Oleh:
Mehri Lubna Sam
NIM-21220340000011
dikemukakan oleh fazlurahman yaitu double movement atau gerakan ganda dalam
menginterpretasikan Al-Qur’an yang seyogyanya bisa dikondisikan dengan keadaan masa kini.
Pada gerakan pertama tersebut itu sah-sah saja karena fazlul Rahman itu lebih memperhatikan
kepada asbabun nuzulnya atau yang kita sebut dengan proses-proses terjadinya penurunan
Alquran yang kemudian menjadi pelajaran atau rujukan umat Islam untuk lebih mentaati
hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam double movement ini itu lebih mengkondisikan kepada keadaan
saat ini artinya Alquran yang diturunkan pada masa lalu itu seimbang dan selaras dengan
keadaan-keadaan pada saat ini. perlu juga kita perhatikan di dalam surat al-baqarah ayat 2 yang
artinya Alquran tidak ada keraguan di dalamnya ditafsirkan oleh para ulama bahwa Alquran ini
dijaga langsung oleh Allah subhanahu wa ta'ala jadi tidak ada satu orang pun yang akan mampu
merubah apa yang disampaikan oleh Alquran dan janji allah subhanahu wa ta'ala bahwa
Alquran ini akan tetap utuh dari pertama diturunkan bahkan sampai hingga akhir dunia ini
artinya sejak pertamanya diturunkan Alquran itu sudah sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada
pada saat ini bahkan seperti yang kita lihat beberapa ilmuwan ilmuwan dari luar negeri itu lebih
banyak untuk masuk ke dalam agama Islam karena di pikiran mereka apa yang telah mereka
temukan itu ada tercantum di dalam Alquran jadi para ilmuwan berpikir bahwa Alquran itu
selaras dengan masa-masa yang ada pada saat ini namun tidak ada salahnya juga kalau Alquran
itu diterapkan teori double movement akan tetapi harus memperhatikan asbabun Nuzul.
asbabun nuzul daripada Alquran itu jangan sampai teori double movement yang kita sampaikan
teori yang disampaikan oleh Fahzul Rohman itu tidak memperhatikan sebab-sebab
diturunkannya Alquran dan ini malah justru akan menjadi sesuatu yang bertentangan dengan
Alquran dan melanggar aturan-aturan yang ada pada Alquran dan juga sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam tidak ada salahnya menerapkan double movement tersebut tapi
jangan lupa untuk memperhatikan asbabun nuzulnya saya kira itu kesimpulan apa yang kita
bahas pada hari ini berkaitan dengan disampaikan tadi bahwa di dalam Quran surat Al maidah
ayat 51 tentang memilih pemimpin yang bukan dari golongan orang Islam saya sedikit koreksi
karena asbabun nuzulnya yang disampaikan itu tidak menyebutkan penafsiran tentang siapa
yang menafsirkan ayat tersebut contoh misal imam Hanafi imam Maliki imam Hambali dan
sampai kepada ulama-ulama Islam yang betul-betul paham dan tahu tentang kejelasan atau
aturan-aturan yang ada pada Alquran surat al-maidah ayat 51 tersebut saya tidak menentang
apa yang disampaikan oleh zulzadin Nasution tentang surat al-maidah tersebut akan tetapi perlu
dijelaskan siapa yang meriwayatkan bahwa ayat tersebut penafsirannya seperti itu meskipun
asbabun nuzulnya itu disampaikan karena kenapa sebagai umat Rasulullah yang bisa dikatakan
berada pada zaman akhir ini itu kita perlu tahu siapa yang meriwayatkan disampaikan oleh
siapa seperti itu jadi kesimpulannya tidak apa-apa diterapkan teori double movement ini yang
dikemukakan oleh Fahzul Rahman akan tetapi memperhatikan aspek-aspek asbabun Nuzul dan
Setelah mendengarkan apa yang telah dipresentasikan oleh pemateri terkait teori ma’na
cum maghza oleh prof Sahiron. Prof. Sahiron membuat beberapa langkah dalam menafsirkan
makna historis (al-ma’na al-tarikh) dan signifikansi fenomena dari historis tersebut. Kemudian
membangan konstruksi yang signifikan fenomenal dinamis – dalam hal ini penfasir harus
menentukan terlebih dahulu kategori ayat yang ingin ditafsirkan. Hal ini adalah salah satu cara
untuk mendialogkan dengan teks al-Qur’an dengan apa yang ada di zaman dahulu dan zaman
saat ini, hal ini hampir selaras dengan teori yang dikemukakan oleh teorinya Fazlur Rahman,
yaitu sama-sama ingin menafsirkan al-Qur’an melalui konteks masa lalu. Sebab al-Qur’an tidak
hanya dibaca secara tekstualis, tetapi al-Qur’an dapat di dialogkan dengan konteks saat ini
sehingga teks al-Qur’an nampak menjadi hidup dengan segala problematika yang terjadi saat
jelas, ringkas dan padat dan mungkin itu saja dari saya, semoga kita semua dapat
mengimplementasikan kajian ini dalam memahami al-Qur’an dan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri tentang corak penafsiran Al-
Qur’an dengan berbagai macam teori-teori atau berbagai macam cara dan para pemikir tentunya
untuk lebih berhati-hati lagi dalam memilih kitab-kitab penafsiran Alquran yang saat ini banyak
sekali yang ditawarkan kepada umat berkaitan dengan itu salah satu yang disinggung tadi yaitu
tentang penafsiran dengan filsafat tentu kita harus tahu latar belakang asbabun nuzul Quran ini
diturunkan proses penurunan Alquran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak serta-merta
menggunakan akal dan pikirannya untuk menafsirkan Alquran untuk menyampaikan kaidah-
kaidah yang ada dalam Alquran akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didampingi
oleh malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu wahyu Allah subhanahu wa ta'ala maka akan
sangat menjadi hal yang mengherankan apabila Alquran kita tafsirkan secara filosofi atau
filsafat atau pemikiran sendiri karena kenapa. ketika manusia dibiarkan untuk menggunakan
pikirannya sendiri dalam menafsirkan Alquran tentu tafsirannya akan kemana-mana karena
cara berpikir setiap seseorang itu berbeda maka sangat tidak elok lah jika Alquran ini ingin
ditafsirkan melalui pikiran atau filsafat tentu untuk memahami Alquran. Alquran ini bukan lagi
hal yang baru dalam Islam. akan tetapi sekitar 1400 tahun yang lalu, Alquran ini diturunkan
dan sudah dijelaskan kemudian Alquran dijaga oleh para sahabat para tabiin dan tabi tabiin para
ulama. banyak ulama yang masyhur yang mazhabnya sudah tidak diragukan lagi untuk
mengambil pelajaran tentang penafsiran Alquran ini. pada dasarnya di zaman modern sekarang
ini Alquran tidak lagi harus kita tafsirkan dengan pikiran kita sendiri akan tetapi sudah
dijelaskan oleh para ulama-ulama yang kita sebut dalam mazhab-mazhab. Jadi kesimpulannya
ialah apabila penafsiran Alquran ini tetap dipertahankan dengan filsafat atau pemikiran sendiri
maka bisa jadi penafsirannya dikhawatirkan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang
terkandung dalam ayat Alquran tersebut karena manusia juga merasa pintar terkait sesuatu hal
dan itu merupakan jalan daripada iblis untuk menyesatkan manusia supaya manusia ikut
terjerumus ke dalam api neraka dan akan menjadi teman iblis dalam neraka itu.
Mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemateri tentang tafsir Alquran bil ma'sur ini
adalah salah satu cara memahami atau menjelaskan kaidah-kaidah yang ada dalam Alquran
yang diperjelas dengan adanya hadis-hadis yang disampaikan kepada manusia melalui
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Alquran tidak serta-merta turun begitu saja akan tetapi
beriringan dengan hadis-hadis yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
itu melalui malaikat Jibril tafsir bil ma'tsur ini seyogyanya menjadi jalan untuk menuntut ilmu
agama secara benar karena lebih mengedepankan pendapat-pendapat para ulama tabiin dan tabi
tabi in meskipun dalam penafsiran ilmu tidak terlalu melibatkan pendapat para tabitabiin karena
masih diperselisihkan pendapatnya akan tetapi dengan penafsiran Alquran beserta dengan hadis
rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini sudah mampu memberikan pemahaman kepada kita
semua karena hadis juga begitu menerangkan banyak hal tentang Alquran yang notabennya
tanpa sunnah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentu kita masih bertanya-tanya
tentang apa yang ada di dalam Alquran salah satu contohnya ialah di dalam Alquran
diperintahkan untuk melaksanakan salat akan tetapi tidak dijelaskan bagaimana gerakan-
bacaan dan lain-lain sebagainya yang sangat bersifat konferensif dan memberikan penyampaian
yang baik. Perlu juga kita ketahui bahwa dengan adanya penafsiran Alquran yang disertai
dengan hadis ini juga menjadi penegasan kepada umat manusia bahwa Alquran itu betul-betul
tidak ada keraguan di dalamnya seperti yang tertulis di dalam Alquran surat al-baqarah ayat 2
dan Allah subhanahu wa ta'ala menjaga Alquran sepanjang masa penyampaian dengan
penafsiran bil ma'tsur ini bisa menjadi jalan kepada manusia untuk memahami kaidah-kaidah
Alquran memahami isi ayat Alquran dari satu ayat ke ayat yang lain karena Rasulullah
berbagai macam teori-teori atau berbagai macam cara dan para pemikir tentunya untuk lebih
berhati-hati lagi dalam memilih kitab-kitab penafsiran Alquran yang saat ini banyak sekali yang
ditawarkan kepada umat berkaitan dengan itu salah satu yang disinggung tadi yaitu tentang
penafsiran dengan filsafat tentu kita harus tahu latar belakang asbabun nuzul Quran ini
diturunkan proses penurunan Alquran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak serta-merta
menggunakan akal dan pikirannya untuk menafsirkan Alquran untuk menyampaikan kaidah-
kaidah yang ada dalam Alquran akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didampingi
oleh malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu wahyu Allah subhanahu wa ta'ala maka akan
sangat menjadi hal yang mengherankan apabila Alquran kita tafsirkan secara filosofi atau
filsafat atau pemikiran sendiri karena kenapa. ketika manusia dibiarkan untuk menggunakan
pikirannya sendiri dalam menafsirkan Alquran tentu tafsirannya akan kemana-mana karena
cara berpikir setiap seseorang itu berbeda maka sangat tidak elok lah jika Alquran ini ingin
ditafsirkan melalui pikiran atau filsafat tentu untuk memahami Alquran. Alquran ini bukan lagi
hal yang baru dalam Islam. akan tetapi sekitar 1400 tahun yang lalu, Alquran ini diturunkan
dan sudah dijelaskan kemudian Alquran dijaga oleh para sahabat para tabiin dan tabi tabiin para
ulama. banyak ulama yang masyhur yang mazhabnya sudah tidak diragukan lagi untuk
mengambil pelajaran tentang penafsiran Alquran ini. pada dasarnya di zaman modern sekarang
ini Alquran tidak lagi harus kita tafsirkan dengan pikiran kita sendiri akan tetapi sudah
dijelaskan oleh para ulama-ulama yang kita sebut dalam mazhab-mazhab. Jadi kesimpulannya
ialah apabila penafsiran Alquran ini tetap dipertahankan dengan filsafat atau pemikiran sendiri
maka bisa jadi penafsirannya dikhawatirkan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang
terkandung dalam ayat Alquran tersebut karena manusia juga merasa pintar terkait sesuatu hal
dan itu merupakan jalan daripada iblis untuk menyesatkan manusia supaya manusia ikut
terjerumus ke dalam api neraka dan akan menjadi teman iblis dalam neraka itu.
F. Kaidah-Kaidah Tafsir al-Qur’an
Mengomentari hasil materi yang saya bahas dengan rekan saya terkait penjelasan Qawaidh
al-Tafsir dalam al-Qur’an sangat banyak kekurangan baik dari segi materi maupun
penyampaiannya yang sangat kurang dari kata sempurna. Menambahkan terkait dengan materi
qawaidh tafsir itu sendiri, sebenarnya sudah jelas dan sudah selesai dibahas oleh para ulama
tafsir klasik. Sebab munculnya berbagai metode yang ditawarkan oleh para ulama mufassir
modern menjadikan munculnya beragam corak penafsiran yang ditawarkan dan melupakan
metode-metode yang telah ditawarkan oleh ulama mufassir klasik dalam menafsirkan al-Qur’an
itu sendiri, oleh karena itu hal tersebut memerlukan beberapa kaidah dan metode tafsir dalam
menafsirkan dan memahami al-Qur'an. Salah satu kaidah penafsiran yang dilakukan dalam
menafsirkan al-Qur’an adalah kaidah penafsiran berdasarkan qaul sahabat, penjelasan dari qaul
sahabat ini merupakan rujukan yang paling representatif terhadap kebenaran dalam memahami
al-Qur’an. Sebab para sahabat adalah orang yang paling dengan Rasulullah Saw sehingga
beliau dapat menerima langsung terkait penjelasan dan maksud yang ada di dalam al-Qur’an
itu sendiri.