Anda di halaman 1dari 3

Wilayah laut Indonesia diatur berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional.

Kekuasaan wilayah laut Indonesia meliputi laut teritorial, landas kontinen, dan zona ekonomi
eksklusif (ZEE). Zona-zona maritim yang dimaksud adalah Laut Teritorial, Zona Ekonomi
Eksklusif, dan Landas Kontinen. Dalam proses delimitasi, salah satu metode yang diterapkan
adalah penarikan garis sama jarak dari titik-titik terluar masing-masing negara.
Zona Maritim Adalah Zona sejauh 200 NM dari baseline, dimana negara pantai memiliki
hak-hak terhadap sumber daya alam dan yurisdiksi, dan zona dimana negara lain memiliki
kebebasan pelayaran, penerbangan dan menempatkan kabel dan pipa bawah laut. Wilayah
laut negara Indonesia yang menjadi wilayah kekuasaan negara berdasarkan Konvensi
Hukum Laut Internasional yakni sebagai berikut:
1. Laut Teritorial, Laut teritorial adalah wilayah laut yang berjarak 12 mil dari garis dasar ke
arah laut lepas. Jika lebar lautan yang membatasi dua negara kurang dari 24 mil, maka garis
teritorial ditarik sama jauh dari setiap negara yang berbatasan laut. Di laut teritorial, negara
mempunyai hak kedaulatan penuh, tetapi menyediakan jalur pelayaran lalu lintas damai, baik
di atas maupun di bawah laut. Negara lain dapat berlayar di wilayah laut teritorial atas izin
dari pemerintah Indonesia.
2. Landas Kontinen, Landas Kontinen adalah dasar laut yang secara geologi maupun
geomorfologinya merupakan lanjutan dari benua yang terendam oleh air laut dengan
kedalaman kurang dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur dari garis dasar ke arah laut
dengan jarak paling jauh 200 mil laut. Jika terdapat dua negara yang berdampingan di batas
landas kontinen, maka batas laut akan dibagi dua sama jauh dari garis dasar setiap negara.
Indonesia terletak di antara Landas Kontinen Asia dan Australia. Pada landas kontinen, suatu
negara memiliki hak dan wewenang untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung
di dalamnya, seperti ikan dan barang tambang, dengan selalu menghormati dan tidak
mengganggu jalur pelayaran internasional.
3. Zona Ekonomi Eksklusif, Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang berjarak
200 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas. Dalam ZEE, negara yang bersangkutan
memiliki priorotas untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam, baik
sumber daya hayati maupun sumber daya non hayati di permukaan, di dalam, dan di dasar
laut untuk kesejahteraan bangsa. Negara lain memiliki kebebasan untuk pelayaran serta
pemasangan kabel dan pipa di bawah permukaan laut. Jadi, wilayah laut suatu negara yang
jaraknya 200 mil laut diukur dari pantai disebut zona ekonomi eksklusif atau ZEE.

Hak negara pantai


Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk:
1. Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi sumerdaya alam di
ZEE.
2. Melakukan exploitasi yaitu kegiatan untuk mengelola atau memanfaatkan sumberdaya
alam di ZEE
3. Melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungandemi tetap
tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE.
4. Hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di derita akibat dilangsungkannya
riset ilmiah kelautan (pasal 263).
5. Negara pantai berhak menolak atau memberi izin untuk dilansungkannya suatu riset
ilmiah kelautan di ZEEnya (pasal 246).
6. Berhak mendapat informasi/ deskripsi selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset
dimaksud dilangsungkan (pasal 248).
7. Negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk membangun menguasakan, mengatur
pembngunan dan penggunaan: (1). Pulau buatan ; (2) instalasi dan bangunan untuk
keperluan bagai mana ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya; (3)
instalasi dan bangunan yang dapat menggangu pelaksanaan hak-hak negara pantai
dalam zona tersebut (pasal 60 ayat 1).

Kewajiban negara pantai

Adapun kewajian –kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam BAB V konvensi
hukum laut PBB 1982 antara lain adalah :
1. Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak dan kepentingan
masyarakat Internasional secara keseluruhan sengketa yang timbul berhubung adanya
konflik kepentingan di ZEE antara negara pantai dengan negra lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konveni hukum laut PBB 1982 (pasal 59) .
2. Membongkar instalasi/bangunan, eksploitasi yang sudah tidak terpakai lagi demi
keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3).
3. Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan memperlihatkan
standard internasional yang jaraknya tidak melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5).
4. Menjalin bahwa pulau buatan ,instalasi dan bangunan zona keselamatan tidak
mengganggu alur pelayaran internasional (psal 60 ayat 7).
5. Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable catch) pada
ZEEnya,melakukan konservasi dengan tujuan agar terwujudnya tingkatan yang dapat
menjamin hasil maksimum lestari serta mempertahankan kelestarian jenia (spesies)
yang berhubungan/tergntung pada jenis yang biasanay dimanfaatkan; dan memberi /
mempertukarkan data berupa keterangan ilmiah ,statistik penangkapan ikan, usaha
perikanan dan lain-lain kepada organiasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun     global dengan peran serta neara yang berkepentingan termasuk negar yang
warga negaranya diperbolehkan menangkap ikan pada ZEE (pasal 61).
6. Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan memperhatikan ketentuan
pasal 61Tentang konsevasi; menetapakan kemampuan menangkap (capacity to
hervest); memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal memri kesempatan
pra lain untuk memanfaatkan surplus; dan memberi tahukan sebagai mana mestinya
mengenai     peraturan perundang-undangan tentang konservasi dan pengelolaan.
7. Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dan pengembangan
pengembangan jenis ikan yang sama yang terdapat dalam ZEE negra lain itu, dan juga
mecari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana negara lain itu
menangakap ikan yang sama diluar ZEE negra pantai namun masih berdekatan (pasal
63 ayat 1 dan 2).
8. Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang warga negaranya
melakukan penangakapan jenis ikan yang bermigrasi jauh (hight migratory species)
sesuai pasal 64 ayat.
9. Bertanggung jawab atas persediaan ikan aadrom yitu jenis ikan yang bertelur disungai
tetapi      tumbuh besar dilaut (pasal 66 ayat 1).
10. Bekerjasama dengan negara yang menangkap jenis ikan anadrom agar negra ini tidak
mengalami dislokasi ekonomi akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3
sub b).

Anda mungkin juga menyukai