Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN

BAB 1 KONSEP INVESTASI

INVESTASI DAN PASAR MODAL


Dosen Pengampu: Putu Eka Dianita Marvilianti Dewi, S.S.T.Ak., M.Si.

Disusun Oleh:
1. I Kadek Dwi Ananta (2017051002)
2. Komang Trisna Ayu Widari (2017051004)
3. Gusti Made Karmayani Merthasari (2017051018)

Kelas: 5A

Program Studi S1 Akuntansi


Jurusan Ekonomi dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
2022
KONSEP INVESTASI

Investasi dapat didefinisikan sebagai penempatan dana pada satu atau lebih aset
(sarana) lainnya yang akan dipegang untuk selama beberapa periode waktu yang akan
datang. Menurut KBBI, investasi merupakan penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Investasi dilakukan
dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran (yang dapat dinilai dengan uang),
dimasa yang akan datang dengan asumsi investor hanya berkepentingan terhadap
manfaat yang dapat diukur dengan satuan uang.
1. Jenis Investasi
a. Investasi Kekayaan Riil (Real Property)
Investasi Kekayaan Riil (Real Property) merupakan investasi yang dilakukan
pada aset yang tampak secara nyata, seperti tanah, bangunan dan yang secara
permanen melekat pada tanah termasuk apartemen, ruko, dan sebagainya.
b. Investasi Kekayaan Pribadi yang tampak (Tangible Personal Property)
Investasi Kekayaan Pribadi yang tampak (Tangible Personal Property)
merupakan investasi yang dilakukan pada benda-benda seperti, emas, berlian,
barang antik dan termasuk benda-benda seni seperti lukisan, dan lain-lain.
c. Investasi Keuangan (Financial Investment)
Investasi Keuangan (Financial Investment) merupakan investasi yang
dilakukan pada surat berharga baik yang ada di pasar uang (money market)
seperti deposito, SBI. Maupun surat berharga di pasar modal seperti saham dan
berbagi bentuk surat berharga pasar modal lainnya.
d. Investasi Komoditas (Commodity Investment)
Investasi Komoditas (Commodity Investment) merupakan investasi yang
dilakukan pada komoditas dalam artian barang seperti kpoi, kelapa sawit dan
lain-lain. Investasi pada sektor ini disebut perdagangan berjangka.
2. Tipe Investasi
a. Investasi Langsung
Investasi langsung merupakan pembelian secara langsung aktiva keuangan
suatu perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva
keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar
modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market).
Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar uang berupa aktiva yang
mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang
tinggi. Misalnya, Treasury-bill (T-bill) dan sertifikat deposito yang dapat
dinegosiasi. Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar modal berupa aktiva
keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income
securities) dan saham-saham (equity securities). Aktiva yang dapat diperjual-
belikan di equity market adalah saham preferen dan saham biasa.
Opsi dan futures contract merupakan surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar turunan. Disebut dengan surat-surat berharga turunan
(derivative) karena nilainya merupakan jabaran dari surat berharga lain yang
terkait. Contoh dari opsi misalnya adalah waran. Waran adalah suatu hak yang
diberikan kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan
bersangkutan dengan harga yang tertentu dalam kurun waktu yang sudah
ditetapkan. Future contract merupakan persetujuan untuk menyediakan aktiva
dimasa mendatang dengan harga pasar yang sudah ditentukan dimuka. Aktiva
yang diperdagangkan umumnya adalah komoditi hasil bumi.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung merupakan pembelian saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari
perusahaanperusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan
membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan
dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang
diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Perusahaan investasi
dapat diklasifikasikan sebagai unit investment trust, close-end investment
companies dan open-end investment companies.
- Unit investment trust merupakan trust yang menerbitkan portofolio yang
dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan tetap (misalnya bond)
dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independen.
- Close-end investment companies merupakan perusahaan investasi yang
hanya menjual sahamnya pada saat penawaran perdana (initial public
offering) saja dan selanjutnya tidak menawarkan lagi tambahan lembar
saham.
- Open-end investment companies dikenal dengan nama perusahaan reksa
dana (mutual funds). Perusahaan investasi ini masih menjual saham baru
kepada investor setelah penjualan saham perdananya. Juga pemegang
saham dapat menjual kembali sahamnya ke perusahaan reksa dana
bersangkutan.

3. Tujuan Investasi
Pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut:
a) Untuk menciptakan keberlanjutan dalam investasi tersebut,
b) Untuk menciptakan profityang diharapkan,
c) Untuk menciptakan kemakmuran bagi para pemegang saham,
d) Untuk memberikan andil bagi pembangunan bangsa.

Secara lebih khusus ada beberapa alasan seseorang melakukan investasi, antara
lain:
a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang.
b) Untuk mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi
seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c) Dorongan untuk menghemat pajak melalui pemberian fasilitas perpajakan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang tertentu.
4. Proses Investasi
Secara umum proses manajemen investasi meliputi lima tahapan sebagai berikut :
a) Menetapkan Sasaran Investasi
Penetapan sasaran artinya menempatkan target sasaran terhadap yang akan
diinvestasikan dan sangat disesuaikan dengan apa yang akan ditujukan pada
investasi tersebut. Jika sasaran investasi dalam bentuk penyaluran kredit maka
investasi tersebut berupa lembaga perbankan, leasing, bank perkreditan dan
sejenisnya. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, seperti
tingkat pengembalian yang diharapkan, tingkat risiko, dan ketersediaan jumlah
dana yang akan diinvestasikan.
b) Melakukan Analisa
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini yakni untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga, apakah harganya terlalu tinggi atau
terlalu rendah, untuk itu ada dua pendekatan yang dapat dipergunakan yaitu:
- Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh
emiten maupun oleh administratur efek. Analisis ini dimulai dari siklus
usaha perusahaan secara umum, sektor industri, kemudian evaluasi
terhadap kinerja dan saham yang diterbitkannya.
- Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu
sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Para
analis memperkirakan pergeseran supply dan demand dalam jangka
pendek, serta cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan earning
dalam menentukan barometer dari supply dan demand.Analisis teknikal
mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada supply
dan demand saham itu sendiri.
c) Membuat Kebijakan Investasi
Dalam membuat kebijakan investasi sesuai dengan sasaran investor, yaitu
memutuskan bagaimana dana sebaiknya didistribusikan terhadap kelompok-
kelompok aktiva yang ada.
d) Memilih Strategi Portofolio
Dalam pemilihan strategi portofolio harus konsisten terhadap sasaran dan
kebijakan investasi.Strategi portofolio dapat dibedakan menjadi strategi aktif
dan pasif.Strategi portofolio aktif menggunakan informasiinformasi yang
tersedia dan teknik-teknik peramalan untuk memperoleh kinerja terbaik.
Sedangkan strategi portofolio pasif yaitu mengasumsikan bahwa pasar akan
merefleksikan seluruh informasi yang tersedia pada harga sekuritas.
e) Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk,
baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat
risiko yang ditanggung. Sebagai tolak ukur digunakan dua cara yaitu
measurement adalah penilaian kinerja portofolio terhadap assets yang telah
ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua comparison adalah penilaian atas
dasar perbandingan atas dua set portofolio yang memiliki risiko yang sama.
f) Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Revisi (perubahan) dilakukan pada efek-efek yang membentuk portofolio jika
dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan
tujuan investasi. Revisi tersebut bisa dilakukan secara total, yaitu dilakukan
likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru.
Atau dilakukan secara terbatas yaitu dilakukan perubahan atas
proporsi/komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang
membentuk portofolio tersebut.

5. Risiko Investasi
Dalam berinvestasi ada dua tipe risiko yang perlu dipahami oleh investor yaitu
risiko sistematik dan risiko non sistematik.
 Risiko sistematik adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi dan dipengaruhi
oleh perubahan sosial, ekonomi maupun politik secara keseluruhan contohnya
seperti risiko pasar, risiko suku bunga, risiko inflasi dan risiko mata uang. Pada
dasarnya investor tidak dapat menghindari risiko sistematik.
(a) Risiko Pasar merupakan risiko yang disebabkan pasar secara keseluruhan
yang menyimpang dari siklusnya. Faktor yang mempengaruhinya adalah
kejadian-kejadian politik dalam negeri, perubahan ekonomi nasional,
regional atau global.
(b) Risiko Suku Bunga merupakan risiko fluktuasi/ pergerakan tingkat suku
bunga. Faktor penyebabnya adalah jumlah dana pinjaman, level dari siklus
bisnis, inflasi dan kebijakan pajak. Tingkat suku bunga yang tinggi
menyebabkan nilai dari saham dan obligasi akan turun, atau sebaliknya.
(c) Risiko Inflasi sangat mempengaruhi investasi di obligasi karena
pembayaran bunga obligasi biasanya pada jumlah nilai yang tetap. Ketika
kenaikan inflasi, nilai masa kini (present value) bunga obligasi akan turun.
Saham memiliki risiko yang lebih rendah dikarenakan pembayaran dividen
dapat disesuaikan dengan inflasi.
(d) Risiko Mata Uang merupakan risiko yang harus dihadapi investor dimana
terjadi fluktuasi antara dua mata uang atau lebih yang akan mempengaruhi
total tingkat pengembalian investasi.

 Risiko Non Sistematik adalah risiko yang bukan disebabkan oleh pasar secara
keseluruhan melainkan oleh satu perusahaan seperti kemampuan manajemen
dalam memimpin perusahaan, mogok tenaga kerja di perusahaan, atau
penjualan yang menurun. Risiko ini biasanya disebut juga sebagai risiko yang
bisa dihindari atau risiko spesifik. Investor dapat mengurangi atau mengatasi
risiko ini dengan mendiversifikasi portfolionya. Faktor-faktor yang
menyebabkan risiko non sistematik adalah risiko bisnis, risiko keuangan, risiko
cidera janji dan risiko likuiditas.
(a) Risiko Bisnis merupakan risiko bagaimana kemampuan perusahaan untuk
beroperasi secara menguntungkan.
(b) Risiko Keuangan sangat berhubungan dengan laporan neraca keuangan
perusahaan, contohnya beban hutang perusahaan yang sangat besar akan
mempunyai tingkat risiko yang besar pula.
(c) Risiko Cidera Janji merupakan risiko dimana perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajibannya pada saat kewajibankewajibannya jatuh tempo.
(d) Risiko Likuiditas dapat terjadi dimana investasi investor tidak dapat
dicairkan menjadi kas dalam waktu yang pendek karena tidak tersedianya
pembeli.

6. Tipe Investor
a. Risk Avoider (akut pada Risiko)
Investor dengan tipe risk avoider cenderung berhati-hati dan menghindari risiko
yang akan timbul sehingga disebut juga dengan safety player. Risk avoider akan
kesulitan menjadi pemim[in dan leih banyak menjadi follower bukan seorang
inovator.
b. Risk Indifference (Hati-hati pada Risiko)
investor ini kecenderungan kehati-hatiannya begitu tinggi, maka biasanya
setelah keputusan tersebut diambil, investor tidak akan mengubah begitu saja.
Perhitungan atas segala dampak yang akan terjadi jika keputusan dibuat selalu
dipertimbangkan sehingga terkesan tipe peragu.
c. Risk Seeker/ Risk Lover (Suka pada Risiko)
Karakteristik investor ini sangat menyukai risiko karena beranggapan semakin
tinggi risiko makan semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan
diperoleh. Prinsip ini begitu menonjol dan mempengaruhi besar terhadap setiap
keputusan yang akan diambil.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto,Eko.2020. Pasar Modal Dan Kelembagaannya.Purwokerto: UM


Purwokerto Press (Anggota APPTI).
Rencana Sari Dewi,Gusti Ayu Ketut.2017.Investasi Dan Pasar Modal
Indonesia.Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai