Anda di halaman 1dari 28

MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA


1. KONSUMSI, INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL
Konsumsi adalah pemakaian sumber daya yang ada untuk mendapatkan kepuasan
atau utiliti. Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yang berkaitan. Penundaan
konsumsi sekarang (K0) dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi dimasa
mendatang (K1). Individu melakukan konsumsi dengan memakai sumber daya yang ada
untuk mendapatkan kepuasan atau utiliti (utility). Setiap individu diasumsikan
menyukai konsumsi lebih daripada konsumsi yang kurang. Asumsi ini dapat diartikan
bahwa utiliti marginal dari konsumsi adalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan
meningkatkan utiliti (kepuasan). Asumsi yang lain adalah bahwa utiliti marginal dari
konsumsi sifatnya menurun, yaitu peningkatan utiliti untuk konsumsi yang sama akan
semakin lebih kecil dari sebelumnya.
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva
produktif selama periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas
membutuhkan aktiva yang produktif untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda
untuk dihasilkan menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian
investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan
ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.
Dengan adanya aktiva produktif, penundaan konsumsi sekarang untuk di
investasikan ke aktiva yang produktif tersebut akan meningkatkan utiliti total.
1.1 TIPE INVESTASI KEUANGAN
Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi
tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva
keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain.
Sebaliknya investasi tidak langsung dengan membeli saham dari perusahaan investasi
yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.
Investasi langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau
pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan
membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva


ini dapat berupa tabungan di bank atau setifikat deposito. Aktiva yang dapat di perjual-
belikan di pasar uang (money market)berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil,
jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat
berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak digunakan di penelitian keuangan sebagai
proksi return bebas risiko (risk-free rate of return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar modal sifatnya
adalah untuk investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal adalah
aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan-tetap dan saham-saham.
Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai berikut ini.
1.      Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
-  Tabungan
-  Deposito
2.      Investasi langsung dapat diperjual-belikan
A. Investasi langsung di pasar uang.
-   T-bil
-   Deposito yang dapat dinegosiasi
B. Investasi langsung di pasar modal
a. Surat-surat berharga pendapatan tetap.
-  T-bond.
-  Federal agency securities.
-  Municipal bond
-  Corporate bond
-  Convertible bond
b. Saham-saham (equity securities)
-  Saham preferen (preferred stock)
-  Saham biasa (common stock)
c. Investasi langsung di pasar turunan
a. Opsi
-  Waran (warrant)
-  Opsi put (put option)

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

-  Opsi call (call option)


b.  Futures contract
Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari
perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa
keuangan dengan cara menjual sahamnya ke public dan menggunakan dana yang
diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam bentuk portofolionya. Ini berarti bahwa
perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan
menjualnya eceran kepada public dalam bentuk saham-sahamnya. Investasi tidak
langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor paling tidak karena dua
alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan
portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus
membeli beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya. Investor yang
tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri dapat membeli
saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman
tidak akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat membeli saham
yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah membentuk portofolio
optimal.
Perusahan investasi dapat diklasfisikan sebagai unit investment trust, closed-end
invetemen companies dan open-end investment companies. Unit investment trust
merupakan trust yang menerbitkan potorfolio yang di bentuk dari surat-surat berharga
perpengasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang
independen.sertifikat portofolio ini dijual kepada  investor sebesar nilai nilai bersih total
aktiva yang tergabung di dalam pertofolio ditambah dengan komisi. Closed-end
investement companies merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya
dalam jumlah yang tetap yaitu sebanyak saat penawaran perdana .Open-end investemen
companies dikenal dengan nama perusahan reksadana (mutual funds).menurut undang-
undang pasal modal No. 8 tahun 1995 , pasal ayat 1 (27) reksadana didefinisikan sebagi

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya di investasikan dalam perotofolio efek oleh manejer investasi.
Ditinjau dari aktiva yang diinvestasikan, reksadana dapat dikelasifisikan menjadi
beberapa macam sebagai berikut ini.
1. Reksadana pasar uang (money market mutual fund)
Raksadana ini membentuk porotofolionya dengan aktiva-aktiva surat berharga
utang jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari satu tahun.
2. Raksadana pendapatan tetap (fixed income mutual fund).
Raksadana ini berisi dengan paling tidak 80% aktiva obligasi dan sisanya dapat
berupa aktiva lain, minsalnya saham. Tujuannya untuk membentuk portofolio
yang lebih aman.
3. Reksadana saham atau reksadana ekuitas (eqiity mutual fund).
Reksadana ini berisi dengan paling tidak 80% aktiva saham dan sisianya dapat
berupa aktiva lain,minsalnya obligasi. Tujuannya untuk menghasilkan tutran yang
tinggi.
4. Rasadana campuran (mixed mutual fund).
Raksadana ini berisi dengan aktiva campuran dalam bentuk obligasi,saham dan
aktiva lainnya.
5. Rakadana terpoteksi (protected mutual fund).
Reksadana terpoteksi memproteksi investor dari kerugian penurunan nilai
investasinya.
1.2 PERANAN PASAR MODAL
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu
antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka
pendek umumnya diperoleh di pasar uang (minsalnya bank komersial). Pasar modal
merupakan sarana perusahan untuk dari obligasi. Untuk menarik pembeli dan penjual
untukberpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal
dikatakan likuid dan efisien.suatu pasar modal di katakan likuid jika penjual dapat
menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat.Pasar modal
dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahan
secara akurat. Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan dimasa


mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas
dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di hargai surat berharga yang turun.
Dengan demikian pasar modal dapat di gunakan sebagi sarana tidak langsung pengukur
kualitas manajemen.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti,
reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Ini merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, ia memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu
lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai
instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Di Indonesia, terdiri atas
lembaga-lembaga sebagai berikut:
a. Badan Pengawas Pasar Modal
b. Bursa efek
c. Perusahaan efek
d. Lembaga Kliring dan Penjaminan, saat ini dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan
Efek Indonesia (PT. KPEI)
e. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, saat ini dilakukan oleh PT. Kustodian
Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI)
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
menjalankan dua fungsi sebagai berikut :
a. Pertama yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.
b. Kedua menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Dengan demikian,

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan


karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
2. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA
a. Periode pertama (1912-1942): periode Jaman Belanda
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta.
Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai “vereniging voor effectenhandel” yang
merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia 1,
pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan
disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena masih dalam jaman
penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan oleh Belanda, mayoritas
saham-saham yang diperdagangkan di sana juga merupakan saham-saham
perusahaan Belanda dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading
Agencies. Pasar-pasar modal ini beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia
di tahun 1942.
b. Periode kedua (1952-1960): Periode Orde Lama
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan
undang-undang darurat no. 12 yang kemudian dijadikan undang-undang
No.289737/U.U. tanggal 1 November 1951, Bursa Efek 52 Jakarta (BEJ) akhirnya
dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa ini untuk
menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Kepengurusan bursa efek ini kemudian duserahkan ke Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-Efek (P.P.U.E) yang terdiri dari 3 bank dan Bank
Indonesia sebagai anggota kehormatan. Bursa efek ini berkembang dengan baik
walaupun surat berharga yang diperdagangkan umumnya adalah obligasi oleh
perusahaan Belanda dan obligasi pemerintah Indonesia lewat Bank Pembangunan
Indonesia. Penjualan oblegasi semakin meningkat dengan dikeluarkannya obligasi
pemerintah melalui Bank Industri Negaradi tahun 1954, 1955, dan 1958. Dengan
adanya sengketa antara Pemerintah RI dengan Belanda mengenai Irian Barat, semua
bisnis Belanda dinasionalkan melalui Undang-Undang Nasionalisasi No. 86 tahun
1958. Akibatnya mulai tahun 1960 sekuritas-sekuritas dari Belanda tidak
diperdagangkan lagi di bursa efek jakarta yang menjadikan aktifitas di BEJ menurun.

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

c. Periode ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru


Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru
sebagai hasil dari keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan
pendirian pasar modal, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan
Badan Pelaksana Pasar Modal (yogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, Yogyakarta, BPFE, 2009, h. 60-62.53). (BAPEPAM) dan PT Danareksa.
Presiden Suharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 10 Agustus
1977. Periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang, karena sampai
dengan tahun 1988 hanya sedikit sekali perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya
24 perusahaan (selama 4 tahun,1985 sampai dengan 1988 tidak ada perusahaan yang
go public).
d. Periode keempat (1988- Mei 1995): Periode Bangun dari Tidur yang Panjang
Sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai tahun 1988 BEJ dikatakan dalam
keadaan tidur yang panjang selama 11 tahun. Sebelum tahun 1988, selama 3 tahun
saja yaitu sampai tahun 1990 jumlah perusahaan yang terdaftar pada BEJ meningkat
sampai dengan 128. Sampai dengan akhir tahun 1994 jumlah perusahaan yang sudah
IPO menjadi 225. Pada periode ini IPO menjadi peristiwa nasional dan banyak
dikenal sebagai periode lonjakan IPO (IPO boom). Peningkatan di Pasar Modal ini
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Permintaan dari investor asing
Investor asing melihat bahwa pasar modal di Indonesia telah maju dengan pesat
dan mempunyai prospek yang baik. Investor asing tertarik dengan pasar
Indonesia karena dianggap sebagai pasar yang menguntungkan untuk
diinvestasikan secara internasional.
2. Pakto 88
Pakto 88 merupakan reformasi tanggal 27 Oktober 1988 yang dikeluarkan
untuk merangsang ekpor non-migas, meningkatkan efisiensi dari bank
komersial, membuat kebijakan moneter lebih efektip, meningkatkan simpanan
domestik dan meningkatkan pasar modal.
3. Perubahan Generasi

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

Perubahan kultur bisnis terjadi di periode ini, yaitu dari kultur bisnis keluarga
tertutup ke kultur bisnis profesional yang terbuka dan memungkinkan
profesional dari luar keluarga untuk duduk di kursi kepemimpinan perusahaan.
Pergeseran ini terjadi karena perrubahan dari generasi tua ke generasu muda.
Generasi muda umumnya mendapat pendidikan dari barat yang mengakibatkan
mereka mempunyai pandangan berbeda dengan generasi tua. Periode ini juga
dicatat sebagai periode kebangkitan dari Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa
Efek Surabaya dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Pada awalnya,
BES hanya mempunyai 25 saham dan 23 obligasi yang diperdagangkan. BES
hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk meningkatkan indeks gabunga dari
100 pada tanggal 16 Juni 1989 menjadi 340 dan pada tanggal 19 September
1996 BES 55 merubah nilai dasar indeks gabungan menjadi nilai dasar 500.
Sampai dengan kuartal ketiga 1990 jumlah sekuritas yang tercatat meningkat
menjadi 116 saham jumlahnya meningkat sampai tahun 1996 tercatat 208
emiten saham. Semua sekuritas yang tercatat pada Bursa Efek Jakarta (BEJ)
juga secara otomatis diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya (BES).
e. Periode kelima (Mulai Mei 1995): Periode Otomatisasi
Karena meningkatnya kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi
kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomasisasikan kegiatan
transaksi di bursa. Jika sebelumnya terlihat dua deret antrian yang cukup
panjang dan semua transaksi dicatat di papan tulis, maka sekarang setelah
otomatisasi, sekarang yang terlihat pada lantai bursa adalah jaringan komputer-
komputer yang digunakan broker. Jakarta Automated Trading System (JATS).
Sistem otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta di beri nama Jakarta
Automated Trading System dan dimulai dioperasikan pada hari senin tanggal 22
Mei 1995. Sistem manual hanya mampu menangani sebanyak 3800 transaksi
tiap hari. Dengan JATS, sistem ini mampu menangani sebanyak 50000 transaksi
tiap hari. JATS sebagai suatu sistem terdiri dari perangkat dari perangkat keras
dan lunak.Komponen-kopmponen utama dalam JARS adalah:
1) Pusat komputer pengolah data yang disebut juga dengan istilah trading engine
yang mempunyai tugas untuk menerima, memproses order dari komputer

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

broker, mengirimkan informasi ke komputer broker dan mempertemukan


order penjualan dan pembelian.
2) Gateway berupa komputer-komputer yang menghubungkan komputer-
komputer broker dengan trading engine.
3) Teraders workstations yang terdiri dari sejumlah terminal untuk masing-
masing broker di lantai bursa.
Surabaya Market Information & Automated Remote Trading (SMART)
Untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan transaksi yang meningkat di
BES, maka pada tanggal 19 September 1996 (diumumkan secara terbuka
pada tanggal 10 Maret 1997) BES menerapkan sistem otomatisasi yang
disebut dengan Surabaya Market information & Automated Remote Trading.
Sistem SMART ini diintegrasikan dengan sistem JATS di BEJ dan sistem di
KDEI (Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk menyelesaian transaksi.
Adapun fasilitas yang diberikan oleh S-MART adalah:
a) Trader Workplace yaitu sarana akses langsung secara elektronik oleh anggota
bursa atau broker atau WPPE (Wakil Perantara Pedagang Efek) dari kantor
mereka masing-masing, sehingga tidak lagi harus dilakukan di lantai bursa.
b) S-MART Mail yaitu sarana surat elektronik (e-mail).
c) S-MART Web yaitu fasilitas word-wide-web di internet yang menyediakan
informasi-informasi penting yang diperlukan.
d) S-MART Chat fasilitas komunikasi percakapan interaktif antara anggota
bursa dengan pemakai internet lainnya.
f. Periode keenam (mulai Agustus 1997 – September 1998): Krisis Moneter.
Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda negara-negara Asia, termasuk
Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Singapura. Tidak banyak
perusahaan yang melakukan IPO pada periode krisis, yaitu hanya 18 perusahaan.
Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-
negara Asia terhadap dollar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan
karena spekulasi dari pedagang valas, kurang percayanya masyarakat terhadap
nilai mata uang negaranya sendiri. Tingginya suku bunga deposito berakibat
negative terhadap pasar modal. Investeor tidak lagi tertarik untuk menanamkan

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

modalnya pada pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil.
dibandingkan darin bunga deposito. Akibat lebih lanjut, harga-harga saham di
pasar modal mengalami penurunan yang drastis. Untuk mengurangi lesunya
permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, pemerintah berusaha
meningkatkan aktifitas perdagangannya lewat transaksi investor asing. Pada
tanggal 3 September 1997 pemerintah tidak memberlakukan lagi pembatasan
49% pemilikan asing. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang
bergejolak ini pemerintah pada hari Sabtu 1 November 1997 mengumumkan
melikuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman yang cukup mencegangkan
ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar modal.
g. Periode ketujuh (Mulai Juli 2000): Tanpa Warkat
Perdagangan tanpa warkat sudah dianggap tidak efisien lagi belum lagi banyak
warkat yang hilang sewaktu disimpan, atau sudah banyak juga warkat yang
dipalsukan, secara administratif, penerbitan warkat juga akan menghambat
proses penyelesaian transaksi. Oleh karena alasan-alasan tersebut, maka pada
bulan Juli 2000 BEJ mulai menerapkan perdaganganperdagangan tanpa waktu
( scripless trading).
h. Periode kedelapan ( Mulai Oktober 1998 – Desember 2002): Penyembuhan
Setelah mengalami penurunan drastis sampai akhir bulan September 1998
sampai menembus 300 poin, IHSG di bulan Oktober 1998 mulai mengalami
peningkatan menembus kembali diatas 300 poin. Pada tanggal 5 Oktober 1998
IHSG benilao 311.96 poin. Periode penyembuhan ini ditandai dengan naik
turunnya IHSG berkisar 400 poin sampai dengan 700 poin. Seperti halnya
proses penyembuhan dari penyakit yang berat, pernah naik tertinggi sejak
Oktober 1998 pada tanggal 14 Juni 1999 dengan nilai 707,88 poin, IHSG
mengalami penurunan sampai 365,82 poin pada tanggal 16 April 2001 dan
setelah mengalami naik turun pada akhir tahun sebelum natal 23 Desember 2002
IHSG bernilai 420,90.
i. Periode kesembilan (Mulai Januari 2003 – Januari 2008): Kebangkitan Kembali.
Tahun 2003 dimasuki dengan optimisme. IHSG dibuka pada awal tahun pada
tanggal 1 Januari 2003 dengan nilai 4005,44. Tahun 2004 IHSG sudah

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

menembus level 1000 dan diakhir tahun 2004 pada tanggal 30 Desember 2004
IHSG ditutup pada nilai 1000,23. Di tahun 2005, tanggal 3 Januari 2005 IHSG
dibuka pada nilai 1038,82 poin dan pada akhir tahun pada tanggal 29 Desember
2005 IHSG ditutup pada nilai 1162,63 poin. Pada tahun 2007 IHSG menembus
nilai diatas 2000 poin pada tanggal 26 April 2007 sebesar 2016,033 dan pada
tanggal 22 Oktober 2007 sudah mencapai nilai 2446,76. Kenaikan IHSG terjadi
terus menerus sejak tahun 2003. Sampai tahun 2007 IHSG sudah meningkat
lebih dari 470%. Pada periode ini pasar modal Indonesia mengalami kondisi
yang baik dan merupakan salah satu pasar modal yang paling berkembang
didunia. Walaupun demikian pasar modal Indonesia pernah mengalami
kejatuhan yang cukup signifikan pada pertengahan Agustus 2007 turun menjadi
1863,365 karena mulai terdegarnya kasus Subprime Mortgage di Amerika
Serikat. Hanya beberapa hari saja IHSG mengalami mengalami kenaikan
menenbus kembali ke level 2000.
j. Periode kesepuluh (Mulai Oktober 2007): Bursa Efek Indonesia
Efektif mulai bulan Novenber 2007, setelah diadakan RUPSLB (Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada 30 Oktober 2007 BEJ dan
BES bergabung menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia).
k. Periode Kesebelas (Mulai Akhir Januari 2008): Krisis Global.
Periode kesebelas dari pasar modal Indonesia dimulai bulan Januari 2008. Pada
akhir Januari 2008 pasar modal dikejutkan dengan kerugian City Bank sekitar
30% akibat dari kasus Suprime Mortgage di Amerika Serikat. Isu Suprime
Mortgage yang sempat mencuat bulan Agustus tahun 2007 sebelumnya yang
diperkirakan hanya mempunyai dampak jangka pendek dan tidak
berkepanjangan, ternyata merupakan bom waktu yang menunggu untuk meledak
dan penyulutnya adalah pengungkapan kerugian dari beberapa bank dan
lembaga keuangan lainnya. Kasus dari Suprime Mortgage ternyata berbuntut
panjang, beberapa lembaga keuangan tidak hanya mengumumkan kerugiannya
tetapi juga ada yang mengumunkan kebangkrutan termasuk perusahaan
keuangan terbesar dunia Lehman Brother. Dampak krisis seluruh pasar modal
dunia mengalami penurunan indeksnya. Dapat dibayangkan betapa hebatnya

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

krisis global ini sampai mengkikis habis nilai indeks dari nilai tertinggi
2838,476 pada bulan Januari menjadi 1089,34 dengan penurunan nilai indeks
sebanyak 1749.136 poin atau penurunan 67,62%. Memasuki tahun 2009, titik
cerah tampaknya mulai muncul di pasar modal Indonesia. Pada tanggal 3 April
2009 nilai IHSG menembus titik psikologi 1500, yaitu sebesar 1511,335. Pelaku
pasar yakin nilai 1500 merupakan nilai psikologis untuk IHSG. Jika IHSG
menembus nilai ini, pelaku pasar optimis IHSG akan pulih kembali.
3. MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH
3.1 PENGERTIAN
Seperti dikemukakan di pendahuluan (yang bersumber dari Bernard: 1989) bahwa
riset akuntansi yang berkaitan dengan pasar modal ini dianggap didasari oleh hasil
program risetnya Ball and Brown, dan Beaver di tahun 1968. Setelah itu banyak riset
akuntansi yang berkaitan dengan data pasar modal dilakukan. Karena riset-riset ini
berkaitan dengan data pasar modal maka disebutlah riset ini sebagai riset yang berbasis
pasar modal (Market Based Accounting Research/MBAR). Keterkaitan ini antara lain
tercermin dalam hubungan (terutama asosiasi) antara informasi akuntansi dengan harga
dan atau volume perdagangan sekuritas di pasar modal.
Informasi akuntansi yang paling umum terkait dengan riset-riset akuntansi yang
berbasis pasar modal adalah informasi tentang earnings. Riset Ball and Brown (1968)
menguji sebuah sampel yakni 261 perusahaan yang terdaftar pada NYSE untuk periode
tahun 1957 hingga tahun 1965. Mereka lebih mengkonsentrasikan pada isi informasi
dari earning daripada likuiditas dan struktur modal. Dengan demikian ukuran ini diakui
memang relatif masih kasar (coarse). Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa
ukurannya adalah apakah earning yang dilaporkan (reported earnings) lebih besar atau
lebih kecil daripada apa yang diharapkan oleh pasar (expected). Keadaan ini diistilahkan
dengan Good News (GN) dan Bad News (BN), yang dapat menjadi suatu “signal”
tentang pros-pek dari suatu perusahaan. Proxy yang digunakan ada dua yakni accoun-
ting beta, dan asumsi bahwa harapan pasar akan earning tahun ini sama dengan earning
sesungguhnya tahun lalu. Selanjutnya mereka mengevaluasi return pasar atas saham-
saham perusahaan yang menjadi sampel disekitar setiap pengumuman earnings. Selisih
antara return yang diharapkan dari suatu saham (j) dengan yang sesungguhnya pada

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

suatu periode (t) mereka sebut dengan abnormal return. Dari sampel yang ada ternyata
terbentuk suatu pola hubungan yang positif atau antara rata-rata abnormal returns yang
dihasilkan dari adanya pengumuman earnings yang GN pada bulan yang sama, dan
sebaliknya untuk yang hubungan yang negatif. Aspek menarik dan yang penting yang
diperoleh dari studi Ball and Brown adalah mereka mengulangi perhitungan “abnormal
secu-rity returns” untuk sebuah “window” yang lebar yakni 11 bulan sebelum dan 6
bulan sesudah bulan pengumuman earning (bulan ke 0). Jadi mereka menghitung rata-
rata “abnormal return” untuk setiap bulan dari 18 bulan “wide window” tersebut.
Sementara itu, studi klasik dari Beaver (1968) menguji dari aspek reaksi volume
perdagangan saham-saham perusahaan disekitar tanggal pengumuman earning. Secara
khusus Beaver menguji 506 pengumuman earning dari 143 perusahaan yang terdaftar di
NYSE untuk periode tahun 1961 hingga tahun 1965 (261 minggu). Untuk setiap
pengumuman earning, Beaver menghitung rata-rata volume perda-gangan harian dari
perusahaan yang mengumum-kan earning tersebut. “Window”yang digunakan adalah
17 minggu disekitar tanggal pengu-muman. Jadi “window”-nya adalah 8 minggu
sebelum dan sesudah tanggal pengumuman. Dalam studi tersebut, Beaver menemukan
bahwa terjadi kenaikan yang dramatis pada volume perdagangan selama minggu
diumumkannya earning. Dari kedua penelitian di tahun 1968 tersebut, hasil (outcome)
yang terpenting adalah bahwa hal di atas telah membuka kesempatan pada riset-riset
akuntansi selanjutnya untuk memberi bukti tambahan yang sangat berarti atas konsep
“usefulness” dari akuntansi. Kesempatan tersebut terbuka karena masih kasarnya
ukuran-ukuran yang digunakan oleh kedua penelitian tersebut. Sejak tahun 1968 itulah
para periset akuntansi telah mempelajari dan meneliti reaksi pasar (modal) terhadap “net
income” atau earnings pada pasar-pasar modal yang lain, dan bahkan pasar modal di
lain negara, serta pada laporan kuartalan (tidak sekedar laporan tahunan). Pendekatan
tersebut digunakan pula untuk meneliti reaksi pasar atas isi informasi dari standar
akuntansi (regulation) yang baru, peng-gantian auditor, dan lain sebagainya (Scotts:
1997, p.111, dan lihat juga Lev and Ohlson: 1982).
Dari ulasan singkat di atas maka dapat dipahami bahwa MBAR meliputi
penelitian-penelitian yang menggunakan data akuntansi yang memproduksi jasa
informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan (dalam bentuk

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

financial reporting) yang terdaftar di pasar modal, dan bagaimana para investor dan
kreditur yang ada maupun yang potensial mereaksinya. Reaksi tersebut terutama
berkaitan dengan kandungan informasi dari earnings yang diuji dengan
membandingkan beberapa ukuran Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April 216
atas “unexpected earnings” dan “abnormal returns” serta “prices.” Oleh sebab
itulah riset-riset empiris yang memfokuskan pada isu-isu tersebut diklasifikasikan
sebagai “capital market (market-based) accounting research” (Suwar-djono: 1997).
Brown (1993) seperti dikutip Suwardjono (1997) menyebut riset empiris ini dengan
sebutan “association studies.” Dalam kondisi tertentu, seperti jika suatu reaksi pasar
sekuritas terhadap informasi akuntansi diob-servasi dengan “window” yang “narrow”
(misal-nya harian) pada saat disekitar tanggal pengu-muman earnings, dapat saja
dikemukakan argumentasi bahwa informasi akuntansi adalah penyebab reaksi pasar.
Jadi, risetnya tidak lagi bersifat “association” tetapi sudah bersifat “causation” (lihat
Scotts: 1997, p.107).
3.2 PERKEMBANGAN MBAR DARI 1970-AN HINGGA 1990-AN
Terlepas dari apakah sifatnya “association” ataukah “causation,” Bernard (1989)
mengemukakan kronologi perkembangan MBAR selama tahun 1970-an hingga tahun
1980-an. Di awal 1970-an diakui adanya “euphoria” atas MBAR yang oleh Lev dan
Ohlson (1982) disebut sebagai “euphoric expectations.” Mereka, seperti yang dikutip
oleh Machfoedz (1995), mengklasifikasikan MBAR di tahun 1970-an ini ke dalam
empat kelompok yakni riset tentang isi informasi, perbedaaan pada kebijakan tehnik
akuntansi, konsekuensi ekonomi atas regulasi, dan pengaruh pada disiplin yang terkait
dengan akuntansi.
Khusus untuk kelompok pertama dibagi lagi ke dalam dua sub kelompok yakni
riset yang berkaitan dengan pengumuman earnings, dan riset isi informasi selain data
keuangan (nonear- nings financial data). Beberapa contoh riset di awal 1970-an ini
dapat disebutkan antara lain yang dilakukan oleh Brown and Kennely (1972), Beaver
(1972), dan Beaver and Dukes (1973).
Pada pertengahan 1970-an mulai muncul pesimisme pada MBAR. Menurut
Bernard (1989) periset akuntansi seperti Gonedes and Dopuch (1974), dan Bob Kaplan
(1975) meman- dang riset-riset di MBAR tidak mempunyai fondasi konseptual untuk

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

menunjukkan hu- bungan antara riset-riset yang ada dengan “the social desirability of
given accounting standard (regulation).”
Pada akhir tahun 1970-an hingga awal 1980- an pesimisme yang muncul tersebut
mulai berkurang dengan adanya konsep “positive accounting theory” yang
dikemukakan oleh Watts and Zimmerman. Konsep mereka dikenal dengan sebutan
konsep “economic consequen- ces” (konsekuensi ekonomi).
Para periset MBAR, dengan adanya “positive accounting theory” mengakui bahwa
walaupun mereka tidak dapat mengevaluasi “the desira- bility of accounting
regulations,” tetapi mereka dapat secara potensial mengukur beberapa kon- sekuensi
ekonominya dalam bentuk reaksi-reaksi harga sekuritas pada perubahan yang tidak
diharapkan dalam “accounting regulation.” Beberapa riset dapat dikemukakan berkaitan
dengan konsekuensi ekonomi ini yakni antara lain Lev (1979), Leftwich (1981), dan
Thompson (1983).
Pada tahun 1989 lagi-lagi Dopuch menyam- paikan pesimisme dengan
mengemukakan bahwa riset tentang konsekuensi ekonomi ini tidak membumi, dan riset-
riset yang berkaitan dengan konsekuensi ekonomi tersebut telah mereda sejak tahun
1985. Alasan kemungkinan meredanya riset konsekuensi ekonomi ini adalah perubahan-
perubahan dalam kebijakan akuntansi yang dimandatkan pengaruhnya terhadap harga
sekuritas hanya berupa “the second order.” Selain itu, dikemukakan bahwa mungkin
saja kebijakan akuntansi mempengaruhi harga seku- ritas. Namun problem
metodologinya
sulit untuk menjelaskan pengaruh tersebut.
Setelah minat riset pada konsekuensi ekonomi memudar maka MBAR kembali ke
isu- isu tradisional yakni tentang penilaian (valua- tion) dengan penekanan pada
hubungan antara earnings dan harga sekuritas, dan kandungan informasi pada data
earnings dan data non earnings. Dengan demikian, MBAR selanjutnya lebih terfokus
pada earnings. Selain fokus pada earnings tersebut, perhatian para periset MBAR mulai
pula memasuki fokus yang beraspek sistem akuntansi dan analisis fundamental terhadap
laporan keuangan. Disinilah munculnya peran riset yang dihasilkan oleh Ou and
Penman, Ohlson, dan yang lainnya di tahun 1989 yang berkaitan dengan analisis
laporan keuangan, serta bagaimana struktur dari sistem akuntansi menghasilkannya

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

untuk mendorong analisis tersebut. Kedua fokus secara sederhana dapat dicontohkan
dengan adanya riset-riset MBAR yang berkaitan dengan Price Earning (P/E) Ratio. Jadi
disamping fokus pada earnings, fokus lainnya adalah pada analisis rasio laporan

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

keuangan. Riset-riset akuntansi (MBAR) pada fokus tersebut cukup mewarnai


riset-riset di tahun 1990-an.
Untuk meyakinkan bahwa minat riset dengan berfokus pada dua hal di atas dilihat
dari perkembangannya, maka berikut ini dikemu- kakan sebuah fokus yakni riset
tentang data earnings. Dari pengamatan atas dua sumber yang sangat dikenal yakni The
Accounting Review (AR), dan Journal Accounting Research (JAR) selama tahun 1994
hingga pertengahan 1998 kuantitas riset akuntansi yang menggunakan kata earnings
sebagai bagian dari judul artikel dan atau hasil riset MBAR dapat disarikan sebagai
berikut:

Tahun The Accounting Review Journal Accounting Research **)


Edisi Bln Artikel yg Edisi Artikel yg menggunakan
menggunakan Musim judul
judul kata Earnings kata Earnings
January 1 dari 7 *) Spring 2 dari 5
1994 April 1 dari 3 *)
July 0 dari 4 Autumn 1 dari 6
October 1 dari 7
January 1 dari 8 Spring 0 dari 9
1995 April 1 dari 7
July 1 dari 7 Autumn 2 dari 8
October 0 dari 8
January 2 dari 7 Spring 1 dari 9
1996 April 0 dari 7
July 3 dari 7 Autumn 1 dari 5
October 0 dari 7
January 2 dari 7 Spring 1 dari 6
1997 April 1 dari 7
July 0 dari 7 Autumn 2 dari 8
October 2 dari 6
January 1 dari 7 Spring 0 dari 8
1998 April 1 dari 5
July 1 dari 5 Autumn 3 dari 9
January „99 2 dari 5 ***)
Total 21 dari 128 Total 13 dari 73
% tase 16,41 % % tase 17,81 %
Ket: *) = Termasuk dalam kelompok “Shorter Article”

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

**) = Terdiri atas Artikel dan “Research Report”, tidak memasukkan


“Supplement”
***) = Pengganti edisi October 1998 yang tidak diperoleh dari AAA
Dengan data dari tabel di atas maka dapat dilihat perkembangan riset pada MBAR di
tahun 1990- an ini masih mendapat tempat yang memadai dalam riset-riset akuntansi
yang terkait dengan earnings yang diterbitkan di dalam kedua jurnal terkenal tersebut.
Untuk lebih meyakinkan bahwa perkem- bangan riset pada MBAR di tahun 1990-an
tersebut masih relevan, berikut dikemukakan beberapa contoh pertanyaan riset yang
berkaitan dengan masalah ini. Pada paper ini hanya diberikan satu contoh untuk masing-
masing tahun dari periode tahun 1994 hingga tahun 1998 yang diambilkan dari The
Acccounting Review.
3.3 PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI NEGARA BERKEMBANG, DAN
GLOBALISASI MBAR
Pasar modal sebagai suatu yang diharapkan menjadi alternatif sumber pendanaan
bagi perusahaan, dan alternatif pilihan untuk investasi diakui telah berkembang dengan
pesat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju (telah berkembang),
tetapi juga akibat munculnya pasar-pasar modal baru di negara- negara belum maju atau
yang sedang berkembang. Perkembangan pasar modal dengan riset MBAR-nya di
negara-negara yang sudah maju relatif tidak perlu dipertanyakan lagi kuantitas dan
kualitasnya. Lain halnya di negara yang pasar modalnya baru tumbuh. Riset-riset
MBAR- nya masih dapat dipertanyakan. Oleh sebab itu ada baiknya dilihat bagaimana
perkembangan pasar modal dan riset MBAR-nya di negara- negara yang sedang
berkembang. Pasar modal di negara yang sedang berkem- bang telah tumbuh dan
berkembang dengan lebih pesat secara relatif dibanding di negara maju. Feldman dan
Kumar (1994) yang seperti yang dikutip oleh “IMF survey (1994)” menyatakan bahwa
jelas sekali perkembangan tersebut bervariasi tidak hanya dalam “size,” tetapi juga
dalam “structural characteristics and perfor- mance.” Yang dimaksudkan disini adalah
bahwa perkembangan tersebut dapat berbeda-beda dimensinya seperti perkembangan
pada jumlah perusahaan yang terdaftar (listed), perusahaan yang baru terdaftar per
tahun, kapitalisasi pasar, jumlah dana yang dihasilkan, nilai saham yang
diperdagangkan, dan lain sebagainya. Perkem- bangan tersebut didukung pula oleh

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

perkem- bangan perekonomian, pasar, dan lingkungan keuangan pada umumnya


termasuk peran positif pemerintah. Peran pemerintah dalam hal ini lebih berkaitan
dengan pembuatan peraturan yang mendukung perkembangan tersebut (Husnan, dan
Pujiastuti: 1995).
Perkembangan pasar modal yang pesat yang dimaksudkan di atas oleh Feldman
dan Kumar (1994) dikelompokkan ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah
kelompok pasar modal yang berkembang dalam tahap-tahap awal yang tercermin masih
relatif sedikitnya perusa- haan yang terdaftar, kapitalisasi yang kecil, likuiditas yang
masih rendah dan sebagainya. Contoh yang diberikan dalam hal ini adalah pasar modal
di Zimbabwe, Kenya, dan Hongaria. Kelompok kedua, kelompok pasar modal yang
likuiditasnya sudah lebih besar, investor asing sudah mulai terlibat, dan sebagainya.
Pasar modal di Pakistan, India, Colombia merupakan beberapa contoh yang
dikemukakan. Selanjutnya, kelompok ketiga, adalah kelompok pasar modal yang
dianggap volume perdagangannya baik saham baru maupun saham yang sudah dalam
perdagangan, dan kapitalisasi yang sudah jauh lebih besar. Termasuk dalam kelompok
ini diberikan contoh adalah pasar modal Argentina, Malaysia, Indonesia, dan Thailand.
Kelompok yang terakhir, adalah kelompok pasar modal yang sudah tumbuh dengan
mapan, volume perdagangannnya besar, dan tingkat risiko mulai memasuki kompetisi
pasar modal di tingkat internasional. Untuk kelompok ini disebutkan antara lain pasar
modal Hong Kong, Korea, Mexico, Singapore dan Taiwan.
Perkembangan yang relatif pesat tersebut dapat dikatakan terjadi mulai di awal
1990-an. Perkembangan di dekade 1990-an di negara- negara sedang berkembang ini
yang oleh Saudagaran and Diga (1997) disebut sebagai “Emerging Capital Markets”
(ECMs) membawa kepada adanya globalisasi pasar modal. Keadaan ini oleh mereka
dengan mengutip risetnya Hilton (1994) dan Price (1994) ditafsirkan pula bahwa bagi
para investor sama dengan diperolehnya kesempatan akses investasi portofolio yang
menjanjikan hasil (returns) yang secara subs- tansial lebih tinggi dibandingkan dengan
inves- tasi hanya di pasar modal di negara yang telah maju. Dengan demikian investor
tidak lagi hanya bersifat domestik tetapi telah dapat bersifat regional dan bahkan global
(internasional). Dengan bahasa lain bahwa pasar modal dapat saja terintegrasi pada
tingkat regional dan bahkan global (Nobes and Parker: 1995, p.6).

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

Integrasi ini mencakup pada pasar modal negara yang sudah maju, dan pasar
modal di negara yang tergolong ke dalam ECMs. Wilcox (1992) mengemukakan bahwa
“emerging mar- kets” menarik para investor untuk masuk ke tingkat global antara lain
karena “the investment appeal of emerging markets in term of risk and return is already
quite high, and the gobal investor experiences only a small part of the often significant
volatility confronting the purely local investor.” Integrasi pasar modal ke tingkat global
tersebut didorong pula oleh tiga factor yang meliputi pertama, adanya peningkatan
aturan-aturan pengungkapan, kedua pengakuan dari pemodal atas keuntungan atas
diversifikasi sumber pendanaan, dan ketiga spektrum yang lebih luas dari para pemodal
internasional dalam mengambil keuntungan atas oportunitas yang ada pada tingkat
global (Philip: 1993).
Keadaan ini memungkinkan para investor melakukan portofolio internasional
karena dapat menurunkan risiko dengan lebih banyak mela- kukan diversifikasi. Dengan
demikian diversi- fikasi pada banyak sekuritas, pada banyak industri, pada banyak
negara akan lebih baik daripada terbatas pada suatu negara (Husnan dan
Pujiastuti:1995). Lebih-lebih lagi dengan ber- munculannya blok-blok kerjasama seperti
NAFTA, APEC, AFTA, dan sebagainya men- dorong pentingnya MBAR yang
aspeknya tidak lagi sebatas di sebuah pasar modal di suatu negara, tapi sudah
menjangkau aspek regional dan global (lihat Hegarty:1997). Pada saat yang sama,
perubahan dalam teknologi telah mengu- rangi hambatan waktu dan jarak dengan
adanya kemajuan telekomunikasi dan komputer dapat menghubungkan pelaku pasar
modal di seluruh dunia (Sutton:1997). Dengan kemajuan tersebut oleh Beaver (1996)
diakui sebagai salah satu faktor “exogenous” penentu arah riset-riset akun- tansi di masa
mendatang, terutama MBAR.
Dengan globalisasi MBAR tersebut maka paling tidak dapat dilihat tiga aspek
riset yakni aspek riset di negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan
Jepang, aspek MBAR di ECMs, dan aspek riset perbandingan diantara baik sesama
negara maju, maupun sesama ECMs. Aspek riset perbandingan meru- pakan hal yang
mulai banyak mendapat perhatian para periset di tahun 1990-an. Beberapa contoh riset
MBAR yang beraspek perbandingan di antara negara maju adalah seperti Cho (1994)
yang menulis “Properties of Market Expecta- tions of Accounting Earnings by

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

Financial Analysts: US Versus UK,” Kusuma (1997) yang menulis tentang


perbandingan “Earning-Price Ratios” antara Jepang dan Amerika Serikat. Untuk
perbandingan di ECMs dapat dikemukakan contoh riset yang dikemukakan oleh
Graham dan King (1998) yang meneliti hubungan nilai pasar pasar dan nilai buku
perusahaan, dan “residual accounting earnings” di enam negara Asia yakni Indonesia,
Korea, Malaysia, Philipinnes, Taiwan, dan Thailand.
Riset-riset MBAR yang beraspek perban- dingan tersebut bukannya tidak membawa
masalah seperti aspek metodologi, aspek data dan lain sebagainya. Uraian berikut akan
meng- ulas persoalan-persoalan yang dapat muncul dalam MBAR di tingkat regional
dan global tersebut, khususnya negara-negara yang pasar modalnya baru berkembang
(ECMs).
4. DEMAND FOR CAPITAL MARKET RESEARCH IN ACCOUNTING
Permintaan riset pasar modal di bidang akuntansi sebagian besar penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal akuntansi akademik terkemuka meneliti hubungan antara
informasi laporan keuangan dan pasar modal, yang disebut sebagai penelitian pasar
modal. Penelitian yang diterbitkan dalam jumlah besar ini merupakan indikasi
permintaan untuk penelitian pasar modal. Setidaknya ada empat sumber permintaan
penelitian pasar modal di bidang akuntansi yang menjelaskan popularitasnya: (i) analisis
dan penilaian fundamental; (ii) pengujian efisiensi pasar modal; (iii) peran akuntansi
dalam kontrak dan proses politik; dan (iv) regulasi pengungkapan. Saya membahas
empat sumber permintaan untuk riset pasar modal di bawah ini, dan membuat daftar
jenis studi riset yang kemudian saya rangkum dalam ulasan.
4.1 FUNDAMENTAL ANALYSIS AND VALUATION
Analisis dan penilaian fundamental dimana Pemegang saham, investor, dan
pemberi pinjaman memiliki kepentingan yang jelas dalam nilai perusahaan. Dalam
pasar yang efisien, nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai sekarang dari arus kas
bersih masa depan yang diharapkan, didiskontokan pada tingkat pengembalian yang
disesuaikan dengan risiko yang sesuai. kinerja saat ini sebagaimana diringkas dalam
laporan keuangannya adalah penting, tetapi bukan satu-satunya masukan untuk
penilaian pasar atas arus kas bersih masa depan perusahaan dan dengan demikian
menjadi penilaian pasar perusahaan.

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

Hal ini sesuai dengan kerangka konseptual Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(FASB) bahwa laporan keuangan harus membantu investor dan kreditur dalam "menilai
jumlah, waktu, dan ketidakpastian" arus kas masa depan (FASB, 1978). hubungan
antara kinerja keuangan saat ini dan arus kas masa depan, serta hubungan kontemporer
antara kinerja keuangan dan harga sekuritas atau perubahan harga diharapkan. Tujuan
penting dari penelitian pasar modal adalah untuk memberikan bukti tentang hubungan
ini.
Fokus utama dari analisis fundamental adalah pada penilaian yang bertujuan
untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga. Ini telah populer setidaknya sejak
Graham dan Dodd menerbitkan buku mereka Analisis Keamanan pada tahun 1934.2
Sebagian besar dari hampir $5 triliun yang saat ini diinvestasikan dalam reksa dana AS
dikelola secara aktif, dengan analisis fundamental sebagai prinsip panduan sebagian
besar manajer reksa dana. Analisis fundamental memerlukan penggunaan informasi
dalam laporan keuangan saat ini dan masa lalu, dalam hubungannya dengan data
industri dan ekonomi makro untuk sampai pada nilai intrinsik perusahaan. Perbedaan
antara harga saat ini dan nilai intrinsik merupakan indikasi imbalan yang diharapkan
untuk berinvestasi dalam keamanan.Penelitian pasar modal tentang analisis fundamental
telah menjadi sangat populer dalam beberapa tahun terakhir sebagian karena banyaknya
bukti dalam literatur ekonomi keuangan yang menentang hipotesis pasar yang efisien.
Keyakinan bahwa ''konvergensi harga terhadap nilai adalah proses yang jauh lebih
lambat daripada yang ditunjukkan oleh bukti sebelumnya'' (Frankel dan Lee, 1998,
hal.315) telah memperoleh mata uang di kalangan akademisi terkemuka, memacu
penelitian tentang analisis fundamental. Penelitian pasar modal tentang analisis
fundamental mengkaji apakah berhasil mengidentifikasi sekuritas yang salah harga.
Dengan demikian penelitian analisis fundamental tidak dapat dipisahkan dari penelitian
pasar modal tentang pengujian efisiensi pasar.
Penelitian tentang valuasi dan analisis fundamental yang saya ulas mencakup
model valuasi, seperti yang disajikan dalam Fama dan Miller (1972, Bab 2), Beaver et
al. (1980), Christie (1987), Kormendi dan Lipe (1987), Kothari dan Zimmerman (1995),
Ohlson (1995), dan Feltham dan Ohlson (1995). Saya kemudian memeriksa aplikasi
empiris terbaru dari model penilaian seperti Dechow et al. (1999) dan Frankel dan Lee

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

(1998). Terakhir, saya membahas studi yang menggunakan analisis fundamental untuk
meramalkan pendapatan dan pengembalian saham masa depan (yaitu, tes efisiensi
pasar). Contohnya termasuk Ou dan Penman (1989a, b), Stober (1992), Lev dan
Thiagarajan (1993), Abarbanell dan Bushee ( 1997, 1998), dan Piotroski (2000).
4.2 TEST OF MARKET EFFICIENCY
Tes efisiensi pasar Fama (1970, 1991) mendefinisikan pasar yang efisien sebagai
pasar di mana ''harga sekuritas sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang
tersedia''. Apakah pasar sekuritas efisien secara informasi merupakan hal yang menarik
bagi investor, manajer, pembuat standar, dan pelaku pasar lainnya. Bunga berasal dari
fakta bahwa harga sekuritas menentukan alokasi kekayaan di antara perusahaan dan
individu. Harga sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh informasi keuangan, yang
menjelaskan minat akademisi dan praktisi akuntan dan pembuat standar dalam riset
efisiensi pasar. Efisiensi pasar memiliki implikasi penting bagi profesi akuntansi.
Misalnya, imbalan dari analisis fundamental akan berkurang di pasar yang efisien.
Peralihan dari satu metode akuntansi ke yang lain tanpa efek arus kas langsung, efek
sinyal, atau konsekuensi insentif tidak mempengaruhi harga sekuritas di pasar yang
efisien. Pilihan antara pengungkapan dalam catatan kaki dan pengakuan dalam laporan
keuangan (misalnya, akuntansi untuk saham karyawan options) kurang diperdebatkan
dari perspektif pengaruhnya terhadap harga sekuritas di pasar yang efisien. Secara
alami, kebalikannya akan terjadi pada semua contoh di atas jika pasar tidak efisien.
Oleh karena itu, ada permintaan untuk penelitian empiris tentang efisiensi pasar.
Ada banyak literatur yang menguji efisiensi pasar di bidang keuangan, ekonomi,
dan akuntansi. Saya berkonsentrasi pada literatur akuntansi. Literatur akuntansi menarik
kesimpulan tentang efisiensi pasar dari dua jenis tes: studi peristiwa cakrawala pendek
dan panjang dan cross-sectional tes prediktabilitas pengembalian atau literatur anomali.
Studi kejadian, yang merupakan sebagian besar literatur, termasuk literatur drift pasca-
pengumuman (misalnya, Ball dan Brown, 1968; Foster et al., 1984; Bernard dan
Thomas, 1989, 1990; Ball dan Bartov, 1996; Kraft, 1999); efisiensi pasar sehubungan
dengan metode akuntansi dan perubahan metode dan penelitian tentang fiksasi
fungsional (misalnya, Ball, 1972; Kaplan and Roll, 1972; Dharan dan Lev, 1993; Hand,
1990; Ball dan Kothari, 1991);

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

Tes cross-sectional dari prediktabilitas pengembalian, atau literatur anomali,


memeriksa apakah penampang pengembalian pada portofolio yang terbentuk secara
berkala menggunakan aturan perdagangan tertentu konsisten dengan model
pengembalian yang diharapkan seperti CAPM. Aturan perdagangan yang digunakan
adalah indikator univariat seperti hasil pendapatan, atau indikator multivariat
menggunakan analisis fundamental dari rasio akuntansi. Contoh penelitian
menggunakan indikator univariat adalah tes (mis) harga pasar pendapatan dan hasil arus
kas (misalnya, Basu, 1977, 1983; Lakonishok et al. , 1994), akrual akuntansi (misalnya,
Sloan, 1996; Xie, 1997; Collins dan Hribar, 2000a, b), dan perkiraan analis (misalnya,
LaPorta, 1996; Dechow dan Sloan, 1997).Contoh pengujian yang menggunakan
indikator multivariat untuk memperoleh pengembalian abnormal jangka panjang
mencakup analisis fundamental berbasis rasio (misalnya, Ou dan Penman, 1989a, b;
Greig, 1992; Holthausen dan Larcker, 1992; Abarbanell dan Bushee, 1997, 1998), dan
strategi nilai fundamental (misalnya, Frankel dan Lee, 1998).
4.3 ROLE OF ACC IN CONTRACT AND THE POLITICAL PROCESS
Peran akuntansi dalam kontrak dan proses politik. Teori akuntansi positif (lihat
Watts dan Zimmerman, 1986) memprediksi bahwa penggunaan angka akuntansi dalam
kontrak kompensasi dan hutang dan dalam proses politik mempengaruhi pilihan
akuntansi perusahaan. Sejumlah besar literatur dalam tes akuntansi memprediksi teori
akuntansi positif. pengujian ini memerlukan penggunaan data pasar modal. Misalnya,
pengujian konsekuensi ekonomi akuntansi memeriksa reaksi harga saham terhadap
standar akuntansi baru, dan mempelajari apakah variasi cross-sectional dalam reaksi
harga saham ini terkait dengan variabel keuangan yang mewakili biaya kontrak dan/atau
politik. Untuk melakukan pengujian yang kuat atas teori akuntansi positif dan untuk
memperbaiki efek dari variabel-variabel yang dihilangkan yang berkorelasi pada
pengujian,peneliti berusaha untuk mengontrol pengaruh informasi keuangan pada harga
sekuritas yang tidak terkait dengan teori akuntansi positif.3 Hal ini menciptakan
permintaan untuk penelitian pasar modal yang membantu peneliti dalam merancang tes
berbasis harga saham yang lebih kuat dari teori akuntansi positif. Saya meninjau
sejumlah besar penelitian pasar modal metodologis yang memfasilitasi penelitian
tentang teori akuntansi positif. Penelitian metodologis mencakup literatur koefisien

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

respon laba (misalnya, Kormendi dan Lipe, 1987; Easton dan Zmijewski, 1989; Collins
dan Kothari, 1989); penelitian tentang sifat-sifat deret waktu, manajemen, dan perkiraan
analis pendapatan (misalnya, Ball dan Watts, 1972; Foster, 1977; Brown dan Rozeff,
1978; Patell, 1976; Penman, 1980; Waymire, 1984); penelitian tentang masalah dalam
menggambar kesimpulan statistik (misalnya, Collins dan Dent, 1984; Bernard, 1987);
dan model akrual diskresioner (misalnya, Healy, 1985; Jones, 1991; Dechow et al.,
1995; Guay et al., 1996).
4.4 DISCLOUSRE REGULATION
Regulasi penggunaan, di AS, FASB, dengan otoritas yang didelegasikan oleh
Securities and Exchange Commission (SEC), dibebankan dengan mengeluarkan standar
yang mengatur informasi keuangan oleh perusahaan publik. Riset pasar modal dapat
membantu memastikan apakah tujuan yang dinyatakan FASB dilayani oleh standar
yang telah dikeluarkannya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Misalnya,
apakah angka-angka laporan keuangan yang disusun menurut standar baru
menyampaikan informasi baru ke pasar modal? Apakah laporan keuangan yang disusun
menurut standar baru lebih terkait dengan dan harga saham kontemporer? apa itu?
ekonomi dari penerbitan standar penggunaan baru? Sifat dan tingkat penetapan standar
juga kemungkinan dipengaruhi oleh persepsi pembuat standar tentang apakah pasar
sekuritas efisien secara informasi.
Secara internasional, pembuat standar mungkin mencari bukti dari penelitian
pasar modal. Globalisasi yang cepat dari pasar modal, produk, dan tenaga kerja telah
menciptakan permintaan yang kuat untuk standar akuntansi internasional dalam
beberapa tahun terakhir. Mungkin masalah terpenting yang dihadapi praktisi, dan
pembuat standar adalah apakah harus ada seperangkat standar akuntansi yang seragam
atau apakah harus ada keragaman. Jika standar harus seragam, haruskah prinsip
akuntansi yang diterima secara umum AS (GAAP) menjadi standar? Atau haruskah
standar dikembangkan secara internasional? Atau haruskah standar berbeda antar
negara, tergantung pada perbedaan lingkungan hukum, politik, dan ekonomi? Apakah
pasar modal di negara lain seefisien di AS, yang dapat mempengaruhi sifat standar
akuntansi internasional? Ketertarikan pada isu-isu ini dan terkait telah memicu

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

permintaan untuk penelitian pasar modal menggunakan akuntansi internasional dan data
pasar modal.
Holthausen dan Watts (2001) meninjau dan menganalisis penelitian pasar modal
tentang isu-isu seputar regulasi, jadi saya menahan diri untuk tidak meninjau area
penelitian pasar modal ini secara rinci.
5. ARAH RISET DI MASA DEPAN
Beaver (1996) sebagai salah satu tokoh utama fundamental riset MBAR
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi arah riset akuntansi meliputi
faktor exogenous, dan endogenous. Faktor-faktor exogenous mencakup: pertama,
aplikasi dari disiplin ilmu lain seperti “finance,” dan “behavioral science.” Kedua,
ketersediaan data yang lebih besar pada biaya yang lebih murah akibat bantuan
perkembangan teknologi komputer. Contoh ketersediaan data di tigkat global adalah
adanya basis data dari GLOBAL VANTAGE dan COMPUSTAT.
Faktor exogenous ketiga adalah adanya perubahan-perubahan lingkungan
pelaporan keuangan, seperti adanya masalah penjabaranmata uang asing, dana
pensiun, stock option compensation, dan lain sebagainya.
Faktor endogenous adalah faktor yang ba- nyak terletak pada komunitas
akademisi bidang akuntansi sendiri. Penerbitan jurnal-jurnal ilmiah seperti JAR dan AR
merupakan contoh faktor ini. Bahkan diakui bahwa munculnya riset-riset empiris
akuntansi positif didorong oleh adanya JAR tersebut. Selain itu adanya seminar-seminar
atau konperensi banyak mendorong riset-riset dimaksud. Dengan demikian arah riset
akuntansi MBAR sebenarnya adalah hasil proses krea- tivitas dari “talented” perorangan
yang oleh Beaver (1996) disebut sebagai mungkin meru- pakan “the single most
important factor.”
Dari faktor exogenous dan endogenous terse- but akhirnya oleh Beaver (1996)
dianggap faktor yang membimbing arah riset MBAR di masa mendatang yang
mencakup faktor-faktor, perta- ma, kombinasi (campuran) antara teori, analisis empiris,
dan “institutional knowledge.” Kedua, penekanan pada riset-riset yang bersifat kon-
tekstual daripada bersifat “generic.” Yang ter- akhir, adalah faktor yang disebut sebagai
“wild card.” Faktor pertama dan kedua tampaknya tidak mengarahkan perubahan yang
dramatis pada riset akuntansi MBAR. Tetapi, faktor ketiga adalah sebuah kekuatan yang

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

dapat mempengaruhi riset akuntansi MBAR di masa mendatang secara dramatis dan
“unexpected way.” Dari faktor “wild card” inilah diharapkan muncul kreativitas periset-
periset akuntansi yang mungkin akan memasukkan beberapa disiplin ilmu lain yang
pada gilirannya akan meng- hasilkan berkembangnya “a new theory of accounting”
yang tentu saja termasuk pula “a new theory” untuk mendasari MBAR.

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033
MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH DAN PERKEMBANGANNYA

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2000. MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH:


PENGERTIAN DASAR, PERKEMBANGAN, GLOBALISASI, DAN ARAH
RISETNYA DI MASA MENDATANG. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia.Vol. 15, No. 2, 213 - 224

Kelompok 1 : Andi Muh. Syukur H. A062202022


Noviyanti Angreani A062202027
Arif Rahman H. A062202033

Anda mungkin juga menyukai