Anda di halaman 1dari 3

Mewaspadai Perang Pemikiran dan Kelemahan Kita

Oleh: Mayang Restu

Hampir semua orang tahu, bahwa ketika kita berbicara mengenai perang, maka yang muncul
di benak kita adalah gambaran peperangan secara fisik, pertempuran di medan perang, denga
n pedang, senapan, meriam, gas air mata, kendaraan tempur, bom, dan lain sebagainya. Hal y
ang diperjuangkan tak lain di bidang politik, ekonomi, dan militer. Namun, pernahkah terpiki
r oleh kita bahwa ternyata ada jenis perang lain yang justru bisa mematikan namun tak berdar
ah. Perang yang kebanyakan orang tak sadari tetapi dekat sekali depan kehidupan kita, dan ba
hkan bisa jadi kita dan keluarga kita termasuk korban dari perang itu. Apa perang itu? perang
disebut dengan perang pemikiran atau ghazwul fikr.

Ghazwul fikr ini sering tidak dirasakan oleh kita sebagai umat Islam. Serangan yang dibungk
us dengan kemasan yang cantik, halus, rapi, dan terencana. Jangankan masyarakat umum, sek
aliber para cendekiawan dan intelektual muslim pun bisa saja terjebak oleh serangan pemikira
n Barat. Alih-alih mengikuti kemajuan zaman yang dianggap maju dan modern, justru merek
a lambat laun teserat semakin jauh meninggalkan Islam. Islam sih, namun apa yang ada di hat
i, pikiran, dan tindakan bisa saja sudah terkontamisasi pemikiran para orientalis, sekuleris, lib
eralis, dll.

Invasi pemikiran tidaklah terjadi di zaman ini saja, bahkan sudah ada sejak Allah menciptaka
n manusia pertama. Kisah iblis yang menghasut Nabi Adam dan Hawa ketika di syurga, sehin
gga mereka berdua terperdaya, dan akhirnya Allah mengeluarkan mereka dari segala kenikma
tan syurga. Media yang digunakan oleh iblis saat itu adalah "kata". Maka, hati-hati dengan ka
ta-kata, ia terkadang terlihat manis, tapi berbahaya. Nampak indah tapi menyesatkan. Terkesa
n membahagiakan tetapi pada akhirnya mencelakakan. Tugas iblis adalah menjauhkan manus
ia dari Rabbnya. Sehingga, jika ada manusia uang berupaya sedemikian rupa untuk menjauhk
an manusia dari fitrahnya untuk beriman pada Allah Swt, maka ia termasuk dari golongan dar
i iblis. Na'udzubilah min dzalik.

Ghazwul Fikr
Secara etimologis ghazwul fikr berasal dari dua kata yakni "ghazwul" yang berati perang, sera
ngan, serbuan, dan invasi serta "fikr" yang berarti pemikiran. Sedangkan secara terminologi, f
rasa ini merujuk pada makna penyerangan dengan berbagai cara terhadap umat Islam guna m
engeluarkan mereka dari agamanya atau minimal menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai ajar
an ilahiah. Musuh-musuh Allah berharap Islam habis sampai ke akar-akarnya. Ghazwul fikr j
uga sering disebut perang intelektual, perang kecerdasan, perang otak, perang tak terlihat (pro
xy war) yang senjatanya adalah pemikiran, ide-ide, teori, propaganda, argumentasi meliputi il
mu pengetahuan dan seluruh dimensi kehidupan.

Metode dan Pintu Masuknya Ghazwul Fikr


Para musuh Allah sangat memahami karakteristik umat Islam, mereka tahu bahwa umat Isla
m memiliki armada pasukan yang sangat banyak, tangguh dan kuat. Sehingga bagi mereka, p
erang secara fisik bukanlah metode yang efektif untuk menghancurkan umat Islam. Mereka
menggunakan siasat pengaburan untuk melemahkan kaum muslim. Ahmad Abdurrahmin As-
Syaih menyebutkan pengaburan tersebut, yakni : a) Pengaburan 'aqidah; b) Mengaburkan Al-
Qur'an; c) Mengaburkan sunnah Nabi Muhammad; d) Mengaburkan kepribadian Rasulullah;
e) Mengaburkan sejarah Islam; f) Pengaburan ajaran Islam tentang konsep "ghaib"; g) Menga
burkan sistem hidup Islam.

Selain siasat pengaburan, orang-orang yang benci dengan Islam juga melakukan strategi agar
kaum muslimin melupakan Islam, dengan cara: a) Menghidupkan kembali simbol-simbol jahi
liyah; b) Seruan-seruan kebebasan sex dan permisivisme; c) Menjauhkan ulama dari posisi-p
osisi "pengarah" dan pemegang kekuasaan; d) Pendidikan dan Kebudayaan; e) Pelayanan sosi
al. Adapun menurut Akmal Sjafril modus masuknya berasal dari tiga pintu besar, yakni melal
ui pendidikan, hiburan, dan Media Massa. Havis Aravik menambahkan sarana tersebarnya ini
juga melalui fashion, song, sinema, sex, dan foundation.

Refleksi dalam Menghadapi Ghazwul Fikr


Sampai di poin atas sudah patutnya kita melakukan refleksi diri. Apakah diri kita berada di jal
an yang benar, yang Allah ridhai atau justu berada di jalan yang Allah murkai? Kebanyakan k
aum muslimin larut dengan kesenangan dunia (dan takut mati) karena mereka (kita mungkin
satu di antaranya) jauh dari Allah. Merasa rendah diri dari Barat. Sehingga dengan tanpa berp
ikir panjang, mendikte Barat sebagai peradaban yang patut di rujuk. Kenapa kita jadi tidak pe
rcaya diri sebagai muslim? Kenapa justru ikut narasi Barat. Umat muslim itu tinggi. Peradaba
n Islam itu maju dan mulia ketika beragama, sedangkan peradaban Barat maju ketika tak bera
gama. Kalaulah benar hidup kita untuk Allah, maka tak ada pilihan terhadap setiap keputusan
kecuali kepada syari'atNya.

Ghazwul fikr hanya bisa dimenangkan dengan ilmu. Islam itu isinya ilmu. Iman juga harus dii
si dengan ilmu. Karena orang yang berilmulah yang akan jadi pemenang. Ghazwul fikr harus
digarap oleh kaum intelektual. Kita wajib menggunakan Islamic worldview dalam menjalani
kehidupan. Dan yang tak kalah penting adalah kita juga harus menjaga akhlak kita. Akhlak be
rkaitan dengan aqidah. Tanda aqidahnya benar adalah tercermin dengan akhlaknya yang baik
pula. Implementasi dari iman ilmu dan amal. Kita pun wajib lebih kritis dan lebih pintar dari l
awan, karena itu adalah kunci agar bisa menghadapi perang pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai