Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN MYELOMA MULTIPLE

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen pengampu:

Tita Puspita., Ningrum M.Kep

Disusun oleh: Kelompok 5

Kelas: KP.3A

Tita Rohayati 88200209

Marcellino Fariz Malik 88200207

Asih Sukaesih 88200200

Wanda Nur Aswini M 88200044

Maudi Susanti 88200024

Recha Rossita 88200202

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA (ARS)

BANDUNG
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN MYELOMA MULTIPLE”.

Dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Penulis menyadari


bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan makalah
ini tidak akan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ijinkanlah kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.

Bandung, 09 November 2021

Kel 5 Multiple Myeloma

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian.....................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Klasifikasi......................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................7
2.5 Patofisiologi...................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................9
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................11
BAB III..................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................13
3.1 PENGKAJIAN............................................................................................13
3.1.1 Riwayat Penyakit.................................................................................13
3.1.2 Riwayat Psikososial.............................................................................15
3.2 DIAGNOSA KEPERAWAATAN.............................................................15
3.2.1 NURSING CARE PLAN (NCP).........................................................15
3.3 EVALUASI.................................................................................................19
Daftar Pustaka......................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana
sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor
di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang
terkumpul di dalam darah atau air kemih.Multiple myeloma (myelomatosis,
plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang
ditandai dengan penggantian sumsum tulang, kerusakantulang, dan formasi
paraprotein.Multiple myeloma adalah kelainan darah yang berhubungan dengan
limfoma dan leukimia karena biasanya timbul dalam sumsum tulang.Multiple
myeloma adalah penyakit sel plsma maligna yang menginfiltrasi tulang
danjaringan-jaringan yang lemah yang terjadi pada pria dan wanita dan biasanya
menyerangpada usia pertengahan dan lanjut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa multiple myeloma adalah suatu kanker sel
plasma dimanasebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembang biak,
membentuk tumor disumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi
yang abnormal, yang menginfiltrasi tulang dan jaringan-jaringan yang lemah yang
terjadi pada pria dan wanita dan biasanya menyerang pada usia pertengahan dan
lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari Multiple Myeloma ?


2. Apa Etiologi Multiple Myeloma ?
3. Bagaimana Klasifikasi Multiple Myeloma ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Multiple Myeloma ?
5. Bagaimana Patofisiologi Multiple Myeloma ?
6. Apa saja Pemeriksaan Diagnostik Multiple Myeloma ?
7. Apa saja Penatalaksanaan dari Multiple Myeloma ?

1
1.3 Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pengertian Multipel Myeloma


2. Untuk mengetahui Etiologi Multipel Myeloma
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Multipel Myeloma
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Multipel Myeloma
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Multipel Myeloma
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Multipel Myeloma
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Multipel Myeloma

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma
imatur dan matur yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum
tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibody yang abnormal, yang terkumpul
didalam darah atau air kemih.

2.2 Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa
penelitian yangmenunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan
kesempatan seseorangakan mengembangkan penyakit multiple myeloma,
diantaranya

 Umur diatas 65 tahun : Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan


kesempatanmengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang
dengan myelomaterdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada
orang-orang yanglebih muda dari umur 35 tahun.
 Ras (Bangsa) : Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara
orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-
orang Amerikaketurunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-
kelompok ras belumdiketahui.
 Jenis kelamin : Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700
wanitaterdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih
banyakpria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
 Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance(MGUS) : MGUS adalah kondisi yang tidak
membahayakan dimana sel-selplasma abnormal membuat protein-protein
M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari
protein M ditemukan dengan tes darah.Adakalanya, orang-orang

3
 dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple
myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orangdengan MGUS
memperoleh tes-tes laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untukmemeriksa
peningkatan lebih lanjut pada tingkat protein M.
 Sejarah multiple myeloma keluarga : studi-studi telah menemukan bahwa
risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara
dekatnya mempunyai penyakit ini.

Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti
telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu
(terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen tertentu,
memakan makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan
risiko mengembangkan multiple myeloma.

2.3 Klasifikasi
Secara perkembangan penyakit, multiple myeloma dibagi menjadi 3
kategori:
1.  Monoclonal gammopathy of undetermined significance  (MGUS)
2.  Asymptomatic/smoldering myeloma
3.  Symptomatic myeloma/myeloma aktif

MGUS dan asymptomatic/smoldering myeloma adalah kondisi yang


tidak berbahaya dan tidak menampakkan gejala. Pada tahap ini, pasien
juga tidak akan diberi kemoterapi maupun obat MM lainnya. Hanya
observasi saja.

Jika sudah sampai pada tahap  symptomatic myeloma/myeloma aktif,


barulah pasien menerima kemoterapi dan obat MM. Pada tahap ini pula
biasanya pasien MM mulai terdiagnosis.

4
MGUS

Asymptomatic/smoldering myeloma

Symptomatic myeloma/myeloma aktif

a. Monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS)

MGUS tidak menimbulkan gejala. Pada tahap ini, tumor atau lesi
osteolitik juga belum terbentuk. MGUS bisa berkembang menjadi
multiple myeloma, tapi bisa juga tidak.
Karakteristik:
• Nilai serum protein M < 3 g/dL
• Persentase sel-sel plasma di sumsum tulang < 10%
• Tidak ada fitur CRAB yang menandakan MM aktif (penjelasan di
bagian bawah)

b. Asymptomatic myeloma 

Asymptomatic artinya tidak menunjukkan gejala. Jumlah protein M


dalam darah dan sel-sel plasma di sumsum tulang mungkin naik, tapi
dalam jumlah kecil. Bahkan, myeloma bisa saja berada dalam kondisi
statis dan tidak mengalami perkembangan selama berbulan-bulan, atau
bertahun-tahun.

5
Karakteristik:
• Jumlah serum protein M ≥ 3 g/dL dan tetap stabil
• Persentase sel plasma di sumsum tulang 10-60%
• Tidak ada fitur CRAB yang menandakan MM aktif

Pasien MGUS dan  asymptomatic  myeloma  belum diberikan obat atau


terapi MM. Ia hanya akan diobservasi tiap 3 bulan. Jika ada lesi
osteolitik, osteoporosis, atau osteopenia, dokter akan memberikan
perawatan. Perawatan obat atau terapi MM baru akan dilakukan jika
penyakit sudah berkembang menjadi symptomatic   myeloma.

c. Symptomatic myeloma

Symptomatic artinya ada gejala yang tampak, misalnya anemia berat,


gangguan ginjal, hiperkalsemia, dan lesi osteolitik atau patah tulang.
Pada tahap inilah biasanya pasien MM mulai terdiagnosis.

Karakteristik:
• Naiknya jumlah protein M dan sel plasma pada serum dan/atau urin
• Persentase sel plasma di sumsum tulang > 10% (lebih dari
sepuluh persen)
• Ada gejala CRAB:
C – calcium elevation, atau naiknya kalsium darah (>10 mg/dL)
R – renal dysfunction, atau gangguan ginjal (kreatinin >2 mg/dL atau
creatinine clearance <40 ml/menit)
A – anemia (hemoglobin <10 g/dL atau turun lebih dari 2 g/dL dari
kisaran normal)
B – bone disease, atau gangguan tulang berupa lesi atau litik, patah,
atau tertekan yang terlihat saat rontgen, bone survey, CT-Scan, MRI
atau PET.

6
Symptomatic myeloma  ditangani dengan obat-obatan maupun terapi ,
misalnya kemoterapi, terapi target, atau  stem cell transplant.

2.4 Manifestasi Klinis

Multiple myeloma sering kali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada


tulang belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang
mudah patah. Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang
penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami :

1. Anemia karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel
darah merah di sumsum tulang.
2. Infeksi bakteri berulang,
3. Gagal ginjal, karena pecahan anti bodi yang abnormal (protein Bence-Jones)
merusak ginjal.

Terkadang multiple myeloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan,


jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindrom hiperviskosita).
Berkurang aliran darah ke otak bias menyebabkan gejala neurologis berupa
kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala.

2.5 Patofisiologi

Limfosit B mulai disumsum tulang pindah ke kelenjar getah bening. Saat


limfosit B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel.
Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibody, dikenal sebagai sel
plasma.

Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian


dari kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal
paling erat hubungannya dengan sel multiple myeloma umumnya dianggap baik
sebagai sel memori diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel plasma, plasma
blast tersebut.

7
System kekebalan menjaga poliferasi sel B dan sekresi antibody di bawah
control ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan
ulang, control ini hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates)
untuk kromosom yang merangsang gen antibody terhadap overproduksi.

Sebuah translokasi kromosom antara gen immunoglobulin rantai berat (pada


kromosom ke14, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3 6p21,
16q23 dan 20q11) sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini
menyebabkan mutase diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal
penting dalam pathogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma
dan ketidak stabilan genomic yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan
translokasi. 14 kelainan kromosom yang diamati pada sekita 50% dari semua
kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari) ke 13 kromosom juga diamati pada
sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama IL-6) oleh sel plasma menyebabkan
banyak kerusakan local mereka, seperti osteoporosis, dan menciptakan lingkungan
mikro di mana sel-sel ganas berkembang. Angiogenesis (daya trik pembuluh
darah baru) meningkat. Antibody yang dihasilkan disimpan dalam berbagai organ,
yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan berbagai gejala myeloma
terkait lainnya.

8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Labolatorium

Anemia normositik normokrom ditemukan pada hamper 70% kasus.


Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15%
pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang
mencapai 5%, kecuali pada pasien leukimia sel plasma. Formasis Rouleaux
ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat
didagnosis. Sekitar Seperempat hingga setengah yang di diagnosis akan
mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukan proteinuria,
sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan
immunoelektroforesis atau immunofiksasi.

2. Radiologi

a. Foto polos X-Ray

Gambaran atau foto x-ray dari multiple myeloma berupa lesi multiple, berbatas
tegas,litik punch out,dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi
terdapat dalam ukuran yang hamper sama. Lesi local ini umumnya berawal
dirongga medulla, mengikis tulang cancellous, dan secara progresif
menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien myeloma,
dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa
pasien, ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat
timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film
polos memperhatikan :

1) Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabecular tulang, terutama


tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan
myeloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda
radiologis satu-satunya pada myeloma multiple. Fraktur patologis sering
dijumpai.

9
2) Fraktur kmpresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan
osteoporosis senilis.
3) Lesi-lesi litik “punh out” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi
yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.
4) Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks, menghasilkan masa
jaringan lunak.

Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut dapat ditemukan


pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kulumna vertebra 66%, iga
44%, tengkorak 41%, punggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%.

b. CT-Scan

Menggambarkan keterlibatan tulang pada myeloma. Namun kegunaan


modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi
karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan kebanyak lesi
yang CT Scan dapat deteksi.

c. MRI

MRI potensial digunakan pada multiple myeloma karena modalitas ini baik
untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit
myeloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang focus digambaran TI,
yang menjadi intensitas tinggi pada sekuensi T2.

Namun, hamir setiap tumor muskoloskeletal memiliki intensitas dan pola


menyerupai myeloma. MRI meskipun sensitive terhadap adanya penyakit namun
tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple myeloma seperti
pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk
menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna
untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang.

3. Radiologi Nuklir

Myeloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas.


Scan tulangg radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastic (formas

10
itulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negative
skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple myeloma tinggi. Scan dapat fositif
pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi.

4. Angiografi

Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari
peningkatan vaskularisasi. Secara umum, Teknik ini tidak digunakan untuk
mendiagnosis multiple myeloma.

2.7 Penatalaksanaan
1. Obat peredanyeri (analgetik)yangkuat dan terapipenyinaran padatulang
yangterkena, bisa menguranginyeri tulang
2. Penderitayangmemilikiprotein Bence-Jones di dalam air
kemihnyaharusbayakminum untuk mengencerkan air kemih dan membantu
mencegah dehidrasi,yangbisamenyebabkan terjadinyagagalginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karenatirah baringyangberkepanjangan bisa
mempercepatterjadinyaosteoporosisdan menyebabkan tulang mudah patah.
Tetapi tidak boleh lariatau mengangkat beban berat karenatulang-
tulangnyarapuh.
4. Padapenderitayangmemiliki tanda-tandainfeksi (demam, menggigil,
daerahkemerahan di kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengananemiaberat bisamenjalani transfusi darah atau
mendapatkaneritropoetin (obat untukmerangsangpembentukan sel darah
merah).Kadar kalsiumdarahyangtinggi bisadiobatidengan prednison dan
cairan intravena, dankadangdengan difosfonat (obatuntuk menurunkan
kadarkalsium). Allopurinoldiberikankepadapenderitayangmemilikikadar asam
urat tinggi.
6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakitdengan membunuh sel
plasmayang abnormal. Yangpalingseringdigunakan adalah melfalan dan
siklofosfamid.Kemoterapi jugamembunuh selyangnormal, karenaitu sel darah
dipantaudandosisnyadisesuaikan jikajumlah sel darah putih dan trombosit

11
terlalu banyakberkurang.Kortikosteroid (misalnyaprednison atau
deksametason) jugadiberikansebagai bagian dari kemoterapi.
7. Kemoterapi dosis tinggidikombinasikandengan terapi penyinaran masih
dalampenelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga
sebelumpengobatansel stem harus diangkat dari darah atau
sumsumtulangpenderita dan dikembalikanlagi setelah pengobatan selesai.
Biasanyaprosedurinidilakukan padapenderitayangberusiadibawah 50 tahun.
Pada60%penderita, pengobatan dapat memperlambatperkembangan
penyakit.Penderitayangmemberikan respon terhadap kemoterapi bisabertahan
sampai 2-3 tahun setelah penyakitnyaterdiagnosis.
Kadangpenderitayangbertahan setelah menjalani pengobatan, bisamenderita
leukemiaatau jaringan fibrosa(jaringan parut)di sumsumtulang.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan terjadinya,
biasanya
terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat dalam keluarga apakah
ada yang
menderita kanker, prnah tidaknya terpapar dalam waktu lama terhadap zat-zat
karsinogen dan
sesuai dianjurkan
a. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak, pergerakan
terbatas,
kelemahan.
b. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, malaise
(kelemahan
dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
c. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan adanya
nyeri pada
dada karena sumbatan pada vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
d. Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya gangguan pada
keuangan

13
pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu biasanya menolak diagnosis, perasaan
tidak
berdaya, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendir
e. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat berkemih
dan poliurin,
perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah yang bercampur pada
feses, dan
nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik usus, serta
adanya
distensi abdomen
f. Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi lemak,
adanya zat
aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan perubahan pada
turgor kulit.
g. Hiegine
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena gangguan
ekstremitas
maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
h. Neurosensori
sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan keterbatasan gerak karena
nyeri tersebut.
1) Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau pemajanan asbes.
2) Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan

14
matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
3) Seksualitas
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena adanya
keterbatasan gerak.
3.1.2 Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
a) Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia
b) Pembelajaran / Health education
Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala – gejala, riwayat
penyakit
kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya
pengobatan.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWAATAN
1. Nyeri b/d proses patologik penyakit
2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
4. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi
tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat
5. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
3.2.1 NURSING CARE PLAN (NCP)
a. Dx 1 : Nyeri b/d proses patologis penyakit
- Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
- Intervensi :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
o R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat
memudahkan intervensi selanjutnya
- Berikan posisi yang nyaman
o R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
- Monitor tanda-tanda vital

15
o R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
o R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang sampai
berat
b. Dx 2 : Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
- Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
- Intervensi :
Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian
asuhan keperawatan
o R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana aktivitas
normal atau
- perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur
- Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan tambahan
o R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan
- Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan
o R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat
badan yang tidak
- mampu ditahan oleh tulang yang sakit
- Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan
aman dan
- bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit
o R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan
ekstremitas yang sehat
c. Dx 3 : Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program
terapeutik
- Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
- Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan
- program pengobatannya.
- Intervensi :
- Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor

16
o R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi
- Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan
o R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit
- Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang
potensial terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut
o R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
- Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau
keluarga
o R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan
- Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan
pilihan kedua sesuai kebutuhan
o R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
- Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi
pelayanan kesehatan; memberi nomor telepon yang penting
o R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan
d. Dx 4 : Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang
- ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung
tidak adekuat
- Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada
tingkat yang dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang
meningkat dalam aktivitas dan proses pengambilan keputusan
- Kebutuhan pasien
- Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki
pengalaman penyakit yang sama
o R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan
pengalaman yang sama
- Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan
o R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien

17
e. Dx 5 : Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran
- Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat
- Intervensi :
- Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang harus
dilakukan; kenali perubahan dalam citra diri akibat pembedahan dan
kemungkinan amputasi
o R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang
menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara dramatis, paling
tidak sementara
- Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan
kembali aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk
perawatan mandiri dan sosialisasi
o R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian
aktivitas yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk
memandirikan pasien
- Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk meningkatkan
rasa tetap memiliki kontrol dalam kehidupan seseorang
o R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong
kepercayaan diri,
- pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya
sendiri.

18
3.3 EVALUASI
1. Klien mampu menerangkan proses penyakit dan program terapi
a. Menerangkan proses patologik
b. Menentukan program sasaran terapeutik
c. Mencari penjelasan informasi
2. Mampu mengontrol nyeri
a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang diberikan
b. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat,
selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari atau tempat operasi
3. Tidak mengalami patah tulang patologik
a. Menghindari stress pada tulang yang lemah
b. Mempergunakan alat bantu dengan aman
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat
4. Memperlihatkan pola penyelesain masalah yang efektif
a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi ketakutan dan kemampuannya
c. Membuat keputusan
d. Meminta bantuan bila perlu
5. Memperlihatkan konsep diri positif
a. Mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu
b. ditanggungnya
c. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
d. Memperlihatkan penerimaan citra diri
e. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup
6. Memperlihatkan tiadanya komplikasi
a. Memperlihatkan penyembuhan luka
b. Tidak mengalami kerusakan kulit
c. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
d. Tidak mengalami infeksi
e. Mengatasi efek samping terapi
f. Melaporkan gejala toksisitas obat atau komlikasi pembedahan

19
7. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan di rumah
a. Mematuhi regimen yang ditentukan (misalnya; menelan setiap obat yang
diresepkan,
b. tetap mejalankan terapi fisik dan okupasi)
c. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang
d. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut
e. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

20
Daftar Pustaka

2009. Mieloma Multipel (multiple myeloma).


http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html. Diakses tanggal 4
November
2010
Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. Multiple Myeloma.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm. Diakses tanggal 4
November
2010
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : Multiple
Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 November 2010
Grethlein, Sara J., Lilian M Thomas. 2009. Multiple
Myeloma.http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview. Diakses
tanggal 3 November 2010 Kumar,Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley R. Robbin.
2008. Robbins Buku Ajar Patologi edisi
7. Jakarta : Airlangga. Hlm. 481-48

21

Anda mungkin juga menyukai