Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian..................................................................3
C. Pembatasan Fokus penelitian.................................................................................3
D. Perumusan Masalah peneltian...............................................................................3
E. Tujuan dan kegunaan Hasil Penelitian...................................................................4
BAB II Kajian Teoritik dan Pengajuan Konseptual Interverensi Tindakan..
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti.......................................................5
1. Metode Eksperimen.....................................................................................5
2. Belajar..........................................................................................................9
3. Hasil Belajar.................................................................................................
B. Hasil Penelitian yang relevan............................................................................16
C. Hipotesis Tindakan.............................................................................................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................25
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan....................................25
C. Subjek / Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian....................................25
D. Peran dan Posisi dalam Penelitian................................................................26
E. Tahapan Intervensi Tindakan........................................................................26
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan.................................................33
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................................33
H. Data dan Sumber Data..................................................................................34
I. Instrumen Pengumpulan Data......................................................................34
J. Kalibrasi instrumen........................................................................................36
1. Instrumen Tes..........................................................................................36
a. Uji Validitas...........................................................................................36
b. Uji Reabilitas Soal tes............................................................................38
c. Uji Tahap kesukaran..............................................................................39
2. Daya Pembeda..............................................................................................40
K. Teknik pengolahan Data.....................................................................................41
1. Teknik pengolahan Data tes..........................................................................41
2. Teknik pengolahan data Nontes....................................................................42
L. Indikator keberhasilan.........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................44

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan erat kaitannya dengan pembangunan dalam satu Negara.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat yang dapat berguna dalam pembangunan dimasa
depan. Perkembangan pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tantangan
zaman yang tidak dapat diramalkan, oleh karena itu pendidikan selalu dihadapkan
pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, sehingga perlu
ada rumusan-rumusan terhadap masalah pendidikan yang dapat dijadikan
pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya. Salah satu masalah
yang sering luput dalam pendidikan adalah penerapan sebuah metode
pembelajaran inovatif di sekolah. Metode pembelajaran adalah seluruh
perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi
sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi
latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode
pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan


efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi
peserta didik. Pada kenyataanya guru saat ini telah menerapkan metode
pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar, tetapi sering ditemui banyak
kesalahan penerapan dan pemilihan metode. Kesalahan tersebut berupa ketidak
cocokan metode pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak mampu memahami
materi yang disampaikan oleh guru dan berakibat pada rendahnya hasil belajar
siswa.
Berdasarkan studi dokumen, wawancara dan obsevasi yang peneliti dapatkan
2
di Sekolas SDN 01 Semitau. Temuannya adalah hasil belajar siswa pada materi
Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda masih
di bawah nilai KKM yaitu 59, Nilai KKM untuk konsep tersebut adalah 65.
Berdasarkan hasil wawancara siswa kelas VI diketahui hal tersebut disebabkan,
siswa tidak mengalami langsung proses pembelajaran tentang Sifat Kemampuan
Menghantar Panas dari Berbagai Benda. Pada materi tersebut guru menyajikan
secara verbal melalui kegiatan ceramah dan textbook oriented, keterlibatan siswa
sangat minim, karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar,
mencatat dan menghafal. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga
pelajaran IPA serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan
percobaan membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai
benda. Proses pembelajaran semacam ini bersifat monoton yang dapat membuat
siswa mudah mengalami kebosanan, sehingga siswa menjadi pasif yang pada
akhirnya berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.upaya untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Salah satu alternatif metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memungkinkan
siswa belajar secara optimal adalah menggunakan metode eksperimen. Metode
Eksperimen menurut Djamarah adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu . yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

Konsep Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai


Benda dalam mata pelajaran IPA merupakan salah satu konsep pelajaran yang
dapat dibelajarkan melalui metode eksperimen. Pada konsep ini guru tidak cukup
hanya dengan memberikan penjelasan langsung, tetapi siswa juga harus
melakukan praktek atau percobaan sifat kemampuan menghantar panas dengan
menggunakan benda yang biasa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai macam bahan yang bersifat konduktor
dan isolator. Bahan yang bersifat konduktor dapat menghantarkan panas dan
bahan yang bersifat isolator tidak dapat menghantarkan panas, dengan melakukan
percobaan sendiri siswa dapat memahami, membuktikan kebenaran konsep dan
dapat menarik kesimpulan dari metode tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL
3
BELAJAR IPA SISWA KELAS VI MATERI MEMBANDINGKAN SIFAT
KEMAMPUAN MENGHANTAR PANAS DARI BERBAGAI BENDA
MELALUI METODE EKSPERIMEN”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA di sajikan secara verbal, sehingga membuat siswa cepat
bosan dengan pembelajaran di kelas.
3. Guru masih mendominasi pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk melakukan percobaan.

4. Hasil belajar siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan


menghantar panas dari berbagai benda belum memenuhi nilai KKM.
5. Guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif
bagi siswa.
Penelitian ini difokuskan terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep
membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda

C. Pembatasan Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian
ini dibatasi mengenai peningkatan hasil belajar IPA siswa pada konsep
membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui
metode eksperimen. Hasil belajar yang dimaksud hanya pada ranah kognitif,
dengan tingkatan C1 sampai C3 (pengetahuan, pemahaman dan penerapan) sesuai
taksonomi Bloom.

D. Perumusan Masalah Penelitian


Dari pembatasan fokus penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : “Bagaimana penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat
kemampuan menghantar panas dari berbagai benda ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA
4
siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari
berbagai benda di kelas VI MI. Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru dan
sekolah, antara lain :

a. Bagi guru :
1) Menggunakan metode dan alat peraga yang tepat sesuai materi
pelajaran
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga
tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
b. Bagi sekolah :
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam rangka
perbaikan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI
Semitau
c. Bagi siswa :
1) Meningkatkan hasil belajar siswa
2) Memudahkan siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari

5
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti


1. Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Metode eksperimen menurut Djamarah metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses
sesuatu.
Kadang-kadang menurut Rusyan orang menangaburkan pengertian
eksperimen dengan kerja labolatorium, meskipun kedua pengertian ini
mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya.
Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu labalatorium, atau di luar
labolatorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen
adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis
yang dipelajari.

Menurut Schoenherr yang dikutip oleh Palendeng metode eksperimen adalah


metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan

6
kreatifitas secara optimal.siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri kosep-
konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.
a) Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1) Metode ini dapat membuat siswa lebih pecaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku saja.
2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplolatoris tentang
sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan
3) Metode ini di dukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain :
a. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses kejadian
b. Siswa terhindar jauh dari verbalisme
c. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis
d. Mengembangkan sikap berfikir ilmiah
e. Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi
b) Kelemahan Metode Eksperimen
Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa
kelemahan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah
2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan Karena
mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
atau pengendalian.

3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan


bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan
alat bahan tertentu daru pada guru.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng meliputi tahap
tahap sebagai berikut :
1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan
hasil pengamatan.
4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang
7
telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
melaporkan hasilnya.
5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya
diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan
konsep yang telah dipelajari.
6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Langkah-langkah penggunaan metode eksperimen yaitu :
2. Tahap persiapan/perencanaan
a) Menetapkan tujuan eksperimen
b) Memberikan petunjuk dan menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen
c) Mempersiapkan alat alat yang diperlukan untuk melakukan eksperimen
3. Tahap pelaksanaan eksperimen
a) Mengikutsetakan seluruh siswa dalam kegiatan pengamatan maupun
percobaan

b) Tumbuh kembangkan sikap kritis melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi
tentang masalah yang diujicobakan.
c) Beri kesempatan setiap siswa untuk melakukan percobaan sehingga siswa
merasa yakin tentang kebenaran suatu proses
d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa dalam melakukan eksperimentersebut
mulai dari persiapan dan pada waktu pelaksanaan
4. Tahap tindak lanjut eksperimen
a) Pemberian tugas
b) Pembuatan laporan eksperimen
c) Penilaian laporan hasil eksperimen
Metode eksperimen adalah cara mengajar dengan cara siswa diajak untuk
melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya secara teori. Metode ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu subyek,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa
untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa
mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,
memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

8
5. Hakikat IPA
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di
dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun
yang tidak dapat diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat
fisika, pengertian IPA difahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah
ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Adapun Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan


tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta, tetapi dengan adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap ilmiah.
Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagi produk, dan sebagai
prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam mapun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau
dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodolog, atau
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim
disebut metode ilmiah (scientific method).
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami
IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana
mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik
dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-
prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses
IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat
juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang.
Siswa tidak akan terampil (misanya untuk merumuskan masalah, mengajukan
pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data dan
menarik kesimpulan) apabila tidak ada peluang untuk melakukannya sendiri
proses tersebut secara terus menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di
dalam penerapannya, antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang
harus dipelajari. Sehingga dalam pelaksanaan/latihannya untuk menghindari
kendala tersebut sangat dibutuhkan duatu pemodelan.
6. Belajar
9
Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup,
mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
Efektifitas kegiatan belajar tersebut tergantung pada tingkat kerumitan jenis
kehidupannya. Manusia sebagai makhluk unik, melakukan kegiatan belajar
dengan cara dan sistem yang unik pula.
Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada pembuat
rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran ateu sistem psikologi yang
dianutnya. Contohnya psikologi gaya berpendapat, bahwa belajar adalah metatih
daya-daya yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk
dan berkembang berbagai daya yang berfungsi sebagaimana mestinya, seperti
daya ingat, daya pikir, daya rasa, dan sebagainya. Pandangan batu menyatakan
bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan
alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge.
Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara
konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah berserak di alam,
tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan
kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.

Gage mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme berubah


perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear
mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran membaca dan
meniru. Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat
melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.

Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan


peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata
respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental
yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah
adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh tingkah laku persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang bertujuan langsung dengan tujuan
10
belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori kognitif menekankan
belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks.
Piaget juga meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui
serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dalam hal ini
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, yaitu :
tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-operasional
(usia 2 sampai 7 tahun), tahap kongkret operasional (7 sampai 11 tahun), dan
tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).

Menurut Piaget, perkembangan dari masing-masing tahap tersebut merupakan


hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa
menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian
perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selulu tetap tidak melompat atau
mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena takanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berfikir. Dari sudut biologis, Piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari
dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah,
sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal ini sama juga terjadi pada sistem kognisi di
mana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh
factor-faktor lingkungan.

Teori Gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight


(pemahaman/wawasan) merupakan ciri asasi dari respon manusia yang diberikan
dalam menanggapi lingkungan betapapun sederhananya. Insight itu sendiri timbul
secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan sesuatu, atau memecahkan
masalah. Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman
mempelajari suatu mata pelajaran tidak hanya dengan mempelajari jawaban soal,
tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil
atau jawaban menjadi tepat.

7. Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan
hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat
evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan
karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada
11
berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapat karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials)
menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan
batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk
hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan
dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar

mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya disbanding


sebelumnya.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa :
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5) Sikap adalah kemapuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi
initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kofnitif menjadi tujuan
utama, yang menjadi tujuan utama pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU
12
pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif.
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom

(1956) yang diurutkan secara hierarki pyramidal. Sistem klasifikasi bloom itu
dapat digambarkan sebagai berikut :

Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih).
Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.
a) Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom. Sering
kali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini
seseorang dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta,
atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengertiatau dapat
menggunakannya.
b) Pemahaman, kemampuan ini mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya
tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c) Penerapan, dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide
umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori
dalam situasi baru dan konkret.
d) Analisis, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsure-unsur atau
komponen-komponen pembentuknya.

e) Sintesis, pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f) Penilaian, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu.
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima
jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu:
1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah,
13
situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa
digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti,
meminati, memberi, dan sebagainya.

2. Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau


merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan
sebagainya.

3. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau


stimulus tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan,
meyakinkan, dan sebagainya.

4. Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.


Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk
pendapat, dan sebagainya.

5. Penghayatan (karakterisasi), keterpaduan semua sistem nilai yang telah


dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan
sebagainya.
Pada ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik,
manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata operasional
yang dapat dipakai adalah :31
1. Keterampilan motorik : memperlihatkan gerak, menunjukan hasil
(pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, me;ompat, dan sebagainya.
2. Manipulasi benda-benda : menyusun, membentuk, memindahkan,
menggeser, mereparasi dan sebagainya.
3. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong,
dan sebagainya.
Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang
direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pengajaran. Sedang

14
hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk
dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran
matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar
guru.32

5. Tinjauan Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas


Dari Berbagai Benda
Materi yang akan di sampai dalam penelitian ini difokuskan pada mata
pelajaran IPA kelas VI semester I di MI Ruhul Ulum Jatinegara dengan Standar
Kompetensi “Memahami saling berhubungan antara suhu, sifat hantaran dan
kegunaannya” dan Kompetensi Dasar “Membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda”.
Pada konsep ini siswa akan melakukan praktek atau percobaan sifat
kemampuan menghantar panas dengan menggunakan benda yang biasa mereka

jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai


macam bahan yang bersifat konduktor dan isolator .
a) Konduktor
Koduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan panas. Contohnya, alumunium
dan besi.
b) Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan panas. Contohnya, kayu
dan plastik.
Dalam penggunaan metode eksperimen pada konsep Membandingkan Sifat
Kemampuan Menghantar Panas dari Bebagai benda, siswa juga dapat memahami
perpindahan energi panas serta dapat memberikan contoh perpindahan energi
panas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Energi panas dapat berpindah
melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Konduksi adalah peristiwa perpindahan panas melalui zat perantara tanpa disertai
perpindahan zat perantaranya. Misalnya, sebuah sendok logam dicelupkan ke
dalam segelas air panas. Setelah beberapa saat, ujung sendok yang tidak tercelup
menjadi terasa panas. Hal ini karena panas dari air mengalir sepanjang sendok
logam.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas disertai perpindahan zat perantaranya.
Contohnya es batu yang mencair dalam air panas. Panas dari air berpindah ke es
15
batu dan panas tersebut menyebabkan es batu meleleh.
c. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contohnya ketika matahari
bersinar di siang hari, kita merasa gerah. Padahal kita berada jauh dari matahari.
Hal ini terjadi bahwa telah terjadi perpindahan panas.

16
Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam dunia pendidikan, penelitian tentang penggunaan metode eksperimen
pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya :
1) Penelitian yang dilakukan oleh Masitoh, yang berjudul “Penggunaan Metode
EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep
Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”. Penelitian
dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan. KKM yang
telah ditetapkan adalah 70. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 67 dan
ketuntasan siswa mencapai 65%, hasil belajar pada siklus II meningkat 86 dan
ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dari jumlah siswa. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep gerak benda dan perubahannya.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Maspupah, yang berjudul “Penerapan Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas
V di MIS. Anwarul Hidayah”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK
yang dilaksanakan sebanyak tiga putaran. Tiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu siklus I 66,7%, siklus II 76,19%, siklus III
90,48%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di
Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”. Penelitian dilaksanakan
dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. KKM yang ditetapkan adalah 65 dan
target yang diharapkan adalah 75%. Pada siklus satu nilai rata-rata 72,5 dan
ketuntasan siswa mencapai 60%, hasil belajar siswa pada siklus dua menjadi
81,25 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari jumlah siswa. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen pada materi energi
dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.35
4) Penelitian yang dilakukan oleh Immaratul Izzah, yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”.
Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga
siklus. Rata- rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan
pada siklus II sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85,72, rata-rata presentase
aktivitas siswa pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II adalah 77,27
sedangkan pada siklus III adalah 85,72%. Hal ini menunjukan aktivitas siswa
meningkat. Dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep energy dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.36

5) Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyanih, yang berjudul “Upaya


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode
Eksperimen” Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK. PTK dilaksanakan
sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran
IPA yang sangat rendah. Di dapatkan dari 35 siswa kelas V MI Darul
Muttaqin hanya 57% yang mencapai KKM 65 atau hanya 20 dari 35 siswa.
PTK ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mencatat hal-hal


penting yang terjadi dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA khusunya

Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menggunakan metode pembelajaran


konvensional. Guru masih mendominasi proses belajar mengajar dan tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan
tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru dituntut untuk dapat
22

merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar. Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat
dalam mengajarkan satu konsep.
Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
perorangan atau kelompok untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan metode eksperimen
pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif.
Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan membosankan.
Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal.
Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melatih
melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk
menentukan fakta, menggumpulkan data, dan memecahkan masalah yang
dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja
sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah
informasi dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan
eksperimen yang dilakukan. Jadi, penggunaan metode eksperimen diduga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa serta dapat mengembangkan kreativitas
siswa.

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat
kemampuan menghantar panas dari berbagai benda
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian bertempat di MI Ruhul Ulum yang beralamat di Jl. Kebon
Nanas Utara I/7 Cipinang Cempedak Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember
2015,semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan


Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah
callaboration classroom action research, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini
berlangsung secara siklus, setiap siklus meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan
pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen, pelaksanaan pembelajaran
IPA menggunakan metode eksperimen, pengamatan selama pembelajaran
berlangsung dan refleksi. Penelitian terdiri atas beberapa siklus tergantung dari
permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian. Apabila kriteria
keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai
yaitu kelas mencapai ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.

kegiatan semula. Satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan
tunggal, tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu
dalam bentuk siklus.

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI. Ruhul Ulum sebanyak 23
orang siswa semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


26

Penerapan penelitian tindakan di dalam dunia pendidikan terutama di kelas,


memposisikan guru sebagai peneliti yang berkolaborasi dan melaksanakan
penelitian bersama rekan-rekannya. Dalam Penelitian ini, peneliti berkolaborasi
dengan teman sejawat di MI Ruhul Ulum dan bertindak sebagai pengajar (guru).
Selain sebagai pengajar (guru), peneliti juga bertindak pelaksana penelitian.
Teman sejawat berperan sebagai observer selama proses pembelajaran
berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Tahap intervensi tidankan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan Keterangan
Penelitian Pendahuluaan
Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:
Observasi kegiatan Metode pembelajaran yang diterapakan guru terbatas
pembelajaran pada ceramah dan textbook oriented
26

Hasil belajar IPA siswa kelas VI pada materi


Wawancara dengan guru membandingkan sifat kemampuan menghantar panas
IPA kelas VI dari berbagai benda, masih belum mencapai KKM
yang ditetapkan yaitu 65.
Dalam pembelajaran IPA materi membandingkan
sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai
benda, siswa hanya melakukan kegiatan mencatat,
Wawancara dengan siswa mendengar, menghafal dan tidak dilibatkan dalam
melakukan percobaan sehingga dalam proses
pembelajaran siswa menjadi pasif dan mengalami
kebosanan.
Diagnosa Metode eksperimen dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi
membandingkan sifat kemampuan menghantar panas
dari berbagai benda.
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Tahap Perencanaan 1. Menyusun perangkat pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pembelajaran pada materi
membandingkan sifat kemampuan menghantar
panas dari berbagai benda dengan metode
eksperimen
2. Membuat lembar kerja siswa
3. Membuat lembar observasi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran
4. Membuat instrument tes
5. Melakukan uji coba instrumen
6. Melakukan uji validitas, reliabilitas menggunakan
Software Anates
7. Menyiapkan sumber belajar
Tahap Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
33

perangkat pembelajaran yang akan diterapkan


dalam pembelajaran pada materi membandingkan
sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai
benda dengan metode eksperimen
Pengamatan Melaksanakan pretest, melaksanakan postest dan
penilaian LKS
Refleksi Mengolah data, refleksi untuk siklus II
Siklus II
Penulisan Laporan Penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Melalui PTK guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas
berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dipandu dengan
perluasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoritik praktis pembelajaran. Dengan
langkah-langkah berupa siklus yang diambil dalam penelitian ini, harapan
intervensi tindakan adalah peningkatan hasil balajar IPA siswa melalui penerapan
metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada materi Membandingkan Sifat
Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda yaitu kelas mencapai
ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.

G. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang diperoleh
dari pretest dan posttest dengan menggunakan soal pilihan ganda, Sedangkan data
untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar
observasi. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dalam penelitian ini data observasi aktivitas siswa digunakan untuk menganalisis
keterlaksanaan metode eksperimen yang diterapkan, sedangkan data obvservasi
aktivitas guru untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembalajaran
dengan menerapkan metode eksperimen.

H. Data dan Sumber Data


34
Jenis data antara lain data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut
penjelasannya.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diujudkan dalam kata keadaan atau kata
sifat. Data kualitatif ini data berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari pretest dan
posttes serta pedoman observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar
memerlukan sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Sumber data pada penelitian ini
adalah siswa kelas VI MI Ruhul Ulum dan peneliti.

I. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tes Hasil Belajar


Untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes tertulis yang berbentuk
pilihan berganda yang berjumlah 20 soal, dengan karakteristik soal hasil

belajar.Teshasilbelajarinidilaksanakansebelumdansetelah
pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi istrumen yang digunakan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil BelajarAspek HasilI


IPA Siklus
Kompetensi Indikator Belajar dan ∑
Siklus
Dasar Pembelajaran Nomor Soal Soal
C1 C2 C3

Menjelaskan bahwa 3*, 2,


panas dapat 6, 26, 17 7
dihantarkan 28* 20*

14,
Menjelaskan
Membandingkan 12*,
perpindahan panas 10,
sifat kemampuan 8, 16 8
secara konveksi, 23
menghantarkan 24,
radiasi, konduksi
panas dari 9
berbagai benda
35
Menjelaskan 7, Siklus I
4*,
pengertian 11,
30, 7
konduktor dan 5,
1
isolator panas 27*

18,
Menyebutkan
25, 22*, 15,
contoh konduktor 8,
21*, 19 13*
dan isolator panas
29

Jumlah Soal 12 14 4 30

2. Pedoman Observasi
Observasi digunakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan
pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. Pedoman observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk melihat siswa
ketika proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen berlangsung
dan pedoman observasi kegiatan guru ketika dalam menerapkan metode
eksperimen.
3. Wawancara
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja wawancara adalah suatu cara untuk
mengetahui situasi di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.
Wawancara dilakukan kepada siswa sebelum dilaksanakannya penelitian untuk
mengetahui permasalahan awal yang terjadi di MI Ruhul Ulum Jatinegara yaitu
rendahnya hasil belajar siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan
menghantar panas dari berbagai benda karena siswa hanya melakukan kegiatan
duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal.

J. Kalibrasi Instrumen
Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini yaitu instrumen tes yang
berupa hasil belajar dan nontes berupa pedoman observasi. Sebelum instrumen tes
digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yakni orang-
orang diluar sampel yang telah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan
kelayakan instrumen, sedangkan pada instrumen nontes terlebih dahulu
didiskusikan kepada teman sejawat yang akan menjadi observer agar setiap segi
yang diamati dapat dipahami dan mengetahui bagaimana cara mengisinya.
36
1. Instrumen Tes
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal
yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh
informasi tentang kejelekan soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa
pilihan ganda. Pengujian instrumen tes ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui
pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini harus melalui pengujian. Berikut ini adalah pengujian yang perlu
dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam instrumen
penelitian.

a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini digunakan validitas
isi (content validity) yaitu suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat pengusaaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.
Jika skor butir dikotomi (0,1) maka untuk menghitung koefisien korelasi
antara skor butir dan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Point
Biserial (rpbi) yang menggunakan rumus :

Xi  X tpi
rpbi 
Stq

Keterangan :
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Xi = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Xt = mean dari skor total
St = standar deviasi total
Pi = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan
dengan rtabel product moment dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi
≥ rtabel maka soal tersebut tidak valid. Perhitungan validitas soal dalam penelitian
ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. hasil uji coba validitas
37
instrument tes dapat dilihat apda tabel berikut ini :

Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada awalnya berjumlah 30 soal,
namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus
I yaitu 21 soal.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I


Statistik
Jumlah Soal 30
Jumlah Siswa 37
Nomor Soal Valid 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 23, 24, 25, 26, 29, 30
Jumlah Soal Valid 21
Jumlah Soal yang digunakan 20

Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus I ini, satu soal
tidak digunakan karena sudah terdapat beberapa soal yang valid pada indikator
pembelajaran tersebut.
34

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II


Statistik
Jumlah Soal 30
Jumlah Siswa 37
Nomor Soal Valid 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 18, 19,
20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Jumlah Soal Valid 22
Jumlah Soal yang digunakan 20

Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada siklus II berjumlah 30 soal,
namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus
II yaitu 22 soal. Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus II
ini, satu soal tidak digunakan karena sudah terdapat soal yang valid pada indikator
pembelajaran tersebut .

b. Uji Reliabilitas Soal Tes


Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang
sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah. Mencari koefisien reliabilitas dapat
menggunakan rumus K-R. 20 :18
 n  S 2  pq
r11 
 n 1  S 2 
 
Keterangan :
36

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan


p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item
S2 = varians
Selanjutnya pengujian reliabilitas diklasifikasikan sesuai kriteria pada tabel

3.4 berikut ini :

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas


Kriteria Keterangan
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Kurang
Perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software Anates versi 4.0. Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
c.Uji Taraf Kesukaran
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I

Statistik
rhitung 0,81
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II


Statistik
rhitung 0,80
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
37
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
B
diluar jangkauannya. Rumus mencari P sebagai berikut :20 p
JS
Dimana :
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
P = Tingkat kesukaran
Sangat sukar 2 6,7%
B = Banyaknya siswa yang
Sukar menjawab benar 3 JS 10%
= Jumlah seluruh Sedang
siswa 14 46,7
Mudah 4 13,3
Sangat mudah 7 23,3
Tolak Ukur untukJumlah
menginterprestasikan taraf
30 kesukaran tiap butir soal digunakan
100%
kriteria sebagai berikut
P = 0,00, soal sangat sukar.
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II
P = 0,00 ˂ P ≤ 0,30, soal sukar. c). P = 0,30 ˂ P ≤ 0,70, soal sedang.
d). P = 0,70 ,Kategori Soal soal mudah.
˂ P ≤ 1,00, Jumlah Soal Presentase
Sangat sukar - -
e). P = 1,00, soal sangat mudah.
Sukar 4 13,3%
Sedang 13 43,3%
Perhitungan pengajuan taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan
Mudah 7 23,3%
bantuan Software Anates versi
Sangat mudah 4.0. hasil perhitungan
6 tingkat kesukaran
20%
instrumen tes dapatJumlah
dilihat pada tael di bawah30 ini : 100%

a. Daya Pembeda
Daya beda butir soal yaitu butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I
individu peserta didik. Karena butir soal yang didukung oleh potensi daya beda
yang baik akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah atau kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya
pembeda setiap butir tes adalah :
D = Ba Bb
Ja Jb
Dimana :
D = Daya Pembeda
Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Ja = Banyaknya peserta kelompok atas
Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah

Klasifikasi interprestasi daya pembeda :


D = ≤ 0,00 : Sangat Jelek
D = 0,00 ˂ Dp ≤ 0,20 : Jelek
D = 0,20 ˂ Dp ≤ 0,40 : Cukup
38
D = 0,20 ˂ Dp ≤ 0,70 : Baik
D = 0,70 ˂ Dp ≤ 1,00 : Sangat Baik
Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software
Anates versi 4.0. Hasil perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I


Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Baik sekali 8 26,7%
Baik 10 33,3%
Cukup 5 16,7%
Jelek 7 23,3%
Jumlah 30 100%

Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II


Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Baik sekali 11 36,7%
Baik 14 46,7%
Cukup 4 13,3%
Jelek 1 3,3%
Jumlah 30 100%

1. Instrumen Nontes
Pada umumnya data nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
pengukuran sehingga dapat kecenderungan jawaban responden melalui alat ukut
tersebut. Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa pedoman obsevasi.
Pengamatan atau Obsevasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan
yang dilakukan.

K. Teknik Pengolahan Data


Pada penelitian ini terdapat dua teknik pengolahan data yang digunakan yaitu
teknik pengolahan data tes dan teknik pengolahan data nontes. Data yang
dihasilkan dari pedoman observasi diolah secara deskriptif untuk mengukur
kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan metode
eksperimen, sedangkan pada hasil evaluasi berupa soal tes dihitung dengan
menggunakan perhitungan sederhana.

1. Teknik Pengolahan Data Tes


39
Peneliti melakukan penjumlahan yang diperoleh siswa, kemudian dibagi
dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga dapat diperoleh nilai rata-
rata tes.
X = ∑X
∑n
Dimana :
X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah seluruh nilai siswa
∑n = Jumlah siswa

2. Teknik Pengolahan Data Nontes


Pengolahan data nontes pada penelitian ini diolah secara kualitatif. Data
nontes ini diperoleh dari pedoman oservasi berupa indikator-indikator kegiatan
guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah dianalisis selanjutnya data
tersebut dideskripsikan dalam paparan data secara naratif.
Skor rata-rata dari data yang dihasilkan akan dibagi menjadi empat kategori
skla ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang seperti klasifikasi pada
tabel 3.11 berikut :
Tabel 3.13 Klasifikasi Kegiatan Guru Dan Siswa
Skor Kategori
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup/Sedang
2 Kurang
1 Sangat Kurang

Untuk menghitung persentase kemampuan hasil belajar Sains (KPS) siswa


dalam pedoman observasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
NP x100% SM R

Hasil dari perhitungan persentase di atas dapat dikategorikan sesuai


tingakat penguasaanya, dan kategorinya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.14 Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes27
Rentang Kategori
80 - 100% Sangat Baik
70 - 79% Baik
60 - 69% Cukup/Sedang
50 - 59% Kurang
0 - 40% Kurang Sekali

L. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami peningkatan


kemampuan hasil belajar IPA apabila mencapai indikator sebagai berikut :
Siswa mencapai ketuntasan minimal : 65
Kelas mencapai ketuntasan belajar : 90%
Indikator keberhasilan ini merupakan ketentuan yang sudah ada di MI Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta
Timur sebagai acuan keberhasilan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara, 2010.

Arikunto. Suharsimi, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, edisi revisi,


2010.

Daryanto. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Remaja


Rosdakarya, 2010.

Ekawarna. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada, 2010.

Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2009.

Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2014.

Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:


Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Immaratul Izzah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode


Eksperimen”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta,tidak dipublikasikan.

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Masitoh, “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul
Athfal 1 Depok”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.

Maspupah, “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


IPA Pada Materi Gaya Kelas V di MIS. Anwarul Hidayah”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak
dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai