Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ARDICHRISTIANWALUKOW

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 031507037

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4211/Manajemen Risiko Dan Asuransi

Kode/Nama UPBJJ : 82/PALU

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban Soal No. 1
Ketidakpastian selalu berhubungan dengan keadaan yang memiliki beberapa kemungkinan kejadian
dan dampaknya. Ketidakpastian (uncertainty) sering disebut "unexpected risk" atau risiko tak terduga dari
sebuah kejadian. Kondisi ketidakpastian timbul karena beberapa sebab, antara lain: (1) Jarak waktu dimulai
perencanaan atas kerugian sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar
ketidakpastiannya; (2) Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan; dan (3) Keterbatasan
pengetahuan atau keterampilan atau teknik mengambil keputusan.
Ketidakpastian itu sendiri banyak tingkatannya. Ada beberapa tingkat ketidakpastian dengan
karakteristiknya masing-masing.
a) Ketidakpastian Sangat Tinggi (Relatif Pasti)
Pada tingkatan ketidakpastian yang tidak ada (sudah pasti), hasil bisa diprediksi dengan relatif pasti.
Pada tingkatan ini kondisi kepastian sangat tinggi. Hukum alam merupakan contoh ketidakpastian
tersebut. Sebagai contoh, kita bisa memprediksi dengan pasti bahwa bumi mengitari matahari selama
360 hari (satu tahun).
b) Ketidakpastian Objektif
Tingkatan selanjutnya adalah ketidakpastian obyektif, dengan contoh adalah dadu, jika kita melempar
dadu, ada enam kemungkinan yaitu angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (ada enam kemungkinan hasil). Kita bisa
menghitung probabilitas masing-masing angka untuk keluar yaitu 1/6.
c) Ketidakpastian Subjektif
Ketidakpastian subjektif mengandung pengertian psikologis yaitu suasana pemikiran yang diliputi
keraguan atau kesadaran akan kurangnya pengetahuan mengenai hasil dari suatu peristiwa.
Ketidakpastian demikian disebut ketidakpastian subyektif yaitu penilaian individu (berdasarkan atas
perilaku, pengalaman, dan pengetahuannya) terhadap situasi (yang obyektif).Contoh adalah
kecelakaan mobil. Identifikasi hasil dan probabilitas (kemungkinan) yang berkaitan dengan kecelakaan
mobil lebih sulit dilakukan. Sebagai contoh, jika kita pergi ke luar dengan mobil, berapa besar
probabilitas kita mengalami kecelakaan mobil? dan jika terjadi kecelakaan, kerusakan atau kerugian
yang bagaimana yang akan kita dapatkan? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut.
d) Ketidakpastian Sangat Tidak Pasti
Ketidakpastian sangat tidak pasti adalah ketidakpastian yang jelas-jelas sulit untuk memprediksi atau
mengidentifikasi hasil dari suatu peristiwa. Contoh eksplorasi angkasa. Kita tidak tahu apa hasil yang
akan diperoleh dari eksplorasi angkasa, apakah akan bertemu dengan makhluk asing (alien), ataukah
menemukan planet yang mirip bumi, atau apa yang akan kita temukan. Sangat sulit memprediksi atau
mengidentifikasi hasil yang barangkali bisa diperoleh dari eksplorasi angkasa seperti itu. Tentu saja juga
akan sangat sulit menentukan probabilitas untuk masing-masing kemungkinan hasil tersebut.

Jawaban Soal No. 2


Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk menjaga efisiensi operasional organisasi dan untuk
memastikan bahwa organisasi tidak dibatasi dalam mencapai tujuannya karena adanya risiko atau kerugian
aktual yang timbul dari risiko tersebut. Tujuan kedua adalah tujuan non-ekonomi, yaitu tujuan kemanusiaan,
yaitu melindungi pekerja dari kecelakaan yang berisiko meninggal atau sakit parah. Selain itu, manajemen
risiko dapat bertujuan untuk memelihara sumber daya, tanggung jawab sosial, atau hubungan masyarakat
yang baik.
Tujuan manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan sebelum terjadinya peril
(Pre-Lost Objectives) dan tujuan setelah terjadinya peril (Post-Loss Objectives). Tujuan masing-masing dapat
diringkas sebagai berikut.

Tujuan Sebelum Kerugian Tujuan Setelah Kerugian

Ekonomis Survival
Penurunan kegelisahan Berlanjutnya operasional organisasi
Memenuhi kewajiban eksternal Stabilitas penghasilan
Tanggung jawab social Pertumbuhan berkelanjutan
Tanggung jawab sosial

A. Tujuan sebelum terjadinya peril


Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada bermacam-macam,
antara lain sebagai berikut.
1. Hal-hal yang bersifat ekonomis misalnya: upaya untuk menanggulangi kemungkinan kerugian dengan
cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisa keuangan terhadap biaya program
keselamatan, besarnya premi asuransi, biaya dari bermacam- macam teknik penanggulangan risiko.
2. Hal-hal yang bersifat nonekonomisyaitu upaya untuk mengurangi kecemasan, sebab adanya
kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang sangat,
sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi itu dapat diatasi.
3. Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari pihak
ketiga/pihak luar perusahaan, seperti:
a) Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat kerja/pada waktu bekerja
untuk menghindari kecelakaan kerja misalnya: pemasangan rambu- rambu, pemakaian alat
pengaman (misal: “gas masker”) untuk memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Undang-
Undang Keselamatan Kerja.
b) Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh debitur untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur.
4. Melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya harus dapat menyusun kebijaksanaan yang
membuat seminimum mungkin pengaruh jelek dari suatu peril yang diderita perusahaan terhadap
karyawannya, para pelanggan/penyalur, para supplierdan sebagainya. Artinya akibat dari peril jangan
sampai menimbulkan masalah sosialmisalnya jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.

B. Tujuan setelah terjadinya peril


Pada pokoknya mencakup upaya untuk penyelamatan operasi perusahaan setelah terkena peril, yang
dapat berupa berikut ini.
1. Menyelamatkan operasi perusahaan (survival), artinya manajer risiko harus mengupayakan pencarian
strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan sehabis perusahaan terkena peril,meskipun untuk
sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian saja.
2. Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan terkena peril. Hal ini
sangat penting terutama untuk perusahaan yang melakukan pelayanan terhadap masyarakat secara
langsung misalnya: bank, sebab bila tidak akan menimbulkan kegelisahan dan nasabahnya bisa lari ke
perusahaan pesaing.
3. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak sepenuhnya, paling tidak
cukup untuk menutup biaya variabelnya. Dimana kalau perlu ditempuh dengan untuk sementara
melakukan kegiatan usaha di tempat lain.
4. Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang sedang melakukan
pengembangan usaha misalnya: yang sedang memproduksi barang baru, memasuki pasar baru dan
sebagainya. Jadi harus berupaya untuk mengatur strategi agar pertumbuhan yang sedang dirintis tetap
berlangsung. Sebab untuk melakukan perintisan tersebut sudah dikeluarkan biaya yang tidak kecil.
5. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya harus dapat menyusun
kebijaksanaan yang membuat seminimum mungkin pengaruh jelek dari suatu peril yang diderita
perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan/penyalur, para supplierdan sebagainya. Artinya
akibat dari peril jangan sampai menimbulkan masalah sosialmisalnya jangan sampai mengakibatkan
terjadinya pengangguran.Tujuan spesifik manajemen risiko bisa bervariasi antar perusahaan. Sering pula
terhadap beberapa tujuan yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Untuk menghindari
pertentangan ini, maka penetapan tujuan survivalharus ditentukan terlebih dahulu sebelum tujuan yang
lainnya.

Jawaban Soal No. 3


Sebab-sebab Terjadinya Risiko Likuiditas
Pada saat perusahaan mengalami risiko likuiditas ada beberapa sebab yang melatarbelakanginya, yaitu:
1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverege yang berarti utang perusahaan sudah
berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang di saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang di
perbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang dan berbagai bentuk tagihan lainnya.
3. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada kerugian
yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu
banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersusa tersebut masih ingin dijual maka itu juga tidak
mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.
5. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan yang sistematis serta fluktuatif.

Anda mungkin juga menyukai