Anda di halaman 1dari 7

1.

Nama: Desi Ratnasari

NIM: 191520110

Kelas: BKI 6 C

Resume:

Komponen Konseling Rehabilitasi

1. Tujuan Konseling Rehabilitasi

Seperti apa yan telah dibahas pada resume sebelumnya, bahwa konseling
rehabilitasi merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada orang-
orang yang memiliki keterbatasan diri dalam hidupnya, yaitu individu yang
berkebutuhan khusus yang dapat mengganggu dirinya dan dalam dunia sosialnya.
Terutama untuk membuat seorang individu yang berkebutuhan khusus bisa
beradaptasi dan juga berkontribusi dengan masyarakat sekitar, khususnya dalam
dunia pekerjaan. Dalam konteks dunia konselingnya, konseling rehabilitasi ini
adalah proses bantuan yang akan diberikan kepada sasaran rehabilitasi konselor
untuk dapat membantunya dalam permasalahan yang belum juga dapat diatasi
terutama dalam meningkatkan kemandirian konseli dan memaksimalkan kerja.

Dalam kamus Psikologi sendiri, menurut Caplin (1999), mendefinisikan


bahwa arti dari kata rehabilitasi merupakan suatu pemulihan diri kepada keadaan
yang lebih baik dari sebeumnya, dari suatu penyakit mental yang pernah diderita
oleh seorang individu

Sedangkan dalam kamus kedokteran, menurut Sudarsono (1990)


mengatakan, bahwa rehabilitasi merupakan suatu bentuk pemulihan kepada
seorang individu yang telah mengalami luka atau kesakitan dalam dirinya, tidak
hanya sakit fisik saja, meliankan juga akibat psikososial, rekreasi, dan kejujuran
dalam aktivitas di rumah maupaun di dalam lingkungan masyarakat.

Karena rehabilitasi seringkali di hubungkan dengan kasus Narkoba,


sebagaimana dalam Setiawan (2017) menyatakan, bahwa konseling rehabilitasi
selalu dikaitkan dengan penanganan yang berikan kepada mereka seorang
pecandu Narkoba. Maka, harus diketahui bahwa definisi rehabilitasi dalam
Rehabilitasi Narkoba adalah suatu usaha untuk memulihkan dan untuk
menjadikan para pencandu narkoba menjadi individu yang sehat jasmani dan
rohaninya, yang akan dapat meningkatkan diri mereka menjadi diri yang
berpengetahuan dan berketerampilan dalam aktivitasnya di lingkungan sosial.

Dari berbagai definisi tersebut, memang tujuan dari konseling rehabilitasi


memiliki makna yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
konseling rehabilitasi ini adalah penanganan yang berlandasakan pemulihan diri,
untuk membantu seorang individu agar dapat kembali menjadi dirinya yang lebih
baik lagi, terus meningkatkan keterampilannya, dan meningkatkan potensinya
dalam menjalankan aktivitas kehidupan, melalui berbagai usaha yang dilakukan
dalam proses konseling rehabilitasi.

2. Peran, Fungsi dan Ruang Lingkup Konseling Rehabilitasi

Syafitri (2013) mengatakan, bahwa secara medis terdapat 4 fungsi dalam


rehabilitasi. Yaitu Kuratif, kuratif adalah suatu layanan yang memberikan
penanganan untuk kesembuhan pada individu yang berfungsi sebagai pemulihan
diri individu yang mengalami berbagai gangguang diantara gangguan tersebut
yaitu gangguan komunikasi, gerak motoric, koordinasi, dan dalam hal
pendidikan. Selanjutnya Rehabilitatif, pada fungsi ini saa saja dengan fungsi
rehabilitasi pada kuratif. Promotif, dalam fungsi rehabilitas pada fungsi promotif
ini fungsi untuk meningkatkan kembali suatu potensi atau kemampuan dasar
yang memang sebelumnya telah di miliki oleh individu tersebut. Maka dari itu,
seorang individu yang berkebutuhan khusus dapat menjadi individu yang tingkat
kondisi normalnya menuju keadaan yang lebih optimal sesuai dengan
kemampuan awal yang dimilikinya melalui pemulihan konseling rehabilitasi ini.
Dan yang terakhir adalah Preventif, merupakan suatu layanan yang di khususkan
untuk menangani seorang individu yang memerlukan pencegahan pada kondisi
kecacatannya, dengan tujuan agar kondisi kecacatannya itu tidak lebih parah atau
lebih berat dari sebelumnya.

Tidak hanya itu, menurut Coleman (1988), sasaran manfaat adanya


rehabilitasi diantaranya adalah sebagai berikut:

- Untuk meningkatkan wawasan atau pemahaman diri pada individu


terhadap suatu masalah yang dihadapinya, kesulitan yang ada pada
dirinya, dan perilaku dirinya sendiri.
- Individu dapat mengenal dirinya sendiri, tidak hanya mengenali dan
memandang kekuatannya, melainkan juga berpandangan pada
konsep diri dalam kelemahan dan kegagalannya.
- Mampu menjadi individu yang mampu menemukan problem solving
pada diri sendiri.
- Dapat melakukan perubahan diri dari kebiasaan yang tidak baik
menjadi lebih baik, sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
- Dapat meningkatkan kemampuan diri dalam hubungan sosial dan
kemampuan yang lainnya.
- Merubah pandangan diri terhadap apa yang tidak seharusnya, baik
dalam diri sendiri maupun dalam lingkungan sosial kehidupan.
- Menjadikan individu agar dapat menjalankan kehidupnnya berada
dalam ruang lingkup yang penuh makna dan bermanfaat.

Berbagai macam definisi, tujuan, dan peran dari konseling rehabilitasi.


Hal tersebut menunjukan bahwa memang konseling rehabilitasi memiliki arti
yang luas. Dalam prakteknya makna konseling rehabilitasi memiliki pandangan
yang sistematis. Hal yang sangat komplek dengan filosofinya.

Sebagaimana menurut (Maki & Riggar, 1985- dalam Parker et al, 2004).
Filosofi rehabilitasi tersebut memiliki prinsip dasar yang mengajarkan suatu
pemahaman tentang berbagai konsekuensi dari adanya ketunaan dalam setiap diri
individu, apa yang seharusnya individu dapatkan, dan berbagai nasihat agar
tujuan yang diinginkan dalam rehabilitasi dapat tercapai.

CRCC mendaftar ruang lingkup dalam praktek konselor rehabilitasi,


diantaranya adalah:

a. Assessment dan pengukuran


b. Penentuan diagnosis dan rencana terhadap treatmen/penanganan
yang akan diberikan
c. Intervensi treatmen
d. Konseling karier
e. Manajemen kasus, rujukan dan koordinasi pelayanan
f. Evaluasi program dan penelitian
g. Intervensi untuk mengubah lingkungan, ketenaga-kerjaan, dan
penghalang sikap.
h. Adanya jasa konsultasi
i. Analisis tentang pekerjaan
j. Memberikan suatu konsultasi, tidak hanya itu, melainkan juga
mengakses teknologi rehabilitasi.

3. Teknik Asesmen Dalam Konseling Rehabilitasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa kecacatan adalah hal yang sudah tidak
asing jika dialami oleh seorang manusia. Bahkan (Smart & Smart, 2006)
mengatakan bahwa kecacatan adalah bagian dari kehidupan manusia. manusia
tidak ada yang sempurna, untuk dapat mengatasi permasalahan ini, konseling
rehabilitasi sangat dibutuhkan.
Dengan demikian, dalam konseling harus menggunakan teknik yang
tepat agar proses konseling dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Maka diperlukannya assessment terlebih dahulu.
Proses bimbingan dan konseling yang akan dilakukan oleh konselor
akan berjalan secara efektif jika konselor mengetahui segala sesuatu yang ada
pada diri konseli baik dari keadaan fisik maupau mentalnya. Bahkan semakin
banyak informasi yang konselor tetahui dr konseli, maka, akan berdampak baik
bagi terlaksananya proses konseling tersebut.
Untuk dapat mengetahui berbagai informasi tentang konseli, konselor
harus melakukan proses Assesment, Assessment menurut Aken dalam Anwar
Sutoyo (1997: 454) mengatakan bahwa assesment merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk menggali berbagai informasi, menilai dan juga memahami
berbagai suatu masalah atau gangguan yang terjadi pada individu maupun
kelompok. Dalam pelaksanaan assessment tidak boleh dilakukan oleh sembarang
orang dan harus disesuaikan dengan aturannya.
Dalam Asessment Juga terdapat Ruang lingkupnya, Sebagaimana dalam
(Hood & Johnson 1993) mengungkapkan, bahwa terdapat 5 ruang lingkup
Assesment dalam Bimbingan Dan Konseling. Diantaranya:
1. System Assesment
2. Program Planning
3. Program Implementation
4. Program Improvement
5. Program Certification
Asessment juga dikelompokan dalam 2 kelompok, dalam Gabel (1993)
mengungkapkan bahwa asessment dikelompokan kedalam dua kelompok, Yaitu
kelompok Assesment Tradisional dan Asessment Alternatif.
Bentuk-bentuk Assesment dalam Bimbingan Dan Konseling dibedakan
menjadi dua, yaitu assessment teknik tes dan assessment teknik non tes.
1. Assessment teknik tes
Anne Anastasi dalam Gantina Komalasari, dkk (1961-1990),
berpendapat bahwa assessment teknik nos tes merupakan suatu
pengukuran terhadap suatu sampel perilaku yang sebenarnya.
Adapun jenis-jenis assessment teknik tes adalah sebagai berikut:
1. Tes Prestasi
2. Tes bakat
3. Tes Minat
4. Tes Kepribadian
2. Assessment teknik Non tes

Assessment Teknik Non Tes ini merupakan teknik yang


seringkali banyak digunakan oleh seorang konselor. Berikut penjelasan
jenis-jenisnya:

1. Daftar Cek Masalah (DCM)

Daftar cek masalah merupakan suatu daftar yang


berisikan pernyataan yang diajaukan kepada responden. Jika
pernyataan atau pertanyaan yang ada dalam DCM sesuai dengan
keadaan diri mereka, maka responden diharuskan untuk
menceklis pada kolom tersebut. Akan tetapi, jika sebaliknya jika
tidak sesuai dengan keadaan diri mereka, responden cukup
mengkosongkan kolom tersebut

2. Alat Ungkap Masalah Umum (AUM-U)

AUM-U ini merupakan teknik yang digunakan konselor


untuk mengetahui dan memahami berbagai masalah umum yang
ada pada diri konseli. Dengan harapan seorang konselor harus
memahami teknik ini secara terlatih untuk menjadi penunjang
diri dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

3. Alat Ungkap Masalah Belajar

Dalam 30 tahun terakhir alat ungkap masalah belajar


telah digunakan. Instrumen ini terdiri dari 3 bentuk, diantanya
untuk SLTP, SLTA, & PT yang memiliki 75 butir. Dan hanya
memuat 3 bidang masalah saja, yaitu metode belajar, motivasi
belajar, dan sikap-sikap tertentu dalam kegiatan di sekolah
maupun di perguruan tinggi.

4. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik komunikasi yang


dilakukan oleh seorang pewawancara (konselor) dengan oramg
yang di wawancara (konseli). Menurut Rahardjo dan gunanto
mengungkapkan, bahwa fungsi wawancara memiliki fungsi yang
komplek, yaitu dapat mengidentifikasi suatau masalah yang
terjadi, diagnosis, menentukan treatmen, prognosis,
mengevalusai, follow up, dan tentunya tujuan dan fungsi utama
dari wawancara ini akan dapat mengetahui apa faktor yang
menyebabkan masalah tersebut terjadi.

5. Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengetahui


dan memahami hubungan sosial antar individu dalam suatu
kelompok. Fungsi dari sosiometri ini, untuk menemukan dan
mencatat suatu hubungan antara individu antar anggota
kelompoknya, antara ketertarikan dan penolakan satu sama
lainnya.

6. Observasi

Observasi merupakan suatu metode pengamatan yang


dilakukan oleh konselor secara terencana dan hasil dari
pengamatan tersebut dituangkan secara tertulis agar dapat
menghasilkan suatu kesimpulan tentang berbagai pemahaman
terhadap subjek yang telah diamatinya.

7. Angket

Angket merupakan sutu teknik yang berisikan suatu


pernyataan atau pertanyaan yang diberikan kepada reponden
(konseli) secaratertulis, yang jawabannya harus di jawab secara
tertulis kembali.

8. Inventori tugas perkembangan (ITP)

Inventori merupakan suatu metode yang berisikan


pertanyaan yang harus di jawab atau dipilih oleh seorang
responden yang disesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri,
yang dimana hasilnya nanti akan dipahami oleh konselor guna
mengetahui keadaan apa yang sebenarnya terjadi pada
responden tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Caplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Coleman, J.S. 1988. Sosial Capital in The Creation Of Human Capital. American:
Journal of Sociology.

Parker, M.r.; Szimanski, E.M.; & Patterson, J.B. (Eds). (2004). Rehabilitation
Counseling: Basics and Beyond. Fourth Edition. Texas: Pro.ed Inc. International
Publisher.

Gabel, D.L. (1993). Handbook Of Research On Science Teaching And Learning. New
York: Maccmillan Company.

Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment In Counseling: A Guide To The Use
Psychological Assesment Procedures. American Counseling Assocition.

Komalasari, Gantina, dkk. Assesment Teknik Non Tes Dalam Perspektif BK


Komprehensif, Jakarta: Indeks, 2011.

Setiawan, Muhammad Andri. (2017). Telaah Bimbingan Dan Konseling Dalam Setting
Rehabilitasi. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman. 3(1). 22-23.

Smart, T.F. & Smart, D.W. (2006). Handbook Of Rehabilitation Counseling Techniques.
Canada: Wodsworth Group.

Sudarsono. 1990. Kenakalan Remaja, Prevensi, Rehabilitasi dan Sosialisasi. Jakrata:


Rineka Cipta

Sutoyo, Anwar. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Syafitri, R. 2013. Koping Stres Pada Pecandu Narkoba(Narkotika dan Obat-Obatan


Terlarang) yang Menjalani Rehabilitasi di Wisma Sirih Rumah Sakit Khusus Kalimantan
Barat. Jurnal Keperawatan PRONERS.

Anda mungkin juga menyukai