikonsumsi pasien
terhadap kebutuhan yaitu energi 29.14%, protein 25.89%, lemak 29.78%, dan
karbohidrat 28.74%. Kontribusi kecukupan makanan luar rumah sakit yang
dikonsumsi pasien terhadap kebutuhan yaitu energi 17.6%, protein 13.92%, lemak
30.46%, dan karbohidrat 12.52%. Pasien tidak menyukai makanan rumah sakit
sehingga pasien hanya mengonsumsi sebagian dan menambahkan makanan luar
rumah sakit. Makanan luar rumah sakit diperoleh dengan cara pasien memesan
makanan tersebut kepada keluarganya untuk dibawakan ke ruang rawat inap.
Intervensi hari ke-2 dilanjutkan dengan diet TKTP 2 100 kkal dan protein 80
gram.

 Intervensi hari ke-2


Hari kedua pasien diberikan intervensi diet TKTP 2 100 kkal protein 80
gram dengan konsistensi makanan biasa. Asupan makan pada hari kedua
intervensi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Persentase asupan makan Tn. S terhadap kebutuhan hari kedua
intervensi
Zat Gizi Kebutuhan Total Asupan % Asupan Katergori *)
Energi (kkal) 2 131 1 884 89.11 Cukup
Protein (gram) 79 56.7 71.8 Kurang
Lemak (gram) 59.1 53.9 93.7 Cukup
Karbohidrat (gram) 319.6 283.3 88.6 Cukup
*) Sumber: WNPG (2004)
Asupan energi, lemak, dan karbohidrat sudah mencapai target >80%,
sedangkan protein belum mencapai target. Menurut WNPG (2004), asupan energi,
lemak, dan karbohidrat pasien sudah >80% sehingga dinyatakan asupan pasien
cukup, sedangkan asupan protein dinyatakan kurang. Hasil asupan makan pasien
tersebut sudah termasuk makanan dari luar rumah sakit. Makanan rumah sakit
yang mampu dihabiskan oleh pasien yaitu makan pagi berupa roti 0.6p, madu 2p,
telur rebus 1p. Selingan pukul 10.00, pasien mampu menghabiskan snack wafel
0.5p, susu 1p yang ditambahkan gula 0.5p. Makan siang, pasien mampu
menghabiskan nasi 0.3p, sayur B 0.3p, dan telur asin 1p. Selingan pukul 16.00,
pasien mampu menghabiskan susu 1p yang ditambahkan gula 0.5p. Makan sore,
pasien mampu menghabiskan nasi 0.5p, sayur B 0.2p, kentang 0.04p, dan buah
0.5p. Makanan luar rumah sakit yang dikonsumsi oleh pasien yaitu roti isi keju
0.3p, makaroni goreng 1p, melon 1p, nasi uduk 2p, semur tahu 0.5p, semur
kentang 0.3p, dan semur telur 1p. Makanan luar rumah sakit dikonsumsi ketika
makan sore dan makan malam. Kontribusi kecukupan makanan rumah sakit yang
dikonsumsi pasien terhadap kebutuhan yaitu energi 42.77%, protein 39.82%,
lemak 51.95%, dan karbohidrat 38.11%. Kontribusi kecukupan makanan luar
rumah sakit yang dikonsumsi pasien terhadap kebutuhan yaitu energi 46.34%,
protein 32.03%, lemak 41.79%, dan karbohidrat 50.53%. Asupan pada intervensi
hari ke-2 sebagian besar merupakan makanan dari luar rumah sakit. Makanan luar
rumah sakit tersebut diperoleh dengan cara pasien memesan kepada keluarganya.
Intervensi hari ke-3 dilanjutkan dengan diet TKTP 2 100 kkal dan protein 80
gram.

 Intervensi hari ke-3


Hari ketiga pasien diberikan intervensi diet TKTP 2 100 kkal protein 80
gram dengan konsistensi makanan biasa. Asupan makan pada hari ketiga
intervensi disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Persentase asupan makan Tn. S terhadap kebutuhan hari ketiga
intervensi
Zat Gizi Kebutuhan Total Asupan % Asupan Katergori *)
Energi (kkal) 2 131 1 457 68.61 Kurang
Protein (gram) 79 44.8 57.59 Kurang
Lemak (gram) 59.1 42.2 71.74 Kurang
Karbohidrat (gram) 319.6 213.7 66.86 Kurang
*) Sumber: WNPG (2004)
Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat belum mencapai target
>80%. Menurut WNPG (2004), asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien masih <80% sehingga dinyatakan asupan pasien kurang. Hasil asupan
makan pasien tersebut sudah termasuk makanan dari luar rumah sakit. Makanan
rumah sakit yang mampu dihabiskan oleh pasien yaitu makan pagi berupa roti
0.6p, madu 2p, dan telur rebus 1p. Selingan pukul 10.00, pasien mampu
menghabiskan snack bolu gulung 1p, susu 1p yang ditambahkan gula 0.5p. Makan
siang, pasien mampu menghabiskan nasi 0.5p, sayur B 0.5p, dan buah 0.5p.
Selingan pukul 16.00, pasien mampu menghabiskan susu 1p yang ditambahkan
gula 0.5p. Makan sore, pasien mampu menghabiskan nasi 0.5p. Makanan luar
rumah sakit yang dikonsumsi pada waktu makan pagi, yaitu nasi 1p, semur
jengkol 0.5p, ikan tongkol 0.6p dan wafer 1p. Makanan luar rumah sakit yang
dikonsumsi pada waktu makan sore, yaitu perkedel kentang 0.3p, dan telur bumbu
kuning 1p. Kontribusi kecukupan makanan rumah sakit yang dikonsumsi pasien
terhadap kebutuhan yaitu energi 38.22%, protein 33.04%, lemak 29.1%, dan
karbohidrat 41.21%. Kontribusi kecukupan makanan luar rumah sakit yang
dikonsumsi pasien terhadap kebutuhan yaitu energi 30.38%, protein 24.56%,
lemak 42.64%, dan karbohidrat 25.66%. Makanan luar rumah sakit tersebut
diperoleh dengan cara pasien memesan kepada keluarganya. Intervensi hari ke-4
dilanjutkan dengan diet TKTP 2 100 kkal dan protein 80 gram.

 Intervensi hari ke-4


Hari keempat pasien diberikan intervensi diet TKTP 2 100 kkal protein 80
gram dengan konsistensi makanan biasa. Asupan makan pada hari keempat
intervensi disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Persentase asupan makan Tn. S terhadap kebutuhan hari keempat
intervensi
Zat Gizi Kebutuhan Total Asupan % Asupan Katergori *)
Energi (kkal) 2 131 1 242 58.29 Kurang
Protein (gram) 79 34.6 43.8 Kurang
Lemak (gram) 59.1 26.3 44.5 Kurang
Karbohidrat (gram) 319.6 212.1 66.36 Kurang
*) Sumber: WNPG (2004)
Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat belum mencapai target
>80%. Menurut WNPG (2004), asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien masih <80% sehingga dinyatakan asupan pasien kurang. Hasil asupan
makan pasien tersebut sudah termasuk makanan dari luar rumah sakit. Makanan
rumah sakit yang mampu dihabiskan oleh pasien yaitu makan pagi berupa roti
0.6p, madu 2p, dan telur rebus 1p. Selingan pukul 10.00, pasien mampu
menghabiskan snack pisang rebus 1.25p, dan susu 1p yang ditambahkan gula
0.5p. Makan siang, pasien mampu menghabiskan nasi 0.5p, sayur B 0.5p, dan
buah 0.5p. Makan sore, pasien mampu menghabiskan nasi 0.5p. Makanan luar
rumah sakit yang dikonsumsi pada waktu makan pagi yaitu martabak coklat 0.5p
potong. Makanan tambahan yang dikonsumsi pada waktu makan siang yaitu ikan
tongkol goreng 0.6p dan semur jengkol 0.5p. Makanan tambahan yang
dikonsumsi pada waktu makan sore yaitu bakso 0.5p, martabak 0.75p, dan wafer
1p. Kontribusi kecukupan makanan rumah sakit yang dikonsumsi pasien terhadap
kebutuhan yaitu energi 30.26%, protein 25.63%, lemak 17.09%, dan karbohidrat
36.56%. Kontribusi kecukupan makanan luar rumah sakit yang dikonsumsi pasien
terhadap kebutuhan yaitu energi 28.04%, protein 18.16%, lemak 27.41%, dan
karbohidrat 29.80%. Makanan luar rumah sakit tersebut diperoleh dengan cara
pasien memesan langsung melalui pramusaji kantin rumah sakit dan keluarganya.
Rencana edukasi dan konseling gizi yang akan dilakukan yaitu pada hari
keempat intervensi. Edukasi dan konseling gizi hanya dapat dilaksanakan
terhadap pasien. Edukasi dan konseling gizi yang diberikan berupa anjuran makan
sesuai diet dan mengingatkan pasien kembali terkait batasan mengonsumsi
makanan yang digoreng. Edukasi dan konseling gizi tidak dapat dilakukan kepada
pihak keluarga pasien karena keluarga pasien hanya mendampingi ketika malam
hari. Berdasarkan implementasi yang dilakukan selama empat hari, jumlah asupan
pasien selama empat hari disajikan pada Gambar 2.
93.74
89.11
88.64
71.85 68.61 71.74 66.36
60.24 58.29
66.86 Energi
46.74 43.80 44.50
41.25 57.59 Protein
39.81 Lemak
Karbohidrat

Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4

Gambar 2 Persentase asupan Tn.S terhadap kebutuhan selama 4 hari


Berdasarkan Gambar 2, zat gizi terbanyak yang dikonsumsi oleh pasien
yaitu lemak. Asupan lemak selama intervensi yaitu hari ke-1 60.24%, hari ke-2
93.7%, hari ke-3 71.74%, dan hari ke-4 44.5%. Asupan lemak yang tinggi pada
hari ke-2 disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi oleh pasien. Makanan yang
dikonsumsi pasien mengandung tinggi lemak, seperti nasi uduk, semur tahu,
semur kentang, dan semur telur. Selama 4 hari intervensi, asupan pasien
fluktuatif. Asupan pada hari kedua sudah mencapai target > 80% kebutuhan
pasien untuk energi, lemak, dan karbohidrat. Pasien mengalami penurunan nafsu
makan pada makanan rumah sakit sehingga sering mengonsumsi makanan luar
rumah sakit. Makanan luar rumah sakit diperoleh pasien dengan cara pasien
membeli makanan luar rumah sakit dengan menggunakan aplikasi pesan makanan
online, beli sendiri di warung sekitar rumah sakit, dan pihak keluarga yang
membawakan makanan.

II.6 Resume

Tn. S sebelum sakit merupakan seorang pekerja di rumah potong hewan,


saat ini pasien tidak lagi bekerja. Pasien berusia 64 tahun 5 bulan dengan
diagnosis medis yaitu Adeno Carcinoma Colon pro Chemoteraphy nomor rekam
medik 2344974. Pasien masuk ke rumah sakit tanggal 21 Oktober 2018. Berat
badan pasien sebesar 72 kg, tinggi badan pasien 165 cm dan IMT pasien 26.4
kg/m2 dengan status gizi obesitas grade I. Pasien tidak mengalami penurunan
berat badan ketika sakit.
Diagnosis gizi yaitu asupan oral inadekuat (NI 2.1) penurunan nafsu
makan yang ditandai dengan asupan recall 24 jam energi sebesar 1 833 kkal
( 77% kebutuhan), protein 39 gram (44% kebutuhan), lemak 25.2 gram (38.3%
kebutuhan) dan karbohidrat 359.2 gram ( 101% dari kebutuhan). Pasien diberikan
intervensi diet TKTP 2 100 kkal, protein 80 gram, lemak 59.1 gram, dan
karbohidrat 319.6 gram. Frekuensi makan yang diberikan yaitu 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan (pagi dan sore). Pasien diberikan ekstra lauk hewani
setiap waktu makan siang. Pasien diberikan 2 kali susu sebanyak 200 ml. Pasien
juga diberikan edukasi dan konseling gizi terkait diet dan pemilihan makanan
yang tepat. Edukasi juga diberikan kepada pihak keluarga, tetapi tidak terlaksana
karena ketika edukasi dilaksanakan tidak ada pihak keluarga yang mendampingi.
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah asupan makan.
Berdasarkan hasil monitoring, asupan makan mengalami penurunan pada hari
pertama implementasi dan peningkatan pada hari kedua implementasi serta
penurunan kembali pada hari ketiga dan keempat. Asupan zat gizi belum
mencapai target > 80% kebutuhan selain pada hari kedua. Edukasi akan dilakukan
pada tanggal 26 Oktober 2018. Materi edukasi yang disampaikan yaitu terkait diet
TKTP, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, serta porsi makan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Monitoring dan evaluasi dilanjutkan hingga hari ke 4,
yaitu pasien sudah selesai menjalani kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Doseff AI, Parihar A. 2012. Tumor Microenvironment and Mylominocytic Cells.


Janeza Trdine (HR): InTech.

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data


Klinik. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI.

. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 78


Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta (ID):
Kementrian Kesehatan RI.

. 2014. Kanker Kolorektal. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI.

Kleigman RM. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics 19th Ed. Philadelphia (US):
Saunders.

Khosama Y. 2015. Faktor risiko kanker kolorectal. CDK-234. 42(1): 829-832.

Mims Indonesia. 2018. [Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018]. Tersedia pada:
https://www.mims.com/indonesia.

Muñoz M, Ramirez SG, Montañez EM, Auerbach M. 2014. Perioperative


management in colorectal cancer patiens: A pragmatic approach. WJG.
20(08): 1972-1985.

Nasrallah A, El-Sibai M. 2014. Colorectal cancer causes and treatments: A


Minireview. Clorectal Cancer Journal. 7: 1-4.

Romero JJG, Trevino AIV. 2017. Colorectal cancer: a review. International


Journal of Research in Medical Sciences. 5(11): 4667-4676.

Stump SE. 2008. Nutrition and Diagnosis Related Care. Philadelpia (US):
Wolters Kluwer.
[WHO] World Health Organization. 2000. The Asia-Pacific Perspective:
Redefining Obesity an its Treatment. New York (USA): WHO.

[WNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII. 2004. Ketahanan Pangan
dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta(ID): Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.

.
LAMPIRAN

Asupan Tn.S pada hari ke-1 intervensi (23 Oktober 2018)


Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan Penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Roti 0,6 105 2.4 0 24
Roti isi
Pagi Madu 2 100 0 0 24
Telur rebus Telur ayam 1 75 7 5 0
Subtotal asupan makan pagi 280 9.4 5 48
Agar coklat Agar coklat 0 0 0 0 0
Pukul
Susu 0 0 0 0 0
10.00 Susu
Gula 0 0 0 0 0
Subtotal asupan selingan pukul 10.00 0 0 0 0
Nasi Nasi 0,1 17.5 0.4 0 4
Urapan Urapan 0,2 5 0.2 0 1
Siang Daging bb Daging 0,25 18.75 1.75 1.25 0
opor Minyak 0,25 12.5 0 1.25 0
Pepaya Pepaya 1 50 0 0 12
Total asupan makan siang 103.8 2.4 2.5 17
Pukul Susu 1 96 5.1 5.1 8.1
Susu
16.00 Gula 0,5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 16.00 121 5.1 5.1 14.1
Nasi Nasi 0.1 17.5 0.4 0 4
ikan 0.25 12.5 1.75 0.5 0
Gulai ikan
minyak 0.25 12.5 0 1.25 0
Tempe Tempe 0.25 18.8 1.25 0.75 1.75
bacem Minyak 0.25 12.5 0 1.25 0
Sore Sawi 0.2 5 0.2 0 1
Tumis sawi
Minyak 10.25 12.5 0 1.25 0
Jeruk Jeruk 0.5 25 0 0 6
Nasi Nasi 1 175 4 0 40
Bebek Bebek 1 150 7 13 0
goreng Minyak 1 50 0 5 0
Subtotal asupan makan sore 491.3 14.6 23 52.75
Total asupan sehari 996 31.5 35.6 131.8
Kebutuhan sehari (90%) 2131 79 59.1 319.6
Tingkat kecukupan gizi (%) 46.74 39.81 60.24 41.25

Asupan Tn.S pada hari ke-2 intervensi (24 Oktober 2018)


Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Roti 0.6 105 2.4 0 24
Pagi Roti isi
Madu 2 100 0 0 24
Asupan Tn.S pada hari ke-2 intervensi (24 Oktober 2018) (lanjutan)
Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Pagi Telur rebus Telur ayam 1 75 7 5 0
Subtotal asupan makan pagi 280 9.4 5 48
Wafel Wafel 0.5 40 1 1 3.5
Pukul
Susu 1 96 5.1 5.1 8.1
10.00 Susu
Gula 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 10.00 161 6.1 6.1 17.6
Nasi Nasi 0.3 52,5 1,2 0 12
Wortel 0.1 2,5 0,1 0 0,5
Kembang
0.1 2,5 0,1 0 0,5
Capcay kol
Siang
Caisin 0.1 2,5 0,1 0 0,5
Minyak 0.3 15 0 1,5 0
Telur
Telur asin 1 150 7 13 0
bebek
Subtotal asupan makan siang 225 8,5 14,5 13,5
Pukul Susu 1 96 5,1 5,1 8,1
Susu
16.00 Gula 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 16.00 121 5.1 5.1 14.1
Nasi Nasi 0.5 87.5 2 0 20
Wortel 0.1 2.5 0.1 0 0.5
Sayur kerry Kentang 0.04 7 0.16 0 1.6
Buncis 0.1 2.5 0.1 0 0.5
Semangka Semangka 0.5 25 0 0 6
Roti 0.3 52.5 1.2 0 12
Roti keju
Keju 0.2 25 1.4 1.2 2
Makaroni Makaroni 1 175 4 0 40
goreng Minyak 1 50 0 5 0
Sore
Melon Melon 1 50 0 0 12
Nasi 2 350 8 0 80
Nasi uduk
Santan +air 0.6 30 0 3 0
Tahu 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Semur tahu
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Semur Kentang 0.3 52.5 1.2 0 12
kentang Minyak 0.3 15 0 1.5 0
Telur 1 75 7 5 0
Semur telur
Minyak 1 50 0 5 0
Subtotal asupan makan sore 1112 27.66 24.7 190.1
Total asupan sehari 1899 56.76 55.4 283.3
Kebutuhan sehari (90%) 2131 79 59.1 319.6
Tingkat kecukupan gizi (%) 89.11 71.85 93.74 88.64

Asupan Tn.S pada hari ke-3 intervensi (25 Oktober 2018)


Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan Penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Roti 0.6 105 2.4 0 24
Roti isi
Madu 2 100 0 0 24
Pagi
Telur rebus Telur ayam 1 75 7 5 0
Nasi Nasi 1 175 4 0 40
Semur Jengkol 0.5 12.5 0.5 0 2.5
Jengkol Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Ikan
Ikan tongkol 0.6 30 4.2 1.2 0
tongkol
goreng
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Wafer tango
1 187.5 2.5 7.5 27.5
coklat
Subtotal asupan makan pagi 735 20.6 18.7 118
Bolu
Bolu gulung 1 80 2 2 7
Pukul gulung
10.00 Susu 1 96 5.1 5.1 8.1
Susus
Gula 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 10.00 201 7.1 7.1 21.1
Nasi Nasi 0.5 87.5 2 0 20
Bening Bayam 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Siang
bayam Labu siam 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Melon Melon 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan makan siang 125 2.5 0 28.5
Pukul Susu 1 96 5.1 5.1 8.1
Susu
16.00 Gula 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 16.00 121 5.1 5.1 14.1
Nasi Nasi 0.5 87.5 2 0 20
Perkedel Kentang 0.3 52.5 1.2 0 12
Sore kentang Minyak 0.3 15 0 1.5 0
Telur bb Telur ayam 1 75 7 5 0
kuning Minyak 1 50 0 5 0
Subtotal asupan makan sore 280 10.2 11.5 32
Total asupan sehari 1457 44.8 42.2 213.7
Kebutuhan sehari (90%) 2131 79 59.1 319.6
Tingkat kecukupan gizi (%) 68.61 57.59 71.74 66.86

Asupan Tn.S pada hari ke-4 intervensi (26 Oktober 2018)


Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Roti 0.6 105 2.4 0 24
Roti isi
Madu 2 100 0 0 24
Pagi Telur rebus Telur ayam 1 75 7 5 0
Martabak Tepung
0.2 35 0.8 0 8
coklat terigu
Asupan Tn.S pada hari ke-4 intervensi (26 Oktober 2018) (lanjutan)
Kandungan Gizi
Bahan Satuan
Waktu Menu Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan penukar
(kkal) (g) (g) (g)
Martabak Gula 0.5 25 0 0 6
Pagi
coklat Coklat 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan makan pagi 365 10.2 5 68
Pisang
Pukul Pisang rebus 1.25 31.25 1.25 0 6.25
ambon
10.00
Susu Susu 1 96 5.1 5.1 8.1
Gula 0.5 25 0 0 6
Subtotal asupan selingan pukul 10.00 152.25 6.45 5.1 20.35
Nasi Nasi 0.5 87.5 2 0 20
Bobor bayam Bayam 0.5 12.5 0.5 0 2.5
Jeruk Jeruk 0.5 25 0 0 6
Ikan
Siang Ikan tongkol 0.6 30 4.2 1.2 0
tongkol
goreng
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Semur Jengkol 0.5 12.5 0.5 0 2.5
jengkol Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Subtotal asupan makan siang 217.5 7.2 6.2 31
Nasi Nasi 0.5 87.5 2 0 20
Daging
0.5 37.5 3.5 2.5 0
sapi
Bakso Tepung
0.4 70 1.6 0 16
terigu
Caisin 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Sore
Tepung
0.25 43.75 1 0 10
Martabak terigu
coklat Gula 0.75 37.5 0 0 9
Coklat 0.75 37.5 0 0 9
Wafer tango
1 187.5 2.5 7.5 27.5
coklat
Subtotal asupan makan sore 507.5 10.85 10 92.75
Total asupan sehari 1242 34.6 26.3 212.1
Kebutuhan sehari (90%) 2131 79 59.1 319.6
Tingkat kecukupan gizi (%) 58.29 43.8 44.5 66.36

Anda mungkin juga menyukai