Anda di halaman 1dari 3

Ilmu Tauhid : Ilmu Penting dan Mulia

Oleh: Mayang Restu

Sangat ironis melihat realitas tantangan zaman sekarang, tak sedikit dari kaum muslim yang
mengidolakan artis-artis, penyanyi, pemain sepak bola atau siapa pun itu hingga hafal identita
s diri mereka, bahkan hingga sikap dan kehidupan sehari-hari mereka. Apapun mereka lakuka
n demi idolanya. Sedangkan di sisi lain, ada kaum yang mengaku menyembah Allah tapi sejat
inya tidak mengenal Allah, bahkan parahnya menjauh dari Penciptanya. Mereka tak tahu sifa
t-sifat Allah, nama-nama Allah, tak ingat pula hak-hak Allah yang wajib dipenuhi oleh seoran
g hambaNya. Jika demikian terjadi, akibatnya seseorang tersebut dapat dengan mudah terjeru
mus pada perbuatan yang Allah tak ridhai bahkan mampu mengundang murkaNya.

Sehingga penting bagi setiap muslim untuk memiliki ma’rifah (pengetahuan, pengenalan, pe
mahaman) yang benar tentang Allah Swt. Ma’rifah ini disebut dengan ilmu tauhid, yakni ilm
u yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli ma
upun aqli yang pasti kebenarannya, sehingga dapat menghilangkan semua keraguan serta dap
at menyingkap kebatilan, kerancuan, dan kedustaan orang-orang kafir. Seseorang yang memp
elajari ilmu tauhid akan kokoh jiwanya, dan hati pun akan tenang terbalut dengan keimanan.
Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan terpenting di dalamnya adalah tentang tauhidulla
h (mengesakan Allah).

Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman sekaligus yang terpenting, paling uta
ma, dan paling mulia karena pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia. Hukum mem
pelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim sampai ia betul-betul memiliki key
akinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar. Sedangkan me
mpelajari lebih dari itu, hukumnya fardhu kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, ya
ng lain tidak berdosa. Mengapa ilmu tauhid perlu dibahas? karena ia adalah unsur utama dari
worldview seseorang dan inilah yang menjadi pembeda Islam dengan agama lainnya.

Seorang muslim harus memahami dan meyakini bahwa Allah memiliki kesempurnaan dalam
as-dzat (esensi), as-shifat (sifat), al-asma (nama-nama), dan al af’al (perbuatan).
1. Dzat (esensi) Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Sempurna. Dia berbeda dengan semu
a makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. (QS. 112 : 1-4)
(QS. 42 : 11) (QS. 6 : 103) (QS. 75 : 22-23) (QS. 83 : 15)
2. As-shifat (sifat) dan al-asma (nama-nama) Allah Ta’ala pun adalah sifat dan asma yang
Maha Sempurna. (QS. 7 : 180) (QS. 17 : 110) (QS. 59 : 22-24)
3. Allah Ta’ala juga memiliki kesempurnaan dalam al-af’al (perbuatan). Penciptaan langit,
bumi, manusia, malaikat, jin, surga, neraka dan yang lainnya adalah merupakan af’al All
ah Ta’ala, dan tidak ada siapa pun yang dapat menolak ketetapan dan kehendaknya. (QS.
85 : 16) (QS. 21 : 23)

Kesadaran akan kesempurnaan Allah Ta’ala yang tak tertandingi dalam ad-dzat (esensi), as-s
hifat (sifat), al-asma (nama-nama), dan al-af’al (perbuatan)-Nya inilah yang menumbuhkan k
esadaran at-tauhid, meliputi:

1. At-tauhidul asma was shifat, yakni meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala yang memiliki n
ama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, tidak ada yang serupa dengan-Nya sebagaiman
a yang Dia tetapkan pada diri-Nya di dalam al-Qur’an, atau disebutkan di dalam hadits R
asulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan yang layak bagi Allah, tanpa tahrif
(perubahan/penyimpangan lafadz dan makna), ta’thil (meniadakan), takyif (bertanya kaif
iyat [cara atau bentuk] sifat Allah), dan tanpa tamtsil (menyerupakan sifat Allah dengan s
ifat makhluk).
2. At-tauhidu ar-rububiyyah, yakni mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan,
dan pengurusan.
3. At-tauhidu al-mulkiyah, yakni mengesakan Allah sebagai satu-satunya pemimpin, pelind
ung, dan yang berhak menetapkan aturan/hukum.
4. At-tauhidul uluhiyah, yakni pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya All
ah satu-satunya yang berhak diibadahi.

Sikap ketauhidan tersebut telah terangkum dalam satu kalimat, yakni La Ilaha Illa-Llah (Tiad
a Ilah Selain Allah). Seseorang yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya, mengikuti se
gala perintah dan menjauhi segala larangannya, InsyaaAllah menjadi salimul aqidah atau luru
s aqidahnya. Wujud ekspresi cinta pada Allah terwujud dalam optimalnya ibadah ritual dan ib
adah sosial. Tercerminnya puncak kualitas seorang muslim juga terletak pada akhlaknya yang
baik, sebagai wujud pemasrahan diri seutuhnya kepada Dzat Allah.

Anda mungkin juga menyukai