Anda di halaman 1dari 3

AKU DAN DIRINYA

Nashwa Alinie Putri // 9H // 23

'Tepat jam 04.40, waktunya untuk bangun!', aku mencoba membuka mata dengan perlahan,
mengumpulkan sisa nyawa yang masih setengah, hujan yang turun semalam meninggalkan
hawa dingin, membuatku enggan untuk melepas selimut. Satu hal yang memberiku semangat
untuk melewati hari ini 'Dia' yah siapa lagi kalau bukan DERREN, cowok berpostur tinggi, alis
tebal membuat ku bangga bahwa dirinya adalah milikku.

Setelah semuanya siap, mandi, sarapan, berhias ala kadarnya, aku langsung meluncur ke depan
rumah, menunggu DERREN menjemput. Namun hari ini terasa berbeda, waktu sudah
menunjukan jam 06.10 batang hidung Derren belum terlihat juga, aku sudah mencoba
menghubunginya tapi gak diangkat-angkat, akhirnya aku terpaksa harus mencari ojek yang
berada di pangkalan depan, dari rumahku ke sekolah hanya membutuhkan waktu sekitar 15
menit kalau gak macet.

Setibanya di sekolah aku langsung berlari menuju ke kelas Derren, aku semakin khawatir ketika
tidak menemukan sosoknya, 'Aca kamu lihat Derren gak?' tanyaku pada salah satu teman
terdekat Derren, 'oohh, hari ini dia gak masuk Win, itu suratnya ada di meja guru' jelas Aca…
'kenapa dia gak masuk?' tanyaku lagi… 'dia kan sakit Win, masa kamu gak tau si…' aku semakin
bingung, kemarin sore dia masih baik-baik aja, bahkan tadi malem dia masih telfonan sama aku,
kalau dia sakit harusnya dia bilang dong… 'oh ya udah deh, makasih ya Ca' aku berlalu dengan
seribu macam pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiranku.

Sampai detik ini, sampai hari ini aku bahkan belum tau si Derren itu sakit apa, sekarang
nomornya malah gak aktif, kemarin pulang sekolah aku coba ke rumahnya, tapi mamanya bilang
kalau dia lagi ke dokter.

Melihat penampilanku di depan kaca, ku semprotkan minyak wangi andalanku, setelah yakin
udah rapih,

Aku meluncur keluar rumah, tiba-tiba Hp di saku ku berdering, Favourite memanggil, aku
langsung menekan tombol yes 'hallo Asslammualaium' sapa ku riang.. 'waalaikum salam'
terdengar suara yang sangat ku sukai tampak begitu jelas 'Derren…' kata-kata ku terhenti,
bingung harus memarahinya atau memanjakannya..

'Maafin aku ya, aku gak kasih kabar, sekarang aku udah baikan kok, kamu gak usah khawatir,
kemaren hpku disita' jelasnya panjang lebar.. 'iya gapapa, emang kamu sakit apa, nih aku udah
siap mau ke rumah kamu'.

Aku tersenyum senang.. 'aku Cuma kena radang tenggorokan, kamu gak usah ke rumah ya, aku
mau pergi kontrol lagi, aku gapapa kok' ungkapnnya, 'tapi aku udah siap-siap ni beneran, udah di
depan rumah tinggal berangkat doang' kataku mencoba meyakinkannya 'ga usah, besok pagi
aku jemput kamu seperti biasa, aku janji, ya udah yah, aku mau pergi sekarang nih, love you'
telepon terputus… aku kembali ke dalam rumah dengan perasan kecewa.

Keesokan harinya, Derren menjemputku lebih awal dari pada biasanya, 'hey kok pagi amat si
jemputnya?' tanyaku heran.. yang ditanya Cuma cengar-cengir aja melihat bibirku yang manyun
'udah siap kan, aku mau ajak kamu sarapan, ayo naik' aku mengangguk, kami pergi ke pasar
jajan langganan kami, biasanya aku dan dimas pergi kesini hari minggu setelah pulang lari pagi,
rasanya sudah sekitar 3 bulan aku gak kesini, kangen juga sama tempat ini, disinilah tempat
dimana Derren mengungkapkan perasaannya.

Sepulang sekolah, Derren sudah menungguku di depan kelas, 'Winda cowok lu tuh' Indri
memberitahuku… 'diih, ngapain sih tuh cowok?' tanyaku pada Indri 'yeee mana aku tau, aku
duluan yah Win' setelah Indri keluar kelas, ku tenangkan hati ku, melangkah keluar menemui
Derren dengan muka sebiasa mungkin, 'kamu butuh penjelasan kan, ayo ikut..' ajak Derren
kemudian, tapi aku masih berdiri mematung, akhirnya Derren menghampiriku dan merangkulku
berjalan menuju parkiran motor.. 'pake nih..' Derren mengulurkan jaketnya padaku.. aku masih
terdiam, Derren yang terlihat bingung melampirkan jaketnya di pundakku.. 'gak usah kaya anak
kecil deh, buruan naik, bisa-bisa kita sampai rumah malem nanti' akhirnya kuturuti perintahnya…
Aku gak tau Derren akan membawaku kemana, dalam perjalanan dia hanya terdiam membisu,
sudah 1 jam lebih aku duduk di motornya tapi tujuannya belum terlihat juga, aku mencoba
melihat-lihat sekeliling, membaca arah tujuannya, sepertinya menuju Puncak, dia berhasil
menculikku, aku semakin sebal dibuatnya, tapi pemandangan di depanku membuat rasa sebal
itu hilang berubah menjadi rasa cinta, cinta kepada alam ini, indah banget, semilir angin dan
hawa sejuk itu menyambut kedatanganku, aroma wangi dari jaket ini membuat pelukanku
semakin erat, motor itu terus melaju semakin menanjak, dan menanjak hingga akhirnya berhenti
di salah satu warung kecil yang ada disana, Derren menggandeng tanganku berjalan ke atas
menuju sebuah gubug, dari gubug itu ku hirup udara sebanyak-banyaknya, tersenyum pada alam
ini, aku bisa melihat jalan yang kulewati tadi, melihat air terjun, pemandangan ini benar-benar
indah, aku merasa dekat dengan langit sekarang.

'Kamu suka?' Tanya Derren hati-hati, aku masih terdiam, aku gak akan luluh semudah itu, pikirku
dalam hati… dari ujung mataku aku yakin Derren sedang menatapku sekarang, 'Wiiinnnddaaa…'
aku mendengar seseorang memanggilku dari bawah, 'Indri, kenapa Indri ada disini?' tanyaku
bingung pada Derren… Derren menyentuh kedua tanganku, mendekatkan tubuhku ke tubuhnya,
wajahnya bening, senyum yang ku sukai terlukis disana, matanya menatapku tajam 'Happy
anniversary sayang, anniversary kita yang ke 2 tahun, aku mencintaimu, dan akan selalu
mencintaimu, maafin aku, maaf karena aku belum bisa jadi pacar yang baik untuk kamu, aku
yang ngerencanain ini semua' aku terpaku, aku bahkan gak ingat sama sekali kalau hari ini
adalah hari jadianku dengan Derren.

Aku sangat terharu, sebutir air mata yang tak terbendung berhasil meluncur di pipiku, 'aku
mencintaimu' bisikku pada Derren, lelaki itu tersenyum penuh kemenangan, Indri dan teman-
teman lain yang melihat kejadian itu bersorak-sorak, aku sangat malu tapi aku juga bahagia, aku
sangat bahagia karena bisa memilikinya, aku berharap hubungan ini bisa bertahan untuk
selamanya.

Anda mungkin juga menyukai