0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan16 halaman
Pasien Tn. N masuk rumah sakit dengan kondisi koma akibat kecelakaan lalu lintas. Saat pertama kali masuk, pasien mengalami penurunan kesadaran berat dengan GCS 3 dan terdapat luka di kepala. Setelah 11 hari, kesadaran pasien membaik menjadi GCS 8 meskipun masih dalam kondisi sopor. Pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya perdarahan subdural dan SAH di kepala pasien.
Pasien Tn. N masuk rumah sakit dengan kondisi koma akibat kecelakaan lalu lintas. Saat pertama kali masuk, pasien mengalami penurunan kesadaran berat dengan GCS 3 dan terdapat luka di kepala. Setelah 11 hari, kesadaran pasien membaik menjadi GCS 8 meskipun masih dalam kondisi sopor. Pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya perdarahan subdural dan SAH di kepala pasien.
Pasien Tn. N masuk rumah sakit dengan kondisi koma akibat kecelakaan lalu lintas. Saat pertama kali masuk, pasien mengalami penurunan kesadaran berat dengan GCS 3 dan terdapat luka di kepala. Setelah 11 hari, kesadaran pasien membaik menjadi GCS 8 meskipun masih dalam kondisi sopor. Pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya perdarahan subdural dan SAH di kepala pasien.
DI IRNA B LT I KIRI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA Oleh : Sunardi (Residensi Sp.Kmb) A. RIWAYAT SINGKAT PASIEN : Nama: Tn.N, Umur: 32 Tahun, Alamat : Bekasi, Agama: Islam, Pendidikan: SMA, Pekerjaan: Pegawai swasta, Status perkawinan: Duda, Suku: Betawi, Tanggal MRS: 26 Agustus 2007 (Jam 03.35), Pengkajian: 6 September 2007 (Jam 09.00), Diagnosa masuk: Cidera kepala berat 12 jam sebelum masuk rumah sakit pasien tidak sadar, riwayat kecelakaan lalu lintas menabrak, tidak ada kejelasan mekanisme terjadinya cedera kepala, hanya terjadi benturan pada kepala, klien mengalami penurunan kesadaran (coma) sejak masuk rumah sakit, GCS=3(E1M1V1), terdapat hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan terdapat edema pada wajah. Pada saat pengkajian TD: 110/70, Suhu: 37.5,RR: 24 x/mnt, Nadi 82 x/mnt reguler, pasien masih mengalami penurunan kesadaran (Coma) sejak 11 hari lalu, saat ini GCS = 8 (E1M5V2), saat ini kesadaran soporokoma, terpasang NGT hari 11, terpasang O2, terpasang infuse hari 4, terdapat luka lecet pada kaki dan tangan, luka jahitan (7 buah) pada jari-jari kaki kanan dan kepala bagian parietal luka di jahit (5 buah). Pada pemeriksaan CT Scan ; Kesimpulan: Perdarahan subdural region temporoparietal kanan & perdarahan SAH, SDH disertai hematosinus maksilaris kiri, sub goleal hematoma region parietal kiri & soft tissue swelling dengan enfisema subkutis maksilaris kiri. (Hasil Pengkajian terlampir) Terapy: IVFD NaCl 0,9%/8 jam, Citicolin 2 x 500 gr,Extrace 1x400 gr, Kaltolac 3x1 ampl, OMZ 1x1 ampl, Ranitidin 2x1 ampl, Cefriaxon 2x2 gr, Nimotop 4x60 mg 1 Pada kasus Tn.N saat pertama kali masuk IGD tanggal 26-8-2007 bahwa kesadaran koma dengan GCS = 3 artinya bila dilihat secara teori patofisiologi dengan GCS 3 maka Tn.N masuk kategori berat, hanya pada anamnesa tidak terkaji bagaimana mekanisme terjadinya cedera, karena mekanisme cedera berpengaruh terhadap berat ringannya cidera dan keparahan dari organ yang terkena. Terdapat tiga mekanisme terjadinya cidera kepala yaitu deselerasi, akselerasi dan rotasi dan pada kejadian kecelakaan lalulintas sering karena adanya rotasi dan ini akan menyebabkan semua organ otak terganggu. 3 C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Untuk pengkajian di ruang IRNA B Lt. I Kiri menggunakan format pengkajian yang telah disediakan, dengan memberikan cek list pada hasil pengkajian yang sesuai.(hasil pengkajian terlampir) Dibawah ini merupakan ringkasan dari pengkajian yang dilakukan pada Tn.N. a. Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit ) Pasien MRS dengan kecelakaan lalu-lintas, klien mengalami penurunan kesadaran (coma) sejak masuk rumah sakit, GCS=3(E1M1V1), terdapat hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan terdapat edema pada wajah. b. Riwayat penyakit sekarang ( Saat Pengkajian ) Pasien mengalami penurunan kesadaran (Coma) sejak 11 hari lalu, saat ini GCS = 8 (E1M5V2) kesadaran soporokoma, terpasang NGT hari 11, terpasang O2, terpasang infuse hari 4, terdapat luka lecet pada kaki dan tangan, luka jahitan (7 buah) pada jari-jari kaki kanan dan kepala bagian parietal luka di jahit (5 buah). c. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita DM, hipertensi, riwayat TB disangkal, pasien belum pernah dirawat di rumah sakit d. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien. e. Pola Aktivitas Sehari-hari C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Untuk pengkajian di ruang IRNA B Lt. I Kiri menggunakan format pengkajian yang telah disediakan, dengan memberikan cek list pada hasil pengkajian yang sesuai.(hasil pengkajian terlampir) Dibawah ini merupakan ringkasan dari pengkajian yang dilakukan pada Tn.N. a. Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit ) Pasien MRS dengan kecelakaan lalu-lintas, klien mengalami penurunan kesadaran (coma) sejak masuk rumah sakit, GCS=3(E1M1V1), terdapat hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan terdapat edema pada wajah. b. Riwayat penyakit sekarang ( Saat Pengkajian ) Pasien mengalami penurunan kesadaran (Coma) sejak 11 hari lalu, saat ini GCS = 8 (E1M5V2) kesadaran soporokoma, terpasang NGT hari 11, terpasang O2, terpasang infuse hari 4, terdapat luka lecet pada kaki dan tangan, luka jahitan (7 buah) pada jari-jari kaki kanan dan kepala bagian parietal luka di jahit (5 buah). c. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita DM, hipertensi, riwayat TB disangkal, pasien belum pernah dirawat di rumah sakit d. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien. e. Pola Aktivitas Sehari-hari h. Pola sensori dan kognitif Sensori: tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran. Kognitif: Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, orientasi (tempat, waktu, orang ) tidak terkaji. i. Pola penanggulangan stress Pertahanan diri klien, biasanya meminta bantuan ibunya dan Pamannya. j. Status Neurologi Tingkat kesadaran soporokoma, GCS : (E1M5V2), Tanda-tanda rangsang selaput otak (meningen) : kaku kuduk ( - ), tanda lasegue, tanda kernig tidak dapat di evaluasi, tanda brudzinski tidak dilakukan. Syaraf cranial : N. olfaktorius, N. Optikus, N. okulomotorius, N. trokhlearis, N. trigenimus, B. Abdusen, N. fasialis, N. Vestibulo, N. glosofaringeus, N. vagus, N. aksesorius, N. hipoglosus : tidak dapat dievaluasi/dinilai. 6 Motorik : gaya berjalan tidak dapat di evaluasi, atropi (-), hipertropi (-), gerakan tidak disadari (-) Sensibilitas : tidak tidak dapat dievaluasi/dinilai. Reflek fisiologi : radius, patella, tendon achiles +/+ Reflek patologi : chaddock, Gordon, oppenheim, gonad, Schaefer (-). Fungsi serebellum : tidak dapat dievalusai/dinilai Fungsi luhur : tidak dapat dievaluasi/dinilai Fungsi safar autonom : terpasang dower kateter, hiper saliva (-), tachicardi (-), tachipnea (-). Tanda – tanda tekanan intracranial : kaku kuduk (-), pupil isokor RC +/+, RCL +/+, tampak gelisah (+), penurunan kesadaran (+). k. Pemeriksaan fisik 1) Status kesehatan umum Keadaan penyakit berat, kesadaran soporokoma, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu tubuh 375.C, pernapasan 22X/menit, nadi 88X/menit (regular), GCS (E1M5V2), BB ( sakit ): tidak diketahui, BB ( Sblm Sakit ) ; tidak diketahui. 2) Sistem integument Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut hitam dan tampak kotor/berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada, adanya dekubitus grade 1 pada daerah punggung dan bahu kiri dan kanan atas. 3) Kepala Normo cephalic, simetris, benjolan/hematoma pada kepala temporal kiri dan terdapat luka jahitan 5 buah. 4) Muka Asimetris, odema (+) pada maksilaris kiri, otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidak ada. 7 5) Mata Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (- /- ), pupil isokor sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif (+/+). Tajam penglihatan tidak dapat dievalusai, kelopak mata tampak bengkak (+/+) warna kebiruan. 6) Telinga Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal, tidak ada perdarahan telingga. 7) Hidung Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada. 8) Mulut dan faring Bau mulut , stomatitis (-) bibir tampak kering, gigi depan lepas 2 buah, lidah merah mudah tampak kotor, kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT 9) Leher Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak ada benjolan limphe nodul. 10) Thoraks Paru Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste(-), perkusi resonan, rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi. 11) Jantung Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik . 12)Abdomen Bising usus +, tidak ada benjolan, perabaan massa tidak ada, 8 hepar tidak teraba, asites ( - ). 13) Inguinal-Genitalia-Anus femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, terpasang kateter hari ke 11. 14) Ekstrimitas Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik, atropi -/- 15) Tulang belakang Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis. Semua data penunjang dari pertama kali masuk IGD dan ruangan sampai tanggal 5 september dapat dijadikan pedoman dalam menegakkan diagnosa, walaupun 9 pada saat pengkajian yaitu tanggal 22 desember 2006 ada beberapa hasil laboratorium darah sudah menunjukan perbaikan, pemeriksaan AGD sebelumnya pasien mengalami asidosis respiratorik dan berlanjut ke meabolisme metabolic, dan pada pemeriksaan AGD tanggal 5/9/2007 menunjukan perbaikan dan sudah dalam keadaan normal, pada hasil pemeriksaan LED dan leukosit terjadi peningkatan dan pada pemeriksaan albumin, protein terjadi penurunan sehingga dapat disimpulkan resiko terjadi kekurangan nutrisi. Pada hasil CT-Scan dapat disimpulkan bahwa terjadi perdarahan SDH dan SAH. Semua data penunjang dari pertama kali masuk IGD dan ruangan sampai tanggal 5 september dapat dijadikan pedoman dalam menegakkan diagnosa, walaupun 9 pada saat pengkajian yaitu tanggal 22 desember 2006 ada beberapa hasil laboratorium darah sudah menunjukan perbaikan, pemeriksaan AGD sebelumnya pasien mengalami asidosis respiratorik dan berlanjut ke meabolisme metabolic, dan pada pemeriksaan AGD tanggal 5/9/2007 menunjukan perbaikan dan sudah dalam keadaan normal, pada hasil pemeriksaan LED dan leukosit terjadi peningkatan dan pada pemeriksaan albumin, protein terjadi penurunan sehingga dapat disimpulkan resiko terjadi kekurangan nutrisi. Pada hasil CT-Scan dapat disimpulkan bahwa terjadi perdarahan SDH dan SAH.
Riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat saat ini.
Perlu dikaji karena sangat berhubungan pada kesehatan pasien saat ini, apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama (pernah kecelakaan) atau penyakit lain yang berhubungan dengan cedera kepala, sehingga menyebabkan/berhubungan dengan kondisi kepala, karena bila pasien pernah jatuh atau terjadi benturan kepala/cidera kepala akan memperparah kondisi cidera kepala pasien. Sedangkan riwayat kesehatan saat ini merupakan keluhan utama pasien saat ini, mengapa pasien masuk Rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. Dalam hal ini penting dilakukan anamnesa bagaimana mekanisme terjadinya benturan/kecelakaan yang terjadi, pada pasien Tn.N tidak terdeteksi/diketahui bagaimana mekanisme terjadinya cidera kepala. Pemeriksaan penunjang b. Pemeriksaan Laboratorium 1. AGD . mendeteksi adanya ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan intracranial, pada kasus Tn.N terjadi ketidakstabilan oksigenasi ke otak dari pertama kali dating sampai hari ke 11 (tgl 6-9-2007). 2. Darah . dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer/hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat adanya perdarahan yang signifikan tetapi kadang hal ini tidak terjadi tergantung dari keparahan perdarahan yang terjadi. 3. Albumin akan merendah karena kemampuan asuhan menelan dan penurunan kesadaran yang berkepanjangan, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. Hal ini juga ditemukan pada kasus Tn.N. 4. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal. pemeriksaan Elektrolit dapat dilakukan untuk mengetahui keseimbangan elektrolit sehingga dapat mengoreksi bila ada ketidakseimbangan hal ini dapat terjadi akibat peningkatan TIK. 5. Peningggian kadar gula darah . hati tidak mampu membentuk glikogen . bila terus meninggi prognosis jelek, pada kasus tidak ditemukan. c. Pemeriksaan lainya 1) CT-Scan . (dengan/tanpa kontras): mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, dterminan ventrikuler dan perbahan jaringan otak, disamping 15 untuk mengetahui adanya infark/iskemia, CT-Scan ini merupakan Gold dari pemeriksaan yang harus dilakukan pada pasien cidera kepala Karen untuk cepat dan tepat mendeteksi adanya kerusakan dan perdarahan yang terjadi sehingga penangganan lebih cepat dan tepat pula. 2) MRI . digunakan sama sperti CT-Scan dengan atau tampa kontras 3) Cerebral Angiography . menunjukkan anomaly sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. 4) Serial EEG . dapat mendeteksi dan mengetahui perkembangan gelombang yang patologis 5) X-Ray . Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang. 6) Pemeriksaan angiografi untuk mengidentifikasi tempat perdarahan arteri yang nyata. 7) CSF . lumpbal punksi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid, sperti pada kasus Tn.N dapat saja dilakukan Lumbal punksi, jika poerdarahan masih terus berlangsung dan tidak ada perbaikan dari kondisi pasien. 8) Screen Toxicologi . untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan adanya penurunan kesadaran Beberapa pemeriksaan penunjang tambahan diatas dapat dijadikan rekomendasikan dalam berkolaborasi dengan medis dalam menentukan tindakan dan prosedur apa yang tepat dan bermanfaat dalam penegakan diagnosa, agar informasi/data yang didapat lebih valid. Tetapi perlu juga dipertimbangan bahwa dalam memberikan rekomendasi dalam pemeriksaan penunjang harus melihat kemanfaatan dan efektifitas dari perlunya pemeriksaan penunjang. Dari beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien cidera kepala yang paling penting dilakukan (Gold) dari cidera kepala adalah CT-Scan dan lainnya penting juga adalag AGD, disamping elektrolit untuk mendeteksi adanya ketidakseimbangan dari elektrolit. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Di ruang IRNA B I kiri untuk pembuatan renpra sudah ada, dengan menggunakan cek list, hanya saja masih terbatas, oleh karena itu residen membuat sendiri renpra sesuai dengan kasus pada Tn.N. sesuai dengan kondisi pasien dapat ditegakkan renpra sebagai berikut: 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret. 2. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d perdarahan dan edema cerebral 3. Resiko peningkatan TIK b.d proses desak ruang akibat edema cerebral 4. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adequate: penurunan kesadaran (soporokoma) 5. Resti kerusakan integritas kulit b.d imobilitas 6. Resti gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kesadaran 7. Resti terbatasnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai proses penyakit, prognosis dan penatalaksanaannya berhubungan dengan terbatasnya informasi Dari beberapa diagnosa tersebut ditentukan dignosa keperawatan yang menjadi prioritas untuk menjadi fokus implementasi pada saat ini dan implementas keperawatan berikutnya. Dari 7 diagnosa terdapat 5 diagnosa prioritas yaitu diagnosa 1 sampai 5. 1. Rasional Diagnosa yang ditegakan Dari beberapa masalah yang timbul, telah ditegakkan diagnosa masalah keperawatan prioritas. Sesuai Prioritas masalah yang ada maka disusun rencana asuhan keperawatan yang tepat dan dibawah ini merupakan rasionalisa kenapa masalah muncul pada pasien Tn.N, sebagai berikut: a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas b.d akumulasi sekret Masalah keperawatan ini dapat muncul, karena pasien dalam keadaan penurunan kesadaran (coma) yang lama sehingga tidak ada aktifitas yang dapat dilakukan pasien, hal ini akan mengakibatkan adanya penumpukan sekret dalam saluran nafas, kondisi ini akan menyebabkan kesulitan pasien untuk dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk. Disamping penurunan kesadaran juga menurunnya fungsi reflek pasien untuk dapat bereaksi bila ada benda asing pada sistem respirasi sehingga akan membahayakan bagi 17 kondisi pasien, diagnosa ini merupakan bagian dari prioritas yang pertama karena termsuk bagaimana mengantisipasi dan mengusakan bersihan jalan napas tetap efektif selama pasien dalam kondisi tidak sadar. Renpra bertujuan : Bersihan nafas efektif dalam waktu 3 x 24 jam perawatan b. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d perdarahan dan edema cerebral Dengan adanya hasi CT-scan bahwa terjadi perdarahan dan edema cerebral (SDH & SAH) akan menganggu sistem oksigenasi cerebral sehingga organ otak pada daerah terkena/hematoma akan terjadi kekurangn oksigen (hipoksia) jaringa cerebral, kondisi ini menjadi masalah prioritas kedua karena bila terjadi hipoksia cerebral berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan cerebral yang luas, sehinga perlu penangganan cepat dan tepat. Renpra bertujuan : Perfusi jaringan cerebral adekuat dalam waktu 5 x 24 jam perawatan. c. Resiko peningkatan TIK b.d proses desak ruang akibat edema cerebral Bila edema cerebral berlangsung terus menerus maka akan terjadi ketidakseimbangan dari cairan CSF dan sirkulasi darah di cerebral, kondisi ini bila berlangsung cepat dan terus menerus akan mengakibatkan desak ruang pada otak sehingga dimungkinkan terjadi peningkatan TIK secara berlanjut dan oksigenasi ke jaringan cerebral akan lebih berat, penangganan terfokus pada pencegahan jangan sampai peningkatan TIK berlanjut dan bertambah berat. Renpra bertujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK selama 5 x 24 jam keperawatan d. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adequate: penurunan kesadaran (soporokoma) Sesuai hasil pemeriksaan laboratoriun albumin dan protein terjadi penurunan, dapatdikatakan hal ini sebagai indicator adanya kekurangan pemenuhan nutrisi hal ini juga dapat dimungkinkan karena pasien tidak sadar sehingga intake tidak adequate, bila hal ini berlangsung lama dan tidak dikontrol dengan baik maka kebutuhan nutrisi tidak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh. Disamping itu pasien sedang mengalami proses perangan cerebral yang membutuhkan banyak asupan nutrisi sehingga dapat 18 memperkuat daya tahan pasien, dengan penetapak masala keperawatan ini dapat dipenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik dan terencana sehinga dapat mencegah terjainya kekurangan asupan nutrisi samapai pasien dalam kondisi sadar. Renpra bertujuan : terpenhi kebutuhan nutrisi pasien selama 3 x 24 jam keperawatan e. Resti kerusakan integritas kulit b.d imobilitas Bila pasien dalam kondisi imobilisasi dan pasien tidak sadar harus dijaga jangan sampai terjadi gangguan integritas kulit, karena adanya keterbatasan gerak dari pasien sehingga dapat direncanakan mobilisasi pasif pasien untuk mencegah gangguan integritas kulit, kondisi paling sering pasien ini adalah terjadinya kerusakan integritas kulit (dekutbitus) untuk itu penegakan masalah keperawatan ini perlu diprioritaskan sampai pasien dalam kondisi sadar dan mobilitas baik Renpra bertujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama 3 x 24 jam perawatan 2. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa masalah keperawatan dan rencana asukan keperawatan terlampir 3. Hambatan Walaupun demikian masih terdapat beberapa hambatan dalam menentukan diagnosa keperawatan dan renpra, diantaranya: a. Form renpra diruangan sudah ada berupa cheklist tetapi belum semua masalah ada dan sesuai dengan kasus, masih terbatas. b. Tidak tersedia form kosong renpra sehingga bila ada lembar renpra chek list yang tidak lengkap dapat ditambahkan pada renpra berikutnya. 4. Solusi a. Mengumpulkan bahan-bahan dalam penegakan diganosa keperawatan dan menkaji lebih terinci dan teliti terhadap kondisi pasien b. Membuat renpra tambahan yang dirancang berdasarkan teori dan kondisi pasien 19 E. IMPLEMENTASI Pada pelaksanaan intervensi keperawatan ini digunakan format yang telah tersedia diruangan, walaupun masih banyak keterbatasan untuk menuliskan semua tindakan yang ada. Tetapi beberapa intervensi keperawatan yang telah dilakukan dan belum dilakukan dituliskan dalam laporan shif . Dari intervensi keperawatan yang direncanakan, terdapat beberapa intervensi yang lambat dilakukan karena beberapa prosedur harus direncanakan jauh-jauh hari penjadwalannya seperti pemeriksaan EEG dan CT-Scan ulang, tetapi secara umum 95 % intervensi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai jadwal baik intervensi mandiri maupun intervensi yang bersifat kolaborasi. (catatan tindakan terlampir). Intervensi keperawatan lain yang telah dilakukan berkaitan dengan pendidikan kesehatan dan bagaimana mempersiapkan discharge planing pada pasien, hal ini dilakukan sejak pasien masuk RS yaitu tanggal 26 agustus 2007, tetapi hal ini belum dilakukan oleh ruangan oleh karena itu sejak tanggal 6 september keluarga diberikan penkes tentang perawatan pasien bila sudah dirumah, diantara yaitu : 1. Penjelasan tentang pengertian, penyebab, pengobatan dan komplikasi cidera kepala termasuk gangguan fungsi luhur dari pasien, poleh karena itu perlu control dan berobat secara teratur dan lanjut. 2. Cara tentang pemenuhan nutrisi dan cairan selama dirumah 3. Cara latihan mobilisasi fisik secara bertahap dan terencana agar tidak terjadi cidera pada neuromuskuler 4. Kapan harus istirahat, aktifitas dan kontrol selama kondisi masih belum optimal terhadap dampa dari cidera kepala pasien F. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan berdasarkan masing-masing diagnosa keperawatan dalam bentuk catatan perkembangan pasien, format catatan perkembangan pasien mengikuti format yang ada diruangan dan sudah tersedia diruangan. Penulisan catatan perkembangan dalam bentuk SOAP dilakukan setiap hari atau per 24 jam. SOAP ini mengacu pada perkembangan kondisi pasien dan respon pasien 20 secara terstruktur. Catatan perkembangan dilakukan setiap hari, dimulai pada tgl 6-9-2007, tetapi pada pelaksanaan di klinik tidak dapat dilakukan dengan baik karena pada saat mahasiswa libur pada hari sabtu dan minggu tidak ada perawat ruangan yang melakukan SOAP pada pasien. (SOAP terlampir) Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, keseluruhan masalah keperawatan tersebut dapat teratasi dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan, adapun ringkasan evaluasi dari setiap masalah keperawatan adalah sebagai berikut: 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret. Masalah muncul tgl 6-9-2007, sesuai renpra masalah teratasi dalam waktu 3 hari, setelah implementasi dari renpra yang dibuat semua renpra dapat diimplementasikan baik mandiri maupun kolaborasi termasuk inhalasi yang dilakukan setiap 6 jam, masalah teratasi 6 hari (tgl 11-9-2007) setelah perawatan, tidak ada komplikasi dan masalah bersihan jalan nafas berlanjut. 2. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d perdarahan dan edema cerebral Masalah muncul tgl 6-9-2007, sesuai renpra masalah teratasi dalam waktu 5 hari, setelah implementasi dari renpra yang dibuat semua renpra dapat diimplementasikan baik mandiri maupun kolaborasi termasuk pemberian obatobatan walaupun pemeberian obat-obatan sering terlambat karena persediaan obat sering terlambat, masalah teratasi 6 hari (tgl 12-9-2007) setelah perawatan, tetapi walaupun demikian masalah perubahan perfusi jaringan cerebral diturunkan menjadi resti gangguan berulang, masalah ini dapat diatasi setelah 20 hari perawatan (tgl 19-9-2007) tidak ada komplikasi dan masalah gangguan perfusi jaringan cerebral dapat ditasi dengan tuntas. 3. Resiko peningkatan TIK b.d proses desak ruang akibat edema cerebral Sejalan dengan teratasinya diagnose keperawatan No.2 (gangguan perfusi jaringan cerebral) maka tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK sampai tgl 19-9-2007 (20 hr) perawatan 4. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adequate: penurunan kesadaran (soporokoma) 5. Resti kerusakan integritas kulit b.d imobilitas Pertama dalam penegakkan diagnose keperawatan ini, kondisi pasien sudah masuk dekubitus derajat 1 (tgl 6-9-2007), setelah dlakukan tindakan 21 keperawatan selama 5 hari perawatan oleh residen dekubitus derajat 1 tidak berlanjut berat dan cenderung sembuh (tidak terjadi dekubitus) sampai pasien pulang tanggal 21-9-2007 tidak terjadi dekubitus, dan gangguan integritas kulit lainnya tidak terjadi. 6. Resti gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kesadaran Pada saat pengkajian tanggal 6-9-2007, maslah ini sduah diangkat, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan mobilitas fisik secara parah, walaupun pasien belum sadar, pasien dilakukan mobilisasi fisik pasif ringan, sehingga tidak terjadi kontraktur, mobilisasi fisk secara bertahap dilakukan setelah pasien sadar dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, sampai tanggal 17-9-2007 tidak ada gangguan mobilitas fisik, maka intervensi yang elah dilakukan yaitu memberikan latihan mobilisasi bertahap, mika/miki, duduk, duduk disamping tempat tidur, berdiri dan berjalan yang dilakukan sejak tanggal 8-9-2007, dan pada tanggal 21-9-2007 pasien pulang tidak ada gangguan mobilitas fisik termasuk tidak ada tanda kontraktur. 7. Resti terbatasnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai proses penyakit, prognosis dan penatalaksanaannya berhubungan dengan terbatasnya informasi Sejak tanggal 6-9-2007 residen melakukan intervensi dalam pemeberian penkes termasuk perencanaan pulang sehingga pada saat pasien pulang tanggal 21-9-2007, pasien dan keluarga dapat mengerti, memahami bagaimana perawatan pasien setelah ada dirumah. Secara keseluruhan masalah keperawatan dapat teratasi dengan optimal sesuai rencana keperawatan G. Resume Pasien Pulang Nama: Tn.N, Umur: 32 Tahun, Alamat : Bekasi, Agama: Islam, Pendidikan: SMA, Pekerjaan: Pegawai swasta, Status perkawinan: Duda, Suku: Betawi, Tanggal MRS: 26 Agustus 2007 (Jam 03.35), Pengkajian: 6 September 2007 (Jam 09.00), Diagnosa masuk: Cidera kepala berat pasien pulang tanggal 21 September 2007 (13.00), Kondisi saat masuk: 22 12 jam sebelum masuk rumah sakit pasien tidak sadar, riwayat kecelakaan lalu lintas menabrak, tidak ada kejelasan mekanisme terjadinya cedera kepala, hanya terjadi benturan pada kepala, klien mengalami penurunan kesadaran (coma) sejak masuk rumah sakit, GCS=3(E1M1V1), terdapat hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan terdapat edema pada wajah. Pada saat pengkajian TD: 110/70, Suhu: 37.5,RR: 24 x/mnt, Nadi 82 x/mnt reguler, pasien masih mengalami penurunan kesadaran (Coma) sejak 11 hari lalu, saat ini GCS = 8 (E1M5V2), saat ini kesadaran soporokoma, terpasang NGT hari 11, terpasang O2, terpasang infuse hari 4, terdapat luka lecet pada kaki dan tangan, luka jahitan (7 buah) pada jari-jari kaki kanan dan kepala bagian parietal luka di jahit (5 buah). Pada pemeriksaan CT Scan ; Kesimpulan: Perdarahan subdural region temporoparietal kanan & perdarahan SAH, SDH disertai hematosinus maksilaris kiri, sub goleal hematoma region parietal kiri & soft tissue swelling dengan enfisema subkutis maksilaris kiri. (Hasil Pengkajian terlampir) Kondisi saat pasien Pulang: TD: 120/80, Suhu: 36.5,RR: 18 x/mnt, Nadi 88 x/mnt reguler, pasien sadar (Compos mentis), saat ini GCS = 15 (E4M6V5), NGT tida terpasang lagi akan/minum peroral dan sudah banyak dan bebas, cateter sudah dilepas 7 hari lalu saat ini bak dan bab sponta tidak ada keluhan dan tidak ada kelainan, luka lecet pada kaki, tangan dan luka jahitan dikepala sudah mengering, tidak ada tanda infeksi jahitan sudah diangkat 10 hari lalu, mobilisasi baik tidak ada kontraktur, tidak ada gangguan integritas kulit, tidak ada gangguan pikir dan bicara baik, reflek-reflek kondisi normal kekuatan otot 5555!5555 atas, bawah 5555!5555, kesan terjadi parese pada N.cranialis VII kanan, ditandai wajah agak mencong kekanan secara umum kondisi saat pulang dalam kondisi baik. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, albumin dan protein termasuk hasil pemeriksaan elektrolit dalam batas normal dan hasil pemeriksaan CT Scan tanggal 19-9-2007; Kesan: Perdarahan subdural region temporoparietal kanan & perdarahan SAH, SDH disertai hematosinus maksilaris kiri dalam perbaikan, sub goleal hematoma region parietal kiri & soft tissue swelling dengan enfisema subkutis maksilaris kiri dalam perbaikan.(SOAP terlampir) 23 H. PROSEDUR YANG KURANG TEPAT 1. Monitoring intake dan output cairan, terutama dinas sore dan malam sering tidak dilakukan secara lengkap, sehingga penghitungan balance cairan tidak dapat dilakukan dengan valid, kita hanya menanyakan kepada pasien sesuai yang telah diajarkan pada pasien, solusi: melibatkan keluarga dalam pemantau pemberian cairan intake-output dan dievaluasi seiap pagi oleh perawat/residen. 2. SOAP setiap hari libur tidak dilakukan sehingga tidak dapat dipantau karena perawat ruangan tidak melakukan SOAP dengan baik. 3. Secara umum pendokumentsian keperawatan diruangan tidak berjalan sesuai standar keperawatan sehingga bila residen tidak dinas, baik catatan tindakan keperawatan maupun observasi keperawatan tidak dapat dipantau dan tidak ada dokumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan. I. ANALISA PENGALAMAN 1. Melakukan tindakan keperawatan. Dukungan terhadap pemberian perawatan pasien tidak hanya datang dari pasien dan keluarga tetapi dari teman – teman perawat di ruangan terutama kerjasam yang baik dari PN ruangan yang sepenuhnya mendukung kami. Pengalama yang didapat yaitu dapat melakukan tindakan keperawatan dengan bebas, karena kepala ruang dan ketua tim memberikan ijin untuk melakukan implementasi pada pasien, cukup dengan menuliskan dalam lembar implementasi. Implementasi yang dilakukan selalu dicatat di lembaran implementasi yang terdiri dari apa yang dilakukan dan jam, tetapi ada beberapa implementasi yang tidak dicatat karena tidak ada dalam lembar format. Satu hal yang masih kurang adalah kadang-kadang lupa mencantumkan paraf pada lembaran implementasi. Hal ini penting sebagai aspek legalitas pemberian asuhan keperawatan. Obat-obatan berada di stasium ners sehingga memudahkan residen dalam memberikannya dan mengontrol pemberian obat-obatan, tinggal disesuaikan dengan terapi yang ada dilembar observasi pasien, yang berada di sisi tempat tidur pasien. 24 2. Pengalaman yang memuaskan Dari kasus ini mendapatkan pengalaman yang memuaskan dapat merawat pasien CKB dan pulang dalam kondisi baik dan tidak ada konplikasi yang terjadi, dari beberapa kasus yang pernah residen rawat sering terjadi komplikasi sampai ke kematian, dengan perhatian dan pencegahan terjadinya masalah berlanjut terhadap oksigenasi cerebral merupakan hal yang sangat penting dilakukan sehingga kondisi pasien tidak bertambah parah. 3. Melakukan terminasi. Terminasi akhir dilakukan jam 11.00 WIB, tanggal 21 september 2007 sebelum pasien pulang. Pasien dan keluarga mengatakan senang telah dirawat, serta berjanji akan mematuhi program perawatan selama dirumah. J. EVIDENCE UNTUK PENELITIAN LEBIH LANJUT 1. Pengkajian yang akurat dan cepat dengan pemeriksaan mata pasien dan mendeteksi tiap bagian mata pasien terhadap adanya kelainan status neurologis yang terjadi. 2. Perlu dilakukan pengkajian yang mendalam efektifitas penhitungan balance cairan yang lebih efektif yang dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga secara mandiri 3. Pengaruh pemberian posisi elevasi kepala 30 derajat terhadap penurunan TIK dan mencegah TIK meningkat dan juga seberapa besar pengaruh pemberian posisi elevasi kepala 30 efektif untuk oksigenasi otak/cerebral 25 DAFTAR PUSTAKA Aschenbrenner, D.S., Cleveland, L.W., & Venable, S.J. (2002). Drug Therapy in Nursing. Philadelphia : Lippincot. Alexander, Fawcett, Runciman. (2000). Nursing Practice Hospital and Home the Adult, Second edition, Toronto. Churchill Livingstone. Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia. Barkaukass, et.al (1994), Health & Physical Assessment.Missouri : Mosby Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical management for positive outcomes. 7th Edition. Elsevier. Inc : St. Louis Doenges, M. E, (1993/2000), Nursing Care Plans. Guidelines For Planning And Documenting Patient Care. (Terjemahan oleh I Made Karias, dkk). Jakarta : EGC. Guyton (2001), Human Physiology and Deseases Mechanism, 3rd – ed, (Terjemahan oleh Petrus Andrianto, 2001). Jakarta : EGC. Luckman Sorensen,(1995).Medical Surgical Nursing, A PhsycoPhysiologic Approach, 4th Ed,WB Saunders Company, Phyladelpia. Lewis, Sharon, M., Heitkemper, Margaret, M., & Direksen, Shannon. (2000). Medical Surgical Nursing; assessment and management of clinical problem. Fifth edition. St. Louis : Cv. Mosby. Munro, J. F & Ford, M. J, (1993/2001), Introduction to Clinical Examination 6/E. (diterjemahkan oleh Rusdan Djamil), Jakarta:EGC. Moore, S., Breanndan. (1996). Medikal test : pemeriksaan medis. Buku 2. Jakarta : Gramedia. Smeltzer, S. C et.al (2005), Brunner&Suddarth’s: Textbook of Medical Surgical Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott. http://www.webmd.com/hw/health_guide_atoz/hw233596.asp http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/328/7441/655 http://www.intelihealth.com/IH/ihtIH/WSIHW000/8772/21905.html http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch077/ch077d.html. 26