Anda di halaman 1dari 14

Pertemuan ke-9 ‫أصول الفقه‬

Dr. Desi Yusdian, Lc., MA

PERBANKAN SYARIAH DAN PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
Dalam kajian Ushul Fikih Kata ‘Urf sering dikenal juga dengan ‘adah.

Pengertian Etimologi:
Kata ‘Urf berasal dari ‫ ع َرَفََ – يَعْرِف‬yang diartikan dengan ‫ المعروف‬sesuatu yang dikenal dan diketahui.

Pengertian Terminologi:
‫ماَتعارفَالناسَوَسارواَعليهَمنَقولَأوفعلَأوَتركَوَيسمىَالعادة‬
“Sesutu yang dibiasakan oleh manusia dan mereka berjalan berdasarkannya; baik
(berbentuk) perkataan, perbuatan atau menghindarkan sesuatu dan biasa juga dinamakan denga
n ‘adah.”
َ‫• هوَماَتعارفَالناسَول كنَيخالفَدليلا‬ َ‫• هوَماَتعارفَالناسَولاَيخالفَدليلا‬
‫شرعياَوَيحلَمحرماَوَيبطلَواجبا‬ ‫شرعياَولاَيحلَمحرماَوَلاَيبطلَواجبا‬
• Sesuatu yang biasa dilakukan • Sesuatu yang biasa dilakukan
oleh orang-orang akan tetapi oleh orang-orang dan tidak
bertentangan dengan dalil bertentangan dengan dalil
syarak dan menghalalkan yang syarak, tidak menghalalkan yang
haram dan membatalkan yang haram dan membatalkan yang
wajib. wajib.

‫العرف الفاسد‬ ‫العرف الصحيح‬


‫أمَالعرفَالصحيحَفيجبَمراعاتهَفيَالتشر يعَوَفيَالقضاءَلأنَماَتعارفهَالناسَوماَسارواَعليهَصاراَحاجاتهمَومتفقاَمصالحهمَفمادام لاَيخالفَال‬
‫شرع وجبتَمراعته‬

(1) Pertama, ‘Urf Shahih, harus dijadikan pertimbangan dalam pelahiran hukum dan dalam menetapkan keputusan. Sebab apa yang sudah biasa d
ilakukan oleh masyarakat sudah menjadi sebuah kebutuhannya dan sesuai dengan kemaslahatan mereka. Selama itu tidak bertentangan dengan sya
rak maka ia harus dijadikan pertimbangan.

Adapun dalilnya (Dalil ‘aqliy) adalah:

- ‘Urf Shahih sesuai dengan kebutuhan manusia

- Biasa dilakukan dalam rangka menghindarkan kesulitan. Apabila ia tidak dibolehkan maka manusia akan

mengalami kesulitan.

(2) Kedua, ‘Urf Fasid Karena ia bertentangan dengan dalil-dalil syarak, maka ia tidak bisa dianggap sebagai landasan dalam penetapan hukumspee
rti tidak diperbolehkan melakukan akad riba atau akad yang mengandung unsur penipuan walaupun ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat.
‫العادةَمحكمة‬
“Adat itu bisa menjadi dasar hukum”

Contoh penerapannya:
1. Memasuki kamar mandi umum
2. Bai’u al-Salam
3. Ba’u al-Ishtizhna’
4. Jual beli Buah-buahan dan sayur sayuran yang masih di kebun dengan baru
kelihatan Sebagian buahnya dengan alasan dharurah yang sudah menjadi ke
biasaan mashyarakat
dll
Ibnu Qayyim al-Jauziy mengatakan:
‫لاَينكرَتغيرَالأحكامَبتغيرَالأزمنةَوالأمكنةَوالأحوالَوالعوائد‬
“Tidak diragukan terjadinya perubahan hukum dengan perubahan zaman, tempat
dan kebiasaan.”
Makna Kaedah:
Hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan ‘urf atau kebiasaan masyarakat, tidak berdasarkan pada nash,
akan berubah berdasarkan perubahan kebiasaan masyarakat. sebab dengan adanya perubahan zaman, maka
kebutuhan manusia akan berubah pula.
Cth: Dahulu dalam membeli rumah cukup dengan hanya melihat satu dari ruangan rumah, sedangkan
zaman sekarang, bentuk ruangan rumah yang sudah berubah-rubah, maka khiyar ru’yah baru bisa diputuskan
Ketika sudah melihat semua ruangan dari rumah.
B
Secara Bahasa:
‫السدَ= المنع‬
Melarang
‫ الوسيلةَيتوصلَبهاَإلىَالشيئَسواءَكانَحسياَأوَمعنو يا‬:‫الذر يعة‬
Sarana untuk mengantarkan kepada sesuatu; secara hissi atau maknawi‫ةَوالسب َبَإ‬
َّ َ ‫لذر يعةَ= الو َسيل‬

Secara Istilah Ulama Ushul Fikih mendefenisikannya dengan:


‫هوَمنعَكلَماَيتوصلَبهَإلىَالشيئَالممنوعَالمشتملَعلىَمفسدةَأوَمضرة‬
“Ia adalah melarang setiap perbuatan yang mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang yang
mengandung kerusakan dan mudarat.”
Dalil Ulama yang berhujjah dengan Sadd al-Dzari’ah:
1) Firman Allah Swt.:
ٍِْْۗ‫وَل َاَتَس ُُّبواَالَّذِيْنََي َ ْدعُوْنََم ِنْ َد ُ َْونَِاللّٰهَِفَيَس ُُّبواَاللّٰهََعَدْوَا َۢبِغَيْر َِع‬
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sem
bah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan mela
mpaui batas tanpa dasar pengetahuan.”

2) Sunnah:
‫ ياَرسول اللهَكيفَيلعنَوا‬:‫ قيل‬,‫قولَالنبيَإنَمنَأكبرَالكبائرَأنَيلعنَالرجلَوالديه‬
))‫ يسبَأباَالرجلَفيسبَأباهَويسبَأمهَفيسبَأمه‬:‫لديه؟َقال‬
Artinya: “Rasulullah Saw bersabda, termasuk dosa besar yaitu seorang
yang melaknat kedua orang tuanya. Maka dikatakan,Ya Rasulullah,
bagaimana seseorang melaknat kedua orang tuanya? Rasulullah menja
wab: ia cela ayah dan ibu orang lain, maka ayah dan ibunya akan dicela
balik.”
Melihat kepada akibat yang ditimbulkan, Ibnu Qayyim membagi Dzari’ah kepada
beberapa tingkatan:

3. Dzari’ah yang semula ditentukan untuk perbuatan yang mubah,


1. Dzari’ah yang memang pada dasarnya tidak ditujukan untuk kerusakan, namun mengantarkan kepada
kerusakan dan kerusakan yang ditimbulkan lebih besar dari
membawa kepada kerusakan, seperti kebaikannya.
meminum minuman yang memabukkan Contohnya adalah berhiasnya wanita yang baru ditinggal mati oleh
suaminya.

4. Dzariah yang semula ditentukan untuk perbuatan mubah,


2. Dzariah yang ditentukan untuk perbuatan yang mubah, namun
namun terkadang membawa kepada kerusakan. Sedangkan
ditujukan (diniatkan) untuk perbuatan yang dilarang, contoh nikah
kerusakannya lebih kecil dibanding kebaikannya. Contohnya adalah
muhallil
melihat wajah wanita yang dipinang
Pembagian Sadd al-Dzariah Menurut Imam al-Syatibiy:

Anda mungkin juga menyukai