Implikasi Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Implikasi Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan perhatian secara
seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan. Perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya
atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Syamsu
Yusuf, 2007 : 15).
Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan perubahan-
perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik meliputi perkembangan
biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses biologis dan
genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan
karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara karakteristik peserta
didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam beberapa karakteristik tersebut
menyebabkan implikasi-implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan fisik
dan perkembangan psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan
intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran yang konduktif akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a. Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik
atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar
endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya kondisi
jasmaniah seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup
aspek-aspek anatomis (struktur tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik
berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan perilaku
motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan
konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku
psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dan dari yang kasar dan global (grass bodily movements) kepada yang harus dan
spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial peserta
didik. Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai hubungan yang
sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka. Peserta didik yang
mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukkan tingkat konsep diri yang
rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru
perlu melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri
peserta didik.
Berikut ini akan diuraikan beberapa strategi yang mungkin dapat guru dilakukan guru dalam
mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru. Dalam mengembangkan konsep diri
yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru. Dukungan guru uru. ini dapat
ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan
empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik, dan dapat pula berupa dukungan
penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif
terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa
dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain. Bentuk dukungan ini
memungkinkan siswa untuk maju membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki
kemampuan atau kompeten dan berarti.
2. Membuat siswa merasa bertanggungjawab. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk
memberi tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap positif
siswa terhadap konsep diri, yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang
tinggi serta peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan sosial. Hal ini menunjukkan
pula adanya pengharapan guru terhadap perilaku siswa, sehingga siswa merasa dirinya
mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan.
3. Membuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap dan
pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan
bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum
dikembangkan. Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa ini, maka
siswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya meningkatkan
konsep diri siswa, guru harus membentuk siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak
dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi
di masa lampau. Dengan bersandar pada keberhasilan masa lampau, maka pencapaian
prestasi sudah dapat diramalkan, sehingga siswa akan terbantu untuk bersikap positif
terhadap kemampuan dirinya sendiri.
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. pada saat mengalami kegagalan,
adakalanya siswa menilainya secara negatif, dengan memandang dirinya sebagai orang yang
tidak mampu. Untuk menghindari penilaian yang negatif dari siswa tersebut, guru perlu
membantu siswa menilai prestasi mereka secara realistis, yang membantu rasa percaya akan
kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi
belajar di kemudian hari. Salain satu cara membantu siswa menilai diri mereka secara
realistis adalah dengan membandingkan prestasi siswa pada masa lampau dan prestasi siswa
saat ini. Hal ini pada gilirannya dapat membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa
terhadap seluruh tugas di sekolah.
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Upaya lain yang harus
dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya. Ini
adalah penting, karena perasaan bangga atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu
kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
Jadi, tugas-tugas remaja itu harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa
implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu remaja tersebut, yaitu:
1. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-
kegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan.
2. Membantu remaja putra-putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya melalui bimbingan
dan konseling.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan
kelompoknya sendiri.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
minat dan keinginannya, dan mmbantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik atau
tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar
endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan bahasa
dan perilaku kognitif siswa yang membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting
juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok
tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi perkembangan perilaku
social, moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya
dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang
positif. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor
perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam
hubungannya dengan teman-temannya, perubahan pandangan luar dan perubahan dalam
hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan
emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi
DAFTAR PUSTAKA