Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

MYELOMA MULTIPLE

Disusun Unuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Mata Kuliah : Siti Yartin, S.Kep., Ns., M.Kep

2B Keperawatan
DiSusun Oleh : Kelompok 1

KOMANG SANJAYA 202001063 NOLIVIA NINDI BIDU 202001073


AISAH 202001045 SITI AZIZA 202001080
ANDI PUTRI AYU THAMARA 202001047 SITI WAHDINI 2020010
ARDIYANTI 202001050 WILDIANTI M. MANGGI 202001085
Ni GUSTI AYU ARDIANTI 202001070 YULIANA 202001086
INDAH RISKAWATI 202001059

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan “LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MYELOMA
MULTIPLE” ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para
pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yaitu bagi
penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik maupun saran sebagai perbaikan
dalam penyusunan selanjutnya.

Palu, 28 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................2
A. Definisi Myeloma Multiple..................................................................... 3
B. Etiologi ...................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...................................................................................3
D. Patofisiologi............................................................................................4
E. Pathway ..................................................................................................5
F. Komplikasi .............................................................................................6
G. Pemeriksaan ...........................................................................................6
H. Penatalaksanaan .....................................................................................7
PROSES KEPERAWATAN ..............................................................................8
1. Pengkajian ..............................................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................9
3. Intervensi dan Rasional ..........................................................................10
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................14
A. Kesimpulan ............................................................................................14
B. Saran .......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multiple mieloma (mielomatosis) adalah tumor sel plasma yang ditandai
proliferasi salah satu jenis limfosit B dan sel sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut.
Sel sel ini menyebar melalui sirkulasi dan mengendap terutama di tulang, menyebabkan
tulang mengalami kerusakan, inflamasi dan nyeri. Lesi dekstruktif akan mengikis tulang
sehingga gerakan ringanpun dapat menyebabkan fraktur (Corwin, 2009). Limfosit adalah
salah satu komponen sistem imun tubuh. Limfosit dibagi menjadi 2 yaitu limfosit T dan
limfosit B. Limfosit B akan merespon infeksi dengan berubah menjadi sel plasma. Sel
plasma akan menhasilkan antibodi yang menbantu tubuh melawan infeksi. Pada Multiple
mieloma, reaksi inflamasi (tumor) menyerang sumsum tulang lebih dari satu tempat
(American Cancer Society, 2011). Multiple mieloma merupakan keganasan sel plasma
yang jarang, terjadi hanya 1 % dari keseluruhan keganasan hematologis. Multiple mieloma
didiagnosis dalam jumlah berimbang antara pria dan wanita. Penyakit ini juga lebih sering
didiagnosis pada kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih, terjadi secara primer pada
usia 40 tahun dan puncak insidensi pada usia 60 tahun (Otto, 2005).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapatkan dari Latar belakang adalah bagaimana
penerapan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Myeloma Multiple.
C. Tujuan
Tujuan didapatkan dari rumusan masalah adalah Mampu melakukan asuhan
keperawatan pada yang menderita Myeloma Multiple

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Myeloma multiple adalah penyakit klonal yang ditandai poliferasi salah satu
jenis limfosit B, dan sel-sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut. Sel-sel ini
menyebar melalui sirkulasi dan mengendap terutama di tulang, menyebabkan tulang
mengalami kerusakan, inflamasi, dan nyeri. Antibody yang dihasilkan oleh sel-sel plasma
tersebut biasanya adalah IgG atau IgA klonal. Fragmen-fragmen monoclonal dari antibody
tersebut dapat ditemukan di urin pasien yang sakit. Fragmen-fragmen ini disebut protein
Bence Jones. Penyebab myeloma multiple tidak diketahui, tetapi factor resiko yang
dipercaya antara lain pajanan okupasional terhadap materi dan gas tertentu, radiasi
pengion, dan kemungkinan alergi obat multiple. Angka keselamatan hidup biasanya
rendah, meskipun beberapa pasien dapat hidup lebih lama dengan penyakit ini. (Elizabeth
J. Corwin, 2009)
Myeloma multiple merupakan bentuk yang paling sering ditemukan di antara
gemopati yang ganas; penyakit kanker ini merupakan neoplasma sel plasma pada orang
tua yang ditandai oleh lesi destruktif tulang pada lokasi yang multiple. (Robbins &
Cotran / Richard N. Mitchell, 2008)
Myeloma multiple ditandai dengan pertumbuhan dan proliferasi satu klona sel
plasma yang progresif tidak terkendali yang akhirnya menyebabkan kematian pasien. Ini
adalah penyakit pada orang berusia lanjut, dengan tanda berupa infiltarsi difus sel plasma
di sumsum tulang dan pembentukan berlebihan hanya immunoglobulin monoclonal utuh
(IgG, IgA, dan yang jarang IgD) atau rantai ringan. Gangguan ini biasanya menyebabkan
keterlibatan difus sumsum tulang tetapi kadang-kadang dapat bermanifestasi sebagai
massa tumor fokal (plasmasitoma), yang mungkin terdapat di sumsum tulang atau di
tempat ekstramedula (biasanya nasofaring). Bentuk-bentuk varian myeloma multiple
mencakup smoldering myeloma, myeloma nonsekretorik, leukemia sel plasma, dan
plasmasitoma.
Myeloma multiple lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dan
merupakan salah satu keganasan hematologic tersering pada populasi kulit hitam. Pada
populasi kulit hitam, penyakit ini juga muncul pada usia lebih muda. (Ronald A. Sacher,
Richard A. McPherson, 2004).

2
3

B. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa
penelitian yang menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan
seseorang akan mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya:
1. Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma
terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang lebih
muda dari umur 35 tahun.
2. Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orang-
orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika
keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras belum
diketahui.
3. Jenis Kelamin: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700 wanita
terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak pria-
pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4. Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance
(MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma
abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat
yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orang-
orang dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple
myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS memperoleh
tes-tes laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih
lanjut pada tingkat protein M.
5. Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa risiko
multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya mempunyai
penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti
telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu
(terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu,
memakan makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan
risiko mengembangkan multiple myeloma.
C. Manifestasi Klinis
4

Insiden puncak adalah 50 hingga 60 tahun. Gambaran klinis yang utama


berasal dari infiltrasi sel-sel plasma neoplastik ke dalam organ tubuh (khususnya tulang),
produksi immunoglobulin yang berlebihan (sering dengan sifat fisikokimiawi yang
abnormal) dan supresi imunitas humoral yang normal.
1. Infiltrasi tulang, nyeri tulang dan fraktur patologis yang disebabkan oleh resorpsi
tulang. Hiperkalsemia sekunder turut menimbulkan penyakit ginjal serta poliuria
dan dapat menyebabkan beberapa manifestasi neurologis yang meliputi
kebingungan, kelemahan, letargi serta konstipasi.
2. Infeksi bakteri yang rekuren terjadi karena berkurangnya produksi immunoglobulin
yang normal.
3. Sindrom hiperviskositas kadang-kadang terjadi karena produksi dan agregasi
protein M yang berlebihan.
4. Insufisiensi ginjal (hingga 50% pasien) bersifat multifaktorial. Proteinuria Bence
Jones agaknya menjadi tanda terpenting karena light chains yang diekskresikan
bersifat toksik bagi sel-sel epitel tubulus ginjal.
5. Kelainan sumsum tulang yang luas menyebabkan anemia normositik normokromik
dan kadang-kadang pensitopenia yang moderat.
(Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, 2008)
D. Patofisiologi
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat
limfosit B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel. Ketika
limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian dari
kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat
hubungannya dengan sel multipel mieloma umumnya dianggap baik sebagai sel memori
diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel plasma, plasmablast tersebut. Sistem kekebalan
menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat. Ketika kromosom
dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan ulang, kontrol ini hilang. Seringkali,
bergerak gen promotor (atau translocates) untuk kromosom yang merangsang gen antibodi
terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat dan suatu
onkogen sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini menyebabkan
mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal yang penting dalam
patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan
5

genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan translokasi. 14 kelainan kromosom
yang diamati pada sekitar 50% dari semua kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari)
ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama
IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti osteoporosis,
dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang. Angiogenesis
(daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan disimpan dalam
berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan berbagai gejala
myeloma terkait lainnya.
E. Pathway

Idiopatik Lingkungan Genetika

Kromoson dan Gen Rusak

Gen promotor untuk Menghilangkan kontrol poliferasi


kromoson merangsang Sel B dan Sektresi antibody
antigen

Sel – sel Plasma yang belum


Overproduksi antibody
matang mengalami poliferasi

Resiko tinggi infeksi


Sel – sel tumor plasma yang
berpoliferasi

Menyebar luas didalam rongga sum –


sum ke seluruh skeleton

Gangguan pada Resiko terhadap cedera :


muskuluskeletal Korasi pada tulang
fraktur patologik

Penularan Kekuatan Nyeri


otot

Kerusakan
Mobilitas fisik
6

F. Komplikasi
1) Dapat terjadi gagal ginjal akibat pengendapan protein Bence Jones di tubulus ginjal.
2) Pasien mungkin menjadi anemic berat.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
G. Pemeriksaan
Pasien biasanya memperlihatkan anemia normokromik normositik yang dapat
menjadi makrositik. Hemoglobin biasanya kurang dari 10g/dL, dan hematokrit biasanya
kurang dari 30%. Morfologi sel darah merah umumnya biasa, dengan pengecualian
pembentukan rouleaux akibat dilapisinya eritrosit oleh protein; hal ini juga berperan
menyebabkan peningkatan mencolok laju endap darah. Laju endap darah yang lebih dari
100 mm/jam sering dijumpai pada myeloma multiple. Pada awalnya, hitung sel darah
putih dan hitung trombosit tidak menurun, tetapi seiring dengan perkembangan penyakit
atau akibat pemakaian kemoterapi dapat terjadi pansitopenia. Beberapa pasien
memperlihatkan gambaran darah leukoeritroblastik, dan kadang-kadang tampak sel plasma
di daerah perifer (apabila jumlahnya melebihi 5% disebut “leukemia sel plasma”).
Aspirat sumsum tulang biasanya memperlihatkan sumsum yang sangat
hiperselular disertai banyak sel plasma dalam semua tahap pematangan. Yang khas adalah
sel plasma abnormal dengan nucleolus yang cekung (punched out) yang sangat mencolok.
Dapat ditemukan sel plasma binukleus. Pada myeloma multiple, sel plasma membentuk
lebih dari 20% populasi sel sumsum tulang, dan sumsum tulang mungkin hamper
seluruhnya terisi oleh sel plasma ganas. Apabila terjadi insufisiensi ginjal, kadar kreatinin
dan nitrogen urea darah akan meningkat, selain asam urat, yaitu produk penguraian
nukleotida purin. Kalsium serum akan sangat meningkat karena resorpsi. Apabila kadar
mikroglobulin beta2 meningkat, prognosis lebih buruk. Elektroforesis protein serum
biasanya memperlihatkan protein monoclonal (“M”). biasanya tonjolan M lebih besar
daripada 2 g/dL, tetapi kadar ini bergantung pada tipe myeloma yang ada. Myeloma
rantai-ringan tidak menyebabkan penonjolan M serum, tetapi rantai ringan monoclonal
hanya ditemukan dalam urin. Dapat dilakukan uji-uji tambahan untuk membuktikan
adanya krioglobulin atau hiperviskositas.
Frekuensi paraprotein monoclonal pada myeloma multiple adalah sebagai berikut:
a. IgG—52%
7

b. IgA—25%
c. Bence-Jones (myeloma rantai ringan)—22%
d. Lain-lain—1%
Imunoelektroforesis dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe protein, dan
imunodifusi atau nefelometri digunakan untuk mengukur jumlah absolute
immunoglobulin. Protein dapat diidentifikasi dalam urin, dan jumlahnya diukur dalam
specimen 24 jam. Kadang-kadang dijumpai kadar protein urin 24 jam yang lebih dari 4 g;
dalam hal ini kita harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengendapan rantai-
ringan di jaringan—amiloidosis—yang berkaitan dengan sindrom nefrotik. Pemeriksaan
sedimen urin mungkin mengungkapkan adanya silinder protein hialin atau kristal asam
urat. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004)
H. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi dapat memperpanjang hidup. Satu jenis kemoterapi yang digunakan
adalah obat lama, talidomid, yang bekerja sebagai imunomodulator dan penyekat
perkembangan pembuluh darah. Terapi obat lain antara lain penyekat proteasom
(bortezomib) dan agens alkilasi.
2. Terapi radiasi digunakan untuk menurunkan ukuran lesi tulang dan meredakan nyeri.
3. Transplantasi sumsum tulang mungkin dapat berhasil pada beberapa klien.
(Corwin, Elizabeth J. 2009)
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan
terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat
dalam keluarga apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar
dalam waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola
tidur, malaise (kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
3) Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya
gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu
biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa
bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
berkemih dan poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan
adanya darah yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik
usus, serta adanya distensi abdomen
5) Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah
tinggi lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual /
muntah

8
9

Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan


perubahan pada turgor kulit.
6) Hiegine
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain,
karena gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat
dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan
sebagainya.
7) Neurosensori
Gejala : Pusing
Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
8) Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
9) Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
pemajanan asbes.
10) Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
11) Seksualitas
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena
adanya keterbatasan gerak.

2. Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan proses patologik.
2) Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan program terapeutik.
4) Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung tidak
adekuat.
10

5) Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau


perubahan kinerja peran.
3. Intervensi
1) Nyeri b/d proses patologis penyakit
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat
memudahkan intervensi selanjutnya
b) Berikan posisi yang nyaman
R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
c) Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri
d) Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang
sampai berat
2) Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
Intervensi :
a) Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian
asuhan keperawatan
R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana
aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur
b) Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan
tambahan
R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan
tambahan
c) Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan
R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat
badan yang tidak mampu ditahan oleh tulang yang sakit
d) Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan
aman dan bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit
R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan
ekstremitas yang sehat
11

3) Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik


Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan program pengobatannya.
Intervensi :
a) Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor
R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi
b) Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan
R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit.
c) Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang
potensial terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut
R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
d) Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau
keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan.
e) Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan
pilihan kedua sesuai kebutuhan
R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
f) Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi
pelayanan
Kesehatan, memberi nomor telepon yang penting
R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan
4) Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan,
persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat.
Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada tingkat
yang dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam
aktivitas dan proses pengambilan keputusan
Intervensi :
a) Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan
yang dapat diterima
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan kepada tenaga
kesehatan
12

b) Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan.


R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan
keputusan
c) Kaji sikap harapan yang realistis.
R/ Meningkatkan kedamaian diri
d) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah.
e) Nilai kebutuhan atau keinginan pasien terhadap dukungan social.
R/ Memenuhi kebutuhan pasien.
f) Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki
pengalaman penyakit yang sama.
R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan
pengalaman yang sama.
g) Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
5) Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat
Intervensi :
a) Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang
harus dilakukan; kenali perubahan dalam citra diri akibat
pembedahan dan kemungkinan amputasi.
R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang
menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara dramatis,
paling tidak sementara.
b) Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan
kembali aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk
perawatan mandiri dan sosialisasi.
R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian
aktivitas yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk
memandirikan pasien.
c) Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk meningkatkan
rasa tetap memiliki kontrol dalam kehidupan seseorang
13

R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat


mendorong kepercayaan diri, pengembalian konsep diri, dan
perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Multiple Myeloma (myeloma atau myeloma sel plasma) merupakan suatu penyakit
neoplastik yang ditandai dengan adanya penumpukan sel plasma di sumsum tulang. Etiologi
penyakit hingga saat ini belum diketahui, tetapi berkaitan dengan faktor risiko genetik.
Manifestasi dari MM dapat berupa nyeri tulang, gambaran anemia, infeksi berulang,
gambaran gagal ginjal, perdarahan abnormal, amioloidosis, sindrom hiperviskositas.
Diagnosis MM didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Penatalaksanaan MM terdiri dari terapi suportif dan terapi standar, yang terdiri
dari mephalan dan prednison. Pada kasus ini, pasien mengalami MM stadium IIIB dengan
faktor risiko genetik. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan mephalan dan prednison.
Kunjungan lapangan dilakukan ke rumah pasien didapatkan keadaan pasien dalam kondisi
baik. Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan baik. Kebutuhan gizi pasien dan pola
makan pasien terjaga dalam kedaan baik. Pasien sangat rutin untuk melakukan kontrol di
RSUP Sanglah dan dapat dilakukan secara mandiri. Pasien selalu mendapatkan dukungan
moral dari keluarga dan orang-orang disekitar pasien. Aktivitas sosial pasien terjaga dengan
baik, ditambah dengan pasien menjadi seorang kelihan di banjarnya.

B. Saran
Jika Pasien didiagnosis menderita multiple myeloma, dianjurkan untuk review
menghindari mengangkat benda yang berat. Mengangkat benda yang berat dapat
menyebabkan hal ini. Sebagai tambahan, pasien juga harus menghindari pengobatan sendiri
karena dapat menyebabkan munculnya gejala yang bervariasi. Perlu mencari lebih lanjut
untuk mengetahui pengobatan yang efektif untuk multiple myeloma. Untuk mencegah
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan imunitas perlu dilakukan beberapa hal seperti :
mempertahankan gizi yang baik, menghindari makanan yang kurang matang, menghindari
kontak dengan penderita sakit, menjaga higiene perorangan, dan memberikan vaksin pada
penderita yang mampu membentuk antibody.

14
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.

http://aangjoen.wordpress.com/2011/01/18/as_kep-multiple-mieloma/. Diakses tanggal 23


April 2014.

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008. Buku Saku Dasar Patologis
Penyakit Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Link Jurnal :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/50151/29851

15

Anda mungkin juga menyukai