Anda di halaman 1dari 13

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Vanname (Litopenaeus Vannamai)

Menggunakan Metode Certainty Factor (Studi Kasus Dinas Perikanan Dan


Kelautan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)
Nurul Hafiza 1, Indra Kelana jaya2, Siswan Syahputra3
1,2,3
Sistem Informasi STMIK Kaputama Binjai, Jl. Veteran No. 4A – 9A, Tangsi, Binjai, Kota Binjai,
Sumatera Utara 20714

e-mail : 1nurulhafiza0419@gmail.com, 2indraikjs@gmail.com,


3
siswansyahputra90@gmail.com

Abstrak

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat kaya akan potensi sumberdaya laut dan
perikanan. Karena itu pemerintah dalam program peningkatan ekspor perikanan (PROTEKTAN)
masih menjadikan udang sebagai komoditas unggulan yang diharapkan menarik devisa. Dari sekian
banyak jenis udang , jenis Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu komoditas
perikanan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan permintaan yang cukup tinggi peningkatan
produk budidaya udang vaname terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih luas
untuk produk ini. Adapun udang vaname ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik untuk konsumsi
dosmestik maupun macanegara disamping itu juga memiliki beberapa manfaat yang menguntungkan
dan udang vaname juga cocok untuk dibudidayakan karena pemiliharaannya relatif mudah
dibandingkan dengan udang lainnya Peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan dengan
mengeliminsai semua factor penghambat dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam budidaya
udang vaname. Adapun permasalahan yang sering dihadapi selama ini dalam budidaya udang vaname
saat ini meliputi beberapa factor antara lain kualitas air penyakit dan nutrisi. Control penyakit menjadi
prioritas utama yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi udang. Bintik putih, bintik
hitam, kotoran putih, insang merah, nekrosis, udang gripis, kepala kuning, Taura Syndrome Virus
merupakan beberapa jenis patogen yang sering menyebabkan penyakit pada udang sehingga panen
dalam beberapa belakangan tidak seperti biasanya. Dari perhitungan menggunakan metode certainty
factor didapatlah hasil diagnosa penyakit bintik putih dengan tingkat kepastian 76%, diagnosa
penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%, diagnosa penyakit kotoran putih dengan
tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa
penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa penyakit udang gripis dengan tingkat
kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa
penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian 30.08%

Kata Kunci: Certainty Factor, Sistem Pakar, Udang Vannamai

Abstract

Indonesia is an archipelagic country that is very rich in potential marine and fishery resources.
Therefore, the government in the program to increase fishery exports (PROTEKTAN) still makes
shrimp as a leading commodity which is expected to attract foreign exchange. Of the many types of
shrimp, white shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the freshwater fishery commodities with high
economic value. With a fairly high demand, the increase in vaname shrimp culture products continues
to be carried out to meet the needs of the market which is still wide for this product. The vannamei
shrimp has a high economic value for both domestic and foreign consumption, besides that it also has
several beneficial benefits and the vannamei shrimp is also suitable for cultivation because its
selection is relatively easy compared to other shrimp. solve the problems that exist in the cultivation
of vaname shrimp. The problems that are often faced so far in vaname shrimp cultivation currently
include several factors, including water quality, disease and nutrition. Disease control is a top
priority that must be done to increase shrimp production. White spots, black spots, white dirt, red
gills, necrosis, shrimp gripis, yellow heads, Taura Syndrome Virus are several types of pathogens that
often cause disease in shrimp so that the harvest in recent times has not been as usual. From
calculations using the certainty factor method, the results of the diagnosis of white spot disease with a
certainty level of 76%, a diagnosis of black spot disease with a certainty level of 90.88%, a diagnosis
of white poop disease with a certainty level of 24%, a diagnosis of red gill disease with a certainty
level of 24%, a diagnosis of disease necrosis with a level of certainty 74.94%, a diagnosis of shrimp
gripis disease with a certainty level of 44.94%, a diagnosis of yellow head disease with a certainty
level of 54.52%, and a diagnosis of viral taura syndrome with a certainty level of 30.08%

Keywords: Certainty Factor, Expert System, Vannamai Shrimp

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat kaya akan potensi sumberdaya laut dan
perikanan. Karena itu pemerintah dalam program peningkatan ekspor perikanan (PROTEKTAN)
masih menjadikan udang sebagai komoditas unggulan yang diharapkan menarik devisa. Dari sekian
banyak jenis udang , jenis Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu komoditas
perikanan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan permintaan yang cukup tinggi peningkatan
produk budidaya udang vaname terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih luas
untuk produk ini. Adapun udang vaname ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik untuk konsumsi
dosmestik maupun macanegara disamping itu juga memiliki beberapa manfaat yang menguntungkan
dan udang vaname juga cocok untuk dibudidayakan karena pemiliharaannya relatif mudah
dibandingkan dengan udang lainnya Peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan dengan
mengeliminsai semua factor penghambat dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam budidaya
udang vaname.
Menurut pembudidaya pasar udang vaname konsumsi saat ini produksi udang vaname terbuka
sangat lebar seperti warung makan membutuhkan pasokan tak terbatas. Karena itu peluang pasarnya
sangat prospektif dan menjanjikan, permintaan udang vaname juga berasal dari rumah makan dan
pasar swalayan usia panen udang vaname ini berkisar 3,5 – 4 bulan meskipun cukup lama tapi hal ini
disiasati dengan penebaran benih yang dilaukan secara pertahap .
Adapun permasalahan yang sering dihadapi selama ini dalam budidaya udang vaname saat ini
meliputi beberapa factor antara lain kualitas air penyakit dan nutrisi. Control penyakit menjadi
prioritas utama yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi udang. Bintik putih, bintik
hitam, kotoran putih, insang merah, nekrosis, udang gripis, kepala kuning, Taura Syndrome Virus
merupakan beberapa jenis patogen yang sering menyebabkan penyakit pada udang sehingga panen
dalam beberapa belakangan tidak seperti biasanya.
Oleh karena itu penulis merasa perlu adanya suatu sistem yang dapat mendiagnosa penyakit
udang air tawar dalam memeberikan solusi dalam penyakit khususnya pada udang Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan mengamati persoalan diatas dengan menggunakan metode certainty
factor dapat mendapatkan solusi terbaik dalam penanganan Udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Sistem pakar (Expert System) adalah sistem informasi yang berisi pengetahuan dari seorang
pakar yang memiliki pengetahuan, penelitian, pengalaman, metode khusus, serta kemampuan khusus
untuk menerapkan bakat tertentu dalam menyelesaikan masalah yang diaplikasikan kedalam suatu
sistem. Dalam mengambil kesimpulan dalam sistem pakar pada umumnya digunakan pemalaran
Forward Chaning dan Backward Chaning. Namun penggunaan kedua penalaran tersebut belum dapat
ditentukan besar nilai kepercayaan terhadap hipotesa.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan untuk mencari sesuatu secara sistematis dengan menggunakan
metode ilmiah serta sumber yang berlaku. Dalam proses penelitian ini ditunjukan untuk lebih
memberikan hasil hasil yang berarti bagi mahasiswa yang sedang kesulitan mencari jurnal pendukung
dalam penelitian yang sedang dialakukan, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih berarti baik.
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan maka dibuat alur kegiatan seperti gambar 1 dibawah
ini:

Gambar III.1 Alur Kerja Penelitian

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa tahapan dalam menyelesaikan
penelitian yaitu :
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam penelitian yaitu dengan menentukan latar belakang
masalah, tujuan,dan manfaat dari penelitian yang dilakukan dengan membatasi masalah agar tidak
keluar dari fokus pembahasan atas penyunan skripsi.
2. Kajian Teori
Tahap ini adalah mencari informasi, sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi baik dari studi pustaka, jurnal dan internet sebagai pendukung dan landasan dasar
penulisan skripsi.
3. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi seperti
wawancara, observasi dan kemudian dapat diolah bertahap selanjutnya.
4. Analisa Data
Tahap ini merupakan tahapan mengolah dan menganalisa data yang telah dipeoleh sehingga data
tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
5. Pengujian dan Implementasi
Tahap ini melakukan pengujian validasi dan implementasi data yang telah dianalisa sebelumnya
serta penyusunan program.
6. Evaluasi
Tahap ini mengambil kesimpulan dan saran yang dapat dilakukan dalam penyusunan skripsi.
Dengan adanya kesimpulan maka akan diketahui hasil dari keseluruhan skripisi dan diharapkan
dengan saran akan ada perbaikan – perbaikan dan manfaat yang lain.
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang yang mempunyai
keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam.
Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosis penyakit yang diderita pasien
serta dapat memberikan kesimpulan terhadap penyakit tersebut.
Tidak semua orang dapat mengambil keputusan mengenai diagnosis dan memberikan
kesimpulan terhadap suatu penyakit. Contoh lain, montir adalah seorang yang punya keahlian dan
pengalaman dalam menyelesaikan kerusakan mesin motor/mobil, psikolog adalah orang yang ahli
dalam memahami kepribadian seseorang, dan lain-lain. Sistem pakar mencoba memecahkan masalah
yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar.
Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi.
Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam komputer, dimana
pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar. Secara umum, sistem pakar (Expert System) adalah
sistem basis komputer yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia kekomputer, agar komputer
dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Pada dasarnya sistem pakar
diterapkan untuk mendukung aktifitas pemecahan masalah. Beberapa aktifitas pemecahan masalah
yang dimaksud antara lain: pembuatan keputusan (decision making), panduan pengetahuan
(Knowledge fusing), pembuatan disain (forecasting) pengaturan (regulating), pengendalian
(controlling), diagnosis (diagnosing), perumusan (prescribing), penjelasan (explaning), pemberian
nasihat(advising) dan pelatihan (tutoring).

2.2 Udang Vannamei (LitopenaeusVannamei)


Salah satu komoditas unggulan perikanan air tawar yang sangat digemari masyarakat karena
nilai jualnya yang tinggi, cita rasa yang enak dan pemasaran yang luas. Daya arik lain yang dimiliki
udang vannamei untuk dikembangkan secara komersial adalah masih rendahnya tingkat serangan
penyakit dan telah tersedianya paket teknologi budidaya dan sarana pendukungnya. Pada lima tahun
terakhir komoditas ini mengalami perkembangan yang pesat baik pada skala pembenihan maupun
pembesaran. Sebagian besar udang air tawar termasuk dalam familia Palaemonidae dan genus
Macrobrachium yang merupakan genus paling banyak jenisnya.
Bentuk atau bagian luar dari organisme.Cephalothorax udang vannamei terdiri dari antenna,
antennulae, mandibula dan dua pasang 4 maxillae. Kepala ditutupi oleh cangkang yang memiliki
ujung runcing dan bergigi yang disebut rostrum. Kepala udang juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxilliped dan lima pasang kaki jalan (periopod). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan
berfungsi sebagai organ untuk makan. Bagian abdomen terdiri dari enam ruas, terdapat lima pasang
kaki renang pada ruas pertama sampai kelima dan sepasang ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor
(telson) pada ruas yang keenam. Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus). Ciri
khusus yang dimiliki oleh udang vannamei adalah adanya pigmen karotenoid yang terdapat pada
bagian kulit. Kadar pigmen ini akan berkurang seiring dengan pertumbuhan udang, karena saat
mengalami molting sebagian pigmen yang terdapat pada kulit akan ikut terbuang. Keberadaan pigmen
ini memberikan warna putih kemerahan pada tubuh udang. Udang jantan dan betina dapat dibedakan
dengan melihat alat kelamin luarnya. Alat kelamin luar jantan disebut petasma, yang terletak di dekat
kaki renang pertama, sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak di antara pangkal kaki jalan
keempat dan kelima. Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite
dan endopodite. Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang terbuat dari bahan kitin. Tubuhnya
beruas-ruas dan mempunyai aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (molting).
Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi, sehingga dapat digunakan untuk
beberapa keperluan antara lain : makan, bergerak dan membenamkan diri ke dalam lumpur, menopang
insang, karena struktur insang udang mirip bulu unggas serta organ sensor seperti antenna dan
antennulae. Tubuh udang yang dilihat dari luar terdiri dari bagian, yaitu bagian depan yang disebut
cephalothorax, karenamenyatunya bagian kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut
abdomen dan terdapat ekor (uropod) di ujungnya.

2.3 Metode Certainty Factor (CF)


Metode Certainty Factor merupakan metode yang mendefinisikan ukuran kepastian terhadap
fakta atau aturan untuk menggambarkan keyakinan seorang pakar terhadap masalah yang sedang
dihadapi. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan metode Certainty Factor ini.

Kelebihan certainty factor diantaranya :


1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar untuk mengukur sesuatu apakah pasti atau tidak
pasti dalam mendiagnosis penyakit sebagai salah satu contohnya.
2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini dalam sekali hitung hanya dapat mengolah 2
data saja sehingga keakuratan data dapat terjaga

Kekurangan Certainty Fator diantaranya :


1. Ide umum dari pemeodelan ketidakpastian manusia dengan menggunakan numeric certainty
factor biasanya diperdebatkan. Sebagian orang akan membantah pendapat bahwa formula
untuk metode certainty factor diatas memiliki sedikit kebenaran.
2. Metode ini hanya dapat mengolah ketidakpastian hanya 2 data saja dan perlu dilakukan
beberapa kali pengolahan data untuk data yang lebih dari dua buah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses yang dilakukan pada Metode Certainty Factor memerlukan beberapa data yang akan
dihitung dalam perhitungan yang akan kita lakukan dapa dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.1 Data Nama Penyakit, Gejala dan cara mengatasi pada Udang Vanname

No Nama Penyakit Nama Gejala Solusi


1 Bintik putih Berenang ke permukaan Upaya pencegahan yang dapat
Mati ditanggul dilakukan terhadap penyakit ini adalah
Bintik putih dikulit dengan melakukan tindakan mengisolasi
daerah yang sedang terserang penyakit
serta pemusnahan dengan jalan
pembakaran dan penguburan terhadap
udang yang terindikasi terserang
penyakit agar penyakit tidak menyebar
luas. Kemudian melakukan upaya
penanggulangan agar udang yang masih
sehat terhindar dari serangan penyakit
bintik putih, yaitu dengan cara
mengganti air secara rutin setiap hari
minimal 5% dari total volume air
tambak.
2 Bintik hitam Bintik hitam dibadan Pencegahan pada penyakit ini dapat
Antena patah dilakukan dengan membersihkan dasar
Kaki tidak lengkap tambak dari kotoran sisa pakan dan sisa
moulting selanjutnya menjaga kualitas
air.
No Nama Penyakit Nama Gejala Solusi
3 Kotoran putih Kotoran dipojok tambak Cara pencegahan yang dapat dilakukan
Nafsu makan menurun yaitu dengan membersihkan dan
mengeluarkan kotoran yang berada di
tambak baik di permukaan dan di dasar
tambak kemudian dilakukan
pembersihan secara rutin serta menjaga
kualitas air tambak.
4 Insang Merah Berenang kepermukaan Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
Insang berwarna merah dengan melakukan penebaran kapur
pada kolam budidaya
5 Nekrosis Antena patah Pencegahan dapat dilakukan dengan
Kaki tidak lengkap penggantian air sebanyak-banyaknya
Ekor rusak ditambah perlakuan TON (Tambak
Ekor berwarna hitam Organik Natural) 1-2 botol/ha,
sedangkan pada udang dirangsang untuk
segera melakukan ganti kulit (moulting)
dengan pemberian kapur pada tambak.
6 Udang Gripis Warna tubuh coklat Pencegahan pada penyakit ini dapat
Karapas rontok dilakukan dengan cara memberikan
Nafsu makan berhenti antibiotika melalui pencampuran dengan
telur ayam atau telur bebek mentah
dengan perbandingan 1 butir telur untuk
10 kg pakan. Campuran telur
danantibiotika diaduk dengan pakan
dan dikeringkan ditempat yang teduh
lalu ditebar ke dalam tambak. Dosis
yang digunakan untuk penggunaan
antibiotika adalah Terramycin 30 mg/kg
pakan, Erythromycin 40 mg/kg pakan,
Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan,
Furanace 100 mg/kg pakan.Pemberian
antibiotika dalam pakan dilakukan terus-
menerus selama 3 hingga 5 hari, kecuali
untuk furanace diberikan selama 14 hari.
7 Kepala Kuning Warna tubuh pucat Upaya pencegahan yang dapat
Insang kekuningan dilakukan terhadap penyakit ini adalah
Nafsu makan berhenti dengan melakukan tindakan mengisolasi
daerah yang sedang terserang penyakit
serta pemusnahan dengan jalan
pembakaran dan penguburan terhadap
udang yang terindikasi terserang
penyakit agar penyakit tidak menyebar
luas. Kemudian melakukan upaya
penanggulangan agar udang yang masih
sehat terhindar dari serangan penyakit
bintik putih, yaitu dengan cara
mengganti air secara rutin setiap hari
minimal 5% dari total volume air
tambak.
No Nama Penyakit Nama Gejala Solusi
8 Taura Syndrome Virus Ekor berwarna merah Upaya pencegahan yang dapat
Kulit lunak dilakukan yaitu dengan menjaga kualitas
air dengan memberikan probiotik,
jangan lakukan sirkulasi pergantian air,
mengurangi pakan hingga 50%,
pemberian mineral dolomite untuk
mempercepat pengerasan kulit, serta
pemberian vitamin dan imunostimulan.

Tabel III.2 nilai CF

No Keterangan Nilai CF
1 Sangat yakin 1
2 Yakin 0.8
3 Mungkin 0.4
4 Ragu 0.2
5 Tidak 0
Tabel III.3 Data Hasil Pemeriksaan Berdasarkan Gejala Yang Ada

No Nama Gejala P P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1
G01 Mati ditanggul √
G02 Bintik putih dikulit √
G03 Bintik hitam dibadan √
G04 Antena patah √ √
G05 Kaki tidak lengkap √ √
G06 Kotoran dipojok tambak √
G07 Nafsu makan menurun √
G08 Insang berwarna merah √
G09 Ekor rusak √
G01 Ekor berwarna hitam √
0
G01 Warna tubuh coklat √
1
G01 Karapas rontok √
2
G01 Nafsu makan berhenti √
3
G01 Warna tubuh pucat √
4
G01 Insang kekuningan √
5
G01 Nafsu makan berhenti √
6
G01 Ekor berwarna merah √
7
G01 Kulit lunak √
8
G01 Berenang kepermukaan √ √
9

Tabel III.4 Nilai Kepercayaan Pada Pakar dan User

No Nama Gejala Penyakit CF pakar CF user


1 Berenang kepermukaan Bintik putih 0.6 0
Mati ditanggul 0.6 1
Bintik putih dikulit 0.4 1
No Nama Gejala Penyakit CF pakar CF user
2 Bintik hitam dibadan Bintik hitam 0.8 1
Antena patah 0.4 1
Kaki tidak lengkap 0.6 0.4

3 Kotoran dipojok tambak Kotoran putih 0.6 0.4


Nafsu makan menurun 0.8 0

4 Berenang kepermukaan Insang merah 0.6 0


Insang berwarna merah 0.6 0.4

5 Antena patah Nekrosis 0.4 1


Kaki tidak lengkap 0.6 0.4
Ekor rusak 0.8 0
Ekor berwarna hitam 0.8 0.4

6 Warna tubuh coklat Udang gripis 0.8 0.4


Karapas rontok 0.4 0.2
Nafsu makan berhenti 0.6 0.2

7 Warna tubuh pucat Kepala kuning 0.8 0.4


Insang kekuningan 0.6 0.4
Nafsu makan berhenti 0.6 0.2

8 Ekor berwarna merah Taura Syndrome Virus 0.6 0.4


Kulit lunak 0.4 0.2

P1 = bintik putih
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0
=0

CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1


= 0.6 * 1
= 0.6
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 1
= 0.4

Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit bintik putih Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :
CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)
= 0 + 0.6 (1-0)
= 0 + 0.6 (1)
= 0 + 0.6
= 0.6
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :
CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]old )
= 0.6 + 0.4 (1 – 0.6)
= 0.6 + 0.4 (0.4)
= 0.6 + 0.16
= 0.76

Jadi nilai CF dari penyakit bintik putih adalah 0.76 * 100% = 76%

P2 = bintik hitam
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 1
= 0.8
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 1
= 0.4
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit bintik hitam Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.8 + 0.4 (1 – 0.8)
= 0.8 + 0.4 (0.2)
= 0.8 + 0.08
= 0.88
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :

CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]2 )


= 0.88 + 0.24 (1 – 0.88)
= 0.88 + 0.24 (0.12)
= 0.88 + 0.0288
= 0.9088

Jadi nilai CF dari penyakit bintik hitam adalah 0.9088 * 100% = 90.88%

P3 = kotoran putih
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0
=0

Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit kotoran putih Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.24 + 0 (1 – 0.24)
= 0.24 + 0 (0.76)
= 0.24 + 0
= 0.24

Jadi nilai CF dari penyakit bintik putih adalah 0.24 * 100% = 24 %

P4 = insang merah
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0
=0
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit insang merah Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0 + 0.24 (1 – 0)
= 0 + 0.24 (1)
= 0 + 0.24
= 0.24

Jadi nilai CF dari penyakit insang merah adalah 0.24 * 100% = 24 %

P5 = nekrosis
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 1
= 0.4
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0
=0

CF[H, E]4 = CF[H]1 * CF[E]1


= 0.8 * 0.4
=0
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit nekrosis Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.4 + 0.24 (1 - 0.4)
= 0.4 + 0.24 (0.76)
= 0.4 + 0.1824
= 0.5824
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :
CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]2 )
= 0.5824 + 0 (1 – 0.5824)
= 0.5824 + 0 (0.4176)
= 0.5824 + 0
= 0.5824
Untuk perhitungan CF[H, E]4 :
CF[H, E]4 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]2 )
= 0.5824 + 0.4 (1 – 0.5824)
= 0.5824 + 0.4 (0.4176)
= 0.5824 + 0.16704
= 0.74944

Jadi nilai CF dari penyakit nekrosis adalah 0.74944 * 100% = 74.944%

P6 = udang gripis
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0.4
= 0.32
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 0.2
= 0.08
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.2
= 0.12
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit udang gripis Untuk perhitungan CF[H, E] 1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.32 + 0.08 (1 – 0.32)
= 0.32 + 0.08 (0.68)
= 0.32 + 0.0544
= 0.3744
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :
CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]2 )
= 0.3744 + 0.12 (1 – 0.3744)
= 0.3744 + 0.12 (0.6256)
= 0.3744 + 0.0750
= 0.4494
Jadi nilai CF dari penyakit udang gripis adalah 0.4494 * 100% = 44.94 %

P7 = kepala kuning
CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.8 * 0.4
= 0.32
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]3 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.2
= 0.12
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit kepala kuning Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.32 + 0.24 (1 – 0.32)
= 0.32 + 0.24 (0.68)
= 0.32 + 0.1632
= 0.4832
Untuk perhitungan CF[H, E]3 :
CF[H, E]3 = CF[H, E]old + CF[H, E]3 (1 – CF[H, E]2 )
= 0.4832 + 0.12 (1 – 0.4832)
= 0.4832 + 0.12 (0.5168)
= 0.4832 + 0.0620
= 0.5452

Jadi nilai CF dari penyakit kepala kuning adalah 0.5452 * 100% = 54.52 %

P8 = Taura Syndrome Virus


CF[H, E]1 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.6 * 0.4
= 0.24
CF[H, E]2 = CF[H]1 * CF[E]1
= 0.4 * 0.2
= 0.08
Mengkombinasi udang vannamai nilai CF pada penyakit Taura Syndrome Virus Untuk perhitungan CF[H, E]1,2 :

CF[H, E]1,2 = CF[H, E]1+ CF[H, E]2 (1 – CF[H, E]1)


= 0.24 + 0.08 (1 – 0.24)
= 0.24 + 0.08 (0.76)
= 0.24 + 0.0608
= 0,3008
Jadi nilai CF dari penyakit Taura Syndrome Virus adalah 0.3008 * 100% = 30.08 %

Berdasarkan perhitungan pada kasus tersebut didapat hasil diagnosa penyakit bintik putih
dengan tingkat kepastian 76%, diagnosa penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%,
diagnosa penyakit kotoran putih dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah
dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa
penyakit udang gripis dengan tingkat kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan
tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian
30.08%
4. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan penguraian pada bab bab sebelumnya, maka penulis
memberikan beberapa kesimpulan. berikut ini adalah kesimpulan yang penulis tulis pada penelitian
terkait dengan system pakar diagnosa penyakit udang vannamai menggunakan metode certainty
factor, yaitu:
1. System pakar dengan menggunakan metode certainty factor dalam diagnosa penyakit udang
vannamai dapat digunakan serta dapat bermanfaat kepada pembudidayaan burung puyuh dalam
mengatasi penyakit udang ketika udang terjangkit penyakit.
2. Dari hasil perhitungan system pakar didapat hasil diagnosa penyakit bintik putih dengan tingkat
kepastian 76%, diagnosa penyakit bintik hitam dengan tingkat kepastian 90.88%, diagnosa
penyakit kotoran putih dengan tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit insang merah dengan
tingkat kepastian 24%, diagnosa penyakit nekrosis dengan tingkat kepastian 74.94%, diagnosa
penyakit udang gripis dengan tingkat kepastian 44.94%, diagnosa penyakit kepala kuning dengan
tingkat kepastian 54.52%, dan diagnosa penyakit taura syndrome virus dengan tingkat kepastian
30.08%

DAFTAR PUSTAKA

[1].Aulady, F., Gunawan, A., & Ryansyah, M. (2019). Penerapan Algoritma Certainty Factor

Untuk Sistem Pakar Diagnosis Urtikaria Pada Wanita Dewasa. Swabumi, 7(1), 90–98.

https://doi.org/10.31294/swabumi.v7i1.6173

[2].Batubara, S., & Wahyuni, S. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Pada Sistem Pakar

Diagnosa Penyakit Dalam. In Seminar Nasional (SENAR) (Vol. 1, No. 1, pp. 81-86).

[3].Hasibuan, N. A., Sunandar, H., Alas, S., & Suginam, S. (2017). Sistem Pakar Mendiagnosa

Penyakit Kaki Gajah Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurasik (Jurnal Riset Sistem

Informasi Dan Teknik Informatika), 2(1), 29. https://doi.org/10.30645/jurasik.v2i1.16

[4].Informatika, J. P., Andika, R., Pendahuluan, I., Mendiagnosa, P., Lambung, P., & Pakar, A. S.

(2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Virus Pada Udang Vannamei Dengan Implementasi

Metode Cbr ( Case-Based Reasoning ) Dan. 18, 587–592.

[5].Kusrini. (2008). Aplikasi Sistem Pakar. Andi.

[6].Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Graha Ilmu.


[7]. Rajutidesli. (2020). Penerapan metode case based reasoning dan certainty factor dalam

perancangan sistem pakar diagnosa penyakit flu burung berbasis web. KOMIK (Konferensi

Nasional …, 4, 345–350. https://doi.org/10.30865/komik.v4i1.2718

Anda mungkin juga menyukai