Budaya Organisasi
Budaya Organisasi
Pada hari Kamis tanggal 31 Juni 2012 bertempat di lantai lima Aula AR.Fakhruddin Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, saya menghadiri pertemuan persiapan Rumah Sakit
Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai Wahana Internsip Dokter Indonesia.Salah satu materi
menarik disampaikan oleh dr.Joko Mardiyanto,Sp.An (Wakil Ketua Majeles Dikti PP
Muhammadiyah, Direktur Pelayanan Medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus
sebagai penanggungjawab pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia di RS Muhammadiyah/
Aisyiyah).Salah satu pernyataan penting beliau adalah perlunya dibangun kesadaran pentingnya
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah benar
benar serius untuk melahirkan alumni yang memiliki karakter dan kompetensi dokter khas
Muhammadiyah atau dokter yang memiliki nilai lebih dan nilai pembeda dibandingkan dokter
lulusan perguruan tinggi lainnya. Disisi lain beliau juga menekankan pentingnya dibangun
Budaya Organisasi yang kuat di seluruh Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah. Mengapa?
karena saat ini dunia telah memasuki era Consciousness Age,yaitu era kesadaran akan
nilai.Berarti beberapa era sebelumnya telah dilalui yaitu: agricultural age, industrial age,dan
information age. Era sebelum consciousness age cenderung didominasi orientasi materialisme,
kapitaslisme, hedonisme dan pasar bebas. Di satu sisi manusia berubah menjadi mesin yang
siap menggilas siapapun yang lemah disisi lain tumbuh kecemasan yang luar biasa pada siapapun
yang lemah dan terlemahkan.
Bila kita telusuri berbagai literitur, maka akan ditemukan adanya perbedaan yang cukup
signifikan pada masing-masing era tersebut. Pada Era Industri yang diutamakan adalah kualitas,
produktifitas, efisiensi, dan marketing masal sedangkan manajemen yang popular pada masa itu
adalah Six Sigma. Pada Era Informasi yang menjadi fokus adalah pengetahuan (knowledge),
pembelajaran (learning), pemberdayaan (empowerment), pertumbuhan individu (personal
growth), dan kepuasan pelanggan. Sedangkan pada Consciousness Age yang diutamakan adalah
nilai (value), etika (ethics), kolaborasi (collaboration) dan Corporate Social Responsibility
(CSR).
Di Era ‘Consciousness’ ini, Budaya Organisasimenjadi penentu kesuksesan sebuah bisnis. Era
ini dipicu oleh terjadinya peningkatan dalam berbagai hal seperti tekanan kompetisi, risiko dan
ketidakpastian; juga pertumbuhan teknologi yang makin cepat. Untuk dapat bertahan, maka
setiap perusahaan atau organisasi harus melakukan transformasi. Diperlukan cara berpikir, sudut
pandang, dan aturan baru untuk menjawab tantangan perubahan yang ada. Selain transformasi
bisnis yang di antaranya meliputi struktur dan strategi, korporasi juga harus melakukan
transformasi budaya yang meliputi visi, misi dan nilai korporasi.Mengapa transformasi budaya
perusahaan penting? Telah banyak riset yang menunjukkan pentingnya budaya korporasi.
Salah satu di antaranya adalah Kotter dan Heskett dalam “Corporate Culture and Performance”
mengatakan bahwa korporasi dengan budaya yang kuat mampu menghasilkan revenue 4 kali
lebih tinggi, memiliki kualitas tenaga kerja 7 kali lebih baik, meraih nilai saham 12 kali lebih
tinggi serta keuntungan bersih lebih dari 700% jika dibandingkan korporasi dengan budaya yang
lemah. Sebaliknya, budaya perusahaan yang lemah menimbulkan kerugian.Jim Ware dalam
“Investment Leadership” mengatakan bahwa korporasi dengan budaya lemah dalam jangka
waktu tiga tahun saja mengalami penurunan nilai aset sebesar 80% dan turn over karyawan
hingga 50%.
Atas dasar gelombang pertumbuhan era tersebut, maka dalam dunia kerja era sekarang, setiap
individu akan menghadapi dan mengalami arus budaya yang berkembang di tempat kerja.
Indvidu yang bekerja dan perusahaan yg membangun usahanya hanya berbasis kompetensi
murni maka dengan mudah akan runtuh . Kompetensi dalam makna yg murni memang akan
melahirkan professionalisme. Padahal profesionalisme akan melahirkan manusia yang unggul
namun kinerjanya sangat dipengaruhi oleh imbalan materi yang akan diperoleh. Oleh karena itu
budaya kerja yang dikembangkan di RSIJ tidak hanya berbasis kompetensi namun sekaligus
berbasis nilai. Dengan demikian, meskipun arus tekanan budaya negative terjadi di lingkungan
kerja kita maka budaya organisasi islami apabila berhasil dibangun maka setiap pegawai akan
dengan sadar dapat mengendalikan pengaruh budaya tersebut. Sejauh budaya organisasi
berkembang dengan sehat, tentu saja setiap pegawai dapat ikut tumbuh menjadi pribadi yang
sehat. Namun, bila budaya organisasi berkembang secara tidak sehat, maka kita perlu
menghindari arus budaya yang tidak sehat tersebut, bahkan sebisa mungkin memiliki andil untuk
membangun dan mengembangkan budaya yang lebih sehat.
Rumah Sakit Islam Jakarta sebagai Amal Usaha Kesehatan yang dimiliki langsung oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah harus mampu untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai
pusat dakwah Muhammadiyah dibidang kesehatan. Oleh karena itu segala upaya strategis harus
dilakukan agar RSIJ benar-benar mampu bersaing ditengah tengah tuntutan masyarakat yang
semakin kritis dan tuntutan budaya global yang mengepung RSIJ dari berbagai penjuru. Kalau
RSIJ hanya terfokus bada pembangunan dan pengembangan fasilitas fisik seperti gedung dan
alat alat teknologi kesehatan namun melupakan pembangunan Budaya Organisasi berbasis nilai
maka RSIJ akan dengan mudah ditinggalkan oleh pesaing-pesaingnya bahkan oleh para
pegawainya sendiri.Oleh karena itu RSIJ sudah seharusnya semakin memperkuat dan
mematangkan budaya organisasi yang selama ini sudah dimiliki oleh masing masing rumah
sakit menjadi Budaya Organisasi Aliansi RSIJ.Sangatlah tepat bila BPH RSIJ membentuk
berbagai team atau kelompok kerja (termasuk kelompok kerja Budaya Organisasi)untuk
membuat strategi yang lebih matang dalam menghadapi berbagai tantangan nilai dan budaya di
era sekarang.
Pengertian
1.Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini
adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.(Wikipedia.bahasa
Indonesia)
2.Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi adalah sistem nilai
organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan
berperilaku dari para anggota organisasi.
Fungsi dari Budaya Organisasi
Pertama, budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya organisasi
menjadi pembeda yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
Ketiga budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih
luas (kepentingan organisasi) daripada kepentingan individual.
Keempat, budaya organisasi meningkatkan kohesivitas sosial. Para pegawai akan memiliki nilai
nilai nyang menyatukan mereka sehingga sesame mereka akan memiliki hubungan yang hangat
dan saling menguatkan.
Kelima, budaya organisasi sebagai sistem makna bersama.Budaya organisasi mewakili sebuah
persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah
sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-
individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama
dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.
Keenam,budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja lembaga
atau perusahaan dalam jangka panjang.
Ketujuh,budaya organisasi bahkan merupakan factor yang lebih penting dalam menentukan
sukses atau kegagalan perusahaan dalam dekade mendatang.artinya keberlangsungan sebuah
rumah sakit untuk terus tumbuh dan berkembang atau runtuhnya bukan ditentukan oleh fasilitas
gedung rumah sakit yang megah, alat alat kesehatan yang canggih dan sumber daya insani yang
professional akan tetapi lebih ditentukan oleh sejauh mana para pegawai dan pimpinan rumah
sakit memiliki nilai nilai positif yang diperjuangkan bersama. Mereka bekerja bukan sekedar
untuk memperoleh imbalan semata akan tetapi mereka bekerja sebagai bentuk pengabdian
kepada Allah dengan memberikan pelayanan yang terbaik (ihsan) kepada sesama. Para pegawai
RSIJ bukan sekedar pekerja tapi mereka adalah para pejuang Islam dan pelayan ummat sesuai
dengan profesinya masing masing. Mereka akan menjadi hamba hamba Allah yang mulia yang
dirindukan oleh surga jannatun na’im.
Sebagai Amal Usaha Muhammadiyah maka Rumah Sakit Islam Jakarta akan menempatkan Al-
Quran dan As-Sunnah sebagai sumber tertinggi dalam membangun dan menciptakan budaya
organisasi.Sebagian dari nilai essensial yang bersumber dari Al Quran dan As-Sunnah yang
harus menjadi rujukan dalam membangun budaya organisasi adalah: Maqosidus Syariah, seperti:
2. Paham agama, ideologi ,visi dan misi serta Keputusan Persyarikatan Muhammadiyan.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi
tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya.
Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri
memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi
dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran
dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan
cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak
sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri, menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi
pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh
kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi. Dalam kasus RSIJ maka visi dan
misi para pendiri, dan perintis (assabiqun al awalun) serta BPH RSIJ bisa dijadikan salah satu
rujukan penting dalam merumuskan budaya organisasi RSIJ.
4.Kebiasaan atau tradisi positif yang sudah lama diterima dan menjadi penggerak organisasi.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu.nilai nilai kebiasaan dan tradisi yang
poisitif ini secara formal tidak berasal dari nilai nilai para pendiri juga bukan dari nilai nilai
normative perusahaan namun sebagai hasil dari interaksi dan komunikasi seluruh pihak yang
terlibat dalam seluruh kegiyatan organisasi dan layanan kesehatan yg diberikan kepada
pelanggan. Dari proses interaksi antar pegawai dan seluruh pihak yg terkait kemudian muncul
nilai nilai positif yg berfungsi seperti code of conduc secara tidak tertulis.
5. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Karena anggota organisasi itu terdiri dari
berbagai latar belakang yang berbeda, maka nilai nilai budaya organisasi sedikit atau banyak
akan ikut dipengaruhi oleh berbagai pemikiran yang berkembang dimasyarakat.
1.Review nilai nilai yang selama ini sudah dimiliki dan ada di RSIJ (nilai yg ada di BPH RSIJ
dan keempat rumah sakit yg tergabung dalam aliansi.)
Visi :
Rumah Sakit Islam Jakarta menjadi pusat pelayanan kesehatan terkemuka yang berorientasi
kepada implementasi dakwah dengan layanan bermutu.
Misi :
- Kerahmatan
Mewujudkan Rumah Sakit Muhammadiyah menjadi pembawa rahmat bagi lingkungan (pasien,
keluarga, masyarakat), maupun bagi para pendukungnya (dokter, perawat dan tenaga pendukung
lainnya)
- Kekhalifahan
Berusaha agar pengelolaan Rumah Sakit dilakukan secara amanah, dalam rangka prefesional,
berkualitas dan akuntabilitas.
- Kerisalahan
Berusaha agar keberadaan dan kegiatan Rumah Sakit Muhammadiyah sebagai perwujudan
dakwah persyarikatan dalam arti yang luas.
Badan Pelaksana Harian RSIJ dan amal usahanya menjadi sarana da’wah persyarikatan
dalam meningkatkan mutu kesehatan umat pada khususnya membangun dan
menyelenggarakan rumah – rumah sakit dan sarana – sarana penunjangnya, serta
meningkatkan pendidikan tenaga – tenaga kesehatan, satu dan lain dengan ajaran Islam.
Tercapainya kepuasan bagi stakeholder (owners, customer, management, employer,
supplier, government, investor) dan memaksimumkan kesejahteraannya.
Budaya Nilai BPH RSIJ
Menggali dan meningkatkan budaya organisasi yang meliputi, budaya Ihsan, budaya ta’awun,
budaya tafdhil/tafawuq, budaya istikmal bidawan dan sistem nilai Islami lainnya ke dalam
seluruh aktifitas keluarga besar BPH RSIJ sehingga dapat menjadi uswatun hasanah atau suri
tauladan yang baik dalam mewujudkan kehidupan yang islami di lingkungan umat islam di
tanah air tercinta.
Moto :
Nilai nilai budaya organisasi yang selama ini sudah ada di RSIJ antara lain:
3. Rekonstruksi nilai
Setelah ditemukan nilai lama dan nilai baru maka kemudian dilakukan rekonstruksi nilai tersebut
untuk menjadi nilai baru yg dalam prosesnya perlu didiskusikan dengan seluruh pihak yang
nantinya akan terlibat dalam sosialisasi dan implementasi nilai tersebut.
Mempertimbangkan pada nilai nilai Budaya Organisasi yang sudah dimiliki oleh masing masing
rumah sakit di lingkungan BPH RSIJ, mengacu pada pesan-pesan Al Quran dan As_Sunnah serta
Paham agama,ideology, visi&misi serta Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah dan dengan
memperhatikan Visi terbaru RSIJ “Menjadi Rumah Sakit Kepercayaan Masyarakat” maka
dengan memahami nilai inti dari visi tersebut adalah nilai “TRUST atau KEPERCAYAAN”
maka Team Pokja Budaya Organisasi mengusulkan Core Value RSIJ yg akan menjadi acuan
dalam membangun Budaya Organisasi RSIJ adalah nilai AMANAH. Mengapa AMANAH
(sesuai visi RSIJ yang baru) dijadikan Core Value di RSIJ? Karena:
a). “Amanah” adalah salah satu nilai kunci dari sukses dakwah Rasulullah Muhammad SAW,
b).Suatu organisasi terlebih lagi organisasi yang bergerak pada jasa layanan kesehatan hanya
akan sukses bila mampu memperolah kepercaayan dari ummat. Bila kepercayaan dari ummat
gagal diperoleh maka organisasi tersebut akan hancur.
c).Kata “AMANAH” mudah dimengerti oleh pegawai RSIJ maka akan lebih mudah pula dalam
sosialisasi, internalisasi dan implementasi.
Setelah melalui beberapa diskusi didalam pokja Budaya Organisasi BPH RSIJ maka nilai
AMANAH dipilih untuk diusulkan menjadi core value. Adapun penjelasan dari nilai AMANAH
adalah sebagai berikut:
1. Anggota loyal pada organisasi. Loyal pada organisasi RSIJ adalah sesuatu energy yang
dahsyat karena loyalitas yang dibangun berdasarkan pada loyalitas pada nilai nilai yang
lebih tinggi yaitu nilai nilai Al-Islam (Al-Quran dan As-Sunnah) dan Kemuhammadiyahan
(Islam yang murni dan berkemajuan serta rahmatan lil al’alamin). Seluruh Sumber Daya
Insani di RSIJ harus memahami bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah membangun
rumah sakit adalah dalam rangka dakwah. Karena dalam rangka dakwah maka harus
dalam bingkai ibadah dan termanifestasikan dalam seluruh layanan yang diberikan harus
bernilai ihsan(terbaik dan terindah).Dengan demikian seluruh energy dan sumber daya
dapat difocuskan untuk mencapai tujuan besar Muhammadiyah (menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam hingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya) melalui dakwah di bidang kesehatan dan tidak terkuras habis untuk berdepat
persoalan persoalan sepele yang menguras energi seperti masalah panjang atau pendek
jenggot, celana, membabibuta mencintai partai tertentu,bingung pelaksanaan sholat hari
raya dan persoalan lainnya. Oleh kerena itu setiap pribadi pimpinan dan pegawai Amal
Usaha Muhammadiyah termasuk RSIJ sudah selayaknya memahami dan mematuhi
(tsiqoh) pada keputusan Persyarikatan Muhammadiyah(PP Muhammadiyah)
2. Adanya kejelasan Pedoman dalam bertingkah laku.Pedoman bertingkah laku bagi orang-
orang di dalam organisasi harus digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan
dilaksanakan.
3. Patuh pada Nilai.Nilai yang dianut tidak hanya slogan tapi dihayati dan di laksanakan
secara konsisten
4. Ditegakkanya reward dan punishment.Organisasi menghargai karya yang berprestasi dan
berpotensi serta secara adil memberi sangsi/hukuman pada mereka yang melakukan
kesalahan dan tidak memiliki komitment.
Ruang Lingkup Budaya Organisasi RSIJ
1. Budaya nilai, merupakan sekumpulan nilai yang akan ditetapkan dan dipilih oleh RSIJ sebagai
rujukan dalam membangun budaya organisasi.Apabila sudah ditetapkan maka seluruh unsur
yang ada di RSIJ harus memiliki komitment untuk menyukseskannya baik dalam tahap
sosialisasi, internalisasi, emplementasi dan evaluasinya. budaya nilai harus mudah dipahami
oleh seluruh pegawai sehingga akan mempermudah pada tahap implementasinya.
2. Budaya kerja, merupakan cara seseorang menyikapi dan mengekspresikan suatu pekerjaan
atau aktivitas yang berkaitan dengan penciptaan nilai tambah, yang didasarkan pada nilai-nilai
atau keyakinan-keyakinan yang dipedomani oleh seseorang, dalam hubungannya dengan orang
lain, kelompok atau organisasi.
3. Budaya atribut, merupakan sekumpulan tata nilai yang disepakati oleh pemilik organisasi yang
akan diekpresikan dalam segala bentuk identitas yang berbentuk fisik sehingga organisasi
tersebut memiliki identitas fisik yang berbeda dan organisasi lain. bentuknya bisa berupa:
lambang atau logo perusahaan, baju seragam, arsitektur bangunan, warna khas organisasi
(corporate colour) dll.budaya atribut sangat diperlukan karena diyakini akan berdampak positif
bagi citra organisasi, kebanggaan karyawan dan tumbuhnya suasana kerja dan lingkungan yang
kondusif bagi organisasi.
Srategi Implementasi
Penerapan Budaya Organisasi di RSIJ senantiasa dilakukan melalui serangkaian upaya dan
strategi antara lain:
1. Ditetapkannya nilai Budaya Organisasi RSIJ yang baru yang mudah dipahami dan
implementasikan.
2. Sosialisasi melalui komunikasi terstruktur maupun informal mengenai Budaya Organisasi
RSIJ dengan melibatkan semua pihak termasuk keterlibatan dari top manajemen sebagai
bagian dari role model
3. Program induksi dan indoktrinasi untuk karyawan baru.
4. Implementasi dari sistem pemberian reward dan punishment kepada karyawan maupun
unit-unit organisasi guna mempertahankan budaya kerja RSIJ
Suatu Budaya Organisasi dalam proses implentasinya tidak harus menunggu kesepakatan dan
kesediyaan para pegawai untuk dapat diimplentasikan namun lebih sering dilakukan dalam
bentuk paksaan atau indoktrinasi. Memang harus ada upaya yg sungguh sungguh agar para
pegawai memahami maksud baik dari budaya organisasi yang akan dibangun dan
dikembangnkan di RSIJ.
Regulasi yang dibuat sebaiknya mengatur hal-hal yang cukup detail sehingga membuat setiap
pegawai yang ada mudah melakukan sesuai prosedur. Misalnya jika ada di dalam pembuatan
barang maka ada aturan tertulis yang menjelaskan cara-caranya. Jika mau menanamkan disiplin
kerja maka buatlah aturan beserta sanksinya yang jelas. Misalnya jika staf terlambat maka
dikenakan sanksi berupa sekian point. Jika sejumlah point tertentu maka akan dipotong gaji.
Memaksa memang bukanlah hal yang menyenangkan. Biasanya akan terjadi gejolak diantara
staf. Kita harus berani menghadapi gejolak tersebut. Kita juga bisa memetakan apakah budaya
yang baru memang cocok atau tidak dengan staf yang ada. Jika tidak maka budayanya yang
harus diubah atau stafnya yang harus berubah. Jika tidak berubah maka harus diganti.
Patuh artinya mau tidak mau mereka harus melakukannya. Cara paling efektif membuat Patuh
adalah dengan membuat tim kepemimpinan di dalam organisasi tersebut melakukan budaya yang
baru. Jika pemimpin semuanya kompak maka staf di bawahnya mau tidak mau mereka
melakukan budaya yang baru. Semua komponen harus mementingkan seluruh budaya baru yang
harus diwujudkan. Misalnya budaya bersih, ramah, tepat waktu dll. Jika tim kepemimpinan
melakukannya maka staf akan merasa bahwa hal itu penting dan mereka akan memaksa diri
mereka untuk melakukan budaya yang baru. Jika para pemimpin memberikan contoh maka staf
akan merasa terpaksa untuk melakukannya.
3.Membangun kebiasaan.
Bila mereka sudah terbiasa melakukan hal tersebut. Budaya baru bukan lagi baru karena mereka
sudah memiliki ritme kerja seperti budaya tersebut. Perlu waktu tiga sampai empat tahun untuk
membuat staf terbiasa. Hati-hati karena beberapa staf akan coba-coba kembali ke budaya lama.
Jika itu dibiarkan maka akan membuat orang-orang lainnya kembali ke budaya sebelumnya. Jika
budaya baru belum menjadi budaya di staf, sangat mungkin mereka akan berubah. Jika ada yang
coba-coba, lakukanlah peringatan untuk kasus tersebut. Orang lain pasti akan tahu jika orang
yang coba-coba tersebut mendapatkan peringatan. Tidak perlu dimasukan ke buletin atau
pengumuman yang memalukan staf tersebut karena hanya membuat orang akan empati
kepadanya. Tidak perlu membuat peraturan baru yang diberlakukan ke seluruh staf hanya karena
ada satu staf yang salah. Hal ini hanya akan memberatkan mereka yang melakukannya dengan
benar. Akhirnya mereka malas untuk melakukan dengan benar.
Setelah terbiasa berikanlah penghargaan kepada mereka yang sudah menunjukan budaya baru
tersebut. Penghargaan itu penting karena kita memang menghargai mereka yang sudah berupaya
mengubah cara kerja mereka. Penghargaan juga memperlihatkan bahwa kita menganggap
penting budaya tersebut. Pesan-pesan pentingnya sebuah budaya harus kita sampaikan terus
menerus. Pesan dengan menyampaikan di dalam pertemuan atau setiap pagi sebelum memulai
kegiatan memang efektif tetapi lebih efektif jika kita memberikan pesan secara tidak langsung.
Penghargaan juga akan memicu orang-orang untuk melakukan yang terbaik. Sebaiknya
penghargaan bukan untuk mereka yang paling senior di dalam bidangnya melainkan berikan
penghargaan buat mereka yang mampu melampui target yang diberikan.Hukuman diberikan
pada mereka tidak berkomitment terhadap implementasi nilai nilai organisasi dan tidak pernah
peduli terhadap target/ kinerja organisasi RSIJ.Penghargaan dan hukuman harus diberikan
dengan criteria yang jelas dan diterapkan secara adil. Apabila hal ini gagal dilakukan maka akan
merobohkan budaya organisasi dan akan menimbulkan demotivasi bagi pegawai yang kinerjanya
baik.
Penutup
Sesungguhnya tidak ada paksaan untuk memberbaiki diri, dan tidak ada satu manusiapun bisa
mengubah orang lain. Perubahan yang sesungguhnya hanya terjadi bila orang tersebut mau
merubah dirinya sendiri. Budaya organisasi akan sukses dan mencapai puncaknya bila setiap diri
pimpinan dan pegawai telah dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas melakukan yang terbaik
(ihsan) untuk dirinya, organisasi dan orang lain. Sayangnya kesungguhan dibanyak tempat telah
menjadi mutiara yang hilang.Kesungguhan hanya bisa dijalankan bila kita punya komitment.
Alhamdulillah selama penulis lima tahun mengabdi di RSIJ, saya temukan banyak keikhlasan,
kesetiyaan, pengorbanan,perjuangan dan keindahan pada hampir setiap pegawai RSIJ. Mereka
adalah asset dan energy yang dahsyat untuk membangun budaya organisasi di RSIJ, bagi
kemajuan Islam dan juga untuk mewujudkan Islam yang rahmatan li al”alamin. Selamat milad
RSIJ ke 41, semoga semakin mampu memulyakan Allah dengan memulyakan para pasien dan
keluarganya. Aamiin