Oleh :
Usia >50 tahun Obesitas Pola makan tidak Lingkungan tidak Perokok aktif
sehat sehat
Akumulasi β-
catecin
Transkripsi DNA
Operasi tumor
colon suspect Tumor kolon
malignancy
b. Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan terhadap pasien Tn.S adalah
pengukuran Tinggi Badan (TB) dan penimbangan Berat Badan (BB). Data tinggi
badan dan berat badan diperoleh dari buku rekam medik pasien. Tinggi badan dan
berat badan dapat digunakan untuk mengetahui status gizi pasien. Berikut
merupakan hasil pengukuran BB dan TB pasien serta status gizi pasien
berdasarkan IMT.
BB = 72 kg
TB = 165 cm
IMT = 26.4 kg/m2
Berdasarkan WHO (2000) kategori Asia-Pasifik, status gizi pasien
berdasarkan indikator Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu termasuk obesitas grade 1.
c. Biokima
Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 Oktober
2018. Berikut merupakan hasil pemeriksaan biokima/laboratorium pasien
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pemeriksaan biokimia Tn. S
Parameter Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan*) Interpretasi
MCH/HER (pg) 31.6 27-31 Tinggi
Monosit 9.1 2-8 Tinggi
*) Sumber: Medical Record RSUP Persahabatan (2018)
Hasil pemeriksaan biokimia pasien menunjukkan bahwa pasien
mengalami peningkatan pada MCH/HER dan Monosit. MCH/HER menunjukkan
konsentrasi hemoglobin (Hb) rata-rata dalam sel darah merah. Hasil pemeriksaan
menunjukkan MCH/HER meningkat sehingga dapat diindikasikan bahwa terjadi
anemia makrositik (Kemenkes 2011). Kanker kolon meningkatkan risiko
pengeluaran hepcidin. Hepcidin merupakan peptida 25-asam amino yang
diproduksi oleh hepatosit dan berperan sebagai regulator homeostasis zat besi (Fe)
selama inflamasi. Kanker kolon menyebabkan hepcidin meningkat. Peningkatan
hepcidin dapat menurunkan pengeluaran zat besi (Fe) via ferroportin. Penurunan
pengeluaran zat besi menyebabkan produksi eritrosit berkurang sehingga
meningkatkan risiko anemia (Muñoz et al 2014). Monosit merupakan sel darah
terbesar dan berfungsi sebagai lapis kedua pertahanan tubuh dan dapat
memfagositosis dengan baik. Monosit meningkat mengindikasikan bahwa ada
kerusakan hematologi dan terjadi imflamasi. Monosit juga meningkat disebabkan
adanya tumor atau kanker. Monosit meningkat sebagai upaya untuk
memfagositosis sel tumor atau kanker (Doseff dan Parihar 2012).
e. Riwayat Personal
Sebelum sakit, pasien merupakan pekerja wiraswasta di rumah potong
hewan. Saat ini, pasien tidak bekerja karena harus menjalani kemoterapi. Pasien
termasuk kategori keluarga menengah kebawah dan berobat dengan menggunakan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sewaktu masih bekerja pasien gemar
mengonsumsi makanan setengah matang dan perokok aktif.
b. Syarat Diet
1. Energi tinggi, yaitu sebesar 2 131 kkal
2. Protein tinggi, yaitu 15% kebutuhan energi sebesar 79 gram
3. Lemak cukup, yaitu 25% kebutuhan energi sebesar 59.1 gram
4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% kebutuhan energi sebesar 319.6 gram
5. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna, yaitu konsistensi
makanan biasa.
d. Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien yaitu Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP). Diet diberikan secara bertahap 90% dari kebutuhan, sehingga diberikan
diet TKTP 2 100 kkal dan protein 80 gram. Implementasi pada kasus ini
dilakukan selama empat hari dimulai pada pada makan pagi tanggal 23 Oktober
2018 hingga makan malam tanggal 26 Oktober 2018. Pasien diberikan diet TKTP
2 100 kkal dan protein 80 gram dengan konsistensi makanan biasa per oral.
Kandungan gizi lain pada diet tersebut yaitu lemak 59.1 gram dan karbohidrat
319.6 gram. Diet diberikan melalui tiga kali makan utama, yaitu makan pagi,
makan siang, dan makan sore. Makan siang diberikan ektra lauk hewani. Selingan
diberikan dua kali, yaitu selingan pukul 10.00 dan 16.00. Selingan yang diberikan
berupa susu dan kue. Berikut merupakan perencanaan bahan makanan dan zat gizi
perhari disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Perencanaan bahan makanan dan zat gizi per hari
Kandungan Zat Gizi
Penuka
Bahan Makanan KH
r E (kkal) P (gram) L (gram)
(gram)
Makanan pokok 5 875 20 0 200
Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0
Tabel 8 Perencanaan bahan makanan dan zat gizi per hari (lanjutan)
Kandungan Zat Gizi
Penuka
Bahan Makanan KH
r E (kkal) P (gram) L (gram)
(gram)
Hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
Nabati 2 150 10 6 14
Sayur B 2 50 2 0 10
Buah 2 100 0 0 24
Gula 3 150 0 0 36
Susu (@200 ml) 2 192 10.2 10.2 16.2
Minyak 4 200 0 20 0
Snack 1 80 2 2 7
Total 2072 72.2 55.2 307.2
Kebutuhan Sehari 2131 79 59.1 319.6
Persentase 97 91 93 96
Bahan makanan yang diberikan kepada pasien selama empat hari terdiri
dari bahan makanan makanan pokok, hewani rendah lemak, hewani lemak sedang,
nabati, sayur B, buah, gula, susu masing-masing 200 ml, minyak dan snack. Menu
diet dirancang agar dapat mencapai >80% kebutuhan pasien, yaitu 97% kebutuhan
energi, 91% kebutuhan protein, 93% kebutuhan lemak, dan 96% kebutuhan
karbohidrat. Berikut merupakan distribusi bahan makanan dari diet pasien
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Distribusi bahan makanan dalam sehari
Bahan Makanan Pagi 10.00 Siang 16.00 Sore Total
Karbohidrat 1 0 2 0 2 5
Hewani rendah lemak 0 0 1 0 0 1
Hewani lemak sedang 1 0 1 0 1 3
Nabati 0 0 1 0 1 2
Sayur B 0 0 1 0 1 2
Buah 0 0 1 0 1 2
Gula 2 1 0 1 0 4
Susu TKTP 0 1 0 1 0 2
Minyak 0 0 2 0 2 4
Snack 0 1 0 0 0 1
Menu diet TKTP yang diberikan kepada pasien distribusikan dalam tiga
waktu makan utama, yaitu pagi, siang, dan sore. Diet ini menambahkan ekstra
lauk hewani pada waktu makan siang. Selingan diberikan pada waktu selingan
pagi yaitu pukul 10.00 dan selingan sore pukul 16.00. Selingan pagi yang
diberikan yaitu susu dan snack (kue). Selingan sore yang diberikan yaitu susu.
II.6 Resume
DAFTAR PUSTAKA
Kleigman RM. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics 19th Ed. Philadelphia (US):
Saunders.
Mims Indonesia. 2018. [Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018]. Tersedia pada:
https://www.mims.com/indonesia.
Stump SE. 2008. Nutrition and Diagnosis Related Care. Philadelpia (US):
Wolters Kluwer.
[WHO] World Health Organization. 2000. The Asia-Pacific Perspective:
Redefining Obesity an its Treatment. New York (USA): WHO.
[WNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII. 2004. Ketahanan Pangan
dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta(ID): Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
.
LAMPIRAN