Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling”

Dosen Pengampu :

Drs. Muhammad Anas, M.Si

Akhmad Harum, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

Andi Naifah Alatas (220404501032)


Dian Farhiyah BM (220404502038)
M. Aslam Abdillah (220404501055)
Muslimah Putri Buhari (220404500010)
Siti Natazwa Syam Rizal (220404501024)
Imelda Vira Riyanti (220404501016)

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena dengan
Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Jenis
Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling” dan kami mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu pada mata kuliah “Dasar-Dasar BK” yaitu Bapak
Drs. Muhammad Anas, M.Si dan Bapak Akhmad Harum, S.Pd, M.Pd. yang telah mendukung
penyelesaian makalah ini.

Adapun makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.

Pembuatan makalah ini untuk menambah pengetahuan mengenai “Jenis Layanan dan
Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling” serta memenuhi Tugas Kelompok pada
mata kuliah “Dasar-Dasar BK”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
yang masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman yang membacanya.

Makassar, 25 Oktober 2022

Kelompok 2

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 5
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
A. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling .................................................................................... 6
B. Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling .................................................... 30
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 38
PENUTUP.................................................................................................................................................. 38
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 38

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam sekolah yang
menjadi pusat pengembangan kepribadian dan karir siswa. Siswa merupakan konseli yang
perlu mendapatkan layanan Bimbingan dan Konseling terbaik dari guru Bimbingan dan
Konseling. Oleh karena itu, Seorang guru Bimbingan dan Konseling perlu menguasai konsep
Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling.

Pada umumnya, sekolah atau siswa sering memandang Bimbingan dan Konseling
sebagai tempat pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah, guru
Bimbingan dan Konseling juga sering dipandang sebagai polisi sekolah dan tidak memiliki
pekerjaan sehingga guru Bimbingan dan Konseling sering dijadikan sebagai guru pengganti
apabila terdapat guru mata pelajaran yang tidak masuk. Pandangan negatif banyak terjadi di
sekolah dikarenakan layanan dan kegiatan Bimbingan dan Konseling belum dikuasai
sepenuhnya oleh guru Bimbingan dan Konseling.

Layanan dan kegiatan Bimbingan dan Konseling tidak hanya sebatas memberikan
bimbingan atau mengkonseling siswa yang memiliki kasus, seperti melanggar tata tertib
sekolah saja, namun Bimbingan dan Konseling sebagai program kegiatan di sekolah
memiliki layanan dan kegiatan pendukung untuk membantu siswa agar dapat mengenali
dirinya sendiri, dapat menentukan keputusannya sendiri secara tepat juga dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang
terjadi dalam hidupnya.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja jenis layanan yang terdapat dalam Bimbingan dan Konseling?
 Jelaskan pengertian dan tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling?
 Jelaskan Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling?

4
C. Tujuan
 Untuk mengetahui jenis layanan yang terdapat dalam Bimbingan dan Konseling
 Untuk mengetahui pengertian dan tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling
 Untuk mengetahui Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling

5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Orientasi
Menurut Prayitno (2004) Orientasi berarti tatapan kedepan kearah dan tentang sesuatu
yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa
baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan
tentang sesuatu yang baru.

Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “asing”. Dalam
kondisi keterasingan, individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan
lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Ketidakmampuan bersosialisasi juga bisa menimbulkan perilaku mal adaptif (perilaku
menyimpang) bagi individu. Layanan Orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara
individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan
individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat yang
berkenaan dengan situasi atau objek baru tersebut.

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Secara lebih khsus tujuan layanan orientasi
berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling.

Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu
agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja
dijumapainya. Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu
individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami
situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu
mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-
sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan
memelihara potensi dirinya.

Isi layanan obrientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan
objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut meliputi bidang-bidang:

6
 Pengembangan Pribadi
 Pengembangan Hubungan Sosial
 Pengembangan Kegiatan Belajar
 Pengembangan Karier
 Pengembangan Kehidupan Berkeluarga
 Pengembangan Kehidupan Beragama

Proses layanan orientasi mulai dari perencangan hingga hingga akhir bisa dilaksanakan
melalui berbagai teknik, yaitu: Pertama, Format Lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta
layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-
objek tertentu yang menjadi isi layanan. Kedua, Format Klasikal. Dengan format ini, kegiatan
layanan orientasi dilaksanakan didalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi
layanan dibawa kedalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar,
film, tampilan, video dan lain sebagainya. Ketiga, Format Kelompok. Secara umum polanya
sama dengan format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah
peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Keempat, Format Individual.
Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap
individu –individu tertentu. Kelima, Format Politik. Dengan format ini, konselor atau
pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak diluar peserta layanan
untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan
menguntungkan peserta layanan.

Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka layanan
orientasi bisa mengombinasikan format-format diatas. Dengan format di atas, layanan orientasi
bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik: pertama, Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab
dan diskusi. Kedua, Pengamatan yaitu dengan melihat objek-obejk yang terkait dengan isi
layanan. Ketiga, Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan
kegiatan, mencoba dan mengalami sendiri. Keempat, Studi Dokumentasi, yaitu dengan membaca
dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, Kontemplasi, yaitu dengan
memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, narasumber, dan para peserta
layanan sesuai dengan peran masing-masing.

7
Proses atau tahap Layanan Orientasi adalah sebagai berikut:
 Pertama, Perencanaan: Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
Menetapkan peserta layanan, Menetapkan jenis kegiatan (termasuk Format kagiatan),
Menyiapkan fasilitas (termasuk penyaji, narasumber, dan media), dan Menyiapkan
kelengkapan administrasi.
 Kedua, Pelaksanaan: Mengorganisasikan kegiatan layanan, dan Mengimplementasikan
pendekatan tertentu (termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media).
 Ketiga, Evaluasi: Menetapkan materi evaluasi, Menetapkan prosedur evaluasi, Menyusun
instrumen evaluasi, Mengaplikasikan instrument evaluasi, dan Mengolah hasil aplikasi
instrument.
 Keempat, Analisis hasil evaluasi: Menetapkan standar analisis, Melakukan analisis, dan
Menafsirkan hasil analisis.
 Kelima, Tindak lanjut: Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, Mengomunikasikan
rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait, dan Melaksanakan rencana
tindak lanjut.
 Keenam, Laporan: Menyusun laporan layanan orientasi, Menyampaikan laporan terhadap
pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah), dan Mendokumentasikan laporan
layanan.

2. Layanan Informasi

Menurut Winkel (1991) Layanan Informasi merupakan suatu layanan yang berupaya
memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga
bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan denga pengetahuan serta pemahaman
tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai


informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang, maupun untuk perencanaan
kehidupannya kedepan. Individu bisa mengalami masalah dalam kehidupannya sehari-hari
maupun dalam memenuhi kebutuhannya dimasa depa, akibat tidak menguasai dan tidak mampu
mengakses informasi. Melalui layanan bimbingan dan konseling individu dibantu memperoleh
atau mengakses informasi.

8
Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui dan menguasai informasi
yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya.
Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman dan
penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan individu:
Mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis,
Mengambil keputusan, Mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan
keputusan yang diambil, dan Mengaktualisasikan secara terintegrasi.

Isi layanan informasi ini bervariasi begitu juga keluasan dan kedalamannya. Hal itu
tergantung kepada kebutuhan peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang
menjadi isi layanan mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling yaitu; bidang
pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan kegiatan belajar,
perencanaan karier, kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama.

Secara lebih rinci, informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan konseling disekolah
atau madrasah, Pertama, informasi tentang perkembangan diri. Kedua informasi tentang
hubungan antar pribadi, sosial, dan nilai-nilai (values) dan moral. Ketiga, informasi tentang
pendidikan, kegiatan belajar dan ilmu pengetahuan teknologi. Keempat, informasi tentang dunia
karier dan ekonomi. Kelima, informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan.
Keenam, informasi, tentang kehidupan berkeluarga. Ketujuh, informasi tentang agama dan
kehidupan beragama beserta seluk-beluknya.

Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh pembimbing
atau konselor kepada seluruh siswa disekolah atau madrasah. Beberapa teknik yang bisa
digunakan untuk layanan informasi adalah: Pertama, ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Teknik
ini paling umum digunakan dalam pemyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Kedua, melalui media. Penyampaian informasi bisa
dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan
media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televise, internet dan lain-lain. Ketiga, acara
khusus. Layaanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus disekolah
atau madrasah misalnya “Hari tanpa Asap Rokok”, “Hari Kebersihan Lingkungan Hidup” dan
lain sebagainya. Keempat, narasumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta
layanan dengan mengundang narasumber (manusia sumber). Misalnya informasi tentang obat-

9
obatan terlarang, psikotropika, dan narkoba mengundang narasumber dari Dinas Kesehatan,
Kepolisian dan lain-lain yang terkait. Dengan demikian, informasi tidak menjadi monopoli
konselor (pembimbing) dengan kata lain tidak semua informasi diketahui oleh pembimbing.

Pelaksanaan layanan informasi menempuh Tahapan-Tahapan sebagai berikut:


 Pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan: Identifikasi kebutuhan akan
informasi bagi calon peserta layanan, Menetapkan materi informasi sebagai isi
layanan, Menetapkan subjek sasaran layanan, Menetapkan narasumber,
Menyiapkan prosedur, perangkat dan media layanan, dan Menyiapkan
kelengkapan administrasi.
 Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: Mengorganisasikan kegiatan
layanan, Mengaktifkan peserta layanan, dan Mengoptimalkan penggunaan metode
dan media.
 Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan: Menetapkan materi evaluasi,
Menetapkan prosedur evaluasi, Menyusun instrument evaluasi, Mengaplikasikan
instrument evaluasi, dan Mengolah hasil aplikasi instrument.
 Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: Menetapan norma atau
standar evaluasi, Melakukan analisis, dan Menafsirkan hasil analisis.
 Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: Menetapkan jenis dan arah tindak
lanjut, Mengomunikasikan rencana tindak lajut kepada pihak terkait, dan
Melaksanakan rencana tindak lanjut.
 Keenam, pelaporan yang mencakup kegiatan: Menyusun laporan layanan
informasi, Menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau
madrasah), dan Mendokumentasikan laporan.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan Penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya


selama masih disekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan
sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. (Winkel,1991)

Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu
sisi serasi atau (kondusif) mendukung perkembangannya dan di sisi lain krang serasi atau kurang

10
mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu
(siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu
individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch
yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal.

Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri
dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang menunjang
perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan (Winkel, 1991). Dengan
perkataan lain, layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat
yang sesuai untuk mengembangkan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan
baik fisik maupun psikis atau lingkungan sosio emosional termasuk lingkungan budaya yang
secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa. (Prayitno, 2004)

Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, yang mencerminkan tujuan


secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:
Pertama, Fungsi Pemahaman. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan
penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri serta kondisi
lingkungannya. Kedua, Fungsi Pencegahan. Merujuk kepada fungsi ini tujuan layanan
penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya masalah, hambatan, dan
kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-larutnya masalah yang dialami
individu. Ketiga, Fungsi Pengentasan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan
dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi
yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi pencegahan dimana layanan ini berupaya
mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya pada kondusi yang sesuai (kondusif) dengan
kebutuhannya. Keempat, Fungsi Pengembangan pemeliharaan. Merujuk kepada fungsi ini maka
tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi
individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan
perkembangannya.

Isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu:


 Sisi potensi diri siswa sendiri mencakup:
(a) Potensi intelegensi, bakat, minat dan kecenderungan-kecenderungan pribadi

11
(b) Kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, alergi
terhadap kondisi lingkungan tertentu
(c) Kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial
(d) Kemampuan pancaindra
(e) Kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, dan keadaan jasmaniah lainnya.
 Kondisi lingkungan mencakup:
(a) Kondisi fisik, kelengkapan, dan tata letak serta susunannya
(b) Kondisi udara dan cahaya
(c) Kondisi hubungan sosio emosional
(d) Kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku
(e) Kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan
layanan penempatan dan penyaluran adalah:

(a) Mengkaji potensi dan kondisi dari subjek layanan (siswa)


(b) Mengkaji kondisi lingkungan dari lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada
permasalahan subjek layanan
(c) Mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi
lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara dinamis berkembang
pada diri siswa
(d) Mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati
(e) Menempatkan subjek ke lingkungan yang baru

Guna mengkaji potensi dan kondisi dari subjek seperti disebutkan diatas, dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut:

a) Studi dokumentasi terhadap hasil-hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan


data.
b) Observasi terhadap kondisi jasmaniah, kemampuan berkomunikasi, dan
tingkah laku siswa, suasana hubungan sosio emosional siswa dengan siswa
lainnya, dan kondisi fisik lingkungan.
c) Studi terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang diberlakukan.

12
d) Studi kondisi lingkungan yang prospektif dan kondusif bagi perkembangan
siswa.
e) Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.

Wujud kegiatan layanan penempatan dan penyaluran adalah:

- Pertama, menempatkan duduk siswa dalam kelas


- Kedua, penempatan siswa dalam kelompok belajar
- Ketiga, penempatan dan penyaluran siswa dalam kelompok kegiatan bakat dan minat
khusus atau ekstrakulikuler
- Keempat, penempatan dan penyaluran siswa pada posisi tertentu dalam organisasi
kesiswaan atau organisasi lainnya dilingkungan sekolah atau madrasah
- Kelima, pemindahan siswa kesekolah atau lembaga pendidikan yang lebih sesuai
- Keenam, penggantian mata pelajaran tertentu yang sesuai dengan pilihannya
- Ketujuh, pemindahan asrama bagi siswa yang kost
- Kedelapan, pemindahan tempat tinggal dan lain sebagainya.

Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:

 Perencanaan yang mencakup: Identifikasi kondisi yang menunjukkan adanya


permasalahan pada diri siswa tertentu, Menetapkan siswa yang akan mejadi sasaran
layanan, Menyiapkan prosedur langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan, dan
Menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Pelaksanaan yang mencakup: Melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait
dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan
dan Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran.
 Evaluasi yang mencakup: Menetapkan materi evaluasi, Menetapkan prosedur evaluasi,
Menyusun instrument evaluasi, Mengaplikasikan instrument evaluasi, dan Mengolah
hasil aplikasi instrumentasi.
 Analisis hasil evaluasi yang mencakup: Menetapkan standar evaluasi, Melakukan
analisis, dan Menafsirkan hasil analisis.
 Tindak lanjut yang mencakup: Mengindentifikasi masalah yang perlu ditindak lanjuti,
Menentapkan jenis dan arah tindak lanjut, Mengomunikasikan rencana tindak lanjut

13
kepada siswa dan kepada pihak-pihak terkait apabila diperlukan, dan Melaksanakan
rencana tindak lanjut.
 Laporan yang mencakup: Menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran,
Menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah) sebagai
penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah,
dan Mendokumentasikan laporan.

4. Layanan Penguasaaan Konten

Menurut Prayitno (2004) Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan
kepada individu ( siswa ) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan
ataupun kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan satu unit konten yang di
dalamnya terkandung konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepi, afeksi, sikap, dan juga
Tindakan. Dengan penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu memenuhi
kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh sebab itu, layanan konten
juga bermakna suatu bantuan kepada individu (siswa) agar menguasai aspek-aspek konen
tersebut di atas secara terintegrasi.

Secara implisit telah ditegaskan tujuan layanan konten, yaitu agar siswa menguasai
aspek- aspek konten ( kemampuan atau kompetensi ) tertentu secara terintegrasi. Dengan
penguasaan konten ( kemampuan atau kompetensi ) oleh siswa, akan berguna uuntuk menambah
wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu,
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah- masalahnya.

Tujuan layanan konten secara lebih khusus dapat dijabarkan sesuai fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman , layanan konten
bertujuan adalah agar siswa memahami berbagai konten tertentu yang mencakup fakta-fakta,
konsep, proses, hukum, dan aturan, nilai-nilai, persepsi, afeksi, sikap, dan Tindakan. Kedua,
merujuk kepada fungsi pencegahan, layanan konten bertujuan untuk membantu individu agar
tercegah dari masalah-masalah tertentu terlebih apabila kontennya terarah kepada terhindarnya
individua tau klien dari mengalami masalah tertentu. Ketiga, merujuk kepada fungsi

14
pengentasan, layanan penguasaan konten bertujuan untuk mengentaskan atau mengatasi masalah
yang sedang dialami oleh siswa. Keempat, merujuk kepada fungsi pengembangan dan
pemeliharaan, tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk mengembangkan potensi dari diri
individu (siswa) sekaligus memelihara potensi- potensi yang telah berkembang pada diri siswa
dan seterusnya sesuai fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah disebutkan tadi.

Konten yang merupakan isi layanan ini dapat merupakan satu unit materi yang menjadi
pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh pembimbing atau konselor dan
diikuti oleh sejumlah siswa. Isi layanan penguasaan konten dapat mencakup : (a) pengembangan
kehidupan pribadi, (b) pengembangan kemampuan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan
belajar, (d) pengembangan dan perencanaan karier, (e) pengembangan keehidupan berkeluarga,
dan (f) pengembangan kehidupan beragama.

Layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat


direktif) dan tatap muka melalui format klasikal, kelompok, atau individual. Pembimbing atau
konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi),
mendorong, dan menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan
kegiatan layanan.

Teknik di atas harus pula didukung oleh dua hal: Pertama, melakukan sentuhan-sentuhan
tingkat tinggi (high touch) yang menyangkut aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan siswa
terutama aspek-aspek afektif, semangat, nilai-nilai, dan moral. Untuk itu, pembimbing atau
konselor harus bisa mewujudkan: kewibawaannya yang didasarkan pada kualitas kepribadian
dan keilmuan, kasih sayang dan kelembutan, keteladanan, pemberian penguatan, dan tindakan
tegas yang mendidik (bukan hukuman). Kedua, pemanfaatan teknologi tinggi (high tech) guna
menjamin kualitas penguasaan konten. Kualitas penguasaan konten hanya bisa diwujudkan
melalui penyajian materi pembelajaran (konten) yang berkualitas, penggunaan atau penerapan
metode pembelajaran yang tepat, penggunaan alat bantu yang berkualitas, penciptaan lingkungan
pembelajaran yang kondusif, dan penilaian hasil pembelajaran yang tepat.

Sebagaimana layanan yang lain, pelaksanaan layanan penguasaan konten juga melalui tahap-
tahap sebagai berikut:

15
 Perencanaan yang mencakup: (a) menetapkan subjek (siswa) yang akan dilayani (menjadi
peserta layanan),(b) menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara
rinci,(c) menetapkan proses dan langkah-langkah layanan, (d) menetapkan dan
menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya, dan
(e) menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Pelaksanaan yang mencakup: (a) melaksanakan kegiatan layanan melalui
pengorganisasian proses pembelajaran penguasaan konten, (b) mengimplementasikan
high touch dan high tech dalam proses pembelajaran.
 Evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan
prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen
evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen. Evaluasi atau penilaian terhadap
layanan penguasaan konten dengan tahapan kegiatan di atas, dapat dilakukan melalui tiga
cara yaitu: (a) evaluasi atau penilaian segera yang dilakukan menjelang diakhirinya setiap
kegiatan layanan, (b) evaluasi atau penilaian jangka pendek; yang dilaksanakan beberapa
waktu setelah kegiatan layanan berakhir, (c) evaluasi atau penilaian jangka panjang yang
dilaksanakan setelah semua program layanan selesai dilaksanakan. Waktunya relatif,
tergantung luas dan sempitnya program layanan.
 Analisis hasil evaluasi; yang mencakup:(a) me-netapkan standar evaluasi, (b) melakukan
analisis, dan (c) menafsirkan hasil evaluasi.
 Tindak lanjut yang mencakup: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b)
mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan pihak-pihak lain yang terkait,
dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.
 Laporan yang mencakup: (a) menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten,
(b) menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (khususnya kepala sekolah atau
madrasah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah
atau madrasah, dan (c) mendokumentasikan laporan layanan.

5. Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh


seorang pembimbing(konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah
pribadi klien (Prayitno,2004). Konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi
16
atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien (siswa) yang membahas berbagai
masalah yang dialami klien. Pembahasan masalah dalam konseling peorangan bersifat holistik
dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (sangat mungkin menyentuh
rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah.

Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya sendiri,


lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan
upaya untuk mengatasi masalahnya.

Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya
sendiri, lingkungannya, perma-salahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga
klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk
mengentaskan masalah yang dialami klien.

Secara lebih khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk kepada
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan di muka. Pertama,
merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami
seluk-beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua,
merujuk kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan untuk
mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan
dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk mengembangkan potensi-
potensi individu dan memelihara unsur-unsur positifyang ada pada diri klien.

Isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh konselor (pembimbing) sebelum
proses konseling dilaksanakan. Dengan perkataan lain, masalah yang dibicarakan dalam
konseling perorangan tidak ditetapkan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan.
Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi melalui
proses konseling. Setelah dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah mana yang akan
dibicarakan dan dicarikan alternatif pemecahannya melalui proses konseling dengan berpegang
pada prinsip skala perioritas pemecahan masalah. Masalah yang akan dibicarakan (yang menjadi
isi layanan konseling perorangan) sebaiknya ditentukan oleh peserta layanan (siswa) sendiri
dengan mendapat pertimbangan dari konselor.

17
Masalah-masalah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan mencakup: (a)
masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pengembangan pribadi, (b) bidang
pengembangan sosial, (c) bidang pengembangan pendidikan atau kegiatan belajar, (d) bidang
pengembangan karier, (e) bidang pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) bidang
pengembangan kehidupan beragama.

Teknik layanan konseling perorangan bisa merujuk kepada teknik-teknik konseling secara
umum. Konseling yang efektif bisa diwujudkan melalui penerapan berbagai teknik secara tepat
(high touch) terlebih apabila didukung oleh teknik-teknik yang bernuansa high tech. Melalui
perpaduan teknik tersebut, konselor (pembimbing) dapat mewujudkan konseling yang efektif
sehingga dapat pula mengembangkan dan membina klien (siswa) agar memiliki kompetensi yang
berguna bagi mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.

Selain itu, untuk dapat mengembangkan proses layanan konseling perorangan secara efektif
untuk mencapai tujuan layanan, juga perlu diterapkan teknik-teknik sebagai berikut: (a) Kontak
mata. (b) Kontak psikologi. (c) Ajakan untuk berbicara. (d) Penerapan tiga M (mendengar
dengan cermat, memahami secara tepat, dan merespons secara tepat dan positif). (e) Keruntutan.
(f) Pertanyaan terbuka. (g) Dorongan minimal. (h) Refleksi isi. (i) Penyimpulan. (j) Penafsiran.
(k) onfrontasi. (l) Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain. (m) Peneguhan hasrat.

(n) Penfrustasian klien. (o) Strategi tidak memaafkan klien. (p) Suasana diam. (q) Transferensi
dan kontra transferensi. (r) Teknik eksperiensial. (s) Interpretasi pengalaman masa lampau. (t)
Asosiasi bebas. (u) Sentuhan jasmaniah. (v) Penilaian, dan (w) Pelaporan (Prayitno, 2004).

Seperti halnya layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan konseling perorangan, juga
menempuh beberapa tahapan kegiatan,yaitu:

 Perencanaan yang meliputi kegiatan: (a) mengidentifikasi klien, (b) mengatur waktu
pertemuan,(c) mempersiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan,
(d) menetapkan fasilitas layanan, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima klien, (b) menyelenggarakan
penstrukturan, (c) membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik, (d)
mendorong pengentasan masalah klien (bisa digunakan teknik-teknik khusus), (e)

18
memantapkan komitmen klien dalam pe-ngentasan masalahnya, (f) melakukan
penilaian segera.
 Melakukan evaluasi jangka pendek.
 Menganalisis hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling perorangan yang telah
dilaksanakan).
 Tindak lanjut yang meliputi kegiatan: (a) menetapkan jenis arah tindak lanjut, (b)
mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait, dan (c)
melaksanakan rencana tindak lanjut.
 Laporan yang meliputi kegiatan: (a) menyusun laporan layanan konseling perorangan,
(b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak lain
terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan)


kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok,
aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas bebagai hal yang berguna
bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.
Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian
bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan
kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti
oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau
konselor).

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan


bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih
khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih
efektif,yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik. topik umum baik topik
tugas maupun topik bebas.Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang
diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan

19
topik bebas adalah suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota
kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya
dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya.
Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun
topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial,
pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama, dan lain sebagainya. Topik
pembahasan bidang-bidang di atas dapat diperluas ke dalam sub-subbidang yang relevan.
Misalnya pengembangan bidang pendidikan dapat mencakup masalah cara belajar, kesulitan
belajar, gagal ujian, dan lain sebagainya.

Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok,yaitu:
Pertama, Teknik umum. Dalam teknik ini, dilakukan pengembangan dinamika
kelompok. Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi: (a) komunikasi multi arah secara efektif
dinamis dan terbuka, (b) pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,
diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi, (c) dorongan minimal untuk memantapkan
respons dan aktivitas anggota kelompok,(d) penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk
lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan,(e) pelatihan untuk membentuk pola
tingkah laku baru yang dikehendaki (Prayitno dan Erman Amti,2004). Kedua, permainan
kelompok. Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan
kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau
materi layanan tertentu. Permainan kelompok yang efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik
dalam layanan bimbingan kelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: (a) Sederhana, (b)
Menggembirakan, (c) Menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan, (d) Meningkatkan
keakraban, dan (e) diikuti oleh semua anggota kelompok.
Layanan bimbingan kelompok menempuh tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:

 Perencanaan yang mencakup kegiatan:(a) mengidentifikasi topik yang akan dibahas dalam
layanan bimbingan kelompok, (b) membentuk kelompok. Kelompok yang terlalu kecil
(misalnya hanya 2-3 orang saja) tidak efektif untuk layanan bimbingan kelompok karena
kedalaman dan variasi pembahasan menjadi berkurang dan dampak layanan juga menjadi
terbatas. Sebaliknya kelompok yang terlalu besar pun tidak efektif, karena akan
mengurangi tingkat partisipasi aktif individual dalam kelompok. Kelompok juga kurang

20
efektif apabila jumlah anggotanya melebihi 10 orang. Kelompok yang ideal jumlah
anggota antara 8-10 orang, (c) menyusun jadwal kegiatan, (d) menetapkan prosedur
layanan, (e) menetapkan fasilitas layanan, (f) menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengomunikasikan rencana layanan
bimnbingan kelompok,(b) mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok,(c)
menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap:(1) pembentukan,(2)
peralihan,(3) kegiatan, dan(4) pengakhiran.
 Evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi (apa yang akan
dievaluasi), (b) menetapkan prosedur dan standar evaluasi, (c) menyusun instrumen
evaluasi, (d) mengoptimalisasikan instrumen evaluasi, (d) mengolah hasil aplikasi
instrumen.
 Analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau standar
analisis, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis.
 Tindak lanjut yang mencakup kegiatan:(a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b)
mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait, (c)
melaksanakan rencana tindak lanjut.
 Laporan yang mencakup kegiatan: (a) Menyusun laporan.(b) Menyampaikan laporan
kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak-pihak lain yang terkait. (c)
Mendokumentasikan laporan layanan.

Beberapa catatan prnting yang harus diperhatikan yaitu : Pertama, layanan bimbingan kelompok
bukan sekadar kegiatan kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok mengemban fungsi-fungsi
konseling seperti pemahaman, pencegahan, pengentasan masalah, pengembangan, pemeliharaan,
dan fungsi advokasi; serta menerapkan prinsip-prinsip dan asas-asas konseling. Kedua, kegiatan
bimbingan kelompok bukan berarti membimbing kelompok, melainkan suatu layanan terhadap
sejumlah klien (siswa) sebagai anggota kelompok agar setiap klien (siswa) memperoleh manfaat
tertentu. Ketiga, kegiatan bimbingan kelompok tidak sama dengan diskusi biasa atau rapat.
Meskipun dalam bimbingan kelompok dilakukan pembahasan melalui kegiatan berdikusi,
bertukar pendapat, menganalisis dan mengkritisi data, berbeda pendapat dan berargumentasi,
namun semuanya itu bukan untuk sampai kepada kesimpulan atau keputusan yang dicantumkan
pada notulen, melainkan secara dinamis dan konstruktif membina setiap anggota kelompok sesuai

21
dengan tujuan layanan. Oleh karena itu, dalam bimbingan kelompok tidak diperlukan adanya
laporan kelompok dengan notulennya. Keempat, heterogenitas dalam kelompok.Dinamika
kelompok yang kaya dan bersemangat memerlukan kondisi kelompok yang relatif heterogen
sehingga terjadi proses saling memberi dan menerima, saling mengasah, saling merangsang dan
merespons dengan materi yang bervariasi. Kelima, layanan bimbingan kelompok tidak sekadar
memberikan informasi kepada anggota kelompok. Sebagai hasil layanan, para peserta bimbingan
kelompok memang menerima sejumlah informasi baru, tetapi lebih dari itu, para peserta kegiatan
bimbingan kelompok tidak sekadar menunggu pemberian informasi dari pembimbing atau
konselor, melainkan sangat aktif saling memberi dan menerima. Peranan pembimbing atau
konselor bukan lagi memberi informasi kepada kelompok, melainkan secara arif dan bijaksana
memimpin pengembangan dinamika kelompok. Apabila dalam layanan informasi pembimbing
atau konselor sangat aktif berbicara memberikan informasi, sebaliknya dalam layanan bimbingan
kelompok pembimbing atau konselor hanya berbicara seperlunya saja, bahkan apabila perlu
membatasi pembicaraannya.

7. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok


dengan konselor sebagai pemimpim kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.
Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok. Masalah pribadi dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan
konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok
(pembimbing atau konselor).

Sebagaimana halnya bimbingan kelompok, konseling kelompok pun harus dipimpin oleh
seorang pembimbing (konselor) terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling
profesional. Dalam konseling kelompok, tugas pemimpin kelompok adalah: Pertama,
membentuk kelompok yang terdiri atas 8-10 orang sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok
yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu (a) terjadinya hubungan
antara anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka, (b) tumbuhnya tujuan bersama di
antara anggota kelompok dalam suasana keakraban, (c) berkembangnya iktikad dan tujuan

22
bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada setiap anggota
kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, (e) terbina kemandirian kelompok
sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lainnya. Kedua, memimpin
kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-
tujuan konseling. Pemimpin kelompok dituntut untuk menghidupkan dinamika kelompok di
antara semua peserta secara intensif yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan
khusus layanan konseling kelompok. Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama
anggota kelompok tentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok
dilaksanakan. Keempat, melakukan pentahapan kegiatan konseling kelompok. Kelima,
memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindak
lanjut layanan konseling kelompok.

Untuk dapat menjalankan tugas dan kewajiban profesional secara baik seperti tersebut di
atas, seorang pemimpin kelompok dalam layanan konseling kelompok harus mampu: pertama,
membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana
interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratis, konstruktif, saling
mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa
nyaman, menggembirakan serta mencapai tujuan bersama kelompok. Kedua, berwawasan luas
dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas, dan
mensinergikan konten bahasan yang tumbuh dalam aktivitas kelompok. Ketiga, memiliki
kemampuan hubungan antarpersonal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan,
demokratis dan kompromistik atau tidak antagonistik, dalam mengambil kesimpulan dan
keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura,
disiplin, dan kerja keras.

Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan


sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan konseling
kelompok, hal-hal dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa
diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan
berkomunikasi siswa berkembang secara optimal.

Layanan konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh


masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah

23
pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih
dahulu dan seterusnya.

Secara umum teknik-teknik yang diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok bisa
diterapkan dalam layanan konseling kelompok. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam
layanan konseling kelompok adalah: pertama, teknik umum (pengembangan dinamika
kelompok). Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan
konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh
seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara
garis besar meliputi: pertama, komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka. Kedua,
pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan
pengembangan argumentasi. Ketiga, dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas
anggota kelompok. Keempat, penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh (uswatun hasanah)
untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan. Kelima, pelatihan untuk
membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.

Sebagaimana layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh tahap-
tahap sebagai berikut:

 Pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan: (a) membentuk kelompok. Ketentuan


membentuk kelompok sama dengan bimbingan kelompok. Jumlah anggota kelompok
dalam konseling kelompok antara 8-10 orang (tidak boleh melebihi 10 orang), (b)
mengidentifikasi dan meyakinkan klien (siswa) tentang perlunya masalah dibawa ke
dalam layanan konseling kelompok, (c) menempatkan klien dalam kelompok, (d)
menyusun jadwal kegiatan, (e) menetapkan prosedur layanan, (f) menetapkan fasilitas (g)
menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengomunikasikan rencana layanan
konseling kelompok, (b) mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok, (c)
menyelenggarakan layanan konseling kelompok melalui tahap tahap: (1) pembentukan,
(2) peralihan, (3) kegiatan, dan (4) pengakhiran.
 Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi, (b)
menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d)
mengoptimalisasikan instrumen evaluasi, (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.

24
 Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau
standar analisis, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis.
 Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak
lanjut, (b)mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait, (c)
melaksanakan rencana tindak lanjut
 Keenam, laporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan layanan konseling
kelompok, (b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan kepada
pihak-pihak lain yang terkait, (c) mengomunikasikan laporan layanan.

8. Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor


(pembimbing) terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau
permasalahan pihak ketiga. Prayitno (2004) menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya
dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan)
dengan konsulti. Konsultasi juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang konsulti atau lebih,
terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya.

Dalam layanan konsultasi, ada tiga pihak yang tidak bisa dipisahkan, yaitu konselor,
konsulti, dan pihak ketiga. Konselor merupakan tenaga ahli konseling (tenaga profesional) yang
memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling sesuai dengan bidang tugasnya. Konsulti
adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi
atau masalah yang dialami pihak ketiga yang setidak-tidaknya sebagian menjadi tanggung
jawabnya. Sedangkan pihak ketiga adalah individu-individu yang kondisi atau permasalahannya
dipersoalkan oleh konsulti.

Secara umum layanan konsultasi bertujuan agar klien (siswa) dengan kemampuannya
sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga
adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan yang
dialami oleh pihak ketiga setidak-tidaknya sebagian menjadi tanggung jawab konsulti.

25
Isi layanan konsultasi dapat mencakup berbagai bidang pengembangan sebagaimana
telah disebutkan di atas. Layanan konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi,
hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan beragama. Dengan
perkataan lain, isi layanan konsultasi dapat menyangkut berbagai bidang kehidupan yang luas
yang dialami oleh individu-individu (pihak ketiga). Terhadap siswa di sekolah dan madrasah,
masalah-masalah yang dikonsultasikan hendaknya lebih diprioritaskan pada hal-hal yang
berkaitan dengan status siswa sebagai pelajar.

Sebagaimana layanan yang lain seperti telah disebutkan di atas, layanan konsultasi juga
memerlukan teknik-teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik layanan konsultasi yaitu:
Pertama, teknik umum. Teknik umum merupakan se jumlah tindakan yang dilakukan konselor
(konsultan) untuk mengembangkan proses konseling konsultasi. Teknik ini diawali dengan
menerima klien (konsulti), mengatur posisi duduk, mengadakan penstrukturan, mengadakan
analisis dan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi hingga mengadakan penilaian dan
laporan. Di dalam keseluruhan proses layanan konsultasi, digunakan teknik-teknik yang
membangun hubungan (seperti kontak mata, kontak psikologis, dorongan minimal),
mengembangkan dan mendalami masalah (seperti ajakan berbicara, tiga M (Mendengar,
Memahami, dan Merespons), refleksi, pertanyaan terbuka, penyimpulan dan penafsiran,
keruntutan, konfrontasi, suasana diam, transferensi, dan kontra transferensi, teknik eksperiensial
dan asosiasi bebas), serta membangun semangat. Kedua, teknik khusus. Teknik ini dimaksudkan
untuk mengubah tingkah laku klien (konsulti), terutama berkenaan dengan masalah yang dialami
pihak ketiga. Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan, yaitu hal-hal yang ingin dicapai klien
(konsulti) dalam bentuk perilaku nyata, pengembangan perilaku itu sendiri, hingga peneguhan
hasrat, pemberian nasihat, penyusunan kontrak, dan apabila perlu alih tangan kasus. Pengubahan
perilaku meliputi pemberian informasi dan contoh, latihan khusus (seperti penenangan,
desensitisasi atau sensitisasi, kursi kosong, permainan peran atau dialog).

Pelaksanaan layanan konsultasi menempuh beberapa tahap kegiatan, yaitu:

 Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan: (a) meng identifikasi konsulti, (b)
mengatur pertemuan, (c) menetapkan fasilitas layanan, dan (d) menyiapkan kelengkapan
administrasi.

26
 Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) menerima konsulti, (b)
menyelenggarakan penstrukturan konsultasi, (c)) membahas masalah pihak ketiga yang
dibawa oleh konsulti, (d) mendorong dan melatih konsulti untuk: (1) mampu menangani
masalah yang dialami oleh pihak ketiga, (2) memanfaatkan sumber-sumber yang ada
berkenaan dengan pembahasan masalah pihak ketiga, (e) membina komitmen konsulti
untuk menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara konseling, (f)
melalukan penilaian segera.
 Ketiga, evaluasi. Penilaian atau evaluasi layanan konsultasi mencakup tiga aspek atau
tiga ranah, yaitu (a) pemahaman (understanding) yang diperoleh konsulti, (b) perasaan
(comfort) yang berkembang pada diri konsulti, dan (c) kegiatan (action) apa yang akan ia
laksanakan setelah proses konsultasi berakhir.
 Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah menafsirkan hasil
evaluasi berkenaan dengan diri pihak ketiga dan konsulti sendiri.
 Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
konsultasi lanjutan dengan konsulti guna membicarakan hasil evaluasi serta menentukan
arah dan kegiatan lebih lanjut.
 Keenam, laporan yang meliputi kegiatan: (a) membicarakandengan konsulti tentang
laporan yang diperlukan oleh konsulti, (b) mendokumentasikan laporan layanan
konsultasi.

9. Layanan Mediasi

Istilah "mediasi" terkait dengan istilah "media" yang berasal dari kata "medium" yang
berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah "mediasi" sama dengan "wasilah" yang juga
berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga bermakna
menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga dua pihak
yang semula terpisah menjadi saling terkait. Melalui mediasi atau wasilah dua pihak yang
sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling
memperkecil perbedaan sehingga jarak keduanya menjadi lebih dekat.

27
Secara umum, layanan mediasi bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan
kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan. Dengan perkataan
lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif di antara siswa yang bertikai atau
bermusuhan.

Secara lebih khusus, layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal
yang negatif (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam
hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya perubahan kondisi awal yang
cenderung negatif kepada kondisi baru yang positif, misalnya: (a) rasa bermusuhan terhadap
pihak lain menjadi rasa damai terhadap pihak lain, (b) adanya perbedaan dibanding yang lain
menjadi adanya kebersamaan, (c) sikap menjauhi pihak lain menjadi mendekati pihak lain, (d)
sikap mau menang sendiri terhadap pihak lain menjadi sikap mau memberi dan menerima pihak
lain, (e) sikap membalas menjadi sikap memaafkan, (f) sikap kasar dan negatif menjadi sikap
lembut dan positif, (g) sikap mau benar sendiri menjadi sikap memahami, (h) sikap bersaing
menjadi sikap toleran. Sikap destruktif terhadap pihak lain menjadi sikap konstruktif terhadap
pihak lain, dan lain sebagainya.

Isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan
dengan hubungan yang terjadi antara individu-individu (para siswa) atau kelompok-kelompok
yang sedang bertikai. Masalah-masalah tersebut dapat mencakup: (a) pertikaian atas kepemilikan
sesuatu, (b) kejadian dadakan (misalnya perkelahian) antara siswa atau sekelompok siswa, (c)
perasaan tersinggung, (d) dendam dan sakit hati, (e) tuntutan atas hak, dan lain sebagainya.
Berdasarkan cakupan di atas, isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi lebih banyak
berkenaan dengan masalah-masalah individu yang berhubungan dengan orang lain atau
lingkungannya (masalah sosial).

Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam layanan medias yaitu: pertama, teknik umum.
Yang termasuk ke dalam teknik umum adalah: (a) Penerimaan terhadap klien dan posisi duduk.
Proses layanan mediasi diawali dengan penerimaan terhadap klien untuk memasuki layanan.
Suasana penerimaan harus dapat mencerminkan suasana penghormatan, keakraban, kehangatan,
dan keterbukaan terhadap semua calon peserta layanan, sehingga timbul suasana kondusif proses
layanan mediasi. (b) Penstrukturan. Melalui penstrukturan, konselor mengembangkan
pemahaman peserta layanan tentang apa, mengapa, untuk apa, dan bagaimana layanan mediasi

28
itu. Dalam penstrukturan juga dikembangkan tentang pentingnya asas-asas konseling dalam
layanan mediasi terutama asas kerahasiaan, keterbukaan, dan kesukarelaan. Selain itu juga harus
dikembangkan pemahaman terhadap klien bahwa konselor tidak memihak, kecuali kepada
kebenaran. (c) Ajakan untuk berbicara. Apabila melalui penstrukturan para siswa belum mau
bicara, khususnya berkenaan dengan pokok perselisihan mereka yang memerlukan mediasi..
konselor harus mengajak siswa mulai membicarakannya. Ajakan berbicara dapat diawali dengan
upaya konselor (pembimbing) mencari tahu adanya permasalahan yang dialami para siswa dan
bagaimana konselor dapat bertemu dengan mereka. Ajakan berbicara dilakukan oleh konselor
dengan mengemukakan pokok pokoknya saja dan tidak memberikan penafsiran-penafsiran
ataupun harapan-harapan karena hal itu semua akan menjadi substansi bahasan tahap-tahap
proses selanjutnya.

Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui proses atau
tahapan-tahapan sebagai berikut:

 Pertama, perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a)
mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan, (b) mengatur
pertemuan dengan calon peserta layanan, (c) menetapkan fasilitas layanan, (d)
menyiapkan kelengkapan administrasi.
 Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima pihak-pihak yang berselisih
atau bertikai, (b) menyelenggarakan penstrukturan layanan mediasi, (c) membahas
masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan, (d)
menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan, (e) membina komitmen
peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak-pihak lain. (f) melakukan penilaian
segera.
 Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi
terhadap hasil-hasil layanan mediasi Fokus evaluasi hasil layanan ialah diperolehnya
pemahaman baru (understanding) oleh klien, berkembangnya perasaan positif (comfort),
dan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh klien (action) setelah proses layanan
berlangsung.

29
 Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah
menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah
yang dialami oleh pihak pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
 Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dila kukan adalah menyelenggarakan
layanan mediasi lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya
perdamaian di antara pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.

B. Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling


1. Aplikasi Instrumensi
a) Makna

Aplikasi Instrumensi dapat bermakna upaya pengungkapan melalui pengukuran yang


dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan menggunakan
instrument untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa. Kondisi dalam diri klien
(siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumensi dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling untuk memperoleh pemahaman tentang klien (siswa) secara lebih cepat.

b) Tujuan

Secara umum, tujuan aplikasi instrumensi adalah supaya diperolehmya data tentang
kondisi tertentu atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumensi
selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Dengan
data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan
madrasah akan lebih efektif dan efisien.

Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling terutama
fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumensi bertujuan untuk memahami kondisi klien
(siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-
masalah yang dialaminya, dan lain sebagainya.

30
c) Komponen

Pertama, instrumen. Ada dua subkomponen yang tidak bisa dipisahkan, yaitu materi
yang akan diungkapkan melalui instrument dan bentuk instrument itu sendiri. Materi yang
diungkapkan yang dimaksud adalah hal-hal yang menyangkut kalian akan diungkapkan melalui
instrument tertentu, sepert; (a) kondisi fisik, (b) kondisi dasar psikologis, (c) kondisi dinamik
fungsional psikologis, (d) kondisi atau kegiatan dan hasil belajar, (e) kondisi hubungan sosial, (f)
kondisi keluarga dan lingkungan siswa, (g) kondisi arah pengembangan dan kenyataan karier, (h)
permasalahan yang potensional atau yang sedang dialami individu. Sedangkan bentuk instrument
yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk mengungkapkan data klien, apakah tes atau
nontes seperti angket dan lain sebagainya.

Kedua, responden. Yang dimaksud responden di sini adalah individu-individu yang


mengerjakan instrument baik tes maupun nontes melalui pengadministrasian yang dilakukan oleh
konselor (pembimbing).

Ketiga, pengguna instrumen. Yang dimaksud pengguna instrumen adalah pihak-pihak


yang dapat menggunakan instrument-instrumen tertentu sesusai dengan kewenangannya.
Misalnya tes psikologi digunakan oleh para psikolog yang memiliki kewenangan khusus
berdasarkan kaidah professional. Konselor bisa menyelenggarakan tes psikologis yang lebih
sederhana seperti tes intelegensi atau tes bakat setelah mengikuti pelatihan khusus.

d) Teknik
 Penyiapan Instrumen
 Pengadministrasian Instrumen
 Pengolahan dan Pemaknaan Jawaban Responden
 Penyampaian Hasil Instrumen
 Penggunaan Hasil Instrumen

31
e) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Aplikasi instrumenstasi merupakan suatu proses di mana pelaksanaannya


menempuh tahapan-tahapa tertenyu. Adapun tahapan kegiatannya adalah;

 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Evaluasi
 Analisis hasil evaluasi
 Tindak lanjut
 Pembuatan Laporan.

2. Himpunan Data
a) Makna

Data merupakan deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang sesuatu.
Dikaitkan dengan siswa, data bisa berarti deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan
tentang siswa. Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, penggolongan-
penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu.

b) Tujuan

Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas,
lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa
memperoleh pemahaman diri sendiri. Secara lebih khusus penyelenggaraan himpunan data
terkait dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling terutama fungsi
pemahaman.

c) Komponen

Pertama, Jenis data. Data yang dihimpun dari siswa dapat mencakup; data psikologis dan
data sosial. Prayitno (2004) mengelompokkan empat jenis data, yaitu: Data Pribadi, Data
Kelompok, Data Umum, dan Data Khusus. Kedua, bentuk himpunan data. Semua data yang
terhimpun dalam himpunan data dapat berupa rekaman: tulisan, angka, gambar pada lembaran
kertas, slide, film, serta rekaman audio dan video.

32
d) Teknik
 Pertama, aplikasi instrument. Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari
sumber-sumber yang relevan, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggung
jawab konselor.
 Kedua, penyusunan dan penyimpanan data. Di dalam bentuk-bentuk himpunan data, telah
terintegrasikan hal-hal yang dikehendaki dalam penyusunan dan penyimpanannya.
 Ketiga, penggunaan perangkat computer. Munculnya teknologi komputerisasi banyak
membantu dalam pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan sekaligus penggunaan
data tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling.
 Keempat, tenaga administrasi. Adakalanya konselor atau pembimbing di sekolah atau
madrasah tidak mampu menyelenggarakan sendiri himpunan data; terutama sekolah-
sekolah dan madrasah yang jumlah siswanya banyak.

Selain Teknik-teknik diatas, secara umum Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
secara tes dan nontes.

 Pertama, Teknik tes.

a) Tes Hasil Belajar


b) Tes Kemampuan Khusus atau Tes Bakat Khusus
c) Tes Minat
d) Tes Perkembangan Vokasional
e) Tes Kepribadian.

 Kedua, Teknik nontes.

a) Angket Tertulis
b) Wawancara
c) Observasi
d) Otobiografi
e) Anekdot
f) Skala Penilaian
g) Sosiometri
h) Kunjungan Rumah

33
i) Kartu Pribadi
j) Studi Kasus

e) Pelaksanaan Kegiatan

a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Evaluasi
d) Analisis Hasil Evaluasi
e) Tindak Lanjut
f) Laporan

3. Konferensi Kasus
a) Makna

Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalah tertentu. Dikatakan kasus
karena kondisi-kondisi yang mengandung masalah tertentu, hanya terjadi pada individua tau
sekelompok lain individu tertentu saja dan tidak terjadi pada individu atau sekelompok individu
yang lain.

b) Tujuan

Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan
akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu)
dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan
fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseling.

c) Komponen
 Kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus.
 Peserta.
 Konselor.

34
d) Teknik
 Kelompok nonformal.
 Pendekatan normatif.
 Pembicaraan terfokus.
e) Pelaksanaan Kegiatan
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Evaluasi
 Analisis hasil evaluasi
 Tindak lanjut
 Laporan

4. Kunjungan Rumah
a) Makna

Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi upaya mendeteksi kondisi
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individua tau siswa yang menjadi tanggung
jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling (Prayitno 2004).
Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan
konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara atau angket.

b) Tujuan

Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap dan
akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu juga bertujuan
menggalang komitmen antara orangtua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau
madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Menurut Wnikel (1991),
kunjungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.
Secara khusus tujuan kunjungan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling.

35
c) Komponen

 Kasus
 Keluarga
 Konselor

d) Teknik

 Format
 Materi
 Peran Klien (siswa)
 Kegiatan
 Undangan
 Waktu dan Tempat
 Evaluasi
e) Pelaksanaan Kegiatan
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Evaluasi
 Analisis hasil evaluasi
 Tindak lanjut
 Laporan

5. Alih Tangan Kasus


a) Makna

Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain memiliki
kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua kasus atau masalah siswa berada dalam
kewenangan konselor atau pembimbing untuk pemecahannya baik secara keilmuan maupun
profesi. Alih tangan kasus dapat dimaknai dengan upaya mengalihkan atau memindahkan kasus-
kasus yang dialami siswa kepada orang laun (petugas bimbingan lain) yang lebih mengetahui
dan berwenang.

36
b) Tujuan

Secara umum, alih tangan kasus atau layanan tujukan bertujuan untuk memperoleh
pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih tuntas. Sedangkan secara
khuss, tujuan alih tangan kasus terkait dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling.

c) Komponen

a) Klien
b) Konselor
c) Ahli lain
d) Teknik
a) Pertimbangan
b) Kontak
c) Waktu dan Tempat
d) Evaluasi
e) Pelaksanaan Kegiatan
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Evaluasi
d) Analisis hasil evaluasi
e) Tindak lanjut
f) Menyusun laporan

37
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa kegiatan-kegiatan layanan perlu
dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling terhadap sasaran layanan,
yaitu peserta didik.

Jenis-jenis layanan kepada peserta didik tersebut berupa Layanan Orientasi, Layanan
Informasi, Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan
Konseling perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan
Konsultasi dan Layanan Mediasi. Kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan Bimbingan
Konseling di Sekolah dan Madrasah adalah Aplikasi Instrumentasi, Himpunan data, Konferensi
kasus, Kunjungan Rumah, dan Alih tangan kasus.

Dari semua layanan tersebut, pada akhirnya kerja keras dan kesungguhan para guru
dalam melaksanakan tugas Bimbingan dan Konseling, merupakan kunci utama keberhasilan
tujuannya yang pada gilirannnya diharpkan mampu berkontribusi terhadap terwujudnya daya
manusia yang berkualitas.

38
DAFTAR PUSTAKA

Erman Amti dan Prayitno. (2004). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. (2015). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi.
Jakarta: Rajawali Pers.

Winkel, W.S dan M.M Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Media
Abadi.

39

Anda mungkin juga menyukai