0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan5 halaman
1. Kaidah-kaidah fikih ekonomi Syariah membahas tentang niat dan tujuan, keyakinan, kesulitan dan kemudahan, serta adat. Kaidah-kaidah ini memberikan panduan tentang pentingnya tujuan dalam transaksi, asumsi keabsahan sesuatu kecuali terbukti sebaliknya, dan memprioritaskan kemudahan dan kebiasaan masyarakat.
1. Kaidah-kaidah fikih ekonomi Syariah membahas tentang niat dan tujuan, keyakinan, kesulitan dan kemudahan, serta adat. Kaidah-kaidah ini memberikan panduan tentang pentingnya tujuan dalam transaksi, asumsi keabsahan sesuatu kecuali terbukti sebaliknya, dan memprioritaskan kemudahan dan kebiasaan masyarakat.
1. Kaidah-kaidah fikih ekonomi Syariah membahas tentang niat dan tujuan, keyakinan, kesulitan dan kemudahan, serta adat. Kaidah-kaidah ini memberikan panduan tentang pentingnya tujuan dalam transaksi, asumsi keabsahan sesuatu kecuali terbukti sebaliknya, dan memprioritaskan kemudahan dan kebiasaan masyarakat.
العربة يف العقود للمقاصد واملعاين ال 1 األمور مبقاصدها لأللفاظ واملباين Yang menjadi patokan dalam akad adalah tujuan Transaksi akad itu tergantung pada dan subtansinya, bukan lafaz dan bentuknya tujuannya
مقاصد اللفظ على نية الالفظ 2
Maksud suatu tuturan (ucapan) berdasarkan pada niyat penutur itu sendiri 2. Kaidah tentang Keyakinan
Kaidah Cabang No Kaidah Asasi
األصل بقاء ما كان على ما كان 1 اليقني ال يزال ابلشك Hukum asal (pada sesuatu) adalah menetapkannya Keyakinan tidak dapat dihilangkan sesuai dengan hukum sebeumnya karena keraguan
ال َق ِدمي ريْتك على قدمه 2
Yang dahulu (lama) dibiarkan sesuai aslinya (sifat lamanya) ِ ُاألصل براءة الذ َّم ِة َ َُر 3 Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari tanggung jawab
األصل يف الصفات العارضة العدم 4
Hukum asal bagi sesuatu yang datang kemudian adalah tidak ada
ما ثبت بزمان حيكم ببقائه ما مل يقم
5 الدليل على خالفه Segala sesuatu yang ditetapkan berdasarkan waktu, maka dihukumi tetapnnya selama tidak ada dalil yang menunjukkan dalil sebaliknya
األصل إضافة احلادث إىل أقرب
6 أوقاته Hukum asal adalah penyandaran suatu peristiwa pada waktu yang lebih dekat kejadiannya
ال عربة ابلظن البني خطؤه 7
Tidak bisa dijadikan pijakan suatu dugaan yang terbukti salah
ال حجة مع االحتمال 8
Hujah (argumen) tidak berlaku sebab adanya kemungkinan (sesuatu yang belum pasti)
ال عربة للتوهم 9
Prasangka tidak dapat dijadikan pijakan 3. Kaidah tentang Kesulitan dan Kemudahan
Kaidah Cabang No Kaidah Asasi
األمر إذا ضاق اتسع 1 املشقة جتليب التيسي Sesuatu jika dalam keadaan sempit, maka menjadi Kesulitan mendatangkan kemudahan lapang (luas)
الضرورة تبيح احملظورات 2
Darurat (keadaan mendesak) bisa membolehkan sesuatu yang sebelumnya terlarang
ما أبيح للضرورة يقدر بقدرها 3
Segala sesuatu yang diperbolehkan karena kondisi
darurat maka diukur sesuai dengan kebutuhannya saja
َ َاَ رحل 4 ًاصةَّ ت أ رَو َخ َكانَ ر Sebuah hajat (kebutuhan), baik umum atau khusus itu bisa menempati posisi darurat
االضطرار ال يبطل حق الغي 5
Darurat (keterpaksaan) tidak membatalkan hak orang lain 4. Kaidah tentang Bahaya dan Maslahat
Kaidah Cabang No Kaidah Asasi
ال ضرر وال ضرار 1 الضرر يزال Tidak boleh membahayakan diri dan orang lain Bahaya harus dihapuskan
الضرر يدفع بقدر اإلمكان 2
Bahaya harus ditolak semampunya
يتحمل الضرر اخلاص لدفع الضرر
3 العام Bahaya yang bersifat khusus boleh dikorbankan untuk menolak terjadinya bahaya yang lebih umum
الضرر األشد يزال ابلضرر األخف 4
Bahaya yang lebih besar dapat dihapuskan dengan bahaya yang lebih ringan
إذا تعارض مفسداتن روعي أعظمهما
5 ضررا ابرتكاب أخفهما Jika terjadi dua mafsadat yang bertentangan, maka yang diperhitungkan adalah yang paling besar mafsadatnya dengan melakukan mafsadat yang lebih ringan
خيتار أهون الشرين 6
Yang dipilih adalah yang paling ringan dari dua keburukan (bahaya)
درء املفاسد أوىل من جلب املصاحل 7
Menolak mafsadat lebih utama dari menarik manfaat
الضرر ال يكون قدميا 8
Bahaya (kerusakan) tidak terjadi sejak semula 5. Kaidah tentang Adat (Tradisi)
Kaidah Cabang No Kaidah Asasi
استعمال الناس حجة جيب العمل هبا 1 العادة حمكمة Yang sudah menjadi kebiasaan orang banyak, Adat (tradisi) bisa menjadi rujukan maka menjadi hujah (argumen) yang harus hukum dilakukan