OLEH :
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah Laporan kasus dengan judul “Ca Colon Dengan Metastase Pro Perbaikan KU
dan Pain Management” di ruang Cempaka RSU Ganesha tanggal 30 September – 02 Oktober
2021 dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka melaksanakan ronde keperawatan di RSU
Ganesha. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan,
dan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Pande Made Gunawan Adi Putra, Sp.B(K)BD sebagai dokter penanggung jawab
pelayanan
2. Ns. Oktarina, S.Kep, M.M sebagai Manajer Keperawatan RSU Ganesha
3. Ns. Ari Rati Asari, S.Kep sebagai Ketua Komite Keperawatan RSU Ganesha
4. Ns. I Gede Suadnyana S.Kep sebagai Asisten Manajer Keperawatan RSU Ganesha
5. Teman-teman Perawat Ruang Cempaka yang selalu memberi dukungan dan motivasi
dalam menyelesaikan makalah Ronde Keperawatan
Penulis menyadari sepenuhnya laporan kasus ini belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan koreksi, kritikdan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Sehingga nantinya studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca.
1ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Proposal
1. Latar Belakang............................................................................................................1
2. Tujuan.........................................................................................................................2
3. Manfaat......................................................................................................................2
1. Pengertian..................................................................................................................2
2. Karakteristik..............................................................................................................3
3. Tujuan........................................................................................................................3
4. Manfaat......................................................................................................................3
5. Kriteria Pasien...........................................................................................................4
Kegiatan Ronde..............................................................................................................7
A.Landasan Teori
1. Definisi.......................................................................................................................10
2. Anatomi Fisiologi......................................................................................................10
3. Etiologi.......................................................................................................................12
1 iii
4. Manifestasi Klinis......................................................................................................14
5. Klasifikasi..................................................................................................................14
6. Patofisiologi...............................................................................................................16
7. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................19
8. Penatalaksanaan.........................................................................................................20
9. Komplikasi.................................................................................................................22
A. Pengkajian...............................................................................................................23
B. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................27
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................29
A. Pengkajian.................................................................................................................33
B. Analisa Data.............................................................................................................47
D. Intervensi Keperawatan..........................................................................................52
E. Implementasi............................................................................................................55
F. Evaluasi.....................................................................................................................70
Daftar Pustaka............................................................................................................72
Lampiran ....................................................................................................................73
1 iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. PROPOSAL
1. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan unuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer
keperawatan untuk merencanakan , mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif
dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies,1996)
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan adalah pembenahan manjemen keperawatan karena dengan
adanya factor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan
keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan
klien terhadap pelayanan keperawatan.
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat
membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi. Salah satu
bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui
pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah dan sering disebut sebagai
model praktik keperawatan professional (MPKP), (Sitorus, R & Nurachmah, 2005).
Salah satu metode yang diterapkan pada MPKP adalah dengan memperhatikan
seluruh kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalahnya.
Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan
membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi
pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung yang
dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, kabid keperawatan dengan
melibatkan seluruh tim keperawatan. Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi :
pasien dilibatkan secara lansung, konselor memfalisitasi dan membantu
mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
1
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapakan masalah klien dapat
teratasi.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan seluruh tim keperawatan mampu :
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
3) Meningkatkan validitas data klien.
4) Menilai kemampuan justifikasi.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawata.
7) Meningkatkancara berfikir yang sistematis.
8) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan.
3. Manfaat
a. Bagi perawat
1) Terciptanya komunitas perawatan yang professional.
2) Terjalin kerjasama antar TIM.
3) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar .
b. Bagi Pasien dan Kelurga
1) Masalah pasien dapat teratasi.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2
pada kasus tertentu harus dilakukan oleh ketua tim, kepala ruangan, anggota tim
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim. Ronde keperawatan merupakan
suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer
dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam praktik keperawatan secara
langsung.
2. Karakteristik
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut;
a. Klien dilibatkan secara langsung.
b. Klien merupakan focus kegiatan.
c. Ketua tim, anggota tim dan konselor melakukan diskusi bersama.
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan ketua tim, anggota tim
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
3. Tujuan Ronde
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
3) Meningkatkan validitas data klien.
4) Menilai kemampuan justifikasi.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
4. Manfaat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional.
b. Terjalin kerjasama antar TIM.
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar.
d. Masalah pasien dapat teratasi.
e. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3
5. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk pelaksanaan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki criteria sebagai berikut:
a.Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan.
b.Pasien dengan kasus baru atau langka.
6. Peran masing- masing anggota Tim
a. Peran Katim dan Anggota Tim
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelaskan hasil yang di dapat.
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
6) Menganalisa masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
b. Peran perawat konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan reinforcement.
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dari intervensi keperawatan serta
rasiona ltindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi.
5) Mengintegrasikan konsep dari teori yang telah di pelajari.
Keterangan :
1. Pra- Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber dan literature.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi apa diagnosis keperawatan yang muncul, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah di lakukan, apa hambatan yang ditemukan
selama perawatan.
4
2. Pelaksanaan ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang di focuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah di
laksanakan serta memilih prioritas yang perlu di diskusikan.
b. Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh ketua tim atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan di lakukan.
3. Pasca-ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi dan keperawatan
selanjutnya.
7. Kriteria evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administrative ( informed consent, alat, dll )
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3) Persiapan di lakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah di
tentukan
c. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
b) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan mentukan diagnosis keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
5
PELAKSANAAN DAN METODE
6
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKSANA TEMPAT
10 menit Praronde Praronde Tim 3 Ruang
( Ketua Tim dan Zoominar
a. Menyampaikan kasus yang akan di ronde
anggota tim )
(pengkajian dengan focus pada
permasalahan pasien, rencana yang belum
di lakukan, dan yang di rencanakan ).
b. Memberikan kesempatan kepada tim
ronde untuk melakukan klarifikasi sesuai
permasalahan.
20 menit Ronde Di pasien Tim 3 Di ruang
(Ketua tim dan Cempaka
1. Salam pembuka
anggota tim)
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menjelaskan tujuan ronde
4. Mempersilahkan tim untuk validasi,
intervensi dan edukasi sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Memberikan kesempatan keluarga
pasien untuk penyampaikan
permasalahannya dan yang belum jelas
10 Pasca 1. Mendiskusikan hasil validasi. Fasilitator, katim, Ruang
Menit ronde 2. Menyimpulkan hasil ronde. anggota tim dan Zoominar
3. Menyepakati rekomendasi dan tindak tim (konselor dan
lanjut dokter )
4. Penutup
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Pertemuan Saraswati dan kamar
tindakan Ruang Cempaka kamar 301 A RSU Ganesha.
b. Persiapan dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan Ronde Keperawatan.
7
c. Penyusunan proposal Ronde Keperawatan.
d. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
e. Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan Ronde
Keperawatan.
f. Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan Ronde.
g. Peserta Ronde Keperawatan hadir ditempat pelaksanaan Ronde Keperawatan.
h. Membuat Informed consent dengan keluarga pasien.
2. Evaluasi proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan hasil kerja
Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Ns.Ni Luh Yanti, S.Kep.
Ketua Tim (Penyaji) : Ns. Yuni Fitria, S.Kep
Observer + vasilitator : Ns. Dewa Agung Ayu Istri Aristya Dewi, S.Kep
Moderator : Ns. Komang Vitasari Indriani, S.Kep
8
Tim
Konselor : Ns. Putri Hindra Dewi, S.Kep
Dokter : dr. Pande Made Gunawan Adi Putra, Sp.B(K)BD
Gizi : Putri Ayu Wijayanti, Amd.Gz
9
BAB II
1. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar yakni
bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai
dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan
Kanker Indonesia, 2018).
Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari usus besar) (Komite
penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
2. Anatomi Fisiologi
Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus. Panjangnya
bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar berbentuk tabung muskular berongga
dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6.5 cm
(2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil. Usus besar terdiri dari
bagian yaitu caecum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum.
10
Struktur usus besar:
a. Caecum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar. Panjang
dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada fossa
iliakakanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya
saekum seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas,
tetapi tidak mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di
sebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis,
menghasilkan suatu peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.
b. Kolon Asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati
membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)
dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas
karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum
majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli
dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak
11
tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak
di regio umbilikus.
d. Kolon Desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas
ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung
dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
e. Kolon Sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim)
sampai peralihan. menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini
ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.
Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang
pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
f. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral. Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum
memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian
distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini
dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari
usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur
pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas,
medial dan depan.
3. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feses) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institut, dan organisasi kanker lainnya.
12
Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker kolon
Usia lebih dari 40 tahun
Darah dalam feses
Riwayat polip rektal atau polip kolon
Adanya polip adematosa atau adenoma villus
Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
13
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau perubahan
pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini berlangsung selama beberapa
minggu hingga bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai
perubahan bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras,
lalu lunak, dan seterusnya)
b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, seringkali
hanya dapat dideteksi di laboratorium
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas atau rasa
sakit yang berulang
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air besar
e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih
f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya
5. Klasifikasi
T Penilaian Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada ditemukan tumor primer
Tis Carsinoma in situ : intraepitelial atau invasi lamina propria
TI Tumor invasi sub mukosa
T2 Tumor invasi muscularis propria
T3 Tumor invasi sepanjang muscularis propria hingga jaringan
perikolorektal
T4a Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral
T4b Tumor secara langsung menginvasi atau melengket ke organ lain
14
b. Penilaian penyebaran kelenjar getah bening (N) pada ca colon
M Penilaian Metastasis
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
M1a Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium, KGB
non regional)
M1b Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum
d. Stadium ca colon
15
Stadium 2. Kanker menyebar hingga ke luar dinding kolon, dan ada
kemungkinan sudah menyebar ke organ terdekat, tetapi belum menyebar ke
kelenjar getah bening.
Stadium 3. Kanker sudah menyebar ke luar dinding kolon, dan ke satu atau
lebih kelenjar getah bening.
6. Patofisiologi
16
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–
30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon
asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak).
Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai
bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-
paru, ginjal dan tulang.
17
Perubahan metaplasia pada epitel dinding kolon
WOC Faktorpredisposisi:
faktor Perubahan metaplasiamakanan
predisposisi:genetic,usia,merokok,penyakit kronik,obesitas,konsumsi pada epitel
rendah serat,tinggi lemak dan protein
WOC
genetic,usia,merokok, penyakit pada epitel dinding kolon
Kerusakan jaringan
Anoreksia
pembuluhjaringan
Kerusakan darah pada kompresi
dinding kolon Kompresiujung
ujungsaraf
saraf Anoreksia
pembuluh
dinding kolon
dinding kolon Tindakan
TindakanPembedahan
darah pada dinding kolon
Pecahnyapembuluh
Pecahnya dindingdarah
pembuluh darah
dinding kolon Nyeri Asupan nutrisi tidak Terpaparnya Pemasangan
Pemasangan kolostomi
pada dinding kolon Nyeriabdominal
abdominal asupan nutrisi
adekuat
tidak adekuat Terpaparnya organisme kolostomi
organisme patogen
lingkungan
Nyeri
Perdarahan intestinal, feses bercampur Kroni Defisit Nutrisi Perubahan Kehilangan
darah k fungsi tubuh fungsi tubuh
Resik
o
Anemia Keletihan Infeks
Anemia Keletihan
Gangguan Berduka
Citra
Tubuh
18
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi. Faktor predisposisi : genetik, usia, merokok, penyakit kronik, obesitas,
konsumsi makanan yang rendah serat, tinggi lemak, dan protein. Perdarahan
intestinal, feses bercampur darah Kerusakan jaringan pembuluh darah pada
dinding kolon Kompresi ujung saraf Anoreksia dinding kolon Perubahan
metaplasia pada epitel dinding kolon Terjadi Hiperplasia pada sel kanker Efek
kompresi tumor pada dinding kolon Luka pasca bedah Pecahnya pembuluh darah
dinding kolon Pasca bedah Risiko Infeksi Nyeri abdominal Intervensi bedah
kolostomi Asupan nutrisi tidak adekuat Nyeri kronik Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Karsinoma Colon Anemia Keletihan
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada
dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada
metastasis kanker ke paru. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
c. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
d. Histopatologi Biopsy
Digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Tumor marker (petanda tumor) yang biasa
dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
19
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan
titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan
buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologi
terhadap shigella dan juga amoeba.
f. Scan
MRI dan ultrasound Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
g. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan
dapat dilakukan melalui sum – sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada
satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopi dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian di
eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas
B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon
kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor
sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
Reseksi abominoperineal dengan kolostomi signoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
20
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi)
c. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi
tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-
sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan
kulit dan kehilangan nafsu makan. 3. Kemotherapy Chemotherapy memakai obat
anti kanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat
bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira–kira 50
jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam
obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah
pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi
sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau
evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan
penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada
jaringan sekitar.
e. Penatalaksanaan Keperawatan
Dukungan adaptasi dan kemandirian.
Meningkatkan kenyamanan.
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
Mencegah komplikasi.
Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
f. Penatalaksanaan Diet
Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah – buahan Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
21
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
9. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
22
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA COLON
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
a. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
b. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen karena sudah melakukan
tindakan laparotomi dan kolostomi jadi pasien merasa tidak nyaman dengan
kondisinya sekarang.
3. Riwayat Kesehatan
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif
yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruktif pada usus besar dan diet tidak baik,
tinggi protein, tinggi lemak dan tinggi serat.
Dominan muncul adalah nyeri dan tidak nyaman karena anus pasien ditutup. Oleh
sebab itu, pasien BAB dan flatus di bagian abdomen yang menyebabkan
terbatasnya mobilisasi pasien dan sulit tidur. Pasien merasa lemas dan letih serta
nafsu makan menurun.
23
4. Data Bio, Psiko, Sosial, Spiritual
a. Makan dan minum
b. Eliminasi
Fesesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang kolostomi di bagian area
abdomen.
c. Aktivitas
Pasien ca colon akan mengalami gangguan tidur karena reaksi nyeri di abdomen.
e. Pernafasan
Pada pasien ca colon biasanya nafas pendek, takipnea dan frekuensi menurun.
Pasien akan merasa nyeri di abdomen yang dirasakan setiap saat atau hilang
timbul.
g. Hubungan sosial
h. Ibadah
24
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran
2) Vital sign
3) Head to Toe
Kepala
Muka
Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau
tidak.
Mata
Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada infeksi atau tidak. Adanya sekret, pernapasan cuping hidung,
ketajaman saraf penghidung menurun.
25
Telinga
Mulut
Kulit
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
Leher
Ketiak
Dada
Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak.
Abdomen
26
Ekstermitas atas dan bawah
Genitalia
Anus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan penekanan saraf, kondisi pasca trauma, penekanan
system saraf, kerusakan system saraf dibuktikan dengan klien mengeluh nyeri, merasa
depresi, tampak meringis, gelisah, tidak mampu beraktifitas, bersikap waspada
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, factor psikologis (stress, keengganan untuk
makan) dibuktikan dengan penurunan BB 10% dibawah rentang ideal, merasa cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, serum albumin turun
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Penyakit kronis, penyakit
terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan), gangguan tidur dibuktikan dengan merasa
kurang bertenaga, mengeluh lelah, merasa kurang bertenaga, tampak
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi kronis, malnutrisi, efek prosedur invasive
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh (mis. Amputasi,
trauma, luka bakar, obesitas, jerawat), perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit,
kehamilan, kelumpuhan), efek tindakan (mis.pembedahan, kemoterapi) dibuktikan
dengan mengungkapkan kecacatan, mengungkapkan perasaan negative terhadap
27
tubuh, kehilangan bagian tubuh, fungsi tubuh menghilang/berubah, hubungan sosial
berubah
6. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti, kehilangan
(objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial) dibuktikan dengan
merasa sedih, merasa bersalah/menyalahkan orang lain, tidak menerima kehilangan,
merasa tidak ada harapan, menangis, tidak mampu konsentrasi, merasa tidak berguna,
marah.
28
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
30
kurang bertenaga, 3. Verbalisasi Lelah 6. Anjurkan tirah baring sehingga meningkatkan kualitas
tampak lesu menurun 7. Anjurkan melakukan aktivitas secara tidur pasien
bertahap 6. Membantu pasien memulihkan
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk energi
meningkatkan asupan makanan 7. Mencegah pasien terjatuh saat
mulai melakukan aktivitas
8. Meningkatkan energi pasien
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui ada tidaknya gejala
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 2. Batasi jumlah pengunjung infeksi
kondisi kronis, jam diharapkan tingkat 3. Berikan perawatan kulit pada daerah 1. Mengurangi resiko yang terjadi
malnutrisi, efek prosedur infeksi menurun dengan edema pada pasien maupun keluarga dan
invasive kriteria hasil : 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak pengunjung
dengan pasien dan lingkungannya 2. Mencegah infeksi baru pada edema
1. Demam menurun 5. Pertahankan Teknik aseptic 3. Menghindari pasien dari infeksi
2. Kemerahan menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi nosocomial
3. Nyeri menurun 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan 4. Mempertahankan kesterilan luka
4. Bengkak menurun benar 5. Mengetahui lebih awal untuk
5. Kadar sel darah putih 8. Kolaborasi pemberian antibiotik rencana tindak lanjut
membaik 6. Menghindari pasien dan keluarga
dari infeksi nosocomial
7. Untuk mengukur kerentanan
terhadap infeksi
5 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Tindakan 1. Identifikasi perubahan citra tubuh yang 1. Mengetahui penerimaan diri dan
berhubungan dengan keperawatan selama mengakibatkan isolasi sosial anggota tubuhnya
perubahan struktur tubuh …x24jam diharapkan citra 2. Monitor frekuensi pernyataan kritik 2. Mengetahui sulit/tidaknya
(mis. Amputasi, trauma, tubuh meningkat dengan terhadap diri sendiri menerima hidup
luka bakar, obesitas, kriteria hasil : 3. Diskusikan perubahan tubuh dan 3. Membangun factor positif dalam
jerawat), perubahan fungsinya diri dan membangun penerimaan
fungsi tubuh (mis. Proses 1. Verbalisasi perasaan 4. Diskusikan cara mengembangkan citra diri
penyakit, kehamilan, negative menurun tubuh secara realistis 4. Dukungan yang besar terhadap
kelumpuhan), efek 2. Melihat bagian tubuh 5. Jelaskan kepada keluarga dan pasien klien dapat membantu klien
Tindakan membaik perawatan perubahan citra tubuh perlahan menerima kondisi
31
(mis.pembedahan, 3. Verbalisasi kecacatan 6. Latih fungsi tubuh yang dimiliki tubuhnya
kemoterapi) dibuktikan bagian tubuh membaik 7. Anjurkan menggunakan alat bantu 5. Meningkatkan kemandirian dan
dengan mengungkapkan 4. Verbalisasi kehilangan (mis.wig, dll) penerimaan pasien
kecacatan, bagian tubuh membaik 6. Pendekatan dan saran yang positif
mengungkapkan 5. Hubungan sosial membantu menguatkan usaha dan
perasaan negative membaik kepercayaan yang dilakukan
terhadap tubuh, 7. Membantu meningkatkan
kehilangan bagian tubuh, kepercayaan diri positif klien
fungsi tubuh
menghilang/berubah,
hubungan sosial berubah
6 Berduka berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi 1. Mengetahui kehilangan yang
dengan kematian keperawatan selama ...x24jam 2. Identifikasi proses berduka yang dialami dihadapi klien
keluarga atau orang yang diharapkan tingkat berduka 3. Identifikasi reaksi awal terhadap 2. Mengetahui proses berduka yang
berarti, kehilangan membaik dengan kriteria kehilangan dialami pasien
(objek, pekerjaan, fungsi, hasil :
4. Tunjukkan sikap menerima dan empati 3. Mengetahui respon klien menerima
status, bagian tubuh,
hubungan sosial) 1. Verbalisasi menerima 5. Motivasi agar mau mengungkapkan kehilangan
dibuktikan dengan kehilangan meningkat perasaan kehilangan 4. Membantu meringankan masalah
merasa sedih, merasa 2. Verbalisasi harapan 6. Fasilitasi mengekspresikan perasaan klien
bersalah/menyalahkan dengan cara nyaman (mis.membaca buku, 5. Membantu meringankan beban
meningkat
orang lain, tidak menulis, menggambar atau bermain) klien
menerima kehilangan, 3. Verbalisasi perasaan
sedih menurun 7. Jelaskan kepada pasien dan keluarga 6. Distraksi untuk mencegah duka
merasa tidak ada
harapan, menangis, tidak 4. Verbalisasi perasaan bahwa sikap mengingkari, marah, dan berkelanjutan
mampu konsentrasi, bersalah atau menerima adalah wajar dalam menghadapi 7. Membantu klien menerima suatu
merasa tidak berguna, menyalahkan orang lain kehilangan kehilangan
marah menurun
5. Menangis menurun
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Bali
Alamat : Br. Gelgel Keramas Blahbatuh
Tanggal MRS : 30 September 2021 (pkl. 21.00 WITA)
Tanggal Pengkajian : 30 September 2021 (pkl. 21.00 WITA)
No. Reg : 14.20.62
Diagnosa Medis : Ca Colon dengan Metastase PRO Perbaikan KU dan Pain
Management
33
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 67 tahun
Hubungan dengan pasien : Orang Tua
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Br. Selat Siangan Blahbatuh
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat ini
1) Keluhan Utama
a) Keluhan saat MRS: klien mengatakan nyeri seluruh lapang perut
b) Keluhan saat pengkajian: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk di
seluruh lapang perut skala 6 (0-10) nyeri dirasakan menetap.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien mengatakan sudah menderita Ca Recti kurang lebih 1 tahun terakhir
ini (2020). Keluarga pasien tidak ada menderita penyakit yang sama. Pasien
merasakan keluhan ini pertama kali muncul di awal tahun 2020 dengan
keluhan yang dirasakan diare dan nyeri. Pasien riwayat kemoterapi enam
kali. Pasien mulanya merasakan nyeri seperti tertusuk di perut skala 6 (0-
10) nyeri dirasakan semakin memberat. Lalu pasien memeriksakan dirinya
ke bidan, dari bidan disarankan langsung untuk periksa ke RS terdekat, dan
pasien langsung periksa ke RS Ari Chanti. Di RS Ari Chanti pasien dirawat
selama 5 hari oleh dr. Gunawan, SpB (K) BD. 3 hari kemudian pasien
kontrol kembali ke dr. Gunawan, SpB (K) BD, dan pada saat kontrol pasien
mengeluh tidak bisa BAB dan flatus (Change Bowel Habit). Dari dr.
Gunawan, SpB (K) BD menyarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan
kanker usus, pasien pun setuju untuk dilakukan operasi, operasi dilakukan di
RSUD Sanjiwani Gianyar (operasi dilakukan pada bulan April 2020). Pada
bulan Juni 2021 pasien datang ke RSU Ganesha dengan keluhan nyeri perut
lagi, pasien dirawat lagi oleh dr. Gunawan, SpB (K) BD dan direncanakan
pro tutup stoma. Setelah dilakukan tindakan dan dirawat selama 4 hari di
RSU Ganesha, pasien diperbolehkan untuk pulang. 2 minggu kemudian
pasien mengeluh nyeri perut lagi dan nyeri dirasakan hilang timbul, dan
setelah dilakukan tindakan pro tutup stoma, pasien riawayat 5x MRS hingga
34
saat ini, pasien MRS dengan keluhan yang sama. Hingga akhirnya klien
MRS kembali pada tanggal 30 September 2021 pukul 18.00 WITA. Pasien
diterima oleh dokter jaga IGD (dr. Gede) dengan keluhan nyeri di seluruh
lapang perut kemudian dilakukan pemeriksaan vital sign dengan hasil TD
120/70mmHg, Nadi 120x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37oC, SPO2 99%, BB
35kg, TB 150cm. Oleh dokter jaga (dr.Gede) pasien dikonsulkan kembali ke
dr. Gunawan, SpB (K) BD dan disarankan rawat inap dengan diagnosa Ca
Colon Metastase + Perbaikan KU Pro Pain Management. Terapi yang
diperoleh di UGD antara lain : Ketorolac 30mg (IV), Pantoprazole 40mg
(IV), IVFD Aminofluid 28tpm, Ondancentron 4mg (IV). Pasien pindah dari
IGD ke kamar perawatan 301A pukul 21.00 WITA dan oleh perawat ruang
cempaka di ukur vital sign dengan hasil Tensi 100/70 mmhg, Nadi
100x/menit, Suhu 37oC, RR 20x/menit, SPO2 99%. Atas perintah dr.
Gunawan, SpB (K) BD pasien memperoleh terapi IVFD Aminofluid (2) :
Nacl 0,9% (2) 28tpm, Paracetamol 3x1gr (IV), Ondancentron 3x4mg (IV).
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Klien mengatakan ketika merasa nyeri, pasien minum obat pereda nyeri
yang diberikan saat pulang. Jika nyeri dirasakan semakin berat, klien dibawa
ke RSU Ganesha untuk perawatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan mengalami Ca Recti pada tahun 2020 dan tidak
mengalami penyakit yang lain seperti hipertensi dan asma.
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat karena penyakit yang sama. Klien
mengatakan pernah operasi, operasi yang pertama yaitu pengangkatan
kanker usus tapi tidak disambung (dilakukan di RSUD Sanjiwani), yang
kedua operasi untuk penyambungannya (dilakukan di RSU Ganesha), yang
ketiga operasi karena adanya perlengketan di ususnya (dilakukan di RSUD
Sanjiwani), yang keempat perlengketan juga di ususnya (dilakukan di RSU
Ari Chanti).
35
3) Riwayat alergi makanan/obat-obatan
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol,dll)
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, dan minum-minuman
yang bercafein serta yang mengandung akohol.
Keterangan Gambar:
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
36
d. Riwayat sosiokultural
1) Interaksi dengan keluarga dan masyarakat
Klien mengatakan kondisi kehidupan keluarganya dalam kondisi baik-baik
saja. Tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang dapat menurunkan derajat
kesehatan. Interaksi dengan tetangga dan masyarakat berjalan seperti
biasanya.
2) Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Klien mengatakan selama dirawat tidak bisa bekerja seperti sebelumnya.
3) Persepsi pasien/keluarga terhadap penyakitnya
a) Hal yang dipikirkan saat ini:
Klien mengatakan tidak nyaman dan malu dengan keadaannya saat ini
dengan perutnya yang terpasang colostomy bag sehingga membatasi
aktivitas dan gerakannya.dan
b) Harapan setelah menjalani perawatan:
Klien berharap cepat sembuh dari sakitnya dan dapat beraktivitas seperti
biasanya.
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:
Klien mengatakan selama klien sakit terjadi perubahan yaitu klien
mengatakan nyeri pada perutnya serta merasa malu karena terpasang
colostomy bag.
4) Sistem nilai kepercayaan
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan: klien mengatakan tidak
ada nilai-nilai dalam keluarga yang bertentangan dengan upaya
pemeliharaan kesehatan dan kalau ada keluarga yang sakit biasanya
berobat kepetugas kesehatan.
b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan: klien mengatakan aktivitas
agama yang dilakukan selama klien dirawat yaitu selalu dilakukan
dikamar dengan berdoa dan suami atau keluarganya sembahyang di
padmasana RS untuk memohon kesembuhan klien.
37
3. Pola Fungsi kesehatan (11 Pola Fungsi Kesehatan Gordon)
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien dan keluarga mengatakan kalau sakit berobat ke pelayanan kesehatan.
b. Pola nutrisi/metabolik
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 kali sehari dengan menu
lauk, daging, sayuran, kacang-kacangan dll. Klien juga mengatakan biasa
minum 6-8 gelas sehari (1000 cc - 1500 cc).
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama di rawat, klien mendapatkan diet bertahap dari dr.
Gunawan, Sp.B(K)BD mulai dari puasa, diet susu 6x50cc, bubur saring
3x1/2porsi dan diet bubur biasa 3 kali sehari. Pasien mengatakan susu dan
bubur saring bisa dihabiskan, tapi untuk bubur biasa habis hanya 2-4
sendok, pasien mengatakan merasa cepat kenyang dan nafsu makan
menurun.
3) Pengkajian nutrisi
a) Antropometri: BB awal 40kg, BB akhir 35kg, TB 150cm, LLA 14cm,
15,5 IMT kg/m2 . Berat badan menurun 12,5 % dari rentang ideal
b) Biokimia: Albumin 2.94 g/dl (1/10/2021), Hb 8.9 g/dl (30/9/2021)
c) Clinical: membrane mukosa kering, mukosa kulit pucat, mual
d) Diet: bubur biasa 3x1 porsi
c. Pola eliminasi
1) BAB
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dengan buang air
besar, dirumah klien biasa BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek dan
tidak ada keluhan saat BAB.
b) Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit BAB 2x/hari, BAB melalui colostomy bag,
dengan konsistensi lembek dan bauk has feses.
38
2) BAK
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit BAK kurang kebih 5-6 kali perhari
dengan warna urine kuning jernih, bau khas urine. Jumlah urine ±
1400cc/24 jam.
b) Saat sakit
Klien mengatakan tidak ada masalah saat BAK, warna urine kuning
jernih dan bau khas urine. . Jumlah urine ± 1200cc/24 jam.
Keterangan:
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
Kesimpulan:
Klien mengatakan terpasang colostomy bag sehingga untuk melakukan aktivitas
kebutuhan ADL pasien dibantu sebagian oleh keluarganya.
39
e. Pola kognitif dan persepsi
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang diderita namun
pasien merasa bahwa penyakitnya ini tidak akan sembuh kembali dan klien
menerima penyakitnya.
f. Pola persepsi - konsep diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini yang terpasang
colostomy bag pada perutnya, dan pada saat berpergian pun pasien merasa
agak risih karena tampak tidak enak dipandang pada bagian perutnya.
2) Identitas diri
Klien mengatakan semenjak jatuh sakit, klien sudah tidak bekerja lagi.
Untuk masalah kebutuhan klien sehari-harinya didapatkan dari hasil nafkah
suaminya.
3) Peran diri
Peran klien dalam keluarga adalah sebagai seorang ibu rumah tangga,
sekarang klien tidak bisa melaksanakan perannya karena sedang dirawat di
rumah sakit.
4) Ideal diri
Klien berharap supaya bisa cepat sembuh dan bisa kembali menjalani
perannya sebagai ibu rumah tangga.
5) Harga diri
Klien mengatakan tidak ada perasaan negative tentang dirinya sendiri dan
keluarga klien selalu mendukung klien.
g. Pola tidur dan istrahat
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit, klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan tidurnya,
klien biasanya mulai tidur malam pukul 22.00 wita dan bangun pukul 06.00
wita.
2) Saat sakit
Saat sakit klien mengatakan tidurnya terganggu oleh karena nyeri pada
perut. Klien biasanya mulai tidur jam 22.00 wita dan bangun jam 06.00
40
wita. Namun dalam rentang tidur tersebut klien sering terbangun jika nyeri
pada perutnya tapi klien biasa tidur siang selama 2-3 jam/hari
h. Pola peran - hubungan
Sebelum maupun saat sakit hubungan klien dengan keluarganya berjalan
seperti biasanya. Keluarga sering menjenguk ke rumah sakit, selama di RS
didampingi oleh suami dan orang tuanya, serta peran hubungan tidak ada
masalah. Dalam penyelesaian konflik keluarga klien selalu membicarakannya
terlebih dahulu.
i. Pola seksual dan reproduksi
Sebelum maupun saat sakit klien tidak ada gangguan pada sistem
reproduksinya.
j. Pola toleransi stress - koping
Klien mengatakan bila ada masalah selalu menceritakan dengan suami maupun
keluarganya.
k. Pola nilai kepercayaan
Klien menganut agama Hindu, klien mempercayai bahwa penyakit yang
dideritanya oleh karena ada masalah medis, dan bukan oleh kecapatan atau
salah pati (non medis) yang biasa diyakini oleh sebagian penganut agama
Hindu.
Pemeriksaan Fisik
Pengkajian dilakukan tanggal 30 September 2021 pukul 21.00 wita
a. Keadaan umum
Kesadaran: compos mentis BB sekarang: 35 Kg
GCS: 15 (E:4, M:5, V:6 ) BB awal: 40 Kg
IMT (kg/m2): 15,5 kg/m2 TB: 150 cm
Status gizi: kurus berat
CRT: < 3 detik
41
b. Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 37o C
Pernafasan : 20 x/mnt
Spo2 : 99 %
c. Keadaan fisik Head To Toe
1) Kepala
Inspeksi: bentuk kepala normocepali, kulit kepala tampak bersih, tidak ada
lesi, warna rambut hitam.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan atau massa pada daerah kepala.
2) Mata
Inspeksi: kelopak mata simetris, sembab, tidak ada peradangan, konjungtiva
anemis, sclera ikterus, kornea kehitaman, kedua pupil isokor, bola mata
dapat mengikuti kedelapan gerakan arah jari pemeriksa, tidak buta warna,
serta tidak ada gangguan penglihatan.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada tekanan pada kedua bola mata.
3) Hidung
Inspeksi: lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, perdarahan, secret
atau cairan, inflamasi, nyeri, lesi atau massa.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan massa pada daerah hidung.
4) Telinga
Inspeksi: aurikula simetris, antara kanan dan kiri bersih, tidak ada
peradangan, tidak ada nyeri tidak ada secret, membrane timpani utuh.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan tulang mastoideus.
5) Mulut
Inspeksi: bibir terlihat kering, tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak ada
bibir sumbing, gusi tidak ada peradangan, lidah tampak bersih dan berwarna
merah pucat, mukosa mulut pucat, tonsil tidak ada pembesaran, tidak ada
stomatitis, terdapat caries gigi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah mulut.
42
6) Leher
Inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri, tidak tampak hiperpigmentasi,
tidak ada lesi, serta pergerakan bebas ke semua arah.
Palpasi: tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pelebaran vena jugularis
serta tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
7) Dada
a) Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/mnt.
Palpasi: taktil fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: terdengar suara vesikuler
b) Jantung
Inspeksi: tidak tampak ictus cordis pada costa V
Perkusi: terdengar suara dullnes
Auskultasi: terdengar bunyi S1dan S2 tunggal reguler dan tidak
terdengar murmur
8) Payudara dan ketiak
Inspeksi: payudara simetris, tidak ada lesi, serta tidak ada iritasi pada
daerah ketiak
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah payudara dan ketiak, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
9) Abdomen
Inspeksi: tidak terdapat acites, terpasang colostomy bag di perut kiri bawah,
produksi +- 50cc dan terdapat luka post operasi bulan Juli 2021
Auskultasi: bising usus 20 x/mnt
Palpasi: ada distensi, nyeri tekan ada
Perkusi: terdengar suara timpani
10) Genetalia
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dalam genetalia.
43
11) Anus
Tidak ada gatal-gatal di area anus, tidak ada benjolan atau perdarahan.
12) Ekstremitas
Atas
Inspeksi: bentuk simetris pada tangan kanan dan kiri, tidak terdapat
kontraktur, tidak ada lesi dan pasien terpasang infus pada vena brachialis
pada tanggal 30 September 2021 dengan cairan infuse IVFD Aminofluid
(2) : Nacl 0,9% (2) 28tpm.
Palpasi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi kelemahan
pada otot-otot.
Bawah
Inspeksi: bentuk simetris pada kaki kanan dan kiri, tidak terdapat
kontraktur, tidak ada lesi terdapat.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada kedua kakinya.
44
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (Tanggal 30/09/2021 pkl 18.18 wita)
No Parameter Nilai Satuan Normal
1 WBC 9.5 109 /I 4.8 - 10.8
2 LYM% 17.1 % 20.0 - 40.0
3 MID % 6.9 % 3.0 - 9.0
4 GRA % 76.0 % 50.0 - 70.0
5 LYM 1.6 109 /I 0.8 - 4.8
6 MID 0.7 109 /I 0.1 - 7.0
7 GRAN 7.2 109 /I 2.0 - 7.0
8 RBC 2.93 1012 /I 4.2 – 5.4
9 HGB 8.9 g/dL 12.0 - 16.0
10 HCT 25.7 % 37.0 - 47.0
11 MCV 87.6 fL 77.0 - 99.0
12 MCH 30.4 Pg 27.0 - 31.0
13 MCHC 34.7 g/dL 33.0 - 37.0
14 RDW% 15.8 % 11.5 - 14.5
15 RDWa 130.2 fL 30.0 - 47.0
16 PLT 644 109 /I 150.0 - 450.0
17 MPV 6.1 fL 7.2 - 11.1
18 PDW 10.5 fL 10.0 - 17.0
19 PCT 0.39 % 0.2 - 0.4
20 LPCR 5.4 % 0.1 - 99.9
45
Pemeriksaan Rapid Antigen (Tanggal 30/09/2021 pkl 19.35 wita)
Nilai
No Parameter Hasil Metode
Rujukan
Rapid
1 Antigen Negatif Negatif Imunokromatografi
SARS-CoV-2
46
B. Analisa Data
47
- TD: 100/70 mmHg
- N: 100 x/menit
- RR: 20 x/menit
- S: 37 0C
- Spo2: 99%
- Skala nyeri: 6 (0-10)
2 DS: Karsinoma Colon Defisit nutrisi berhubungan dengan
Klien mengatakakan nafsu makan berkurang, ketidakmampuan mengabsorbsi
merasa cepat kenyang, makan bubur biasa nutrient dibuktikan dengan klien
habis hanya 2-4 sendok Anoreksia mengatakakan nafsu makan
berkurang, merasa cepat kenyang,
DO: makan bubur biasa habis hanya 2-4
sendok
Nafsu makan menurun, membrane mukosa Asupan nutrisi tidak adekuat
Pengkajian Nutrisi:
pucat, makan 2-4 sendok, albumin 2.94 g/dl
A. Antropometri: BB awal 40kg, BB
A. Antropometri: BB awal 40kg, BB akhir
Defisit nutrisi akhir 35kg, TB 150cm, LLA
35kg, TB 150cm, LLA 14cm, IMT
14cm, IMT 15,5kg/m2 berat
15,5kg/m Berat badan menurun 12,5
2.
%
badan menurun 12,5% dari
dari rentang ideal
rentang ideal
B. Biokimia: albumin 2.94mg/dl (1/10/2021),
B. Biokimia: albumin 2.94mg/dl
48
Hb 8,9g/dl (30/9/2021) (1/10/2021), Hb 8,9g/dl
C. Clinical: membrane mukosa kering mukosa (30/9/2021)
kulit pucat C. Clinical: membrane mukosa
D. Diet: bubur biasa 3x1 porsi kering dan mukosa mulit pucat
D. Diet: bubur biasa 3x1 porsi
3 DS: Karsinoma Colon Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan fungsi tubuh
Klien mengatakan malu dengan kondisinya saat
dibuktikan Klien mengatakan malu
ini yang terpasang colostomy bag pada
Tindakan pembedahan dengan kondisinya saat ini yang
perutnya, dan pada saat berpergian pun pasien
terpasang colostomy bag pada
merasa agak risih karena tampak tidak enak
perutnya, dan pada saat berpergian
dipandang pada bagian perutnya.
pun pasien merasa agak risih karena
Pemasangan colostomy
tampak tidak enak dipandang pada
bagian perutnya. Pada abdomen tidak
DO:
terdapat acites, terpasang colostomy
Pada abdomen tidak terdapat acites, terpasang
Perubahan fungsi tubuh bag dan terdapat luka post operasi
colostomy bag dan terdapat luka post operasi
bulan Juli 2021.
bulan Juli 2021.
49
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
No Tanggal Masalah Diagnosa Prioritas Keperawatan Paraf
Ditemukan dan
Nama
Pengkajian Nutrisi:
50
3 30 September 2021 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan fungsi tubuh dibuktikan Klien
mengatakan malu dengan kondisinya saat ini Yuni
yang terpasang colostomy bag pada perutnya,
dan pada saat berpergian pun pasien merasa
agak risih karena tampak tidak enak
dipandang pada bagian perutnya. Pada
abdomen tidak terdapat acites, terpasang
colostomy bag dan terdapat luka post operasi
bulan Juli 2021
51
D. Intervensi Keperawatan
52
menurun 7. Anjurkan posisi duduk (k/p) pasien
Pengkajian Nutrisi: 3. Nyeri abdomen menurun 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 6. Menghindari pasien dari konstipasi
menentukan jumlah kalori dan jenis 7. Posisi duduk menghindari pasien
A. Antropometri: BB nutrient yang diperlukan (k/p) dari aspirasi
awal 40kg, BB akhir 8. Mengetahui status nutrisi pasien
35kg, TB 150cm,
LLA 14cm, IMT
15,5kg/m2 berat
badan menurun 12,5%
dari rentang ideal.
B. Biokimia: albumin
2.94mg/dl
(1/10/2021), Hb
8,9g/dl (30/9/2021)
C. Clinical: membrane
mukosa kering dan
mukosa mulit pucat
D. Diet: bubur biasa 3x1
porsi
3 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi pernyataan kritik 1. Mengetahui sulit/tidaknya
keperawatan selama 3x24jam terhadap diri sendiri menerima hidup
berhubungan dengan
diharapkan citra tubuh 2. Diskusikan perubahan tubuh dan 2. Membangun factor positif dalam
perubahan fungsi tubuh meningkat dengan kriteria hasil:
fungsinya diri dan membangun penerimaan
dibuktikan Klien 3. Jelaskan kepada keluarga dan pasien diri
1. Verbalisasi perasaan
mengatakan malu dengan perawatan perubahan citra tubuh 3. Meningkatkan kemandirian dan
negative menurun
4. Latih fungsi tubuh yang dimiliki penerimaan pasien
kondisinya saat ini yang 2. Melihat bagian tubuh
4. Pendekatan dan saran yang positif
terpasang colostomy bag membaik
membantu menguatkan usaha dan
pada perutnya, dan pada kepercayaan yang dilakukan
53
saat berpergian pun
pasien merasa agak risih
karena tampak tidak enak
dipandang pada bagian
perutnya. Pada abdomen
tidak terdapat acites,
terpasang colostomy bag
dan terdapat luka post
operasi bulan Juli 2021
54
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal / No. Paraf /
Implementasi Evaluasi
Waktu DX Nama
Kamis 1 Mengidentifikasi lokasi, DS : klien mengatakan nyeri pada
karakteristik, intensitas
abdomen skala 6 (0-10)
nyeri
30-9-2021
dirasakan seperti tertusuk
dan dirasakan menetap.
21.00
WITA Mengidentifikasi skala
DO : klien tampak meringis,
nyeri Dhita
gelisah, tampak memegangi
perutnya terdapat luka lama
di abdomen, TD
Mengidentifikasi respon 100/70mmHg, N
nonverbal 100x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 37oC, Spo2 99%
21.10 3 Mendiskusikan DS : klien mengatakan malu
perubahan tubuh dan
WITA dengan kondisinya saat ini
fungsinya
yang terpasang colostomy
bag pada perutnya, dan pada
saat berpergian pun pasien
merasa agak risih karena
Dhita
tampak tidak enak dipandang
pada bagian perutnya.
55
02.15 dan dirasakan menetap.
WITA
DO : klien tampak meringis,
tampak memegangi
perutnya, aliran infus
Paracetamol lancar.
05.50 2 Menganjurkan makan DS : klien mengatakan bersedia
WITA posisi duduk makan posisi duduk
Dhita
DO : klien tampak kooperatif,
klien mampu duduk
06.00 2 Melakukan monitor DS : klien mengatakan nafsu
WITA asupan makanan makan menurun, makan 2-4
sendok saja, minum 220cc
Dhita
DO : klien tampak lemas, bibir
kering, porsi makan tidak
habis
Kamis 1,2,3 Evaluasi Formatif DX 1 :
56
99%
DX 2 :
DX 3 :
57
acites, lesi ada, terpasang
colostomy bag
58
khas feses, jumlah kurang
lebih 100cc
11.00 2 Mengidentifikasi DS : klien mengatakan suka
WITA makanan yang disukai makan pepes dan tidak
memiliki alergi makanan
Yuni
DO : klien tampak kooperatif
Mengidentifikasi alergi
dan intoleransi makanan
59
P : lanjutkan intervensi 1-8
DX 2 :
DX 3 :
60
khas feses, jumlah kurang
lebih 100cc
Aris
DO : klien tampak mampu
melakukan Teknik nafas
dalam, TD 100/80mmHg, N
82x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 36,5oC, Spo2 99%
61
18.05 1 Memberi analgetik DS : klien mengatakan nyeri di
Paracetamol flash 1gr
Wita abdomen skala 6 (0-10)
(IV)
dirasakan tertusuk dan nyeri
menetap
Aris
DO : klien tampak meringis,
tampak memegangi
perutnya, mengerutkan alis,
gelisah
Jumat 1,2,3,4 Evaluasi Formatif DX 1 :
DX 2 :
62
tidak ada, muntah tidak ada
DX 3 :
63
tampak memegangi
perutnya, gelisah, TD
Mengidentifikasi skala
100/60mmHg, N 86x/menit,
nyeri pasien
RR 18x/menit, Suhu 36oC,
Spo2 98%
21.05 1 Memfasilitasi istirahat DS : klien mengatakan lebih pulas
WITA tidur jika mematikan lampu saat
tidur
Tri
DO : verbalisasi perasaan
negative berkurang, klien
mau melihat kolostomi
06.00 2 Memonitor asupan DS : klien mengatakan cepat
WITA makanan kenyang, mual tidak ada, Tri
muntah tidak ada, makan 5
64
sendok, minum 300cc
DX 2 :
65
O : bising usus 20x/menit, porsi
makan tidak habis, turgor
kulit tidak elastis
DX 3 :
66
berkurang
10.00 1 Memberikan obat DS : klien mengatakan masih
WITA analgetic Paracetamol nyeri perut seperti tertusuk,
1gr (IV) skala 5 (0-10) dirasakan
terus menerus
67
usus 20x/menit
12.30 2 Memonitor berat badan DS : -
WITA pasien
Yuni
DO : BB 35kg, klien tampak
kurus.
Sabtu 1,2,3 Evaluasi Formatif DX 1 :
DX 2 :
68
muntah tidak ada
DX 3 :
69
F. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal
No No. DX Evaluasi Sumatif Paraf
Jam
1 Sabtu 1 S:
02 Oktober 2021 - klien mengatakan merasa nyaman
13.00 WITA
setelah mendengarkan music, nyeri di
perut karakteristik tertusuk skala nyeri
5 (0-10) dirasakan terus menerus
O:
- klien tampak meringis
- TD 100/60mmHg, N 86x/menit, RR
Yuni
22x/menit, Suhu 36,2oC, Spo2 98%
- gelisah menurun
- tampak memegangi perutnya
A:
- masalah belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi 1-8
2 Sabtu 2 S:
02 Oktober 2021 - klien mengatakan mampu makan 5
13.00 WITA
sendok saja, minum 300cc, mual tidak
ada, muntah tidak ada
Yuni
O:
- perut kembung tidak ada, porsi
makanan tersisa, turgor kulit tidak
elastis, bising usus 20x/menit, BB
35kg, klien tampak kurus
70
A:
- masalah belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi 1-8
3 Sabtu 3 S:
02 Oktober 2021
13.00 WITA - klien mengatakan menerima kondisi
tubuh dan penyakitnya saat ini
O:
A:
- masalah teratasi
P:
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV
jilid I. FKUI : Jakarta
Andra Saferi dan Yessie Mariza. 2016. Keperawatan Medikal Bedah 2 : Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Prayuda Hendi Muhammad. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ca Colon. Nuha Medika
: Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat
Yayasan Kanker Indonesia. 2018. Harapan Terpadu World Cancer Day 2018. Buletin
YKI,2(April): 1-54
72
LAMPIRAN
73
LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN RONDE KEPERAWATAN RUANG CEMPAKA
1. Apa diet yang bisa diberikan kepada pasien dengan Ca Colon dirumah dan olahraga apa yang
aman dilakukan ? (Putri Wulantari – Admisi)
Jawaban : diet yang bisa diberikan adalah diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayur dan buah. Pasien harus menghindari daging merah, lemak hewan, daging/ikan
goreng/panggang, sayuran yang mengandung gas (kol, sawi), minuman berakohol. Menurut
kelompok, olahraga yang aman dilakukan adalah yang bersifat ritmik (yang memiliki gerakan
sama berulang dan melibatkan otot besar seperti otot tungkai dan lengan) serta latihan aerobik
(jalan cepat dan jogging).
2. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk mencegah Ca Colon ? dan pada kasus Ca Colon lebih
cenderung menyerang wanita atau pria ? (Putu Devi – RI Lt 4)
Jawaban : upaya yang bisa dilakukan antara lain menghindari makanan yang dicurigai
mengandung zat kimia, menghindari makanan tinggi lemak terutama daging merah,
menghindari daging dan ikan yang digoreng/dipanggang. Kasus Ca Colon di Indonesia
dominan menyerang pria. Namun, pada umumnya pria atau wanita memiliki resiko yang tidak
jauh berbeda.
3. Edukasi apa saja yang diberikan kepada pasien dan keluarga saat pasien sudah diperbolehkan
pulang agar tidak terjadi infeksi ? (Bayu Natha – IGD)
Jawaban : edukasi yang diberikan saat pasien BPL agar tidak terjadi infeksi antara lain :
a. Perawatan colostomy : kantong colostomy digunakan 3-6 hari. Kantong colostomy
diganti ketika mulai merembes atau kantong terisi 1/3 bagian, bersihkan lubang
kolostomi dengan cairan infus atau sabun berbahan kimia lembut.
b. Perawatan luka
c. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan colostomy dan luka
d. Perbanyak istirahat
e. Menjaga asupan makanan yang dihindari (diet khusus)
4. Kenapa kelompok tidak mengangkat diagnosa nyeri akut bukan mengambil nyeri kronis ? (Ria
Puspitasari - ICU)
Jawaban : kami melihat dari perjalanan penyakitnya. Nyeri akut berlangsung selama <3 bulan,
onset mendadak/lambat dan berintensitas ringan hingga berat. Sedangkan nyeri kronis
berlangsung >3 bulan berintensitas ringan hingga berat dan dirasakan konstan. Pada kasus Ny.
S menderita Ca sejak 2020 yang berarti nyeri sudah dirasakan selama satu tahun. Ny. S juga
mengatakan nyeri yang dirasakan skala 6 (0-10) yang termasuk nyeri sedang dan bersifat
menetap. Sehingga dari pengkajian tersebut kami mengangkat diagnosa nyeri kronis.
5. Perjalanan penyakit dikatakan sudah metastase dan stadium akhir, mengapa kelompok tidak
mengangkat diagnosa berduka ? (Gede Cita Laksmi – Isolasi)
Jawaban : darii hasil pengkajian bagian kognitif dan persepsi klien mengatakan bahwa sudah
mengetahui tentang penyakit yang diderita dan merasa penyakitnya tidak akan sembuh
kembali, namun klien mengatakan menerima penyakitnya. Saat pengkajian tidak ditemukan
tanda berduka speerti menyalahkan diri sendiri, merasa sedih, menangis. Sehingga kelompok
tidak mengangkat diagnosa berduka.
DOKUMENTASI KEGIATAN
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83