Abstrak
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat kaya akan potensi sumberdaya laut dan
perikanan. Karena itu pemerintah dalam program peningkatan ekspor perikanan (PROTEKTAN)
masih menjadikan udang sebagai komoditas unggulan yang diharapkan menarik devisa. Dari sekian
banyak jenis udang , jenis Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu komoditas
perikanan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan permintaan yang cukup tinggi peningkatan
produk budidaya udang vaname terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih luas
untuk produk ini. Adapun udang vaname ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik untuk konsumsi
dosmestik maupun macanegara disamping itu juga memiliki beberapa manfaat yang menguntungkan
dan udang vaname juga cocok untuk dibudidayakan karena pemiliharaannya relatif mudah
dibandingkan dengan udang lainnya Peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan dengan
mengeliminsai semua factor penghambat dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam budidaya
udang vaname. Adapun permasalahan yang sering dihadapi selama ini dalam budidaya udang vaname
saat ini meliputi beberapa factor antara lain kualitas air penyakit dan nutrisi. Control penyakit menjadi
prioritas utama yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi udang. Bintik putih, bintik
hitam, kotoran putih, insang merah, nekrosis, udang gripis, kepala kuning, Taura Syndrome Virus
merupakan beberapa jenis patogen yang sering menyebabkan penyakit pada udang sehingga panen
dalam beberapa belakangan tidak seperti biasanya. Dari perhitungan menggunakan metode certainty
factor didapatlah hasil diagnosa penyakit bintik putih dengan tingkat kepastian 76%, diagnosa
penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%, diagnosa penyakit kotoran putih dengan
tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa
penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa penyakit udang gripis dengan tingkat
kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa
penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian 30.08%
Abstract
Indonesia is an archipelagic country that is very rich in potential marine and fishery resources.
Therefore, the government in the program to increase fishery exports (PROTEKTAN) still makes
shrimp as a leading commodity which is expected to attract foreign exchange. Of the many types of
shrimp, white shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the freshwater fishery commodities with high
economic value. With a fairly high demand, the increase in vaname shrimp culture products continues
to be carried out to meet the needs of the market which is still wide for this product. The vannamei
shrimp has a high economic value for both domestic and foreign consumption, besides that it also has
several beneficial benefits and the vannamei shrimp is also suitable for cultivation because its
selection is relatively easy compared to other shrimp. solve the problems that exist in the cultivation
of vaname shrimp. The problems that are often faced so far in vaname shrimp cultivation currently
include several factors, including water quality, disease and nutrition. Disease control is a top
priority that must be done to increase shrimp production. White spots, black spots, white dirt, red
gills, necrosis, shrimp gripis, yellow heads, Taura Syndrome Virus are several types of pathogens that
often cause disease in shrimp so that the harvest in recent times has not been as usual. From
calculations using the certainty factor method, the results of the diagnosis of white spot disease with a
certainty level of 76%, a diagnosis of black spot disease with a certainty level of 90.88%, a diagnosis
of white poop disease with a certainty level of 24%, a diagnosis of red gill disease with a certainty
level of 24%, a diagnosis of disease necrosis with a level of certainty 74.94%, a diagnosis of shrimp
gripis disease with a certainty level of 44.94%, a diagnosis of yellow head disease with a certainty
level of 54.52%, and a diagnosis of viral taura syndrome with a certainty level of 30.08%
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa tahapan dalam menyelesaikan
penelitian yaitu :
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam penelitian yaitu dengan menentukan latar belakang
masalah, tujuan,dan manfaat dari penelitian yang dilakukan dengan membatasi masalah agar tidak
keluar dari fokus pembahasan atas penyunan skripsi.
2. Kajian Teori
Tahap ini adalah mencari informasi, sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi baik dari studi pustaka, jurnal dan internet sebagai pendukung dan landasan dasar
penulisan skripsi.
3. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi seperti
wawancara, observasi dan kemudian dapat diolah bertahap selanjutnya.
4. Analisa Data
Tahap ini merupakan tahapan mengolah dan menganalisa data yang telah dipeoleh sehingga data
tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
5. Pengujian dan Implementasi
Tahap ini melakukan pengujian validasi dan implementasi data yang telah dianalisa sebelumnya
serta penyusunan program.
6. Evaluasi
Tahap ini mengambil kesimpulan dan saran yang dapat dilakukan dalam penyusunan skripsi.
Dengan adanya kesimpulan maka akan diketahui hasil dari keseluruhan skripisi dan diharapkan
dengan saran akan ada perbaikan – perbaikan dan manfaat yang lain.
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang yang mempunyai
keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam.
Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosis penyakit yang diderita pasien
serta dapat memberikan kesimpulan terhadap penyakit tersebut.
Tidak semua orang dapat mengambil keputusan mengenai diagnosis dan memberikan
kesimpulan terhadap suatu penyakit. Contoh lain, montir adalah seorang yang punya keahlian dan
pengalaman dalam menyelesaikan kerusakan mesin motor/mobil, psikolog adalah orang yang ahli
dalam memahami kepribadian seseorang, dan lain-lain. Sistem pakar mencoba memecahkan masalah
yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar.
Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi.
Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam komputer, dimana
pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar. Secara umum, sistem pakar (Expert System) adalah
sistem basis komputer yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia kekomputer, agar komputer
dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Pada dasarnya sistem pakar
diterapkan untuk mendukung aktifitas pemecahan masalah. Beberapa aktifitas pemecahan masalah
yang dimaksud antara lain: pembuatan keputusan (decision making), panduan pengetahuan
(Knowledge fusing), pembuatan disain (forecasting) pengaturan (regulating), pengendalian
(controlling), diagnosis (diagnosing), perumusan (prescribing), penjelasan (explaning), pemberian
nasihat(advising) dan pelatihan (tutoring).
Tabel III.1 Data Nama Penyakit, Gejala dan cara mengatasi pada Udang Vanname
No Keterangan Nilai CF
1 Sangat yakin 1
2 Yakin 0.8
3 Mungkin 0.4
4 Ragu 0.2
5 Tidak 0
Tabel III.3 Data Hasil Pemeriksaan Berdasarkan Gejala Yang Ada
No Nama Gejala P P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1
G01 Mati ditanggul √
G02 Bintik putih dikulit √
G03 Bintik hitam dibadan √
G04 Antena patah √ √
G05 Kaki tidak lengkap √ √
G06 Kotoran dipojok tambak √
G07 Nafsu makan menurun √
G08 Insang berwarna merah √
G09 Ekor rusak √
G01 Ekor berwarna hitam √
0
G01 Warna tubuh coklat √
1
G01 Karapas rontok √
2
G01 Nafsu makan berhenti √
3
G01 Warna tubuh pucat √
4
G01 Insang kekuningan √
5
G01 Nafsu makan berhenti √
6
G01 Ekor berwarna merah √
7
G01 Kulit lunak √
8
G01 Berenang kepermukaan √ √
9
P1 = bintik putih
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0
=0
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit bintik putih Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)
= 0 + 0.6 (1-0)
= 0 + 0.6 (1)
= 0 + 0.6
= 0.6
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :
CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]old )
= 0.6 + 0.4 (1 – 0.6)
= 0.6 + 0.4 (0.4)
= 0.6 + 0.16
= 0.76
Jadi nilai CF dari penyakit bintik putih adalah 0.76 * 100% = 76%
P2 = bintik hitam
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 1
= 0.8
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 1
= 0.4
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit bintik hitam Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
Jadi nilai CF dari penyakit bintik hitam adalah 0.9088 * 100% = 90.88%
P3 = kotoran putih
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0
=0
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit kotoran putih Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
P4 = insang merah
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0
=0
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit insang merah Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
P5 = nekrosis
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 1
= 0.4
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0
=0
P6 = udang gripis
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0.4
= 0.32
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 0.2
= 0.08
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.2
= 0.12
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit udang gripis Untuk perhitungan CF[H, E] 1,2 :
P7 = kepala kuning
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0.4
= 0.32
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.2
= 0.12
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit kepala kuning Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
Jadi nilai CF dari penyakit kepala kuning adalah 0.5452 * 100% = 54.52 %
Berdasarkan perhitungan pada kasus tersebut didapat hasil diagnosa penyakit bintik putih
dengan tingkat kepastian 76%, diagnosa penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%,
diagnosa penyakit kotoran putih dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah
dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa
penyakit udang gripis dengan tingkat kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan
tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian
30.08%
4. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan penguraian pada bab bab sebelumnya, maka penulis
memberikan beberapa kesimpulan. berikut ini adalah kesimpulan yang penulis tulis pada penelitian
terkait dengan system pakar diagnosa penyakit udang vannamai menggunakan metode certainty
factor, yaitu:
1. System pakar dengan menggunakan metode certainty factor dalam diagnosa penyakit udang
vannamai dapat digunakan serta dapat bermanfaat kepada pembudidayaan burung puyuh dalam
mengatasi penyakit udang ketika udang terjangkit penyakit.
2. Dari hasil perhitungan system pakar didapat hasil diagnosa penyakit bintik putih dengan tingkat
kepastian 76%, diagnosa penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%, diagnosa
penyakit kotoran putih dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah dengan
tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa
penyakit udang gripis dengan tingkat kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan
tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian
30.08%
DAFTAR PUSTAKA
[1].Aulady, F., Gunawan, A., & Ryansyah, M. (2019). Penerapan Algoritma Certainty Factor
Untuk Sistem Pakar Diagnosis Urtikaria Pada Wanita Dewasa. Swabumi, 7(1), 90–98.
https://doi.org/10.31294/swabumi.v7i1.6173
[2].Batubara, S., & Wahyuni, S. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Pada Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Dalam. In Seminar Nasional (SENAR) (Vol. 1, No. 1, pp. 81-86).
[3].Hasibuan, N. A., Sunandar, H., Alas, S., & Suginam, S. (2017). Sistem Pakar Mendiagnosa
Penyakit Kaki Gajah Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurasik (Jurnal Riset Sistem
[4].Informatika, J. P., Andika, R., Pendahuluan, I., Mendiagnosa, P., Lambung, P., & Pakar, A. S.
(2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Virus Pada Udang Vannamei Dengan Implementasi
perancangan sistem pakar diagnosa penyakit flu burung berbasis web. KOMIK (Konferensi