HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian..................................................................3
C. Pembatasan Fokus penelitian.................................................................................3
D. Perumusan Masalah peneltian...............................................................................3
E. Tujuan dan kegunaan Hasil Penelitian...................................................................4
BAB II Kajian Teoritik dan Pengajuan Konseptual Interverensi Tindakan..
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti.......................................................5
1. Metode Eksperimen.....................................................................................5
2. Belajar..........................................................................................................9
3. Hasil Belajar.................................................................................................
B. Hasil Penelitian yang relevan............................................................................16
C. Hipotesis Tindakan.............................................................................................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................25
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan....................................25
C. Subjek / Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian....................................25
D. Peran dan Posisi dalam Penelitian................................................................26
E. Tahapan Intervensi Tindakan........................................................................26
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan.................................................33
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................................33
H. Data dan Sumber Data..................................................................................34
I. Instrumen Pengumpulan Data......................................................................34
J. Kalibrasi instrumen........................................................................................36
1. Instrumen Tes..........................................................................................36
a. Uji Validitas...........................................................................................36
b. Uji Reabilitas Soal tes............................................................................38
c. Uji Tahap kesukaran..............................................................................39
2. Daya Pembeda..............................................................................................40
K. Teknik pengolahan Data.....................................................................................41
1. Teknik pengolahan Data tes..........................................................................41
2. Teknik pengolahan data Nontes....................................................................42
L. Indikator keberhasilan.........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan erat kaitannya dengan pembangunan dalam satu Negara.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat yang dapat berguna dalam pembangunan dimasa
depan. Perkembangan pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tantangan
zaman yang tidak dapat diramalkan, oleh karena itu pendidikan selalu dihadapkan
pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, sehingga perlu
ada rumusan-rumusan terhadap masalah pendidikan yang dapat dijadikan
pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya. Salah satu masalah
yang sering luput dalam pendidikan adalah penerapan sebuah metode
pembelajaran inovatif di sekolah. Metode pembelajaran adalah seluruh
perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi
sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi
latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode
pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Salah satu alternatif metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memungkinkan
siswa belajar secara optimal adalah menggunakan metode eksperimen. Metode
Eksperimen menurut Djamarah adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu . yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
a. Bagi guru :
1) Menggunakan metode dan alat peraga yang tepat sesuai materi
pelajaran
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga
tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
b. Bagi sekolah :
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam rangka
perbaikan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI
Semitau
c. Bagi siswa :
1) Meningkatkan hasil belajar siswa
2) Memudahkan siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
6
kreatifitas secara optimal.siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri kosep-
konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.
a) Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1) Metode ini dapat membuat siswa lebih pecaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku saja.
2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplolatoris tentang
sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan
3) Metode ini di dukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain :
a. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses kejadian
b. Siswa terhindar jauh dari verbalisme
c. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis
d. Mengembangkan sikap berfikir ilmiah
e. Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi
b) Kelemahan Metode Eksperimen
Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa
kelemahan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah
2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan Karena
mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
atau pengendalian.
b) Tumbuh kembangkan sikap kritis melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi
tentang masalah yang diujicobakan.
c) Beri kesempatan setiap siswa untuk melakukan percobaan sehingga siswa
merasa yakin tentang kebenaran suatu proses
d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa dalam melakukan eksperimentersebut
mulai dari persiapan dan pada waktu pelaksanaan
4. Tahap tindak lanjut eksperimen
a) Pemberian tugas
b) Pembuatan laporan eksperimen
c) Penilaian laporan hasil eksperimen
Metode eksperimen adalah cara mengajar dengan cara siswa diajak untuk
melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya secara teori. Metode ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu subyek,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa
untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa
mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,
memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
8
5. Hakikat IPA
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di
dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun
yang tidak dapat diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat
fisika, pengertian IPA difahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah
ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap ilmiah.
Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagi produk, dan sebagai
prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam mapun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau
dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodolog, atau
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim
disebut metode ilmiah (scientific method).
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami
IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana
mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik
dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-
prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses
IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat
juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang.
Siswa tidak akan terampil (misanya untuk merumuskan masalah, mengajukan
pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data dan
menarik kesimpulan) apabila tidak ada peluang untuk melakukannya sendiri
proses tersebut secara terus menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di
dalam penerapannya, antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang
harus dipelajari. Sehingga dalam pelaksanaan/latihannya untuk menghindari
kendala tersebut sangat dibutuhkan duatu pemodelan.
6. Belajar
9
Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup,
mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
Efektifitas kegiatan belajar tersebut tergantung pada tingkat kerumitan jenis
kehidupannya. Manusia sebagai makhluk unik, melakukan kegiatan belajar
dengan cara dan sistem yang unik pula.
Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada pembuat
rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran ateu sistem psikologi yang
dianutnya. Contohnya psikologi gaya berpendapat, bahwa belajar adalah metatih
daya-daya yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk
dan berkembang berbagai daya yang berfungsi sebagaimana mestinya, seperti
daya ingat, daya pikir, daya rasa, dan sebagainya. Pandangan batu menyatakan
bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan
alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge.
Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara
konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah berserak di alam,
tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan
kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.
7. Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan
hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat
evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan
karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada
11
berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapat karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials)
menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan
batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk
hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan
dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar
(1956) yang diurutkan secara hierarki pyramidal. Sistem klasifikasi bloom itu
dapat digambarkan sebagai berikut :
Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih).
Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.
a) Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom. Sering
kali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini
seseorang dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta,
atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengertiatau dapat
menggunakannya.
b) Pemahaman, kemampuan ini mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya
tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c) Penerapan, dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide
umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori
dalam situasi baru dan konkret.
d) Analisis, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsure-unsur atau
komponen-komponen pembentuknya.
e) Sintesis, pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f) Penilaian, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu.
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima
jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu:
1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah,
13
situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa
digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti,
meminati, memberi, dan sebagainya.
14
hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk
dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran
matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar
guru.32
16
Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam dunia pendidikan, penelitian tentang penggunaan metode eksperimen
pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya :
1) Penelitian yang dilakukan oleh Masitoh, yang berjudul “Penggunaan Metode
EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep
Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”. Penelitian
dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan. KKM yang
telah ditetapkan adalah 70. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 67 dan
ketuntasan siswa mencapai 65%, hasil belajar pada siklus II meningkat 86 dan
ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dari jumlah siswa. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep gerak benda dan perubahannya.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Maspupah, yang berjudul “Penerapan Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas
V di MIS. Anwarul Hidayah”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK
yang dilaksanakan sebanyak tiga putaran. Tiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu siklus I 66,7%, siklus II 76,19%, siklus III
90,48%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di
Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”. Penelitian dilaksanakan
dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. KKM yang ditetapkan adalah 65 dan
target yang diharapkan adalah 75%. Pada siklus satu nilai rata-rata 72,5 dan
ketuntasan siswa mencapai 60%, hasil belajar siswa pada siklus dua menjadi
81,25 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari jumlah siswa. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen pada materi energi
dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.35
4) Penelitian yang dilakukan oleh Immaratul Izzah, yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”.
Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga
siklus. Rata- rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan
pada siklus II sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85,72, rata-rata presentase
aktivitas siswa pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II adalah 77,27
sedangkan pada siklus III adalah 85,72%. Hal ini menunjukan aktivitas siswa
meningkat. Dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep energy dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.36
merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar. Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat
dalam mengajarkan satu konsep.
Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
perorangan atau kelompok untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan metode eksperimen
pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif.
Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan membosankan.
Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal.
Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melatih
melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk
menentukan fakta, menggumpulkan data, dan memecahkan masalah yang
dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja
sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah
informasi dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan
eksperimen yang dilakukan. Jadi, penggunaan metode eksperimen diduga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa serta dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat
kemampuan menghantar panas dari berbagai benda
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kegiatan semula. Satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan
tunggal, tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu
dalam bentuk siklus.
Tahapan Keterangan
Penelitian Pendahuluaan
Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:
Observasi kegiatan Metode pembelajaran yang diterapakan guru terbatas
pembelajaran pada ceramah dan textbook oriented
26
yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dalam penelitian ini data observasi aktivitas siswa digunakan untuk menganalisis
keterlaksanaan metode eksperimen yang diterapkan, sedangkan data obvservasi
aktivitas guru untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembalajaran
dengan menerapkan metode eksperimen.
belajar.Teshasilbelajarinidilaksanakansebelumdansetelah
pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi istrumen yang digunakan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
14,
Menjelaskan
Membandingkan 12*,
perpindahan panas 10,
sifat kemampuan 8, 16 8
secara konveksi, 23
menghantarkan 24,
radiasi, konduksi
panas dari 9
berbagai benda
35
Menjelaskan 7, Siklus I
4*,
pengertian 11,
30, 7
konduktor dan 5,
1
isolator panas 27*
18,
Menyebutkan
25, 22*, 15,
contoh konduktor 8,
21*, 19 13*
dan isolator panas
29
Jumlah Soal 12 14 4 30
2. Pedoman Observasi
Observasi digunakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan
pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. Pedoman observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk melihat siswa
ketika proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen berlangsung
dan pedoman observasi kegiatan guru ketika dalam menerapkan metode
eksperimen.
3. Wawancara
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja wawancara adalah suatu cara untuk
mengetahui situasi di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.
Wawancara dilakukan kepada siswa sebelum dilaksanakannya penelitian untuk
mengetahui permasalahan awal yang terjadi di MI Ruhul Ulum Jatinegara yaitu
rendahnya hasil belajar siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan
menghantar panas dari berbagai benda karena siswa hanya melakukan kegiatan
duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal.
J. Kalibrasi Instrumen
Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini yaitu instrumen tes yang
berupa hasil belajar dan nontes berupa pedoman observasi. Sebelum instrumen tes
digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yakni orang-
orang diluar sampel yang telah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan
kelayakan instrumen, sedangkan pada instrumen nontes terlebih dahulu
didiskusikan kepada teman sejawat yang akan menjadi observer agar setiap segi
yang diamati dapat dipahami dan mengetahui bagaimana cara mengisinya.
36
1. Instrumen Tes
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal
yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh
informasi tentang kejelekan soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa
pilihan ganda. Pengujian instrumen tes ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui
pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini harus melalui pengujian. Berikut ini adalah pengujian yang perlu
dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam instrumen
penelitian.
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini digunakan validitas
isi (content validity) yaitu suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat pengusaaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.
Jika skor butir dikotomi (0,1) maka untuk menghitung koefisien korelasi
antara skor butir dan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Point
Biserial (rpbi) yang menggunakan rumus :
Xi X tpi
rpbi
Stq
Keterangan :
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Xi = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Xt = mean dari skor total
St = standar deviasi total
Pi = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan
dengan rtabel product moment dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi
≥ rtabel maka soal tersebut tidak valid. Perhitungan validitas soal dalam penelitian
ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. hasil uji coba validitas
37
instrument tes dapat dilihat apda tabel berikut ini :
Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada awalnya berjumlah 30 soal,
namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus
I yaitu 21 soal.
Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus I ini, satu soal
tidak digunakan karena sudah terdapat beberapa soal yang valid pada indikator
pembelajaran tersebut.
34
Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada siklus II berjumlah 30 soal,
namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus
II yaitu 22 soal. Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus II
ini, satu soal tidak digunakan karena sudah terdapat soal yang valid pada indikator
pembelajaran tersebut .
n = banyaknya item
S2 = varians
Selanjutnya pengujian reliabilitas diklasifikasikan sesuai kriteria pada tabel
Statistik
rhitung 0,81
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
37
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
B
diluar jangkauannya. Rumus mencari P sebagai berikut :20 p
JS
Dimana :
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
P = Tingkat kesukaran
Sangat sukar 2 6,7%
B = Banyaknya siswa yang
Sukar menjawab benar 3 JS 10%
= Jumlah seluruh Sedang
siswa 14 46,7
Mudah 4 13,3
Sangat mudah 7 23,3
Tolak Ukur untukJumlah
menginterprestasikan taraf
30 kesukaran tiap butir soal digunakan
100%
kriteria sebagai berikut
P = 0,00, soal sangat sukar.
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II
P = 0,00 ˂ P ≤ 0,30, soal sukar. c). P = 0,30 ˂ P ≤ 0,70, soal sedang.
d). P = 0,70 ,Kategori Soal soal mudah.
˂ P ≤ 1,00, Jumlah Soal Presentase
Sangat sukar - -
e). P = 1,00, soal sangat mudah.
Sukar 4 13,3%
Sedang 13 43,3%
Perhitungan pengajuan taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan
Mudah 7 23,3%
bantuan Software Anates versi
Sangat mudah 4.0. hasil perhitungan
6 tingkat kesukaran
20%
instrumen tes dapatJumlah
dilihat pada tael di bawah30 ini : 100%
a. Daya Pembeda
Daya beda butir soal yaitu butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I
individu peserta didik. Karena butir soal yang didukung oleh potensi daya beda
yang baik akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah atau kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya
pembeda setiap butir tes adalah :
D = Ba Bb
Ja Jb
Dimana :
D = Daya Pembeda
Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Ja = Banyaknya peserta kelompok atas
Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah
1. Instrumen Nontes
Pada umumnya data nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
pengukuran sehingga dapat kecenderungan jawaban responden melalui alat ukut
tersebut. Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa pedoman obsevasi.
Pengamatan atau Obsevasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan
yang dilakukan.
L. Indikator Keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.