Anda di halaman 1dari 12

KEJENUHAN DALAM BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTORNYA

Disusun oleh :
Kelompok 11

Nurnida Usholicchah (2120203056)


Putri Widiya Astuti (2120203077)

Dosen Pengampu :
Dr. Febriyanti, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kejenuhan dalam belajar dan faktorr-faktornya” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan prodi Manajemen Pendidikan Islam
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Allah Swt. kepada kedua orang
tua, Ibu Dr. Febriyanti., S.Ag, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Psikologi
Pendidikan dan seluruh teman-teman yang turut mendukung dan membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

A. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

B. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

1. Definisi Kejenuhan Dalam Belajar ........................................................... 2

2. Faktor-Faktor Kejenuhan Belajar ............................................................. 3

3. Tanda-Tanda Dan Gejala-Gejala Kejenuhan Belajar ............................... 5

4. Cara Atau Strategi Mengatasi Kejenuhan Belajar .................................... 6

5. Dampak Kejenuhan Belajar ...................................................................... 7

C. KESIMPULAN ............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan terjadi di sela-
sela masa giat yang dialami. Hal ini serupa dengan mesin kendaraan yang terus
dipacu, lama kelamaan mesin itu menjadi panas dan perlu didinginkan untuk
sementara sampai temperaturnya normal kembali. Suatu ketika, kita merasa
bersemangat ketika menekuni sesuatu. Begitu bersemangat sehingga kita
melupakan banyak hal. Namun masa-masa giat itu tidak bertahan lama. Sesudah
itu muncul masa malas, lesu dan jemu.Inilah masa ketika ketekunan kita sampai
dititik jenuh. Saat itu ketekunan ada di garis ambang batas,iatidak mungkin
dinaikan lebih tinggi. Setelah beberapa lama masajenuh ini berjalan, tak lama
kemudian muncul kembali kegairahan untuk menekuni kesibukan seperti
semula. Demikian seterusnya, rasa giat dan jenuh, silih berganti datang satu
pihak menyusul yang lainnya.
Demikian juga yang terjadi pada siswa, sering kita menemukan beberapa
siswa yang mengalami hambatan belajar. Ia sulit meraih prestasi dasar di
sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bahkan
ditambah dengan pelajaran tambahan di rumah, tetapi hasilnya tetap kurang
memuaskan. Sehingga siswa terkesan lambat melakukan tugas, yang
berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak malas, mudah putus asa,
acuh tak acuh, jenuh dan bosan. Terkadang disertai sifat menentang orang tua,
guru, atau siapa saja yang yang mengarahkan mereka untuk belajar. Mereka juga
sering menunjukkan sikap pemurung, mudah tersinggung. Bahkan tak jarang
dari mereka yang bersikap menyimpang seperti membolos,melalaikan tugas dan
mogok untuk belajar.
Maka dari itu kejenuhan dalam belajar perlu diperbaiki dan dihilangkan
pada diri seorang pelajar agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Sehingga, tugas seorang pelajar dapat terpenuhi dan tujuan dari
pendidikan tersebut mudah untuk dicapai.

1
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Kejenuhan Dalam Belajar
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak
mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau
bosan. Dalam belajar, di samping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga
terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar
yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam
proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa
telah memubazirkan usahanya. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu
tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil
(Reber, 1988 dalam Syah, 1996, p. 165).
Menurut Hakim Thursen, kejenuhan belajar adalah suatu kondisi
mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat
sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat,
atau tidak bergairah untuk melakukan aktfitas belajar. (Hakim, 2004, p. 62)
Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-
akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak
berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya
seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang
membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akal nya tak
dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item
informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-
akan "jalan di tempat". Apabila kemajuan belajar yang jalan di tempat ini
kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis
mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda
seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat
keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat kete rampilan
berikutnya. (Syah, 2014, pp. 180-181)

2
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan
motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tentu sebelum
sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan juga dapat
melanda siswa karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab umum
kejenuhan adalah keletihan yang melanda siswa. Keletihan dapat menjadi
penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
(Tohirin, 2014, pp. 162-163)
Dalam hadits juga disebutkan mengenai kejenuhan. Hadits ini bukan
saja relevan, namun juga menunjukan bukti ketinggian ajaran Islam.
Rasulullah SAW, berbicara tentang kejenuhan dan memberikan rambu-
rambu yang lurus. Menceritakan pada kami Rauh, menceritakan pada kami
Su`bah, mengabarkan kepadaku Husoin, aku mendengar dari mujahid dari
Abdillah bin Amr berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya
setiap amal itu ada masa giatnya dansetiap giat itu ada masa jenuhnya
(futur), maka barang siapa yang jenuhnya membawa kearah sunnah, maka
dia mendapat petunjuk. Namun barang siapa yang jenuhnya membawa
keselain itu (selain sunnah Nabi Saw), maka dia binasa. (HR. Al-Baihaqi).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kejenuhan dalam belajar merupakan suatu kondisi kebosanan akiibat
kelelahan dan monoton yang terjadi pada pelajar sehingga merasa dirinya
malas dan tidak bersemangat untuk berproses pada kemajuan atau
keberhasilan.

2. Faktor-Faktor Kejenuhan Belajar


Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan yang
terkadang diabaikan oleh guru. Gejala-gejala yang sering dialami adalah
timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar.
Kejenuhan belajar juga dapat menghilangkan suatu kecenderungan,
misalnya siswa yang pada mulanya masih belajar dapat menjadi malas
belajar karena dihinggapi kejenuhan. Kejenuhan belajar dapat juga
menghilangkan suatu kecenderungan yang positif. Mengatasi hal tersebut

3
guru dapat melaksanakan dengan cara menerapkan metode mengajar yang
sesuai dengan tepat secara bervariasi. (Kompri, 2017, p. 161)
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kejenuhan belajar
sebagai berikut:
a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.
b. Belajar hanya di tempat tertentu.
c. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.
d. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.
e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat belajar.
(Syah, 2014, p. 163)

Selain itu kejenuhan belajar terjadi karena beberapa faktor seperti


kurangnya penghargaan, kurangnya pengawasan, beban tugas akademis
yang berlebihan, konflik nilai, kurangnya keadilan, kurangnya persamaan
dapat membuat seseorang mengalami kejenuhan.

a. Faktor Karakteristik Pribadi (Personal Characteristic)


Kepribadian adalah kualitas total sikap, kebiasaan, karakter dan
perilaku manusia. Karakteristik kepribadian yang rentan mengalami
kejenuhan adalah individu yang idealis, perfeksionis dan ekstrovert
(Karabiyik et al, 2009). Fakta yang menarik ditemukan oleh Jacobs et
al (2003) bahwasannya siswa lebih rentan terhadap stress belajar
dibandingkan dengan para siswi. Pendapat yang sama juga
dikemukakan dalam penelitian Doyle & Hind (Karabiyik et al, 2009)
yang menemukan bahwa wanita lebih rentan mengalami stress yang
tinggi akan tetapi tingkat kejenuhan rendah. Wanita lebih lentur jika
dibandingkan dengan pria, karena dipersiapkan dengan lebih baik atau
secara emosional lebih mampu menangani tekanan yang besar.
b. Faktor Dukungan Sosial (social support)
Hubungan yang kurang baik dengan teman belajar, atau dengan
guru menjadi pemicu munculnya kejenuhan pada peserta didik. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan nilai pribadi, perbedaan pendekatan

4
dalam melihat permasalahan, dan mengutamakan kepentingan pribadi
dalam kompetisi belajar (Jacobs et al, 2003). Lingkungan belajar yang
menyenangkan, saling menghargai dan beban belajar yang tidak
berlebihan merupakan hal yang positif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Faktor Beban Akademis yang Berlebihan (courseload)
Dalam mengikuti kegiatan belajar, individu memerlukan waktu
dan tenaga untuk memahami orang lain dalam berinteraksi di kelas.
Selain itu, pemberian tugas rumah yang banyak dan standar nilai tinggi
menyebabkan siswa stress dalam belajar. Jacobs et al, (2003)
menambahkan bahwa beban akademis yang berlebihan memiliki
hubungan yang positif dengan kejenuhan belajar yang dialami oleh
siswa. (Kompri, 2017, pp. 163-164)

3. Tanda-Tanda Dan Gejala-Gejala Kejenuhan Belajar


Kejenuhan belajar juga mempunyai tanda-tanda atau gejala-gekala
yang sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak
bergairah untuk belajar. (Hakim, 2004, p. 62). Sedangkan menurut Armand
T. Fabella tanda-tanda kejenuhan pribadi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
secara fisik dan secara kejiwaan dan perilaku:
a. Secara Fisik:
1) Letih
2) Merasa badan makin lemah
3) Sering sakit kepala.
4) Gangguan pecernaan.
5) Sukar tidur.
6) Nafas pendek.
7) Berat badan naik atau turun.
b. Secara kejiwaan dan perilaku.
1) Kerja makin keras tetapi prestasi makin menurun.
2) Merasa bosan dan merasa bingung.

5
3) Semangat rendah.
4) Merasa tidak nyaman.
5) Mempunyai perasaan sia-sia.
6) Sukar membuat keputusan. (Fabella, 1993, p. 115)
Dari tanda-tanda dan gejala-gejala kejenuhan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kejenuhan itu muncul dari dalam diri orang itu sendiri
dengan pengaruh faktor dari luar seperti lingkungan sekitar.

4. Cara Atau Strategi Mengatasi Kejenuhan Belajar


Menurut Paryati Sudirman cara mengatasi kejenuhan adalah dengan
membuat suasana baru, misalnya dengan memperbaharui suasana kamar,
mengubah posisi perabot kamar untuk menimbulkan nuansa baru dan
memberikan kesegaran, mengadakan rekreasi untuk mengendorkan syaraf-
syaraf yang tegang, tertawa. (sudarman, 2004, p. 116)
Kejenuhan, sebagai suatu stres yang sangat negatif adalah sebuah
masalah didalam. Hal itu terjadi didalam diri orang itu sendiri. Karena itu
menjadi urusannya sendiri untuk mencegah atau melawan kejenuhan.
Langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi adanya kejenuhan bukan
berpengkal pada sifat-sifat permanen orang, melainkan pada faktor-faktor
sosial dan situasional, spesifik yang dapat diubah. Strategi-strategi yang
digunakan untuk mengatasi kejenuhan menurut Armand T. Fabella adalah
sebagai berikut:
a. Tingkatkan mawas diri.
b. Pelajarilah pengetahuan dan keterampilan baru.
c. Santai.
d. Kembangkan minat-minat baru.
e. Gerak badan secara teratur.
f. Kembangkan ketrampilan mengatur waktu.
g. Kembangkan dan tumbuhkan rasa humor. (Fabella, 1993, pp. 119-122)
Sedangkan menurut Abdurrahman Al-qawiy, langkah-langkah praktis
yang bisa ditempuh untuk mengatasi kejenuhan adalah:

6
a. Istirahat sejenak.
b. Ubah suasana sekitar.
c. Pelihara kebersihan dan kerapian.
d. Cari kesibukan lain.
e. Komsumsi buah segar.
f. Mandi air dingin.
g. Lakukan tindakan pemijitan dan curhat kepada orang lain.
h. Carilah hiburan sehat. (Al-Qawiy, 2004, pp. 140-155)

5. Dampak Kejenuhan Belajar


Kejenuhan belajar dapat menimbulkan dampak buruk pada kondisi
psikologis individu dan pencapaian prestasinya. Menurut Ningsih F
(2016:20) dampak yang ditimbulkan kejenuhan belajar akan menimbulkan
berbagai efek negatif, seperti stress dan kehilangan semangat belajar.
Kejenuhan belajar menjadikan siswa tidak bisa berdamai dengan
masalahnya terutama pada proses belajar. Siswa akan menarik diri baik
secara psikologis maupun kehadiran fisikny dilingkungan sosial sekolah,
kehilangan waktu dan tenaga, serta belajar seperlunya. Menurut Al-Qawiy,
dampak buruk kejenuhan belajar adalah:
a. Sebagai penyakit.
b. Produktifitas menurun.
c. Rencana gagal.
d. Hasil tidak matang.
e. Orientasi berubah.
f. Muncul sikap usil.
g. Sikap antipati.
h. Mencari pelarian.
i. Menyuburkan perilaku hipokrit.
j. Memicu kezhaliman.
k. Menimbulkan frustasi. (Al-Qawiy, 2004, pp. 49-56)

7
Dari dampak-dampak kejenuhan tersebut dapat simpulkan bahwa
ketika jenuh melanda, siapapun akan merasa tertekan. Jika semula siswa
belajar penuh semangat dan tekun, namun ketika rasa kejenuhan itu datang,
mendadak semngatnya melemah, tubuh terasa lunglai, hilang gairah dan
keceriaan.

C. KESIMPULAN
Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa enggan
dan bosan menjalani aktivitas belajar, karena kondisi tubuh dan pikiran sudah
tidak baik. Kejenuhan ini bisa disebabkan oleh fisik siswa yang terlalu banyak
beraktivitas dan karena merasa tidak sanggup menekuni sesuatu yang terlalu
berat. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi
dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tentu sebelum sampai pada
tingkat keterampilan berikutnya. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab
kejenuhan belajar yaitu, cara atau metode belajar yang tidak bervariasi, belajar
hanya di tempat tertentu, suasana belajar yang tidak berubah-ubah, kurang
aktivitas rekreasi atau hiburan.
Kejenuhan belajar juga mempunyai tanda-tanda atau gejala-gekala yang
sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah
untuk belajar. Cara mengatasi kejenuhan adalah dengan membuat suasana baru,
misalnya dengan memperbaharui suasana kamar, mengubah posisi perabot
kamar untuk menimbulkan nuansa baru dan memberikan kesegaran,
mengadakan rekreasi untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, tertawa.
Dampak yang ditimbulkan kejenuhan belajar akan menimbulkan berbagai
efek negatif, seperti stress dan kehilangan semangat belajar. Kejenuhan belajar
menjadikan siswa tidak bisa berdamai dengan masalahnya terutama pada proses
belajar. Siswa akan menarik diri baik secara psikologis maupun kehadiran
fisikny dilingkungan sosial sekolah, kehilangan waktu dan tenaga, serta belajar
seperlunya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qawiy, Abu Abdirrahman. 2004. Mengatasi Kejenuhan. Jakarta: Khalifa.

Fabella, Armand. T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stress . Jakarta: Offset.

Hakim, Thursen. 2004. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspaswara.

Hambal, Ahmad Bin. (-). Musnad Ahmad Bin Hambal. Kairo: Dar Al-Fikr, T.Th.

Kompri. 2017. Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Yogyakarta: Media


Akademi.

Sudarman, Paryati. 2004. Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi . Bandung: Simbiosa


Rekatama Media.

Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Tohirin. 2014. Psikollogi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai