OLEH:
AL AMIN
P4200216036
OLEH:
AL AMIN
P4200216036
Mengetahui,
Preceptor I Preseptor II
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
ABSTRAK
Al Amin. Penerapan Teori “Adaptasi Callista Roy” Pada Pasien Dengan Masalah
Gangguan Saluran Pencernaan Di Ruang Lontara II Atas Bedah Digestif Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo. (Dibimbing oleh Yuliana Syam dan Abdul Majid)
Asuhan keperawatan pertama yaitu diagnosa yang perioritas pada sistem digestif
yaitu masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dengan intervensi yang
diberikan makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake nutrisi. Dimana intervensi
yang dilakukan selama seminggu ini dapat membuat pasien berprilaku adaptif terhadap
pemenuhan nutrisinya sehingga karakteristik mual dan faktor-faktor yang
menyebabkan mual dapat diatasi pasien. Intervensi makanan dalam kondisi hangat
dapat menurunkan rasa mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan, membantu
memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang adekuat, sehingga perilaku yang maladaptif
menjadi adaptif. Intervensi masalah nyeri yang dirasakan pasien yaitu, melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi. Observasi gejala ketidaknyamanan non verbal.
Gunakan komunikasi terapeutik untuk memahami pengalaman nyeri, penerimaan dan
respon nyeri klien yang berdampak terhadap kualitas hidup seperti tidur, aktivitas, mood,
pekerjaan, tanggung jawab. Dimana intervensi ini dilakukan selama seminggu sehingga
perilaku yang maladaptif yang dirasakan pasien dapat berubah menjadi adaptif.
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTAK iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
A. Kesimpulan 85
B. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perawat harus mampu berpikir logis dan kritis dalam menelaah dan
telah diperkenalakan oleh para ahli keperawatan. Salah satunya adalah model
konsep keperawatan yang dikembangkan oleh Sister Callista Roy (Alligood &
Tomey ,2006).
1
adaptasi sebagai suatu pemecahan masalah dari berbagai stimulus yang
umum ditemukan dan merupakan faktor penting terhadap angka kesakitan dan
kematian, terutama pada negara yang belum dan sedang berkembang. Kasus
pencernaan sulit ditegakkan secara akurat. Temuan dari hasil endoskopi dan
gambaran radiologi dari berbagai stage penyakit sudah sangat banyak, namun
diagnosis tetap sulit dilakukan. Sampai saat ini belum ada metode tunggal
yang dapat mendeteksi masalah saluran pencernaan secara tepat dan akurat,
2
keperawatan profesional, sehingga individu mampu meningkatkan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pencernaan.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses adaptasi oleh Helson diartikan sebagai peran dari sebuah rangsangan
yang ada serta level dari penyesuaian diri seseorang. Dimana rangsangan itu
terjadi rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh seseorang
(Alligood, 2014)
mengenai system, yaitu bahwa Roy melihat manusia dalam perspektif sebagai
meningkatkan model adaptasinya, Roy juga dibantu oleh Driever pada sub
bagian integritas diri, Martinez dan Sato pada bagian stimulus primer yang
pada bagian mode interdependensi serta Randell pada bagian mode fungsi
4
Model adaptasi Roy ini diterapkan pada kerangka kerja praktik
1977. Sedangkan dalam kerangka kerja praktik yaitu pada tahun 1987 pada
adaptasi Roy ini juga menyalin beberapa konsep dari beberapa pakar
sebelumnya yaitu ciptaan Coombs dan Snygg tentang konsistensi diri dan
factor utama yang mempengaruhi konsep diri. Teori interaksi social dari
fisik, fungsi peran, dan interdependensi dari ilmu biologis dan perilaku untuk
(Tomey & Alligood, 2006). Teori Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar
kerja dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien dalam kondisi sehat,
sakit akut, kronik dan sakit terminal (Tommey & Alligood, 2006).
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
5
bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik (Roy,
1. Input
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang
tidak.
2. Kontrol
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
6
a. Subsistem regulator.
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
b. Subsistem kognator.
3. Output.
diukur atau secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif
7
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang
adaptasi Roy.
ilmiah dan filosofis dan defenisi dan tingkat penyesuaian diri yang dilakukan
8
perubahan ; penambahan mode adaptif yang kemudian dikembangkan lagi
menjadi ilmu tingkat golongan ; analisis, kritik serta sintesis. Teori adaptasi
pendidikan. Sebagi contoh, di tahun 1999 Roy dengan tujuh orang dengan
Inggris pada lima benua. Model Roy merupakan sekumpulan landasan ilmiah.
Dimana landasan ini adalah percampuran antara landasan teori system dan
landasan teori tingkat penyesuaian diri. Pada teori sistem, yaitu sistem
1. Keperawatan
2. Manusia
3. Kesehatan
9
Kesehatan merupakan kegiatan yang timbal balik antara manusia
secara standar.
4. Lingkungan
yang menaungi dan memberikan efek bagi kemajuan dan tingkah laku
mengacu pada satu orang sebagai sistem adaptif manusia dan kelompok
10
yang merupakan grup mengacu pada sistem adaptif manusia sebagai
kolektif atau agregat (Roy & Andrews, 1999 dalam Fawcett, 2006).
b. Tingkat Adaptasi
input atau stimulus yang masuk baik dari lingkungan maupun dari
c. Proses Koping
11
Proses koping merupakan cara yang dilakukan seseorang baik
d. Masalah Adaptasi
12
Masalah adaptasi merupakan area masalah yang
e. Efektor
dan fungsi dari proses kehidupan bekerja sama sebagai kesatuan dalam
Alligood,2014).
psikis dan spiritual (Roy dan Andrews, 1999) dalam (Meleis, 2012).
Konsep diri diartikan asumsi terhadap diri sendiri dan asumsi dari
13
orang lain. Selain itu mencakup pandangan integratif dari fisik dan
(harapan), dan moral etik spiritual diri (nilai) (Andrews dan Roy,
1986; Roy, 1987; Roy dan Andrews, 1999 dalam Meleis, 2012).
Harga diri adalah komponen dari konsep diri dan diartikan sejauh
Dalam proses ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu kebutuhan dasar dan
(Ganzalo, 2011)
14
cairan, dan pengaturan suhu termasuk dalam metode ini (Fawcett,
diri seseorang tentang fisik dan pribadi termasuk dalam metode ini.
mode)2
perseorangan sebagai personal (kestabilan diri, ideal diri, nilai diri dan
spiritual diri)
15
Mode identitas kelompok merupakan pandangan anggota
16
kesanggupan manusia dalam upaya penerimaanya terhadap orang lain
khusus yang menjadi kajian utamanya sebab mode ini ditujukan untuk
ikatannya pada orang terdekat (orang yang paling berarti bagi orang
support sistem ini adalah orang lain diluar orang yang bersangkutan
struktur dan potensi adaptasi dalam hubungan ini (McEwen & Wills,
2011).
f. Output
17
Gambar 1: Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive
Input Proses Efektor Output
kontrol
Stimuli internal
Rspons :
dan external Mekanisme Fs. Fisiologi
Tkt. Adaptasi koping Konsep Diri Adaptif
Fokal
Regulator Fs. Peran
Kontextual
Kognator Interdependen Maladaptif
Residual
Umpan Balik
Sumber : Tomey and Alligood. 2013. Nursing theoriest, utilization and application.
Mosby : Elsevier.
18
komprehensif untuk orang atau kelompok orang (Alligood, 2013). Menurut
Andrew & Roy (1991) dikutip dalam Alligood (2013) proses keperawatan
a. Pengkajian Perilaku
dari perilaku yang dapat diamati adalah denyut nadi, sedangkan perilaku
yang tidak dapat diamati adalah perasaan yang dialami oleh seseorang dan
tingkat adaptasi saat ini dan untuk merencanakan intervensi yang akan
(Alligood, 2013).
b. Pengkajian stimulus
19
c. Diagnosis Keperawatan
d. Penetapan Tujuan
yang akan diubah, dan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan
e. Intervensi
klien. Intervensi keperawatan timbul dari basis pengetahuan yang solid dan
20
adaptasi dengan mengubah stimuli atau memperkuat proses adaptif
(Alligood, 2013).
f. Evaluasi
2013)
bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan
dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian
yaitu :
1991).
21
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal
ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
1991).
22
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam
Roy, 1991).
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara
lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut
Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-etik dan spiritual
23
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
4. Mode Interdependensi
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
ke seluruh tubuh melalui darah. Selain itu, sistem pencernaan juga bertugas
memisahkan dan membuang bagian dari makanan yang tidak bisa dicerna
seperti serat. Selain organ-organ tersebut, organ lainnya seperti hati, pankreas,
dan kandung empedu juga merupakan bagian dari sistem pencernaan, namun
24
Ada banyak jenis gangguan pencernaan, dan dari kasus yang
didapatkan ada dua yaitu TBC Usus post op Ileustimy dan Tumor Gaster.
Ileus Obstruktif
1. Pengertian
banyak aliran cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
(2000), Ileostomi adalah beda pembuatan lubang antara ileum dan dinding
tidak dapat keluar seperti biasa, maka dibuatlah lubang antara ileum dan
obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus. Contoh kondisi yang
25
2. Obstruksi Neurogenik (Ileus Paralitik) “terjadi karena suplai saraf
2. Etiologi
jauh beda dengan Jong, Burner dan Suddarth penyebab ileus ada 5 yaitu
3. Manifestasi Klinis
2. Muntah
c. Distensi abdomen.
d. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta,
2000).
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Patofisiologi
usus halus, karena pada obstruksi kolon, keculai pada volvus, hampir tidak
26
secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh
karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi
dengan ileus usus halus yang dinamai ileus tinggi. Obstruksi kolon yang
katup ileosekal tetap utuh. Bila terjadi lusufisiensi katup, timbul reflek dari
kolon ke dalam ileum terminal sehingga ileum turut membesar karena itu
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu terenggang (Jong, 1997).
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
27
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
8. Penatalaksanaan Medis
intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta
normal.
28
3. Paracentesis : Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneum
setelah sembuh.
herniotomi.
29
Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
sebelum operasi.
Tumor Colon
1. Pengertian
salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang
atau jinak (benign) (Brooker, 2001). Tumor kolon adalah tumor yang berada
di dalam kolon.
2. Etiologi
sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir
usia dewasa. Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di
leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di
tetapi bisa juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering
terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli, kista branchial,
b. Genetik
30
c. Gender / jenis kelamin
d. Usia
tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat tersebut tidak
jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar
kelamin pria).
g. Infeksi
h. Gaya hidup
i. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) Zat yang terdapat pada asap
rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif
(orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang
lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan kimia untuk industri serta
kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus
31
menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan
3. Patofisiologi
berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau
bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh
lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel
dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor
tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis)
ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat
pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk
32
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991). Adapun siklus
sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat
4. Manifestasi Klinis
gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri
dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering
distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah. Ada
33
a. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau
gangguan.
dan gatal.
5. Komplikasi
menimbulkan syok.
6. Pemeriksaan Diagnostik
34
Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam
diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat
7. Penatalaksanaan
luas
Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil
35
CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.Terapi radiasi sekarang
kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti efektif
36
ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut
limfatik)
sfingter anal)
sebelum reseksi)
37
e) BAB III
Pada bab 3 ini, berisi tentang gambaran asuhan keperawatan pada kasus
teori keperawatan yang digunakan pada kasus ini adalah penerapan model
adaptasi Roy.
menikah, Tn. N beragama islam dan berasal dari Jeneponto. Tanggal masuk
Rumah Sakit 16 oktober 2017, dirawat di ruang perawatan digestif lontara 2 atas
RS. Wahidin Sudirohusodo dengan diagnosa medis Post Op Ileustomy e.c Ileus
obstruktif. Pasien mengeluh nyeri pada perut sejak beberapa minggu terakhir ,
nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh perut dan merasa melilit. Keluhan
disertai perut membesar yang dialami sejak 2 minggu yang lalu. Muntah juga
dialami sejak 3 hari yang lalu sebanyak 3 kali, dan muntah apabila setelah makan.
Pasien juga mengeluh susah BAB walau sudah makan makanan berserat. Keluhan
ini dialami sudah sejak 6 bulan terakhir, buang air besarnya sedikit-sedikit, keras,
dan berwarna hitam seperti kotoran kambing. Nafsu makan berkurang, lemas,
berat badannya menurun sejak 6 bulan yang lalu sekitar 8 kg. Riwayat dirawat
pada awal januari 2017 di RS. Wahidin Sudirohusodo dengan sakit gastroenteritis
38
akut seminggu berikutnya di rawat lagi dengan keluhan perut membesar. Riwayat
x/menit, pernafasan 28 x/menit, suhu 36.0 ̊C. Tidak ada riwayat alergi dari
pengakuan pasien. Mukosa bibir kering, terjadi penurunan berat badan sejak sakit
a. Identitas pasien
1) Nama : Tn W
2) Umur : 32 tahun
3) Agama : Islam
5) Pekerjaan : Wiraswasta
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh perut dan merasa melilit
39
rawat lagi dengan keluhan perut membesar. Riwayat pengobatan OAT
1) Fisiologis
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
c) Eliminasi
bekuan darah darah (-), serpihan batu (-), saat di palpasi tidak
40
dengan distensi kandung kemih (-). Distensi abdomen (-)
e) Integritas kulit
menggigil.
f) Penginderaan/sensoris
Keluhan rasa nyeri/ pada luka, gatal (+), terasa panas di sekitar
Saat pengkajian Intake cairan pasien per hari 2000 – 2500 ml,
intae oral diet biasa sekitar 1000 ml, jumlah urine tidak dikaji ,
41
warna urine jernih kekuningan. Turgor kulit kering, pola nafas
ada.
h) Fungsi neurologis
pikir baik, orientasi isi dan daya ingat baik. Refleks patologi
i) Fungsi endokrin
2) Konsep Diri
42
Saat pengkajian pasien terpasang stoma bag dan nampak luka
3) Fungsi Peran
a) Primer
b) Sekunder
c) Tersier
dialaminya saat ini. Selain itu saat ini pasien cukup mendapat
4) Interdependensi
b) Contribute behavior
43
Kesimpulan :
Indikator Perilaku
44
Elimcinasi Pasien BAK dengan normal, BAB dengan stoma bag post op
dengan konsistensi jernih ileustomy.
berwarna kuning, bekuan
darah darah (-), serpihan batu
(-),saat di palpasi tidak ada
nyeri tekan pada area
suprapubik/atas simphisis
pubis dengan distensi kandung
kemih (-). Distensi abdomen
(-) peristaltik usus 6x/mnt.
Aktivitas dan Pasien nampak istirahat Saat ini pasien terbaring di tempat tidur
istirahat dengan posisi telentang di dengan terpasang IVFD Nacl 0,9 %
tempat tidur, kadang-kadang maitenence 28 tts/mnt serta terpasang
pasien duduk dikursi, stoma bag dengan tingkat
mobilisasi duduk ketergantungan parsial yaitu pasien
dibantu sebagian oleh orang tua dan
kakaknya dalam memenuhi kebutuhan
activity daily living/ADL setiap hari.
Pola tidur : selama di rumah pola tidur
pasien tidak teratur dan tidak ada
gangguan tidur. Saat pengkajian di
ruang rawat pasien tidur siang dan
malam, dengan kualitas tidur 5 – 7
jam/hari
Integritas kulit Perubahan suhu tubuh dalam luka nampak kemerahan, Pus (+),
batas normal, pasien tidak Pendarahan jika di bersihkan,
memiki riwayat menggigil
45
Neurologis Saat pengkajian pasien dalam -
kondisi komposmentis, proses
pikir baik, orientasi isi dan
daya ingat baik. Refleks
patologi tidak ditemukan.
Kekuatan otot ekstremitas atas
mapun bawah baik, delirium
(-), agitasi (-). Kesan tidak ada
kelainan neorulogis baik fisik
maupun pada pemeriksaan
penunjang
Stimulus
Perilaku
Fokal Konstektual Residual
1. Fisiologis
- Nutrisi
Pasien tidak nafsu makan Pasien mual saat Mual, mukosa mulut
makan akibat dari kering, penurunan
flora normal di mulut BB sejak sakit 8 kg.
46
Sensori Pasien mengeluh gatal dan Nyeri skala 4-6 Nyeri, pasien
sakit pada daerah luka di meringis
bekas operasi.
Cairan dan Klien merasa haus Terapi cairan NaCL Bibir kering, turgor
elektrolit 0.9 % 3 Kolf kulit menurun,
mukusa kering.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hematologi
47
MCV 75.2 77.4 76.8 80.0-97.0 fL
Koogulasi
INR 0.97 -
Kimia darah
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Imunoserologi
Kimia Darah
Elektrolit
48
Hasil pemeriksaan Ro Abdomen 3 Posisi (tanggal 28 Oktober 2017) :
C. Diagnosa Keperawatan
49
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Tidak Fokal : Pasien Nyeri Kronik Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara S : ”masih sakit sedi
efektifnya mengeluh gatal keperawatan selama 1x24 komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, suster!”
proteksi dan dan sakit pada jam, dapat terjadi : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan O : pasien mengatakan ny
sensasi dalam daerah luka di faktor presipitasi yang dirasakan pada luka
Nyeri berkurang ditandai
mode fisiologis leher, dada, 2. Observasi gejala ketidaknyamanan non nyeri dirasakan panas, kada
dengan perubahan tingkatan
tangan dan kaki. verbal seperti ditusuk, nyeri tekan (+
nyeri dari skor 1 ke skor 4;
3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk skala nyeri sedang/skor 4 -
Kontekstual : Ekspresi wajah rileks
memahami pengalaman nyeri, penerimaan penatalaksanaan pemberi
skala 4
Tanda vital dalam batas dan respon nyeri klien antianalgetik supp.
Residual : nyeri, normal seperti (TD = 100/80 4. Tentukan dampak dari nyeri terhadap A : nyeri sedang skala 4 – 5
pasien meringis – 120/80 mmHg, ND = 80 – kualitas hidup spt tidur, aktivitas, mood,
P : lanjutkan intervensi
100 x/mnt, RR = 16 – pekerjaan, tanggung jawab
sebelumnya.
24x/mnt, ST = 36,8ºC - 5. Jelaskan bersama pasien faktor yang dapat
37ºC) menurunkan/ memperburuk nyeri
56
pengobatan dan perawatan mempengaruhi nyeri
7. Ajarkan teknik penatalaksanaan nyeri non
farmakologis seperti relaksasi, masase,
1) imajinasi terbimbing dll)
8. Ajarkan prinsip managemen nyeri
9. Kolaborasi dengan pemberian analgetik
secara farmakologi
Tidak Fokal : Pasien Ketidakseimban Setelah dilakukan askep 1. Mulut yang bersih dapat meningkatkan S : ”masih makan sedik
efektifnya tidak nafsu gan nutrisi selama 3 X 24 jam pasien nafsu makan. Untuk membantu memenuhi sedikit serta mual dan ada ing
nutrisi makan kurang dari akan menunjukkan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien. muntah suster!”
kebutuhan pemenuhan kebutuhan pasien 2. Informasi yang diberikan dapat memotivasi O : pasien mengatakan po
berhubungan tercukupi dengan Kriteria pasien untuk meningkatkan intake nutrisi. makannya tidak di habiska
Kontekstual :
dengan faktor hasil: 3. Penting untuk mengetahui karakteristik mual pasien mengatakan ada ra
Pasien mual saat
biologis ditandai dan faktor-faktor yang menyebabkan mual. mual dan keinginan muntah.
makan akibat a. Intake nutrisi tercukupi.
dengan : Apabila karakteristik mual dan faktor A : masalah nutrisi belu
dari flora b. Penurunan intensitas
penyebab mual diketahui maka dapat teratasi
normal di mulut terjadinya mual
menetukan intervensi yang diberikan. P : lanjutkan interven
c. Penurunan frekuensi
4. Makan sedikit demi sedikit dapat sebelumnya.
Residual : terjadinya mual
meningkatkn intake nutrisi.
Mual, mukosa
57
mulut kering, 5. Makanan dalam kondisi hangat dapat
penurunan BB menurunkan rasa mual sehingga intake
a.
sejak sakit 10 kg nutrisi dapat ditingkatkan.
6. Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi
farmakologis dalam manajemen mual
dengan menghamabat sekres asam lambung.
7. Membantu memilih alternatif pemenuhan
nutrisi yang adekuat.
8. Dengan menimbang berat badan dapat
memantau peningkatan dan penrunan status
gizi.
Tidak Fokal : klien Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal S : ”terpasang selang sa
efektifnya merasa haus volume cairan keperawatan selama 3x24 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan pak!”
pengelolaan b/d kegagalan jam, dapat terjadi : elektrolit O : tampak bibir kering, turg
Konseptual :
cairan Volume cairan membaik 3. Pertahankan kepatenan akses IV kulit menurun, mukusa kering
terapi IVFD mekanisme
Turgor kulit baik 4. Berikan cairan sesuai indikasi A : masalah kekurang
dengan NaCL regulasi
a. 5. Pertahankan pencatatan asupan dan haluaran volume cairan belum teratasi
0.9% 3 kolf/hari
yang akurat P : lanjutkan interven
Residual : Bibir 6. Berikan suplemen elektrolit sebelumnya.
kering, turgor 7. Monitor kehilangan cairan yang kaya
kulit menurun,
58
mukusa kering. elektrolit
8. Monitor respon klien dengan terapi elektrolit
9. Minimalkan masukan makanan/minuman
dengan diuretik atau pencahar
10. Monitor tanda – tanda vital
Tidak Fokal : cemas Ansietas b/d Cemas berkurang di 1. Gunakan dengan tenang, pendekatan S : ”saya ingin melanjutk
efektifnya sedang akan pengalaman tunjukkan dengan : meyakinkan kuliah suster!”
proteksi dan ketidak pasien terhadap 2. Jelaskan status harapan klien terhadap O : pasien tampak tena
Pasien tampak rileks, pasien
sensasi dalam berdayaan ketidakberdayaa perilakunya menjelaskan masal
koperatif selama fase
mode fungsi pasien n pasien 3. Berusaha untuk memahami perspektif pasien penyakinya kepada peraw
pengobatan dan perawatan,
peran dari situasi stres setelah mendapat penjelas
pasien dapat
Kontekstual : 4. Dampingi pasien untuk memberi informasi dari perawat pasein menerim
mendemonstrasikan apa yang
pasien ingin keamanan dan menurunkan ketakutan dan siap untuk menjala
perawat ajarkan
melanjutkan 5. Sediakan informasi faktual terkait diagnosis, pengobatan sampai wak
kuliahnya pengobatan, dan prognosis memungkinkan, pasien tamp
6. Anjurkan keluarga untuk tetap mendampingi tidur pulas di tempat tidurnya
Residual: saat pasien A : ansietas ak
ini pasien di 7. Dengarkan dengan penuh perhatian ketidakberdayaannya tid
rawat dengan 8. Ciptakan lingkungan untuk memfasilitasi terjadi/ pasien tamp
TBC Usus, akan kepercayaan kooperatif
menjalani proses 9. Anjurkan mengekspresikan secara verbal P : lanjutkan interven
59
pengobatan dan perasaan, tanggapan dan ketakutatan. sebelumnya ji
perawatan 10. Identifikasi level kecemasan memungkinkan.
11. Tentukan kemampuan pengambilan
keputusan klien
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
13. Nilai tanda verbal dan nonverbal kecemasan
60
MAR memandang individu sebagai sistem adaptasi holistik yang dapat
terintegrasi tentang keperawatan antara lain: (1) manusia atau sistem adaptif
berinteraksi dengan lingkungan dan bergerak menuju tujuan mencapai adaptasi dan
sebagai sistem adaptasi yang berinteraksi dengan lingkungan baik internal maupun
mencapai adaptasi maksimal yang adaptif serta kesehatan, sehingga kualitas hidup
adaptasi atau kemampuan individu sebelum dan sesudah sakit baik yang bersumber
dari pasien atau internal factor yaitu; berupa mekanisme kompensasi tubuh
terhadap perubahan rentang sehat –sakit seperti, tekanan darah, suhu tubuh, nadi,
pernapasan dan lain – lain. Selain itu bersumber yang berasal dari diluar
63
lingkungan sekitar pasien atau ekternal faktor yaitu faktor nutrisi, cairan, peran
keluarga, mikroorganisme penyebab infeksi dan lain – lain. Selain itu faktor
stimulus respons baik fokal, kontekstual maupuan residual khususnya pada pasien
adaptiif menjadi salah satu penilaian perawat dalam melaihat kemampuan adaptasi
respons pasien saat itu serta berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
nutrisi dari kebutuhan. Pasien dengan Post op ileustomy ea. Ileus obstruktif yang
terpasang terpasang stmba bag pertama bertujuan untuk membantu pasien untuk
dengan batu saluran kemih serta studi literatur menjelaskan pasien dengan Ileus
obstruktif usus akan beresiko mengalami infeksi dan kembuhan pada saluran
nafasnya jika tidak diobati bengan benar. Hal ini dapat terjadi jika diet/pola makan
dan gaya hidup pasien seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan pemicu tetap
64
dikonsumsi. Tn. W termasuk dalam kategori kekambuhan. Pemberikan
Ileus obstruktif , (2) akibat Ileus obstruktif (3) penyebab Ileus obstruktif dan (4)
terhadap pasien khususnya pasien yang memiliki riwayat batu saluran kemih
ini sangat bermanfaat dalam membantu pasien sebagai tambahan sumber energi
sehingga harapan pasien untuk mencapai adaptasi yang adaptif tercapai. Salah
adalah membantu pasien dalam mempertahankan sumber energi yang ada agar
65
dapat mempertahankan stimulus respons adaptif dan merubah stimulus respons
maladaptif menjadi adaptif. Sehingga kualitas hidup pasien setelah sakit dapat
66
Gambaran kasus resume
Riwayat
Inisial Penyakit
No L/P Usia Pendidikan Status Pekerjaan Dx. Medis Penyakit Alasan MRS Jaminan
Pasien Penyerta
Keluarga
1. Tn.W L 32th SMA Belum Wiraswasta Post op TBC Nyeri daerah Tuberculosis BPJS
ec. Ileus
Obstruktif
2. Tn. L p 47th SMP Kawin Wiraswasta Tumor Hipertensi Nyeri pada Hipertensi BPJS
gaster abdomen
67
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengkajian
dan kuat. Lapang thorax tampak simetris ki/ka dengan komplians paru
simetris ki/ka.
ditunjukan dengan pola nutrisi yang tidak adekuat selama pasien dirawat,
68
stimulus maladaptif yang ditunjukan dengan pola nutrisi yang tidak
kategori berat badan kurang dengan hasil IMT = 14,6 Kg/m2. Saat
pengkajian pasien dalam diet biasa, dengan porsi makan tidak habis,
lesi pada daerah dada, leher, tangan dan pergelangan kaki. Subsistem
ditunjukkan luka terasa gatal (+), Pus (+) dan nyeri tekan pada luka,
nampak nodul eriem, krista dab erosi, Perubahan suhu tubuh dalam batas
dan stimulus maladaptif yang ditunjukkan Keluhan rasa nyeri/ pada luka,
gatal (+), terasa panas di sekitar area tersebut. Nyeri dirasakan secara
tertusuk-tusuk, dan nyeri dirasakan pada skala sedang yaitu skor 4-5.
69
pada kasus Ileus obstruktif aktivitas yang berlebihan akan menyebabkan
sedangkan pada pasien dengan kasus bedah terkait kebiasaan duduk atau
mengalami infeksi.
adaptasi yang adaptif, hal ini ditunjukan dengan kompensasi tubuh akibat
yang adaptif.
70
a. Pengkajian tahap 1 (satu)
71
Pengkajian ini dimulai dengan alasan pasien dirawat, riwayat
kesehatan pasien saat ini, riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat
lima bersaudara dan keluarga pasien tidak ada yang menderita Ileus
obstruktif .
pelengkap afektif).
72
Subsistem kognator terhadap fungsi peran pasien dalam
(3) dukungan keluarga saat itu baik (4) merasa takut/cemas tidak
73
Stimuli yang mempengaruhi perilaku meliputi stimulus fokal,
perawatan.
74
2. Diagnosa keperawatan
lalu
75
kurang dengan hasil IMT = 14,6 Kg/m2. Saat pengkajian pasien
dalam rentang diet biasa, dengan porsi makan tidak habis, sehingga
menunjukkan nafsu makan kurang baik. Mual (+) dan muntah (+).
cairan pasien per hari 2000 – 2500 ml, intake oral diet biasa sekitar
4) Kecemasan
pasien saat ini sedang terbaring dirumah sakit, (2) Pasien sebagai
anak merasa tidak berdaya, karena sakit yang dialaminya saat ini
76
terbaring di ruang rawat bedah digestif dengan post op ileustomy
seorang anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan. Hal ini dapat
1) Nyeri kronik
nyeri yang tiba – tiba hilang. nyeri pada perut sejak beberapa minggu
terakhir , nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh perut dan merasa
77
Menganjurkan pasien untuk meminta obat tersebut sebelum nyeri yang
mengabsorpsi nutrien.
kondisi hangat dapat menurunkan rasa mual sehingga intake nutrisi dapat
status gizi.
78
Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal, Monitor manifestasi
4) Kecemasan
dan pengobatan yang akan dijalani oleh pasien saat ini. Respons positif
adaptif behavior.
79
dan pengobatan akan segera dilakukan. Setelah 4 hari perawatan pasien
1. Pengkajian
kognator.
80
Kelemahan penentuan diagnosa keperawatan menurut penulis
81
stimulus respon lingkungan melalui 4 jalur kognitif-emotif. Hal ini
model adaptasi Roy apa bila perawat atau institusi pelayanan hendak
keperawatan profesional.
82
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran hasil analisis pengalaman
yang diperoleh praktikan selama menjalani praktek Aplikasi dan berperan dalam
A. Kesimpulan
dialaminya merupakan tujuan pada model konsep ini seperti yang terjadi
B. Saran
83
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Buku 3, Edisi Bahasa
Indonesia. Singapura: Elsevier Saunder
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing clinical management for
positive outcomes (8th Ed). St Louis Missouri: Elsevier Saunders
Ignatavicius, D.D., & Workman, M.L. (2006) Medical surgical nursing: Critical
thinking for collaborative care (5th Ed). St Louis Missouri: Elsevier Sauders.
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., Swanson, E. (2013), Nursing Outcomes
Classification (NOC) fifth edition, United States of America, Elsevier.
NANDA. (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015 – 2017. Jakarta:
EGC
84
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Parker, M., & Smith, M. (2010). Nursing Theories and Nursing Practice.
Philadelphia: F.A Davis Company.Wikipedia. (2016). Adaptation model
of nursing.http://www.nursing-theory.org/theories-and-models/roy-
adaptation-model.php diakses tanggal 18 oktober 2016
Roy, C. & Andrew, H. (1999). The roy adaptation model. New Jersey: Prentice Hall.
Roy., C. (1991). The Roy adaptation model: The definitive statements. Appleton &
Lange.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart Edisi 8 Vol. 2. EGC; Jakarta.
Smeltzer, S. C., and Bare, B.G .(2010). Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 12th edition. Lippincott company; Philadelpia USA
Sudoyo, A.W, Setiyohadi, B, Alwi, I.(2010). Ilmu penyakit dalam jilid III. edisi
kelima. Jakarta: Interna Publishing.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (Ed.). (2010).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi 5). Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
85
86