6
Gangguan Metabolik dan Degeneratif
Analisis Resep
Disusun Oleh :
Kelompok Tutorial 15
Fritzienico Zachary Baskoro (20711031)
Dosen Pembimbing :
dr. Miranti Dewi Pramaningtyas, M.Sc
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022/2023
I. Deskripsi Kasus/Resep
Kasus 6
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sering kencing
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan terutama saat malam hari, dan disertai dengan
rasa haus serta mudah lapar dan kaki serta tangannya sering merasa kesemutan. Pasien
belum pernah merasakan keluhan serupa, akan tetapi kakak kandungnya didiagnosis
menderita kencing manis. Keadaan umum pasien tampak baik, E4V5M6. Tanda vital
suhu 36,9oC, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan gula darah
menunjukkan GDP 230 mg/dl. Dokter mendiagnosis dengan diabetes melitus dan
meresepkan obat untuk 1 minggu sebagai berikut:
Puskesmas selalu sehat
Dr. Ahlan wa sahlan
SIP 123/x/2023/456
Jl. Kedamaian no 01
Yogyakarta, 26 Juni 2022
V. Edukasi Pengobatan
A. Efek/Indikasi
1. Glibenklamid
Obat sulfonilurea dipilih berdasarkan usia saat DM timbul. Penggunaan
sulfonilurea tidak harus diberikan apabila kondisi pasien sudah membaik lewat
diet dan perubahan pola hidup. Apabila dosis maksimal glibenklamid sudah
diberikan tetapi kondisi pasien belum membaik, tidak boleh diberikan tambahan
dosis yang melewati maksimal [2].
2. Metformin
Metformin tidak dapat menggantikan peran insulin. Metformin banyak
digunakan untuk menggantikan fenformin karena sistem kerjanya sama tetapi
mengurangi risiko asidosis laktat [2].
3. Vitamin C
Pada pasien skorbut, vitamin C sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
penyembuhan. Vitamin C mengurangi lama sakit dan beratnya sakit. Penggunaan
vitamin C perlu dipertimbangkan dosisnya, karena dosis besar pada vitamin C
juga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit utama yang diderita pasien. Dosis
minimal untuk vitamin C adalah 150 mg [2].
B. Efek samping
1. Glibenklamid
Gangguan pencernaan dapat muncul, seperti mual, muantah, dan diare.
Gangguan ini dapat dikurangi dengan cara pengurangan dosis, memasukkan obat
bersamaan dengan makanan, dan membagi dosis. Gangguan SSP dapat terjadi
berupa vertigo, ataksia, dan sebagainya. Gejala hematologik seperti leukopenia
dan agranulositosis juga dapat terjadi [2].
2. Metformin
Mual, muntah, diare merupakan efek samping yang umum dialami.
Metformin menimbulkan starvation ketosis pada pasien dengan ketergantungan
insulin eksogen. Peningkatan kadar asam laktat pada darah meningkat pada pasien
dengan gangguan ginjal dan jantung apabila diberikan metformin. Pemberian
metformin dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh [2].
3. Vitamin C
Diare dapat terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi vitamin C selama
sehari. Konsumsi vitamin C lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan iritasi usus
sehingga peristaltik usus meningkat. Selain itu dapat timbul uretritis non spesifik
pada uretra distal. Vitamin C sebagian dimetabolisme dan diekskresi dalam
bentuk oksalat sehingga apabila dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan
munculnya batu ginjal. Hemolisis ringan dapat terjadi karena adanya megadosis
vitamin C. Hemolisis akut dapat menyebabkan koagulasi intravaskuler dan gagal
ginjal akut sehingga menyebabkan kematian [2].
C. Instruksi pengobatan
1. Glibenklamid
Pemberian glibenklamid dengan kekuatan 2.5 mg-5 mg. Penggunaan
glibenklamid maksimal 15 mg perhari. Obat diminum tiga kali sehari. Jumlah
maksimal tablet adalah 90 tablet perbulan [3].
2. Metformin
Penggunaan metformin adalah 1-3 g perhari. Pembagiannya dibagi dalam
2-3 kali pemberian. Dosis maksimal pemberiannya adalah 2.5 gram [2].
3. Vitamin C
Pada bayi, dosis vitamin C adalah 35 mg sedangkan pada dewasa 60 mg.
Pada penyakit infeksi, kebutuhan vitamin C meningkat sebesar 300-500%.
Perokok memerlukan tambahan vitamin C sebesar 50% untuk mempertahankan
kadar normal serum [2].
D. Peringatan
1. Glibenklamid
Glibenklamid tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada pasien DM,
pasien dengan insulin tidak stabil, DM kehamilan, DM berat, dan keadaan gawat.
Penggunaan obat harus hati-hati terhadap pasien yang memiliki gangguan fungsi
hepar, ginjal, dan endokrin [2].
2. Metformin
Metformin tidak boleh diberikan pada kondisi hamil, gangguan hepar
kronis, gangguan ginjal, penyakit jantung, penyakit paru dengan hipoksia kronik.
Pemberian obat harus dihentikan pada saat akan dioperasi. Fungsi ginjal harus
normal terlebih dahulu setelah operasi baru boleh diberikan obat. Terbentuknya
laktat dapat dicegah dengan cara seperti yang sudah diberikan sebelumnya [2].
3. Vitamin C
Penggunaan vitamin C tidak boleh dikonsumsi dalam mega dosis.
Megadosis vitamin C dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti oksalosis
luas, aritmia jantung, kerusakan ginjal, dan hemolisis. Gunakan vitamin C
secukupnya sesuai dosis sehingga tidak menyebabkan penyakit komplikasi lain
[2].
E. Kunjungan berikutnya
Pasien berkunjung kembali apabila obat sudah habis, terjadi efek yang
mengganggu setelah pemberian obat, atau gejala tidak mereda setelah diberikan obat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahmawati R, Miladiyah I, Yulianto, Rizkawati M. Peresepan & Kajian Resep. UII Press
Yogyakarta. 2022. 31-34 hal
2. FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 (Cetak
Ulang Dengan Tambahan 2012). Badan Penerbit FKUI, 2012. 490-492, 777-779 hal
3. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang Formularium Nasional. Jakarta.
4. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi Dasar & Klinik. Vol. 53, Journal of
Chemical Information and Modeling. 2013.