DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum
Matematika Sekolah” ini dengan lancar dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Matematika. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kurikulum Matematika Sekolah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Turmuzi, S.Pd., M.Pd. dan
Bapak Junaidi, S.Pd., M.Pd.. selaku Dosen pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini, dan semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Penyusun
(Kelompok 4)
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah lebih banyak
dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan
kepada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah
dan perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain
mempunyai sifat yang abstrak, matematika juga memrlukan pemahaman konsep yang baik,
karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep
sebelumnya.
Matematika yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah
matematika sekolah (Erman Suherman, dkk, 2003:55). Menurut Permendiknas No 22 Tahun
2006 (Depdiknas, 2006:346) salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Pemahaman konsep tersebut perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak
anak tersebut masih duduk dibangku sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. Disana mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara
pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi
bekal dalam memperlajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Agar penguasaan siswa dalam matematika dapat tercapai dengan baik, maka siswa
dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam matematika tersebut. Pemahaman konsep
marupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, hal ini sesuai dengan jenjang kognitif
tahap pemahaman menurut Bloom, dkk, sehingga untuk memahami prinsip dan teori terlebih
4
dahulu siswa harus memahami konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori tersebut.
Karena itu hal yang sangat fatal apabiila siswa tidak memhamai konsep-konsep matematika,
jika mereka ingin menguasai matematika dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
dapat dilihat dari hasil
Dalam laporan hasil belajar siswa aspek-aspek yang dilaporkan kepada orang tua siswa
tentang hasil belajar siswa adalah (1) pemahaman konsep, (2) penalaran dan komunikasi, (3)
pemecahan masalah. Berarti pemahaman konsep disini sangat diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula
bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Pembaharuan
kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh
perubahan structural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada
komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau system
penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan
semua komponen kurikulum. Dalam perjalan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun pra-75, 1984, 1994, 2004,
2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru yang diterapkan di tahun ajaran 2013/2014
yaitu Kurikulum 2013. Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013, pemerintah
melakukan uji publik untuk menentukan 4 kelayakan kurikulum ini dimata publik. Kemudian
mulai tahun ajaran baru 2013/2014 kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Materi Kurikulum Matematika 1984 tidak banyak berubah dari kurikulum sebelumnya
Kurikulum Matematika 1975. Selain pengurangan yang dilakukan terutama pada materi yang
diulang dan konsep-konsep yang tidak esensial, penyempurnaan dilakukan terutama dalam
keruntutan materi pada setiap jenjang pendidikan dan penyesuaian dengan perkembangan
kemampuan siswa (Depdikbud, 1987). Secara umum karakteristik Kurikulum Matematika
1987 adalah sebagai berikut.
a. Pendekatan dalam kegiatan belajar-mengajar berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini guru
harus mengetahui secara jelas tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
Guru harus menyusun rencana kegiatan belajar- mengajar, merumuskan tujuan
pembelajaran secara eksplisit, serta membimbing siswa dalamimplementasinya.
b. Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, potensi, dan
waktu yang tersedia. Jam sekolah dimanfaatkan sepenuhnya dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan kurikuler yang tidak mungkin dilakukan di luar jamsekolah.
7
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor (Subando, 2009).
2. Matematika Modern
8
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika
dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah me-launching kurikulum baru, yaitu
kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, karena
Kurikulum 1975 sarat materi, adanya perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi
teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan
pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan di pihak lain, dan belum sesuainya materi
kurikulum dengan taraf kemampuan anak didik (Subando, 2008). Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam Kurikulum 1984.
Dalam Kurikulum 1984, siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara
untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang
menjadi perhatian dalam Kurikulum 1984 tersebut, adalah bahan-bahan baru yang sesuai
dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga
disajikan dalam kurikulum ini.
Materi Kurikulum 1984 pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan materi Kurikulum
1975 (Depdikbud, 1984). Yang berbeda adalah organisasi programnya sehingga dengan
demikian Kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan menggunakan materi pengajaran, buku
pelajaran serta sarana yang telah ada.
Teori belajar yang menjiwai pengajaran matematika pada masa berlakunya Kurikulum
1984 di antaranya teori perkembangan mental dari Jean Piaget, pendekatan spiral dari Jerome
S. Bruner, dan teori tentang tahap-tahap kebutuhan manusia dari Maslow.
Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), pada Kurikulum 1984 ini terdapat perubahan
dalam penjurusan yang sebelumnya dikenal dengan jurusan IPA dan IPS, pada kurikulum ini
jurusan tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok, yiatu kelompok A1 (bidang ilmu fisik),
A2 (bidang ilmu biologi) dan A3 (bidang ilmu sosial), serta kelompok B (bidang
keterampilan jasa). Pengelompokan jurusan tersebut merupakan gagasan menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada saat itu, yaitu Nugroho Notosusanto. Setelah berjalan beberapa waktu
9
pengelompokan seperti ini dirasakan kurang tepat, maka pada kurikulum berikutnya yaitu
Kurikulum 1994 penjurusan tersebut kembali ke semula, yaitu jurusan IPA danIPS.
Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu
bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali
diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan
rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah Amerika,
Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan siswa SMU
1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan tersebut diperparah
dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang
mampu dalam menyelsaikan problem-probelmke hidupan dan lain sebagainya. Dengan
dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu
membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun
1994.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian
seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu
mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan
dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini
diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan
kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
10
2.3 Kurikulum Tahun 2004
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum
1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid
secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya
kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan
kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis
kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut
mempunyai tujuan antara lain;
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan
iskonsistensi
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memcahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
Sementara itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap
siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalam
ketuntasan belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran berikutnya sebelum
11
menuntaskan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan seringa
dijumpai terutama siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.
2.4 Kompetensi
12
masyarakat sekitar sekolah. Dengan demikian sekolah diharapkan dapat melakukan proses
pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (Output), dan dampak
(Outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus dan
berkelanjutan.
1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, artinya melalui
KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus dikuasai.
2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan
memperhatikan keberagaman setiap individu. Dalam pembelajaran tidak sekedar
diarahkan untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapat
menunjang dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak sehari-
hari
3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua sisi
evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi dilakukan secara
utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, tetapi sikap dan keterampilan
13
20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 , yang menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. Daerah dalam menetukan isi pelajaran terbatas
pada pengembangan kurikulum muatan local , yakni kurikulum yang memiliki kekhasan
sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat
siswa. Jumlah jam pelajaran kedua aspek tersebut ditentukan oleh pemerintah.
Kedua, sebagai kurikulum operasional , para pengembangan KTSP , dituntut dan harus
memerhatikan cirri khas kedaerahan , sesuai dengan bunyi Undang-Undang No. 20 tahun
2003 ayat 2 , yakni bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan , potensi
daerah, peserta didik. Persoalan ini penting untuk dipahami, sebab walaupun standar isi
ditentukan oleh pemerintah , akan tetapi dalam operasional pembelajarannya yang
direncanakan dan dilakukan oleh guru dan pengembang kurikulum tidak terlepas dari
keadaan dan kondisi daerah. Misalnya , ketika standar isi mengharuskan siswa mempelajari
masalah transfortasi, maka para pengembang KTSP di suatu daerah akan berlainan dengan
daerah lain. Pengembang KTSP di jawa misalnya akan mengembangkan isi kurikulum
tentangtransfortasi darat, sedangkan di Kalimantan akan banyak membahas transfortasi
air/sungai.
A. Tujuan KTSP
14
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
B. Landasan KTSP
C. Ciri-ciri KTSP
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini
terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus akan mengalami
penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula
bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Pembaharuan
kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh
perubahan structural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada
komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau system
penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan
semua komponen kurikulum.
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah .
Departemen Pendidikan Nasional . 2003. Undang - undang Republik Indone sia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .
Departemen Pendidikan Nasional . 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan .
Depdikbud (1987). Kurikulum dan GBPP Bidang Studi Matematika SD, SMP, dan SMA.
Jakarta:Depdikbud.
Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP
UMS
17