Anda di halaman 1dari 7

OPINI MATERI PERKULIAHAN PENDEKATAN STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu: Dr. Hasani Ahmad Said, M.A

Oleh:
Mehri Lubna Sam
NIM-21220340000011

PROGRAM PASCA SARJANA


KONSENTRASI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443/2022
A. TEORI DOUBLE MOVEMENT
Mendengar apa yang disampaikan oleh Muhammad Umair yaitu tentang teori yang

dikemukakan oleh fazlurahman yaitu double movement atau gerakan ganda dalam

menginterpretasikan Al-Qur’an yang seyogyanya bisa dikondisikan dengan keadaan masa kini.

Pada gerakan pertama tersebut itu sah-sah saja karena fazlul Rahman itu lebih memperhatikan

kepada asbabun nuzulnya atau yang kita sebut dengan proses-proses terjadinya penurunan

Alquran yang kemudian menjadi pelajaran atau rujukan umat Islam untuk lebih mentaati

hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada Rasulullah

shallallahu alaihi wasallam double movement ini itu lebih mengkondisikan kepada keadaan

saat ini artinya Alquran yang diturunkan pada masa lalu itu seimbang dan selaras dengan

keadaan-keadaan pada saat ini. perlu juga kita perhatikan di dalam surat al-baqarah ayat 2 yang

artinya Alquran tidak ada keraguan di dalamnya ditafsirkan oleh para ulama bahwa Alquran ini

dijaga langsung oleh Allah subhanahu wa ta'ala jadi tidak ada satu orang pun yang akan mampu

merubah apa yang disampaikan oleh Alquran dan janji allah subhanahu wa ta'ala bahwa

Alquran ini akan tetap utuh dari pertama diturunkan bahkan sampai hingga akhir dunia ini

artinya sejak pertamanya diturunkan Alquran itu sudah sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada

pada saat ini bahkan seperti yang kita lihat beberapa ilmuwan ilmuwan dari luar negeri itu lebih

banyak untuk masuk ke dalam agama Islam karena di pikiran mereka apa yang telah mereka

temukan itu ada tercantum di dalam Alquran jadi para ilmuwan berpikir bahwa Alquran itu

selaras dengan masa-masa yang ada pada saat ini namun tidak ada salahnya juga kalau Alquran

itu diterapkan teori double movement akan tetapi harus memperhatikan asbabun Nuzul.

asbabun nuzul daripada Alquran itu jangan sampai teori double movement yang kita sampaikan

teori yang disampaikan oleh Fahzul Rohman itu tidak memperhatikan sebab-sebab

diturunkannya Alquran dan ini malah justru akan menjadi sesuatu yang bertentangan dengan

Alquran dan melanggar aturan-aturan yang ada pada Alquran dan juga sunnah Rasulullah

shallallahu alaihi wasallam tidak ada salahnya menerapkan double movement tersebut tapi

jangan lupa untuk memperhatikan asbabun nuzulnya saya kira itu kesimpulan apa yang kita
bahas pada hari ini berkaitan dengan disampaikan tadi bahwa di dalam Quran surat Al maidah

ayat 51 tentang memilih pemimpin yang bukan dari golongan orang Islam saya sedikit koreksi

karena asbabun nuzulnya yang disampaikan itu tidak menyebutkan penafsiran tentang siapa

yang menafsirkan ayat tersebut contoh misal imam Hanafi imam Maliki imam Hambali dan

sampai kepada ulama-ulama Islam yang betul-betul paham dan tahu tentang kejelasan atau

aturan-aturan yang ada pada Alquran surat al-maidah ayat 51 tersebut saya tidak menentang

apa yang disampaikan oleh zulzadin Nasution tentang surat al-maidah tersebut akan tetapi perlu

dijelaskan siapa yang meriwayatkan bahwa ayat tersebut penafsirannya seperti itu meskipun

asbabun nuzulnya itu disampaikan karena kenapa sebagai umat Rasulullah yang bisa dikatakan

berada pada zaman akhir ini itu kita perlu tahu siapa yang meriwayatkan disampaikan oleh

siapa seperti itu jadi kesimpulannya tidak apa-apa diterapkan teori double movement ini yang

dikemukakan oleh Fahzul Rahman akan tetapi memperhatikan aspek-aspek asbabun Nuzul dan

siapa yang menjadi perawi atau meriwayatkan menafsirkan ayat tersebut.

B. Teori Ma’na Cum Maghza

Setelah mendengarkan apa yang telah dipresentasikan oleh pemateri terkait teori ma’na

cum maghza oleh prof Sahiron. Prof. Sahiron membuat beberapa langkah dalam menafsirkan

al-Qur’an melalui pendekatan ma’na cum maghza, diantaranya menggunakan penggalian

makna historis (al-ma’na al-tarikh) dan signifikansi fenomena dari historis tersebut. Kemudian

membangan konstruksi yang signifikan fenomenal dinamis – dalam hal ini penfasir harus

menentukan terlebih dahulu kategori ayat yang ingin ditafsirkan. Hal ini adalah salah satu cara

untuk mendialogkan dengan teks al-Qur’an dengan apa yang ada di zaman dahulu dan zaman

saat ini, hal ini hampir selaras dengan teori yang dikemukakan oleh teorinya Fazlur Rahman,

yaitu sama-sama ingin menafsirkan al-Qur’an melalui konteks masa lalu. Sebab al-Qur’an tidak

hanya dibaca secara tekstualis, tetapi al-Qur’an dapat di dialogkan dengan konteks saat ini

sehingga teks al-Qur’an nampak menjadi hidup dengan segala problematika yang terjadi saat

ini., sehingga al-Qur’an itu menjadi shalihun likulli zaman wa makan.


Kemudian terkait makalah dan meteri yang disampaikan oleh pemateri saya rasa cukup

jelas, ringkas dan padat dan mungkin itu saja dari saya, semoga kita semua dapat

mengimplementasikan kajian ini dalam memahami al-Qur’an dan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Corak Penfasiran Klasik dan Modern

Setelah mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri tentang corak penafsiran Al-

Qur’an dengan berbagai macam teori-teori atau berbagai macam cara dan para pemikir tentunya

untuk lebih berhati-hati lagi dalam memilih kitab-kitab penafsiran Alquran yang saat ini banyak

sekali yang ditawarkan kepada umat berkaitan dengan itu salah satu yang disinggung tadi yaitu

tentang penafsiran dengan filsafat tentu kita harus tahu latar belakang asbabun nuzul Quran ini

diturunkan proses penurunan Alquran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak serta-merta

menggunakan akal dan pikirannya untuk menafsirkan Alquran untuk menyampaikan kaidah-

kaidah yang ada dalam Alquran akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didampingi

oleh malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu wahyu Allah subhanahu wa ta'ala maka akan

sangat menjadi hal yang mengherankan apabila Alquran kita tafsirkan secara filosofi atau

filsafat atau pemikiran sendiri karena kenapa. ketika manusia dibiarkan untuk menggunakan

pikirannya sendiri dalam menafsirkan Alquran tentu tafsirannya akan kemana-mana karena

cara berpikir setiap seseorang itu berbeda maka sangat tidak elok lah jika Alquran ini ingin

ditafsirkan melalui pikiran atau filsafat tentu untuk memahami Alquran. Alquran ini bukan lagi

hal yang baru dalam Islam. akan tetapi sekitar 1400 tahun yang lalu, Alquran ini diturunkan

dan sudah dijelaskan kemudian Alquran dijaga oleh para sahabat para tabiin dan tabi tabiin para

ulama. banyak ulama yang masyhur yang mazhabnya sudah tidak diragukan lagi untuk

mengambil pelajaran tentang penafsiran Alquran ini. pada dasarnya di zaman modern sekarang

ini Alquran tidak lagi harus kita tafsirkan dengan pikiran kita sendiri akan tetapi sudah

dijelaskan oleh para ulama-ulama yang kita sebut dalam mazhab-mazhab. Jadi kesimpulannya

ialah apabila penafsiran Alquran ini tetap dipertahankan dengan filsafat atau pemikiran sendiri

maka bisa jadi penafsirannya dikhawatirkan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang

terkandung dalam ayat Alquran tersebut karena manusia juga merasa pintar terkait sesuatu hal
dan itu merupakan jalan daripada iblis untuk menyesatkan manusia supaya manusia ikut

terjerumus ke dalam api neraka dan akan menjadi teman iblis dalam neraka itu.

D. Tafsir Bil Ma’tsur

Mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemateri tentang tafsir Alquran bil ma'sur ini

adalah salah satu cara memahami atau menjelaskan kaidah-kaidah yang ada dalam Alquran

yang diperjelas dengan adanya hadis-hadis yang disampaikan kepada manusia melalui

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Alquran tidak serta-merta turun begitu saja akan tetapi

beriringan dengan hadis-hadis yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

itu melalui malaikat Jibril tafsir bil ma'tsur ini seyogyanya menjadi jalan untuk menuntut ilmu

agama secara benar karena lebih mengedepankan pendapat-pendapat para ulama tabiin dan tabi

tabi in meskipun dalam penafsiran ilmu tidak terlalu melibatkan pendapat para tabitabiin karena

masih diperselisihkan pendapatnya akan tetapi dengan penafsiran Alquran beserta dengan hadis

rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini sudah mampu memberikan pemahaman kepada kita

semua karena hadis juga begitu menerangkan banyak hal tentang Alquran yang notabennya

tanpa sunnah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentu kita masih bertanya-tanya

tentang apa yang ada di dalam Alquran salah satu contohnya ialah di dalam Alquran

diperintahkan untuk melaksanakan salat akan tetapi tidak dijelaskan bagaimana gerakan-

gerakannya bagaimana bacaan-bacaannya. Dan hadis menjelaskan itu menjelaskan gerakan

bacaan dan lain-lain sebagainya yang sangat bersifat konferensif dan memberikan penyampaian

yang baik. Perlu juga kita ketahui bahwa dengan adanya penafsiran Alquran yang disertai

dengan hadis ini juga menjadi penegasan kepada umat manusia bahwa Alquran itu betul-betul

tidak ada keraguan di dalamnya seperti yang tertulis di dalam Alquran surat al-baqarah ayat 2

dan Allah subhanahu wa ta'ala menjaga Alquran sepanjang masa penyampaian dengan

penafsiran bil ma'tsur ini bisa menjadi jalan kepada manusia untuk memahami kaidah-kaidah

Alquran memahami isi ayat Alquran dari satu ayat ke ayat yang lain karena Rasulullah

shallallahu alaihi wasallam juga menjelaskan secara konferensif.

E. Pendekatan Tafsir dan Al-Qur’an


Mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri tentang penafsiran Alquran dengan

berbagai macam teori-teori atau berbagai macam cara dan para pemikir tentunya untuk lebih

berhati-hati lagi dalam memilih kitab-kitab penafsiran Alquran yang saat ini banyak sekali yang

ditawarkan kepada umat berkaitan dengan itu salah satu yang disinggung tadi yaitu tentang

penafsiran dengan filsafat tentu kita harus tahu latar belakang asbabun nuzul Quran ini

diturunkan proses penurunan Alquran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak serta-merta

menggunakan akal dan pikirannya untuk menafsirkan Alquran untuk menyampaikan kaidah-

kaidah yang ada dalam Alquran akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didampingi

oleh malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu wahyu Allah subhanahu wa ta'ala maka akan

sangat menjadi hal yang mengherankan apabila Alquran kita tafsirkan secara filosofi atau

filsafat atau pemikiran sendiri karena kenapa. ketika manusia dibiarkan untuk menggunakan

pikirannya sendiri dalam menafsirkan Alquran tentu tafsirannya akan kemana-mana karena

cara berpikir setiap seseorang itu berbeda maka sangat tidak elok lah jika Alquran ini ingin

ditafsirkan melalui pikiran atau filsafat tentu untuk memahami Alquran. Alquran ini bukan lagi

hal yang baru dalam Islam. akan tetapi sekitar 1400 tahun yang lalu, Alquran ini diturunkan

dan sudah dijelaskan kemudian Alquran dijaga oleh para sahabat para tabiin dan tabi tabiin para

ulama. banyak ulama yang masyhur yang mazhabnya sudah tidak diragukan lagi untuk

mengambil pelajaran tentang penafsiran Alquran ini. pada dasarnya di zaman modern sekarang

ini Alquran tidak lagi harus kita tafsirkan dengan pikiran kita sendiri akan tetapi sudah

dijelaskan oleh para ulama-ulama yang kita sebut dalam mazhab-mazhab. Jadi kesimpulannya

ialah apabila penafsiran Alquran ini tetap dipertahankan dengan filsafat atau pemikiran sendiri

maka bisa jadi penafsirannya dikhawatirkan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang

terkandung dalam ayat Alquran tersebut karena manusia juga merasa pintar terkait sesuatu hal

dan itu merupakan jalan daripada iblis untuk menyesatkan manusia supaya manusia ikut

terjerumus ke dalam api neraka dan akan menjadi teman iblis dalam neraka itu.
F. Kaidah-Kaidah Tafsir al-Qur’an

Mengomentari hasil materi yang saya bahas dengan rekan saya terkait penjelasan Qawaidh

al-Tafsir dalam al-Qur’an sangat banyak kekurangan baik dari segi materi maupun

penyampaiannya yang sangat kurang dari kata sempurna. Menambahkan terkait dengan materi

qawaidh tafsir itu sendiri, sebenarnya sudah jelas dan sudah selesai dibahas oleh para ulama

tafsir klasik. Sebab munculnya berbagai metode yang ditawarkan oleh para ulama mufassir

modern menjadikan munculnya beragam corak penafsiran yang ditawarkan dan melupakan

metode-metode yang telah ditawarkan oleh ulama mufassir klasik dalam menafsirkan al-Qur’an

itu sendiri, oleh karena itu hal tersebut memerlukan beberapa kaidah dan metode tafsir dalam

menafsirkan dan memahami al-Qur'an. Salah satu kaidah penafsiran yang dilakukan dalam

menafsirkan al-Qur’an adalah kaidah penafsiran berdasarkan qaul sahabat, penjelasan dari qaul

sahabat ini merupakan rujukan yang paling representatif terhadap kebenaran dalam memahami

al-Qur’an. Sebab para sahabat adalah orang yang paling dengan Rasulullah Saw sehingga

beliau dapat menerima langsung terkait penjelasan dan maksud yang ada di dalam al-Qur’an

itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai