1. Manusia yang paling baik adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quran
4. Pahala membaca satu huruf Al-Quran sama dengan satu amal kebajikan
4. Orang yang lupa hafalan Al-Quran pada hari kiamat nanti tangannya buntung
3. Motivasi Orang Mempelajari al-Qur'an Antara Lain untuk Mencari Makan dan Meraih
Popularitas
4. Hafidhah hafidhah yang Senang Bermaksiat Akan Disiksa Lebih Dahulu ketimbang
Penyembah Berhala
Pada hari Jum’at,tanggal 13 Syawal 194 H (810 M) di kota Bukhara lahirlah seorang anak
yang oleh ayahnya diberi nama Muhammad. Ayahnya bernama Ismail bin Ibrahim al-Ju’fi al
Bukhari. Muhammad muncul sebagai anak yang berlian otaknya mengalahkan anak-anak
sebayanya. Dan pada umur 10 tahun itulah Muhammad mulai mempelajari dan menghafal
hadis. Ketika berumur tahun perpustakaan ayahnya sudah tidak memenuhi syarat bagi
Muhammad. Muhammad pergi menemui tokoh-tokoh ahli hadis di tanah airnya untuk
mempelajari hadis.Saat berumur 16 tahun Muhammad sudah hafal beberapa kitab-kitab hadis
yang ditulis oleh Abdullah bin al-Mubarak dan Waki’, 2 tokoh ahli hadis terkemuka pada
waktunya.
Pada tahun 216 H,Muhammad diajak pergi haji ke makkah untuk menunaikan haji dan ia
tinggal disana untuk mendalami hadis dan tokoh-tokohnya. Kemudian pergi ke Madinah dan
sempat menulis dua buah buku Qadlaya al-Sahabah wa al-Tabi’in dan al-Tarikh al-Kabir.Beliau
wafat saat berumur 62 tahun pada hari sabtu malam idul fitri 1 Syawal. Beliauu adalah
penyusun Kitab al-Jami’ al-Shahih dan populer dengan sebutan Shahih al-Bukhari.
Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diterima sebagai kitab yang otentik sesudah Al-
Qur’an. Namun ada perbedaan pendapat mana yang lebih otentik diantara dua kitab tersebut.
Kritik Terhadap Hadis-hadis Bukhari
Dalam ilmu hadis,kritik ditujukan pada dua aspek yaitu sanad dan matan hadis.Kritik
sanad (naqd al-sanad/ naqd al-Rijal) diperlukan untuk mengetahui apakah rawi-rawi itu jujur,
takwa, kuat hafalannya dan apakah sanad itu bersambung atau tidak.Sedangkan kritik matan
(naqd al-Matn) diperlukan untuk mengetahui apakah hadis itu mempunyai cacat (‘Illah) atau
janggal (syadz).
Para orientalis seperti Ignaz Goldziher, Arent Jan Wensinck, Joseph Schacht dan lain-lain
berpendapat bahwa dalam meneliti hadis, para ahli hanya menggunakan metode kritik sanad
saja tanpa memakai metode kritik matan, Sehingga menurut mereka, banyak ditemukan di
belakang hari hadis-hadis yang semula dianggap shohih ternyata palsu, termasuk hadis yang
terdapat dalam Shahih Bukhari.