Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang pendirian Rumah Gadang Cerebral Palsy adalah ketika Bunda mempunyai

anak yang juga mengidap cerebral palsy. Kita sebagai orang tua berusaha untuk mencari-
cari tempat terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak cerebral palsy. Dan kebetulan, saya
bertemu dengan Umi Aya yang juga memiliki anak pengidap cerebral palsy. Nah, berawal
dari inilah kami sepakat untuk membuat komunitas. Kami mulai bertemu dengan beberapa
orang tua yang memiliki anaknya cerebral palsy. Dan Alhamdulillah sekitar tahun 2015,
komunitas ini berhasil dibentuk bersama dengan orang tua dan diberi nama Rumah Gadang
Cerebral Palsy khusus untuk anak cerebral palsy dan disabilitas. Kegiatan kita selama disini
ada terapi dan juga mengajarkan anak-anak mengaji Al-Qur’an sesuai dengan kesanggupan
dan kemampuan anak-anak.

Rumah Gadang Cerebral Palsy memiliki jumlah anak-anak sekitar 35 orang. Beberapa
diantaranya ada yang dari luar kota seperti Jambi, Muaro Bungo, yang terjauh dari Solok
Selatan, Dharmasraya. Rata-rata anak-anak cerebral palsy yang masuk kesini berusia di
bawah 1 tahun dan paling besar berusia 16 tahun. 

Karena saya mempunyai anak yang juga pengidap cerebral palsy, saya juga turut
merasakan kesusahan para orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak seperti terapi rutin,
pampers, susu, obat. Karena anak-anak ini harus diperlakukan seperti anak bayi. Saya
sebagai pemilik mencoba mencarikan donatur atau orang-orang baik yang mau membantu.
Ditambah dengan tempat ini menyewa dan sampai sekarang belum ada donatur tetap. 

Saya kasihan dengan salah satu perjuangan orang tua membawa anak-anaknya ke rumah
gadang cerebral palsy menggunakan motor. Ada juga yang menggunakan transportasi
online dengan kisaran biaya 50-70 ribuan untuk sekali jalan. Gimana dengan terapi rutin
yang sekali seminggu atau dua kali seminggu ? itu lebih besar kan dan belum termasuk
dengan biaya kebutuhan anak. Dan itulah kesulitan para orang tua dan saya sendiri sebagai
pemiliknya tetap berusaha mencarikan donatur untuk membantu meringankan bebannya. 

“Meski anak-anak ini sudah mendapat dukungan dana, namun tetap butuh bantuan lebih
seperti misal kendaraan mobil. Karena anak-anak ini nggak kuat kena angin dan setelah itu
menjadi kejang. Apalagi dengan adanya BBM naik, maka ongkos transportasi juga ikut naik.
Ini yang membuat sebagian besar orang tua mengurangi terapi rutin karena keterbatasan
biaya operasional.”

Sosok Fahmi menjadi pusat perhatian bagi para pengasuh di Rumah Gadang Cerebral
Palsy. Fahmi mengidap penyakit Cerebral Palsy pada Desember 2021 lalu. Di sini, ia
mengalami banyak kemajuan dan belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Salah satunya
adalah Fahmi mampu mengingat hafalan surah Al-Qur’an dengan baik. Tidak hanya itu,
apapun yang diajarkan oleh keluarga dan pengasuhnya, Fahmi dapat merekam memori dan
mengingat dengan baik. Sebuah kelebihan yang luar biasa dimiliki oleh Fahmi. 

“Kalau untuk suratnya udah banyak dan juga hafalan do’a harian seperti do’a makan, doa
sebelum tidur, do’a bangun tidur, do’a mau masuk kamar mandi, do’a keluar kamar mandi,
dan do’a mau jalan naik kendaraan.” 

Selain mengidap celebral palsy, Fahmi pernah agak terlambat untuk dapat berbicara saat
usia 3 tahun. Namun berkat usaha dan dukungan dari keluarga dan pengasuh, Fahmi
sekarang sudah bisa berbicara dengan baik. Salah satu keunikan yang ditemui oleh sang
ibu, yakni meski Fahmi usia masih belia, namun ia memiliki pola pikir yang unik untuk anak
seusianya.

“Kadang-kadang pola pikir dia tuh seperti anak-anak remaja untuk seusianya. Misalnya, dia
suka ngingetin Umi untuk solat subuh, kemudian mengaji dan mengingatkan untuk berdoa
kepada Allah agar diberikan rizki yang banyak. Walau ujian datang buat Fahmi, tapi justru
dialah yang menguatkan Umi dan keluarga. Buat saya, dia adalah superhero di keluarga
kami. Salah satu ucapan yang mengena di hati saya adalah ketika dia bilang begini,
“Andaikan aku bisa berjalan, pasti Umi ga perlu capek-capek gendong aku kesana kemari.” 

Selain Fahmi, sosok anak cerebral palsy yang luar biasa adalah Riana (7 tahun). Ia
ketahuan mengidap penyakit cerebral palsy pada usia sekitar 7-8 bulan. 
“Riana ini usianya sekarang 7 tahun, dari bayi dia lahirnya prematur. Awalnya belum
ketahuan, pas di usia 7-8 bulan, baru ketahuan kalo dia cerebral palsy. Dia nggak kayak
anak-anak normal lainnya, kepala pun ga bisa tegak. Akhirnya kita bawa dia ke spesialis
anak terus disuruh terapi. Selain itu, dia juga belum bisa bicara hingga usia 3 tahun.
Alhamdulillah dengan rutin terapi, dia akhirnya sudah bisa bicara dan sejak masuk Rumah
Gadang Cerebral Palsy, mulai terapi wicara, ngomong kosakata satu per satu.”

Menurut sang ibu, Riana adalah anak yang sangat suka berteman. Namun karena kondisi
dia yang sekarang, banyak teman-temannya mulai menjauhinya. Tak jarang, ia juga suka
protes mengapa teman-temannya itu menjauhinya. Dan juga suka bertanya mengapa ia ga
bisa main, atau berlari bersama dengan teman-temannya. Dari situ, saya sebagai orang
tuanya juga ikut sedih mendengar dia ngomong, tapi kita tetap dukung anak dengan cara
ajakin dia main dan mengaji tahfidz Qur’an. 

Saya sebagai orangtuanya berusaha buat menjadikan Riana itu anak yang kuat dan
bermental tangguh, tidak malu dengan fisik yang dia miliki. Saya ingin Riana itu ga asing
dengan kekurangannya dengan cara saya bawa dia kemana saya pergi. Buat saya anak
saya itu pintarnya sama dengan anak-anak normal. Dia punya banyak kelebihan yang bisa
ditunjukkan dibanding dengan fisiknya. Saya berharap dia bisa menjadi seorang hafidzah
Qur’an. 

Anda mungkin juga menyukai