Anda di halaman 1dari 48

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul “Termokimia” yang


disusun oleh:
Nama : Syafiqatul Fuady
NIM : 200104500002
Kelas / Kelompok : Fisika Sains/ I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan, dan dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2020


Koordinator Asisten Asisten

Miftahul Haryani Haeruddin, S. Pd Sofiyah Auliyah, S. Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Mohammad Wijaya, M. Si


NIP. 19730927 19903 1001

1
A. Judul Percobaan
Termokimia

B. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mempelajari perubahan energi yang terjadi pada setiap reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mempelajari perubahan kalor yang diukur melalui percobaan
sederhana.

C. Landasan Teori
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas
dan energi kimia.Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa.Energi kimia yang terkandung dalam
suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut.Energi potensial kimia
yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan
dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil
pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi
diberi simbol ΔH (Elida,1994:83).
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan efek kalor
yang menyertai reaksi kimia. Sebagian besar teori termokimia berhubungan
dengan penentuan kuantitas kalor, baik melalui pengukuran maupun
perhitungan. Beberapa dari perhitungan ini memungkinkan kita menentukan,
secara tidak langsung, kuantitas kalor yang mungkin sukar atau mustahil untuk
diukur secara langsung (Petrucci, dkk.2012:221)
Setiap reaksi yang melibatkan kalor diikuti oleh perubahan entalpi.Jika
perubahan entalpi bertanda positif, berarti reaksi tersebut membutuhkan atau
menyerap kalor.Sebaliknya jika bertanda negtif, reaksi menghasilkan atau
melepaskan kalor.Perubahan entalpi yang bertanda positif menunjukkan
terjadinya penambahan entalpi materi.Sebaliknya, perubahan entalpi yang
bertanda negatif menyatakan pengurangan entalpi materi tersebut.Pada
dasarnya, perubahan entalpi terjadi karena adanya perpindahan energi antara

2
sistem dan lingkungan.Sistem adalah sesuatu yang menjadi pusat
perhatian.Adapun lingkungan adalah daerah diluar sistem (Onggo, 1986:57).
Kalor reaksi merupakan banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan saat
terjadi reaksi kimia. Di laboratorium, penentuan kalor reaksi dilakukan dengan
alat yang disebut calorimeter (Ratna Manika 2017 : 1)
Untuk mengukur berapa besar nilai entalpi yang sesungguhnya harus
dilakukan pengukuran entalpi secara eksperimen yang tidak mudah.hal ini
membutuhkan metode yang membutuhkan waktu penelitian yang relative
panjang. Hal ini dikarenakan, pada proses pirolisis, transfer massa terjadi dari
bentuk padat ke bentuk padat, cair, dan gas, sehingga harus dilakukan
pengamatan/pengukuran entalpi pada masing-masing jenis produk bahan bakar
hasil pirolisis (Widya Wijayanti 2015 : 2)
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang menghasilkan kalor.Pada reaksi
ini, terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan sehingga lingkungan
menjadi lebih panas. Reaksi eksoterm akan membebaskan energi sehingga
entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi bernilai negatif. Reaksi – reaksi
pembakaran, seperti pembakaran kayu, pembakaran metana, pembakaran
propana, dan reaksi antara serbuk aluminium dan besi oksida merupakan
contoh – contoh reaksi eksoterm. Contoh lain reaksi eksoterm yaitu reaksi
antara oksida kapur ( CaO ) dan air. Reaksi tersebut menghasilkan kalsium
hidroksida ( Ca(OH)2 ) (Sastrohamidjojo, 1992:65).
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap atau menerima kalor.
Pada reaksi ini, terjdi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem sehingga
suhu lingkungan turun dan menjadi lebih dingin. Reaksi endoterm menyerap
sejumlah energi sehingga energi sistem bertambah.Karena entalpi bertambah,
perubahan entalpinya bertanda positif. Contoh reaksi endoterm, yaitu reaksi
antara barium hidroksida ( Ba(OH)2 ) dan Kristal amonium klorida ( NH 4Cl )
dengan penambahan beberapa tetes air. Reaksi ini menyerap kalor dari
lingkungan. Jika reaksi dilakukan pada tabung reaksi, tangan anda dapat
merasakan dinginnya tabung karena sistem menyerap kalor dari tangan anda
( lingkungan ) (Sastrohamidjojo, 1992:65).

3
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur – unsurnya yang stabil pada keadaan standard / STP ( 298 K, 1 atm ).
Entalpi pembentukan standard diberi simbol ΔH˚f, simbol f berasal dari kata
formation, yang berarti pembentukan. Contoh unsur – unsur yang stabil pada
keadaan standard, yaitu H2, O2, C, N, Cl2, Br2, S, Na, Ca, dan Hg. Contoh
reaksi pembentukan standard, yaitu reaksi antara gas hidrogen ( H 2) dan klorin
( Cl2) membentuk 1 mol asam klorida ( HCl ). Pada reaksi ini dibebaskan kalor
sebanyak 92,31 kJ (Onggo, 1986:62).
Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan akan dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa menjadi
unsur – unsurnya pada keadaan standard ( 298 K, 1 atm ). Entalpi penguraian
standar diberi symbol ΔH˚d.Simbol d berasal dari kata decomposition yang
berarti penguraian. Menurut hukum laplace, jumlah kalor yang dibebaskan
pada pembentukan senyawa dari unsur – unsurnya sama dengan jumlah kalor
yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur – unsurnya.
Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan
senyawa yang sama (Sastrohamidjojo, 1992:71-72).
Pengukuran nilai perubahan entalpi reaksi berkaitan erat dengan kalor jenis
dan kapasitas kalor zat.Oleh karena itu, anda perlu memahami konsep kalor
jenis dan kapasitas kalor terlebih dahulu. Kalor jenis ( diberi notasi c )
menyatakan kalor yang dibutuhkan oleh 1 g zat untuk menaikkan suhunya
sebesar 1˚C. Adapun kapasitas kalor adalah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu suatu zat sebesar 1˚C. Hubungan antara kapasitas kalor dan
kalor dirumuskan sebagai berikut : C = m × c, dimana C = kapasitas kalor
dengan satuan J ˚C−1, m = massa zat dengan satuan gram (g), dan c = kalor
jenis dengan satuan J g−1 ˚C −1 (Onggo, 1986:67).
Hukum Laplace dikemukakan oleh Marquis de Laplace ( 1749 – 1827 ),
yang berbunyi jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan suatu senyawa
dari unsur – unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan untuk
menguraikan senyawa itu menjadi unsur – unsurnya.

4
Contoh :
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) ΔH = -68,3 kkal/mol
H2O(l) → H2(g)+ ½ O2(g) ΔH = + 68,3 kkal/mol (Elida, 1994:86).
Selain menggunakan Hukum Hess, nilai perubahan entalpi reaksi juga
dapat dihitung dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan
standar. Pada cara ini, data entalpi yang diketahui harus berupa data entalpi
pembentukan. Zat – zat pereaksi dianggap mengalami reaksi penguraian dan
zat – zat hasil reaksi dianggap mengalami reaksi pembentukan. Jadi, entalpi
penguraian suatu zat sama dengan entalpi pembentukannya, namun tandanya
berlawanan (Onggo, 1986:74).
Suatu unsur atau senyawa kimia terbentuk melalui ikatan antar atom
penyusunnya.Ikatan – ikatan antar atom ini memiliki nilai energi ikatan
tertentu.Energi yang terdapat pada ikatan inilah yang selama ini dikenal
sebagai energi kimia. Reaksi kimia pada dasarnya merupakan proses
penyusunan ulang atom – atom dalam molekul, membentuk susunan molekul
yang baru. Penyusunan ulang ini mencakup pemutusan dan pembentukan
ikatan.Pada saat bereaksi, molekul pereaksi dapat dianggap memutuskan
seluruh ikatannya sehingga menjadi atom – atom bebas. Proses pemutusan
ikatan memerlukan sejumlah energi sehingga perubahan entalpinya diberi
tanda positif (Onggo, 1986:75-76).
Suatu sistem terbuka dengan bebas mempertukarkan energi dan
materidengan sekelilingnya, tetapi tidak dengan materinya. Sistem tertutup
dapat mempertukarkan energi dengan sekelilingnya, tetapi tidak demikian
dengan materinya. Sistem terisolasi tidak berinteraksi dengan sekelilingnya.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja. Kerja dilakukan jika gaya
bekerja melewati suatu jarak. Objek yang bergerak melakukan kerja ketika
objek itu melambat atau dihentikan. Energi dari objek bergerak disebut energi
kinetik. Energi potensial adalah energi akibat dari kondisi, posisi, atau
komposisi; energi ini berkaitan dengan gaya tarik atau gaya tolak antara objek-
objek ( Petrucci, dkk.2012:223).
Gagasan lain yang masuk ke dalam perhitungan kuantitas kalor adalah
hukum kekekalan energi (law of conversation of energy). Dalam interaksi

5
antara sistem dan sekelilingnya, energi total tetap konstan, artinya energi tidak
diciptakan atau dihancurkan. Jika diberlakukan pada pertukaran kalor, hal ini
berarti:
qsistem + qsekeliling = 0
Jadi, kalor yang diperoleh system adalah kalor yang dilepaskan oleh
sekelilingnya, dan sebaliknya (Petrucci,dkk.2012:225).
Dua istilah yang banyak digunakn berkaitan dengan kalor reaksi ialah
reaksi eksotermik dan reaksi endotermik. Reaksi eksotermik adalah reaksi
yang menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem terisolasi atau, dalam sistem
tidak terisolasi memberikan kalor ke sekeliling. Untuk reaksi eksotermik,
kalor reaksi mempunyai kuintitas negative. Dalam reaksi endotermik,
situasinya adalah suhu turun dalam sistem terisolasi atau memperoleh kalor
dari sekeliling pada sistem tidak terisolasi. Dalam kasus ini, kalor reaksi
mempunyai kuantitas positif. Kalor reaksi ditentukan melalui percobaan suatu
kalorimeter (Petrucci,dkk.2012:228).
Penyerapan atau pembebasan kalor dan unjuk kerja memerlukan
perubahan energi suatu sistem dan sekelilingnya. Jika mempertimbangkan
energi sistem, kita menggunakan konsep energi internal dan bagaimana kalor
dan kerja berkaitan dengannya. Energi internal, U, adalah energi total (baik
kinetik maupun potensial) dalam suatu sistem, termasuk energi kinetik
translasi molekul, energi yang berkait dengan rotasi dan vibrasi molekul,
energi yang disimpan dalam ikatan kimia dan tarikan antarmolekul dan energi
yang berkaitan dengan elektron-elektron dalam suatu atom tersebut
(Petrucci,dkk.2012:233).
Secara umum, energi internal suatu sistem berubah sebagai akibat dari
energi memasuki atau meninggalkan sistem sebagai kalor dan/atau kerja. Jika
secara seimbang, lebih banyak energi yang memasuki sistem dibandingkan
yang meninggalkan (Petrucci,dkk.2012:234).
Jika reaksi kimia adalah sistem gas yang berlaku pada keadaan standar dan
sistem melakukan kerja melalui perubahan tekanan-volume, maka secara
nomerik, ∆ U sama dengan kalor yang diserap oleh sistem jika proses

6
dilakukan pada volume tetap. Pengukuran ∆ U untuk suatu reaksi kimia dapat
dilakukan melalui pengukuran kalor yang dilepaskan atau diserap oleh sistem
reaksi pada volume tetap. Jika kalor yang dilepas, qv berharga negatif dan
energi internal yang dihasilkan lebih rendah dari pereaksi. Kalor yang
dilepaskan oleh sistem reaksi dinamakan reaksi eksoterm.Dan jika sebaliknya
reaksi tersebutdinamakan reaksi endoterm. Energi kimia yang terkandung
dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial
kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan
dinyatakan dengan simbol H. Karena sebagian besar reaksi adalah tekanan
konstan kita dapat menyamakan penukaran kalor dalam kasus ini dengan
perubahan entalpi (H) yang didefinisikan sebagai selisih antara entalpi produk
dan entalpi reaktan. Entalpi reaksi dapat bernilai positif atau negatif,
bergantung pada prosesnya. Untuk proses endotermik (kalor diserap oleh
sistem dari lingkungan), entalpi reaksi bernilai positif. Untuk proses eksotermik
(kalor dilepas oleh sistem ke lingkungan), entalpi reaksinya bernilai negatif.
Perubahan panas dalam proses fisika dan kimia diukur dengan kalorimeter,
wadah tertutup yang dirancang khusus untuk tujuan ini. Pengukuran perubahan
panas, akan bergantung pada pemahaman tentang panas dan panas yang
ditentukan. Panas tertentu dari suatu zat adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu satu gram zat dengan satu derajat Celsius. Ini memiliki
unit J / g ° C. Kapasitas panas (C) suatu zat adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu kuantitas zat dengan satu derajat
Celsius. Satuannya adalah J / ° C. Panas spesifik adalah properti intensif
sedangkan kapasitas panas adalah properti yang luas.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas kimia plastik (kalorimeter) (2 buah)
b. Termometer 110o (1 buah)
c. Gelas ukur 25 mL (2 buah)
d. Gelas kimia 100 mL (2 buah)

7
e. Pipet tetes (1 buah)
f. Botol semprot (1 buah)
g. Kompor pemanas listrik (1 buah)
h. Stopwatch (1 buah)
2. Bahan
a. Aquades (H2O)
b. Asam Klorida 2M (HCl)
c. Natrium Hidroksida 2M (NaOH)

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Masukkan air sebanyak 20 mL ke dalam gelas ukur 25 mL.
b. Masukkan 20 mL air dalam gelas ukur ke dalam kalorimeter. Catat
temperaturnya.
c. Masukkan air sebanyak 20 mL ke dalam gelas kimia 100 mL.
d. Panaskan 20 mL air di dalam gelas kimia sampai kira-kira 10 derajat di
atas temperatur kamar menggunakan kompor pemanas listrik. Catat
temperaturnya.
e. Campurkan air yang telah dipanaskan ke dalam kalorimeter, aduk dan
amati temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit
setelah pencampuran.
f. Buat kurva pengamatan temperature terhadap selang waktu, untuk
menentukan harga penurunan temperatur air panas dan penaikan
temperatur air dingin.
g. Hitung tetapan kalorimeter.
2. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
a. Masukkan 20 mL HCl 2M ke dalam kalorimeter. Catat temperaturnya.
b. Ukur 20 mL NaOH 2M. Catat temperaturnya (atur sedemikian sehingga
temperaturnya sama dengan temperatur HCl).
c. Campurkan NaOH ke dalam kalorimeter, catat temperatur campuran
selama 5 menit dengan selang waktu setengah menit.

8
d. Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi
tersebut.
e. Hitung ∆ H penetralan jika kerapatan larutan = 1,03 g/ml dan kalor
jenisnya 3,96 J/gr.K.

F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Suhu awal air = 29°C + 273 = 302 K
Suhu akhir air = 39°C + 273 = 312 K

No Waktu (Menit) Suhu


1 1 37°C + 273 = 310 K
2 2 36°C + 273 = 309 K
3 3 35°C + 273 = 308 K
4 4 35°C + 273 = 308 K
5 5 34°C + 273 = 307 K
6 6 34°C + 273 = 307 K
7 7 33°C + 273 = 306 K
8 8 33°C + 273 = 306 K
9 9 33°C + 273 = 306 K
10 10 33°C + 273 = 306 K

2. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH


Suhu HCl = 29°C + 273 = 302 K
Suhu NaOH = 29°C + 273 = 302 K

No Waktu (Detik) Suhu


1 30 32°C + 273 = 305 K
2 60 31°C + 273 = 304 K
3 90 31°C + 273 = 304 K
4 120 31°C + 273 = 304 K

9
5 150 31°C + 273 = 304 K
6 180 31°C + 273 = 304 K
7 210 31°C + 273 = 304 K
8 240 31°C + 273 = 304 K
9 270 31°C + 273 = 304 K
10 300 31°C + 273 = 304 K

G. Analisis Data
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Diketahui :
Massa air dingin = 20 ml x 1 gr/ml = 20 gr
Massa air panas = 20 ml x 1 gr/ml = 20 gr
Volume air dingin = 20 ml
Volume air panas = 20 ml
Td (Suhu air dingin) : 29℃ = 302 K
Tp (Suhu air panas) : 39℃ = 312 K
s (kalor jenis air) : 4,2 J/gr. K
Tk (suhu konstan) : 33 ℃ = 306 K
Ditanyakan :
a. Kalor yang diserap oleh air dingin q1, …?
b. Kalor yang diberikan oleh air panas q2, …?
c. Kalor yang diterima oleh kalorimeter q3, …?
Penyelesaian :
 Penaikan temperatur (∆ T Air dingin )
∆ T = Tk – Td
∆ T = 306 K – 302 K
∆T = 4 K
 Penurunan temperatur (∆ T Air panas )
∆ t = Tp – Td
∆ t = 312 K – 302 K
∆ t = 10 K

10
a. Kalor yang diserap oleh air dingin (q1)
q1 = massa air dingin x kalor jenis x penaikan temperatur
q1= 20 g x s x ∆ T
q1= 20 g x 4,2 J/g.K x 4 K
q1 = 336 J
b. Kalor yang diberikan oleh air panas(q2)
q2= massa air panas x kalor jenis x penurunan temperature
q2 = 20 g x s x ∆ t
q2 = 20 g x 4,2 J/g.K x 10 K
q2 = 840 J
c. Kalor yang diterima oleh kalorimeter(q3)
q3= q2 - q1
q3 = 840-336
q3 = 504 J
d. Tetapan kalorimeter (k)
q3
k=
∆T
504 J
k=
4K
k = 126 JK-1

311

310

309

308
Suhu (K)

307

306

305

304
0 100 200 300 400 500 600 700
Waktu (detik)

11
Grafik 1. Hubungan antara waktu dan suhu campuran air dingin dan air pana

2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH


Diketahui :
Kerapatan larutan : 1,03 gr/ml
Kalor jenis larutan : 3,96 J/gr.k
Pada reaksi dihasilkan 0,04 mol NaCl
Volume larutan = 40 mL
Massa larutan : 40 × 1,03=41,2 gr
Suhu awal HCl : 302 K
Suhu awal NaOH : 302 K
Suhu Konstan : 304 K
Volume(V) HCl = 20 ml
Molaritas(M) HCl = 2 M
Mol(n) HCl = 20 ml x 2 M = 40 mmol = 0,04 mol
Volume(V) NaOH = 20 ml
Molaritas(M) NaOH = 2 M
Mol(n) NaOH = 20 ml x 2 M = 40 mmol = 0,04 mol
Tetapan kalorimeter : 126 JK-1
Ditanyakan :
a. Kalor yang diserap q4, …?
b. Kalor yang diserap kalorimeter q5, …?
c. Kalor yang dihasilkan reaksi q6, …?
d. Kalor penetralan ∆ Hn, …?
Penyelesaian :
a. Kalor yang diserap (q4)
q4= massa larutan x kalor jenis larutan x penaikan temperature
q4= 41,2 g x 3,96 J/g.K x 2 K
q4= 326,304 J
b. Kalor yang diserap kalorimeter (q5)

12
q5= tetapan kalorimeter x penaikan temperature
q5= 126 JK-1x 2 K
q5= 252 J
c. Kalor yang dihasilkan reaksi (q6)
q6= q4 +q5
q6 = 326,304 J + 252 J
q6 = 578,304 J
d. Kalor penetralan (∆ Hn)
q6
∆ Hn =
mol NaCl
578,304 J
∆ Hn =
0,04 mol
∆ Hn = 14457,6 J/mol = 14,4576 kJ/mol

305.2
305
304.8
304.6
Suhu (K)

304.4
304.2
304
303.8
303.6
303.4
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu (detik)

Grafik 2. Hubungan antara waktu dan suhu campuran HCl 2M dan NaOH 2M

H. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pertama kami terbukti bahwa terjadi
perpindahan kalor antara air panas dan air dingin di dalam kalorimeter,
digunakan kalorimeter karena alat tersebut sudah dirancang sedemikian rupa
agar perpindahan kalor berjalan lebih baik. Pada praktikum kami air panas

13
sebagai pelepas kalor dan air dingin sebagai penerima kalor, proses
perpindahan kalor berlangsung sampai pada suhu konstan yaitu 33 ℃ . Dari
data perubahan suhu yang kami amati kami mendapatkan nilai tetapan
kalorimeter sebesar 126 J/K.
Berdasarkan hasil percobaan kedua kami yaitu pencampuran antara HCl
dan NaOH yang bertindak sebagai sistem adalah HCl dan NaOH dan yang
bertindak sebagai lingkungan adalah air dan sebagai medium pelarut kedua zat
tersebut. Pada reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari suhu awal, hal ini
terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan
oleh sistem reaksi (HCl dan NaOH) diserap oleh lingkungan pelarut dan
material lain (kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan
oleh kenaikan suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang diukur
bukanlah suhu sistem, tapi suhu lingkungan tempat terjadinya reaksi.
sedangkan sistem pada reaksi tersebut suhunya turun dan mencapai keadaan
stabil membentuk NaCl dan H2O.Reaksi ini berlangsung secara endoterm
karena adanya kenaikan suhu ( sebelum direaksikan suhu yang didapat adalah
29℃ tepat setelah direaksikan 32℃ dan setelah reaksi suhunya dalah 31℃)
menunjukkan adanya panas / kalor yang diserap, sementara nilai ∆H yang
positif (>0) semakin menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara endoterm.
Kita juga mengetahui kalor penetralan ∆Hn = 14, 4576 kJ/mol

I. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Adapun perubahan energy yang terjadi adalah reaksi endoterm dan reaksi
eksoterm. Adapun reaksi eksoterm adalah reaksi yang terjadi disertai
pelepasan panas atau kalor. Dan reaksi endoterm adalah reaksi yang terjadi
yang berlangsung membutuhkan panas atau kalor.
2. Energi sebagai kalor mengalir dari benda yang lebih panas (suhu lebih
tinggi) ke benda yang lebih dingin (suhu rendah). Pada tingkat molekul,
ini berarti molekul-molekul dari bagian yang lebih panas kehilangna
energy kinetiknya dan berpindah ke bagian yang lebih dingin ketika kedua

14
bagian tersebut bersentuhan.
Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum ini, asisten kiranya lebih memperhatikan
lagi praktikan dalam melalukan percobaan sehingga kesalahan dapat
diminimalisir.
2. Sebaiknya pula praktikan memperhatikan asisten ketika membimbing
dalam melakukan percobaan serta harus memahami prosedur kerja atau
konsep yang digunakan sebelum memasuki laboratorium.
3. Sebaiknya alat dan yang disediakan laboran lebih diperhatikan lagi
sehingga tidak ada bahan yang sudah tidak layak pakai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Elida,Tety. 2005. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Gunadarma.


Ratna Manika, dkk. 2017. Alat Penentuan Kalor Reaksi Pada Tekanan Tetap.
Lampung : FKIP Universitas Lampung
Widya Wijayanti. 2015. Pengidentifikasian Entalpi Bahan Bakar padat (char)
dan Cair (tar) Hasil Proses Pirolisis Biomassa. Malang : Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Onggo,Djulia.1986.Intisari Konsep Kimia Dasar.
Petrucci dkk. 2012. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern Edisi 9
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sastrohamidjojo, Harjono.1992.Kimia Dasar.

16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Sementara

17
18
19
Lampiran 2. Jurnal Percobaan

20
21
22
Lampiran 3. Dokumentasi Penentuan tetapan kalorimeter

Memasukkan 20 mL air ke dalam Pengukuran suhu awal air


gelas ukur

Menuangkan air dingin ke dalam Memasukkan 20 mL air ke dalam

calorimeter gelas ukur

23
Agar air tepat segaris dengan tanda Menuangkan 20mL air dari gelas ukur
batas digunakan pipet tetes untuk hasil ke gelas kimia 100 mL
yang lebih maksimal.

Memanaskan air menggunakan Mencampurkan air panas dan air


kompor pemanas listrik hingga 10 dingin ke dalam kalorimeter.
derajat di atas temperatur kamar.

24
Lampiran 4. Dokumentasi Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH

Memasukkan 20 mL HCl ke dalam Mengukur suhu awal 20 mL HCl.


gelas ukur.

Memasukkan 20 mL ke dalam gelas Suhu air setelah dipanaskan yaitu

ukur. 39oC.

25
Mencampurkan 20 mL HCl dan 20 mL NaOH ke dalam kalorimeter.

26
Lampiran 5. Literatur

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai