Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM SIG & SIP

ACARA 3
ANALISIS SPASIAL DENGAN BUFFER DAN OVERLAY

Disusun Oleh:

Azzahra Oktaviani Akila


NIT 21303674

Dosen Pengampu:

Nur’aini Aisyiah
NIP: 197403091995032001

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2022/2023
ACARA 3. ANALISIS SPASIAL DENGAN BUFFER DAN OVERLAY

Hari/ Tanggal : Minggu, 30 Oktober 2022

Lokasi : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

A. Tujuan :

Mahasiswa mampu melakukan analisis spasial (identifikasi) disekitar fitur geografis tertentu
(point, line dan polygon)

B. Alat dan bahan :

a. Laptop

b. ArcGis

c. Mouse

d. Hasil Praktikum acara 2

C. Dasar Teori :

1) Buffer

Analisis buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitar fitur geografis. Proses ini
menghasilkan daerah cakupan (range) di sekitar fitur geografis yang kemudian dapat
digunakan untuk mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan letak obyek yang berada di
dalam atau di luar batas buffer.

Hasil analisis buffer ini adalah bentukan poligon di sekitar objek. Zonasi nilai tanah (ZNT),
bangunan terdampak banjir, area sempadan sungai, pemetaan area perluasan jalan, zona
pembebasan jalur listrik tegangan tinggi dan lain-lain adalah contoh pekerjaan yang biasa
menggunakan buffering.

Buffer merupakan salah satu fasilitas pada perangkat lunak GIS yang memungkinkan kita
membuat suatu batasan area tertentu dari obyek yang kita inginkan, misal kita ingin membuat
batasan area 200 meter dari suatu penggal jalan, sungai atau kita ingin membuat batasan
dengan radius tertentu dari pusat kota.
Buffer juga merupakan proses analisi yang digunakan untuk membuat feature tambahan di
sekeliling feature asli dengan menentukan jarak tertentu. Buffer dapat digunakan untuk
feature titik, garis, maupun polygon. (Esri, 2020)

2) Overlay

Overlay Peta dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya dengan
menggukan software GIS yang memang memilki kemampuan untuk hal tersebut. Pada
pembahasan kita kali ini akan menggunakan ArcGIS dengan Full Tools Overlaynya.

Toolset overlay pada terdiri dari beberapa tool yang dapat digunakan untuk melakukan
operasi tumpang susun. Di dalam toolset overlay terdapat tool erase, identity, intersect, dan
spatial join, symmetrical difference, union, dan update

a. Tool Erase

Tool erase digunakan untuk menghapus bagian fitur yang overlap dengan fitur erase
(polygon). Fitur yang tidak overlap dengan fitur erase akan disimpan sebagai fitur baru seperti
diilustrasikan pada Gambar dibawah. Dapat terlihat bahwa fitur polygon1 adalah fitur input
yang akan di-erase oleh fitur polygon2.

b. Tool Identity

Tool identity digunakan untuk menentukan overlap antara fitur input dan fitur identity.
Keseluruhan bagian dari fitur input dan bagian overlap antara fitur input dengan fitur identity
akan menjadi file baru. Tool identity memiliki sedikit kesamaan dengan tool intersect.
Perbedaannya adalah jika tool identity tetap menjaga keseluruha bagian dari fitur input,
sedangkan tool intersect hanya. menjaga bagian fitur yang overlap saja.

c. Tool Intersect

Tool intersect digunakan untuk menentukan overlap antar fitur-fitur input.

d. Tool Spatial Join

Tool spatial join digunakan untuk. menggabungkan dua tabel dengan menggunakan
korelasi spasial di antara fitur dari masing-masing tabel. Spatial join dapat dilakukan
meskipun tidak terdapat field kunci pada masing-masing tabel karena yang digunakan adalah
korelasi spasial.

e. Tool Symmetrical Difference


Tool symmetrical difference digunakan untuk membuat fitur kelas baru dari dua fitur
polygon yang saling overlap.

f. Tool Union

Tool union digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih fitur polygon. Seluruh fitur
dan data atributnya digunakan pada fitur baru, baik itu pada bagian yang overlap maupun
yang tidak.

g. Tool Update

Tool update digunakan untuk menghitung bagian yang overlap antara fitur input dan fitur
update. (Lapak GIS, 2020)
D. Langkah Kerja :

1. Add data layer point anda masing-masing

2. ArcToolbox pilih Analysis tools, proximity, dan Multiple ring buffer


3. Isikan sumber layer yang akan di buffer, dan isikan output lokasi dan nama penyimpanan

4. sikan distance (jarak buffer) sesuai tujuan


5. Display hasil buffer dan tumpang susunkan dengan layer batas administrasi, amati hasilnya

6. Overlay hasil buffer dengan layer batas administrasi (ArcToolbox pilih Analysis tools,
overlay, dan union)
7. Potonglah hasil union tadi dengan layer batas administrasi (ArcToolbox pilih Analysis
tools, Extract, Clip)

8. Isikan melalui Open Atribute Tabel hasil zonasi buffer (hasil clip) masuk dalam wilayah
administrasi mana saja dan berapa luasnya.

9. Lakukan proses yang sama untuk layer line (ArcToolbox pilih Analysis tools, proximity,
dan buffer)

E. Hasil dan Pembahasan :

1) Buffer

Analisis buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitar fitur geografis, pada
proses ini tujuannya adalah menghasilkan daerah cakupan (range) di sekitar ditur geografisyang
kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan objek yang
berada di dalam atau di luar batas buffer. Hasil analisis buffer adalah bentukan polygon di sekitar
objek, yang pada praktikum ini berupa lahan peternakan dengan dampaknya bagi permukiman
sekitar yaitu bau yang diakibatkan oleh peternakan tersebut. Range atau cakupan area yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan radius 25 dan 50 meter.

Buffer sebenarnya merupakan salah satu tools yang disediakan di SIG termasuk
ArcView. Fasilitas ini sering digunakan dalam pekerjaan analisis yang berkaitan dengan
‘regulasi’ lingkungan (Prahasta, 2002). Buffer merupakan bentuk lain dari teknik analisis yang
mengidentifikasi hubungan antara suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut sebagai
Proximity Analysis (analisis faktor kedekatan). Proximity Analysis merupakan proses analisa
yang biasa digunakan dalam penentuan site/lahan untuk keperluan strategi pemasaran dalam
bisnis/perdagangan. Dalam Prahasta (2002), secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona
yang mengarah keluar dari sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area
(poligon). Dengan membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau melindungi
suatu obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi zona-zona yang
terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-kedekatan spasial suatu
obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya.

Buffer yang terbentuk dari titik biasanya menggambarkan kondisi mengenai cakupan atau
jangkauan pelayanan dari sebuah fungsi di titik tersebut. Sementara pada buffer yang terbentuk
dari unsur garis dan polygon lebih banyak menggambarkan kondisi dampak dari fenomena yang
terkandung dalam unsur peta tersebut. Contohnya dalam hal ini adalah cakupan luapan sungai
atau dampak kebisingan di jalan raya. Khususnya pada bentuk poligon, terdapat dua jenis buffer
yang terbentuk berdasarkan arahnya, yaitu keluar dan kedalam. Buffer yang terbentuk ke dalam
disebut sebagai set-backs sebagai representasi dari kondisi poligon tersebut pengaruhnya
terhadap suatu regulasi, contohnya garis sempadan bangunan atau rencana perluasan jalan atau
lahan yang kemudian berdampak pada lahan yang menjadi poligon tersebut.

Pada praktikum kali ini proses buffer digunakan untuk mengetahui cakupan area
permukiman yang terdampak bau peternakan di wilayah Nglanggeran. Pada pembentukan buffer
untuk tujuan membaca fenomena atau dampak dari suatu elemen peta, dibutuhkan keterpaduan
antara gambar peta yang terklasifikasi dalam tema-tema (peta tematik) dan data-data yang
terkandung di dalam masingmasing elemen petanya. Peta tematik dimaksudkan untuk
membedakan masingmasing elemen peta sesuai dengan fungsi, kepemilikan, atau status,
walaupun elemen peta tersebut adalah unsur yang sama (sesama poligon, garis atau titik).
Kecenderungan yang terjadi dari buffer-buffer yang terbentuk adalah antara lain; terbentuknya
barrier atau batas buffer dalam jangkauan tertentu dari obyek peta, dan adanya area yang
overlapping atau tumpang-tindih yang berasal dari beberapa buffer. Dari batas buffer yang
terbentuk dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan mengenai cakupan atau jangkauan pelayanan
apabila dibaca dalam orientasi yang keluar. Dalam orientasinya yang memusat pada sumber
buffer, dapat dirumuskan kesimpulankesimpulan mengenai keterjangkauan akses karena buffer
terbentuk dari jarak-jarak yang sudah ditentukan sebelumnya.

2) Overlay
Analisis overlay adalah adalah suatu proses dalam sistem informasi geografis (SIG)
untuk perolehan informasi baru dengan menumpuk atau menumpang-susunkan informasi dari
dua peta atau dua data spasial atau lebih.Analisis overlay biasanya merupakan proses tumpang
susun peta tematik. Meskipun peta atau data spasial dasar juga bisa terlibat dalam analisis ini,
tetapi proses tumpang susun pada peta tematik atau informasi geospasial tematik lebih jamak
dilakukan.

Berdasarkan logika analisis, overlay ini mengolah informasi dari peta dengan beberapa logika,
yaitu

 Menggunakan matriks dua dimensi;


Metode matriks dua dimensi memanfaatkan dua informasi dari dua peta yang berbeda.
Analisis tumpangsusun dilakukan berdasarkan adanya dua macam informasi yang tertuang dalam
masing-masing polygon. Metode ini hanya bisa melakukan analisis dengan melakukan
tumpangsusun pada dua informasi dari dua peta saja.

 Pendekatan kuantitatif binary;

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif binary merupakan suatu pendekatan


melalui kuantitas pada setiap jenis obyek kajian yang didasarkan pada logika biner, yaitu adanya
dua  kemungkinan data yang bisa muncul, yaitu 1 dan 0 yang mewakili informasi ya dan tidak.

 Pendekatan kuantitatif berjenjang;

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif berjenjang menganggap setiap unit dalam
satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan
hasil dari modelnya. Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat sama atau setara
kontribusinya. Pendekatan kuantitatif berjenjang mempunyai ketelitian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif binary. Pendekatan ini mampu melibatkan informasi
menjadi sebuah data ordinal yang bisa dirinci menjadi tingkatan tertentu.

 Pendekatan kuantitatif berjenjang bertimbang.

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif berjenjang menganggap setiap unit dalam
satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan
hasil dari modelnya. Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat sama atau setara
kontribusinya. Pendekatan kuantitatif berjenjang mempunyai ketelitian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif binary. Pendekatan ini mampu melibatkan informasi
menjadi sebuah data ordinal yang bisa dirinci menjadi tingkatan tertentu.
Daftar Pustaka

Aqli, W. (2010). Analisa Buffer Dalam Sistem Informasi Geografis Untuk Perencanaan Ruang
Kawasan. Inersia, VI(2), 192–201.

Fajriani, V. (2021). Penerapan Buffer Analysis dalam bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.
Journal of Applied Civil and Environmental Engineering, 1(2), 61.
https://doi.org/10.31963/jacee.v1i2.2998

Larasati, N. M., Subiyanto, S., & Sukmono, A. (2022). Analisis penggunaan dan pemanfaatan
tanah (P2T) menggunakan sistem informasi geografis kecamatan banyumanik tahun 2016.
Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 89–97.

Tjahjono, H., & Geografi, J. (2007). Overlay Sebagai Model Pembelajaran Dalam Mata Kuliah
Sig (Sistem Informasi Geografis) Guna Menemukan Informasi Geospasial Baru. Lembaran
Ilmu Kependidikan, 36(1), 18–27.

Esri. (2020). Buffer (Analysis)—ArcGIS Pro | Documentation. In Esri.


https://pro.arcgis.com/en/pro-app/latest/tool-reference/analysis/buffer.htm

Lapak GIS. (2020). Analisis Overlay Peta pada ArcGIS Terlengkap. In LapakGIS.
https://www.lapakgis.com/2020/12/analisis-overlay-peta-pada-arcgis.html

Anda mungkin juga menyukai