Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA

KELOMPOK 6 ( ENAM )

“ Kurikulun Renjtana Pelajaran (1947-1968)”

Disusun Oleh :

 Muhammad Restu Adji (E1R020084)


 Muh. Subakti Atmaja (E1R020080)
 Miftahurrizki (E1R020077)

Dosen Pengampu : Dr. Nyoman Sridana, M.Si & Dr. Harry Soeprianto, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami panjatkan
puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada
kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Kurikulun Renjtana Pelajaran (1947-
1968.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sejarah kurikulum Pendidikan dan menuju
kurikulum pertama di Indonesia. ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Mataram ,  05 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II : ISI .............................................................................................................2
2.1. Sejarah dan Asal Usul Kurikulum..................................................................2
2.2. Pengertian-pengertian Kurikulum................................................................3
2.3. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)..................................................5
BAB III : PENUTUP...............................................................................................9
3.1. Kesimpulan....................................................................................................9
REFERENSI...............................................................................................................10

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sejak merdeka pada 1945 hingga hari ini, dunia pendidikan Indonesia sudah 10 kali
terjadi perubahan kurikulum pendidikan. Gonta-ganti kurikulum itu terjadi seiring
pergantian kepemimpinan menteri bidang pendidikan di Tanah Air. Makanya, hingga kini
sohor istilah 'ganti menteri ganti kurikulum'.
Mengutip berbagai sumber, pergantian kurikulum di Indonesia terjadi pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, dan 1994. Kemudian, medio 2000-an terjadi perubahan
kurikulum pada 2004, 2006 dan 2013. Kini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah mempersiapkan satu kurikulum 'baru' lagi,
yang diistilahkan kurikulum prototipe 2022. Pada kasus ini, Kemendikbudristek sejatinya
enggan disebut mengganti kurikulum, makanya tak secara spesifik disebut sebagai
kurikulum baru.
Di dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan sesuatu yang paling berperan dalam
proses pembelajaran dimana kurikulum merupakan sesuatu yang sangat dominan dan
penting dalam kegiatan sekolah karena kurikulum sebagai “rencana sekolah” dalam arti
luas yaitu mencakup makna manajemen meskipun dalam arti biasa dibatasi pada makna
“what to teach” apapun kegiatan sekolah. Adapun kegiatan sekolah yang termasuk ke
dalam kurikulum dalam pengertian  modern mencakup keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan dan sikap orang-orang yang meladeni dan
diladeni disekolah mulai dari anak didik, masyarakat, para pendidik, juru tulis, pegawai
dan pimpinan sekolah, semua unsur tersebut sangat berpengaruh pada minat siswa untuk
belajar disekolah, kurikulum memiliki kedudukan yang paling utama dalam
mengendalikan unsur-unsur lain di dalam proses pendidikan yang pada dasarnya
menempati posisi sentral di dalam proses pendidikan, kemudian di dalam kurikulum
tersebut juga tidak terlepas dari teori-teori yang telah dicetuskan oleh ahlinya yang dapat
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu kurikulum ?


2. Darimana kurikulum berasal ?
3. Bagaimana kurikulum pertama di Indonesia ?

1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan hakikat dari kurikulum Pendidikan.
2. Mengenal sejarah dan perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu.
3. Mampu menganalisis penyelenggaraan kurikulum Pendidikan pertama di
Indonesia.

BAB II
ISI

2.1. Sejarah dan Asal Usul Kurikulum

Dilihat dari sisi sejarah, istilah kurikulum (curriculum) adalah suatu istilah yang bersala
dari bahasa Yunani. Pada awalnya istilah ini digunakan untuk dunia olah raga, yaitu
berupa jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa Yunani dahulu kala
istilah “kurikulum” digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui atau
ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan lari estafet yang dikenal dalam dunia
atletik. Dalam proses lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami perkembangan, sehingga
penggunaan istilah ini meluas dan merambah ke dunia pendidikan. Sejauh ini belum
diketahui secara pasti kapan istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan. Demikian pula
mengenai tokoh yang berkuasa pada masa itu yang berjasa dalam mengangkat istilah
kurikulum ke dunia pendidikan, secara menyakinakan belum ditemukan dari sumber-
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Agaknya persoalan ini memerlukan
penelitian sejarah kurikulum yang lebih mendalam untuk melihat lebih jauh mengenai
sejarah peristilahan-peristilahan kurikulum yang dari awalnya telah berkembang pada
masa Yunani (Athena).

Dari sisi estimologi, kata “kurikulum (curriculum) terambil dari bahasa latin  yang


memiliki makna yang sama dengan kata “racecourse” (gelanggang perlombaan). Kata
“kurikulum” dalam bentuk kata kerja yang dalam bahasa latin dikenal dengan
istilah “curere” adalah mengandung arti “menjalankan perlombaan” (running of fie
race). Sedangkan dari sudut terminologinya, istilah kurikulum digunakan dalam berbagai
versi. Zais menggunkan istilah kurikulum untuk menunjukkan dua hal yang disebutnya
sebagai:

1. Rencana pendidikan untuk siswa (a plan for the education of learners)


Kurikulum sebagai rencana pendidikan untuk siswa biasa disebut sebagai
kurikulum untuk suatu sekolah. Kurikulum dalm pengertian ini mencakup
mata pelajaran yang tercakup ke dalam lapangan kurikulum (the curriculum
field).
2
2. Lapangan studi (a field of study)Kurikulum sebagai lapangan studi (a field of
study) oleh para ahli kurikulum diberi batasan sebagai berikut:

a. Studi yang berhubungan dengan struktur subtantif dari setiap mata


pelajaran.
b. Prosedur penyelidikan praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur
sintaksis (kurikulum).

Adapun mengenai sejarah kurikulum sebagai lapangan studi dapat dilihat akarnya pada
gerakan pengikut-pengikut Herbart pada akhir abad 19 M. Johan Friedrich Herbart (1776-
1841) sebagai seorang filosof yang berkembangsaan Jerman adalah filosof yang
mempunyai gagasan-gagasan pendidikan yang cukup luas berpengaruh dan diterima oleh
masyarakat Amerika Serikat pada akhir pertengahan abad 19. Teori-teori Herbart tentang
pengajaran dan pembelajaran telah menuntut perhatian serius oleh berbagai kalangan di
Amerika untuk melakukan pilihan-pilihan dan pengorganisasian mata pelajaran.
Gerakan-gerakan dari pengikut Herbart ini berhasil memperlihatkan kesadaran dan minat
yang tinggi terhadap isi kurikulum pendidikan di Amerika, yang oleh Kliebard (1968)
seperti dikutip Zais  menyebutkan bahwa sejak abad ini kurikulum telah menjadi isu
pendidikan yang popular di Amerika.

2.2. Pengertian-pengertian Kurikulum

Dilihat dari sudut terminologi, pengertian kurikulum mencakup ke dalam tiga pengertian
sebagaimana oleh S. Nasution dalam bukunya yang berjudul “Asas-asas Kurikulum”.
Pengertian pertama disebut dengan pengertian tradisional. Menurut pengertian ini
kurikulum didefinisikan sebagai “sejumlah mata pelajaran atau bahan ajar yang harus
dikuasai oleh murid atau diajarkan oleh murid atau diajarkan oleh guru untuk mencapai
suatu tingkatan atau ijazah”.

Jika pada zaman dahulu pengertian tradisional cenderung membatasi aktivitas kurikulum
terbatas pada kegiatan di ruangan kelas dapat dimaklumi, karena kegiatan yang
dilaksanakan di ruangan kelas masih sejalan dengan setting kebutuhan masyarakat
tradisional yang masih sederhana. Karena itu program pembelajaran masih dinilai
memadai untuk memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhanindividu
atau masyarakat yang ada pada masa itu.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengertian kurikulum


tradisional, maka pakar-pakar pendidikan memunculkan pengertian kurikulum diartikan
sebagai “segala upaya sekolah untuk merangsang anak belajar apakah di ruangan kelas,
di halaman dan di luar sekolah”. Pengertian seperti ini anatara lain dapat dilihat dari
pengertian Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty yang menyebutkan “All of the
activities that are provided for students by school..” (semua aktivitas yang disediakan
3
untuk siswa oleh sekolah…). Demikian juga definisi kurikulum yang dikemukakan oleh
Tyler sebagai dikutip oleh Daniel Tanner, Laurel N. Tanner yang berbunyi; “All of the
learning of students which is planned by and directed by the school to attain its
education goals” (semua kegiatan pembelajaran siswa yang direncanakan dan diarahkan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan).

Pengertian-pengertian kurikulum modern seperti dijelaskan lebih lanjut oleh S. Nasution


menunjukkan bahwa makna kurikulum tersebut tidak lagi hanya terbatas pada kegiatan-
kegiatan formal seperti yang dilakukan di ruangan kelas, tetapi makna kurikulum sudah
meluas mencakup kegiatan-kegiatan belajar yang terjadi di halaman dan di luar sekolah.

Dengan bertolak dari pengertian-pengertian seperti di atas pada akhirnya menempatkan


kurikulum sebagai “sesuatu” yang sangat dominan dan penting dalam kegiatan sekolah
karena kurikulum sebagai “rencana sekolah” dalam arti luas berarti mencakup makna
manajemen meskipun dalam arti biasa dibatasi pada makna “what to teach” apapun
kegiatan sekolah.

Pengertian kurikulum modern oleh Alice Miel sebagai dikutip oleh S. Nasution
mempertegas makna kurikulum mencakup keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan,
keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap orang-orang yang meladeni dan diladeni
di sekolah muali dari anak didik, masyarakat, para pendidik, juru tulis, pengawai dan
pimpinan sekolah, sampai kepada pelayan sekolah seperti tukang sapu atau penjaga
sekolah. Semua unsur-unsur ini dinilai memberikan pengaruh kepada minat siswa untuk
belajar di sekolah.

Selain dari pengertian-pengertian di atas, ada lagi pengertian kurikulum yang lebih luas,
di mana makna kurikulum dihubungkan engan kehidupan masyarakat, misalnya melihat
program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan-kebutuhan hidup peserta didik di
masyarakat (…what should the school program be like in that community). Pengertian
kurikulum seperti ini menurut S. Nasution membawa makna kurikulum menjadi
kurikulum menjadi sangat luas, karena kurikulum tidak hanya terbatas pada kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh anak sepanjang masih terkait dengan sekolah atau
lembaga pendidikan, tetapi kurikulum sudah mencakup aktivitas kehidupan yang amat
luas.

Sementara kurikulum di satu pihak memerlukan pengukuran yang jelas, dilain pihak
diperlukan pula dukungan SDM untuk mengembangkan aktivitas-aktivas beljar dengan
program-program pendidikan yang diikutinya dari suatu lembaga pendidikan.

Kurikulum akan lebih sulit diukur keberhasilan jika yang dijadikan ukurannya adalah
aktivitas kehidupan yang terkait dengan program pendidikan di suatu lembaga
pendidikan. Dari satu sisi memang diakui bahwa indicator dari keberhasilan kurikulum
dapat juga dilihat dari sisi keberhasilan anak melakukan aktivitas dalm kehidupannya.

4
Namun, setiap lembaga pendidikan akan mendapatkan kesulitan untuk mengetahui
kebrhasilan anak didik yang sudah menamatkan studinya, karena untuk mendapatkan
informasi tentang keberadaan mereka tidak mudah.

Meskipun demikian, secara individu ada baiknya jika masing-masing peserta didik secar
sukarela memberlakukan pengertian kurikulum terhadap diri mereka sendiri, agar peserta
didik menjadi dewasa di dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.

Sekalipun harus diakaui bahwa untuk membuat anak sukses dalam kehidupan ditengah-
tengah masyarakat, bukanlah hal yang mudah, tetapi justru memerlukan waktu yang
relatife lebih lama. Demikian pula lembaga-lembaga pendidikan dipihak lain, melalui
program-programnya tentu perlu menyadari pengerian kurikulum yang amt menantang
akan kemajuan, agar lewat program-program yang ditawarkan kepada siswa di lembaga
pendidikan tersebut diupayakan untuk selalu membantu kesuksesan peserta didik
menjalankan aktivitas-aktivitas yang berguna untuk kehidupan di tengah-tengah
masyarakat.

2.3. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)

Perkembangan Kurikulum di Indonesia tiga tahun setelah Indonesia merdeka (1947)


mulailah pemerintah membuat kurikulum yang sederhana yang disebut dengan “Rencana
Pelajaran”. Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait
dengan orientasinya, arah dan kebijakan yang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968
saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Berikut adalah isi yang terkandung dalam
kurikulum Rencana Pelajaran tersebut: Uhbiyati (2008: 57).

2.3.1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang di beri nama “Rentjana Pelajaran
1947”. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah di gunakan oleh
Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan.
Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum pertama
yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah lear plan.

Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang curriculum
(bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Rentjana Pelajaran 1947 baru di laksanakan
di sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah Perkembangan
Kurikulum di Indonesia di awali dari Kurikulum 1950.

Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya; (2)
garis-garis besar pengajaran. Rentjana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran

5
dalam arti kognitif. Yang di utamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran di hubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran 1947 adalah:

Kelebihan Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947” yaitu:

1. Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukkan


pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara
Indonesia melalui persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah.
2. Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui
pendidikan
3. Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang telah
lalu di masa penjajahan, sehingga memudahkan dalam penyusunannya.

Kekurangan Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947” yaitu:

1. Di bayang-bayangi pendidikan zaman penjajahan, sehingga mengarah pada pola


pengajaran penjajah.
2. Belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih dominan
ranah afektif.
3. Belum di terapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada
terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi
di laksanakan pada tahun 1950

2.3.2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian di
beri nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu
sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952
ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang di hubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. “Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas
bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran. (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode
1991-1995)”. Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran
Terurai 1952 adalah,

Kelebihan Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yaitu:

1. Kurikulum 1952 telah mengarah pada sistem pendidikan nasional, walaupun


belum merata pada seluruh wilayah di Indonesia, namun dapat mencerminkan

6
suatu pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya
pemerataan pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
2. Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan hidup
para siswa, sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika di tengah
masyarakat.
3. Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka memiliki keuntungan
untuk lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik, dari pada
mengajar berbagai mata pelajaran.

Kekurangan Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yaitu:

1. Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada sistem pendidikan nasional, maka
belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
2. Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang di ajarkan berorientasi
kebutuhan untuk hidup di masyarakat saat itu, dengan demikian belum memiliki
visi kebutuhan di masa mendatang.
3. Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena setiap mata pelajaran
sudah terinci dalam rencana pelajaran terurai, hal ini empersempit kreatifitas dan
inovasi guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun menentukan sumber
materi pelajaran

2.3.3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”

Perkembangan Kurikulum di Indonesia usai tahun 1952, menjelang tahun 1964,


pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini di beri
nama “Rentjana Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi
ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran di pusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan(keterampilan), dan
jasmani. Ada yang menyebut Pancawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pendidikan 1964 adalah:

Kelebihan Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964 yaitu:

1. Sudah mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.


2. Ranah kognitif merupakan kemampuan pada segi keilmuan, ranah afektif
merupakan kemampuan pada segi sikap, dan psikomotorik merupakan
kemampuan pada segi keterampilan, di mana ketiganya merupakan faktor penting

7
dalam pembentukan kepribadian manusia telah menjadi prioritas dalam kurikulum
ini.
3. Mengupayakan pengembangan potensi peserta didik sebagai pangkal dari
kemampuan seseorang untuk melakukan tindak lanjut dengan segala kreatifitas
dan inovasi, maka dengan kurikulum ini telah menganggap setiap manusia
memiliki potensi yang berbeda-beda.
4. Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah akan memilki
kegunaan dalam kehidupan peserta didik.

Kekurangan Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964 yaitu:

1. Kurikulum ini di pergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar dan belum
mencakup sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.
2. Terkesan masih di warnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang cenderung
mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45.
3. Karena pendidikan di warnai oleh kepentingan-kepentingan kelompok menjadikan
kurikulum ini di maknai sebagai alat untuk membantu kepentingan-kepentingan
tertentu.
4. Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia masih dalam keadaan labil.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan lebih
tepatnya dua tahun setelah merdeka. Kurikulum pendidikan 1947 adalah suatu kurikulum
yang mendapat pengaruh dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Kurikulum ini
masih sangat sederhana dan lebih mengutamakan watak para murid dibandingkan dengan
kecerdasannya karena masih dalam masa penjajahan sehingga memiliki sikap patrotisme
yang lebih tinggi, namun justru ituah kelemahan dari kurikulum tahun1947 yang masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial belanda dan jepang.

9
REFERENSI
Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum di Indonesia. Nur El-Islam, Volume
1, Nomor 2, Oktober 2014

Hamalik, Oemar. (2006). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.


Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Meitras, dkk. 2017. Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Sekolah


Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singkawang.

Muhammedi. 2016. Perubahan kurikulum di Indonesia : studi kritis


tentang upaya menemukan kurikulum pendidikan islam yang ideal. Raudhah. Vol.
IV, No. 1: Januari – Juni 2016, ISSN: 2338 – 2163.

Indarto. (1999). Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia.


Makassar: Diposting dari Web Master Gamaliel School.

10

Anda mungkin juga menyukai