Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KELOMPOK 8

“PERAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN KARAKTER”


Disususn Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pendidikan Karakter
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nilawati Tadjuddin, M. Si

Disusun Oleh :
Diva Apira Yuliana (2011070035)
Komala Putri Pitaloka (2011070244)
Rahajeng Putri Siwi (2011070257)

Kelas B Semester 5

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
TAHUN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Peran Masyarakat dalam Pendidikan Karakter”
yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagi sumber. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas kelompok yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Karakter
di UIN Raden Intan Lampung.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada
pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
kami Ibu Prof. Dr. Nilawati Tadjuddin, M. Si yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Bandar Lampung, 01 Oktober 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang
bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak (character building). Oleh
karena itu, peran dan kontribusi guru sangat dominan. Sebagai sebuah lembaga, sekolah
memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak agar pintar, cerdas, serta memiliki
karakter positif sebagaimana diharapkan setiap orang tua. Namun sekarang ini, banyak
orang mengeluh bahwa pendidikan karakter di sekolah telah diabaikan. Maka dari itu
sekolah harus merespons kenyataan tersebut dengan membumikan gagasan pendidikan
karakter melalui berbagai strategi untuk membentuk peserta didik yang berkarakter. Salah
satu strategi tersebut adalah dengan menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan komunikasi
eksternal yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Hubungan
masyarakat dan sekolah adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan, kegiatan
pendidikan, serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan
dan pengembangan sekolah. Hal ini sebagaimana dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003
tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan yang tertuang pada pasal 54 ayat (1)
bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan,
kelompok, keluarga, organisasi, profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan. Kemudian dalam ayat
(2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil
pendidikan.
Maka, peran serta masyarakat dalam pendidikan sangatlah diperlukan. Masyarakat
adalah sebuah miniature kecil dari sebuah negara. Hampir setiap kegiatan kehidupan
masyarakat selalu dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu, sulit
dipisahkan antara pendidikan dengan kehidupan masyarakat. Pendidikan membutuhkan
dukungan dari masyarakat, baik berupa penyediaan fasilitas, sistem sosial, budaya dan
lain-lain, karena disini masyarakat diposisikan sebagai suatu subsistem yang ikut
mensukseskan pelaksanaan proses pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Karakter Menurut Perspektif Islam


Disisi lain kontrol masyarakat terhadap anak didik (anak remaja) sangat lemah.
Masyarakat seolah tidak perduli dengan perilaku-perilaku anak didik yang sangat
bertentangan dengan aturan agama, adat dan budaya yang syar’i. Sementara masyarakat
adalah mesin ketiga dalam membentuk jiwa seorang anak manusia. Oleh karena itu
mesin-mesin pembentuk karakter anak manusia ini mesti harus sehat, tidak rusak dan
bersih sebab ia akan dipertanggungjawabkan  kepada Allah kelak. Memang kita
menyadari bahwa instalan utama seorang anak adalah di keluarga (Ayah dan Ibu) akan
tetapi pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi (Guru dan dosen) sebagai mesin
kedua dan masyarakat sebagai mesin ketiga dalam membentuk jiwa seorang anak
manusia juga sangat menentukan. Disinilah letak fungsi dari pendidikan karakter Qur’ani
dimana masyarakat untuk berkarakter Qur’ani dan sadar tanggung jawabnya terhadap
perkembangan karakter anak berkenaan dengan keterampilan (olah otak)
dan qalbu (spiritual).
Tujuan pendidikan karakter Qur’ani adalah untuk menghasilkan anak didik yang
berkarakter Qur’ani. Untuk menjadikan manusia yang berkarakter maka anak didik mau
tidak mau harus diarahkan sejak dini untuk memahami al-Qur’an dengan; membaca,
mengkaji, mengamalkan dan mengajarkannya; hal ini juga berlaku sama pada
hadits. Sehingga dengan mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah maka diharapkan anak
didik menjadi anak yang berkepribadian sebagaimana pribadi Rasulullah yaitu pribadi
Qur’ani. Pribadi yang menjadi penyelesai permasalahan bukan penambah masalah.
Pribadi yang hidup dan menghidupkan dalam setiap perjalanan zaman. Pribadi yang
mulia semulia al-Qur’an.
Tujuan pendidikan dalam kaitannya dengan Karakter Qur’ani adalah usaha untuk
menjadikan anak didik sebagai manusia yang berkarakter Qur’ani dengan hasil yang ingin
dicapai adalah anak didik yang beradab yang mampu beradaptasi dan berdialog dengan
zaman tanpa harus melepaskan identitas ketauhidannya. Sebagaimana Sabda Rasul: 
“Mendidik mereka menjadi beradab” (HR. Abu Dawud).
Dalam Islam, karakter dapat terlihat dari sifat nabi yang meliputi Shiddiq, Tabligh,
Amanah, dan Fathanah. Ke-empat sifat tersebut cukup untuk memenuhi kualifikasi yang
disebutkan diatas. Sifat ini merupakan pencerminan karakter Nabi Muhammad SAW

4
dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat.Secara rinci sifat-sifat
tersebutsebagai berikut:1
1) Shiddiq (jujur)
Menurut Hidayatulah, shiddiq adalah sebuah kenyataan yang benar tercermin dalam
perkataan, perbuatan, atau tindakan, dan keadaan batinnya. Sifat shiddiq memiliki
penjelasan yang mengarah pada kejujuran dalam perkataan, perbuatan, atau keadaan
batin yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya .
2) Amanah (dapat dipercaya)
Rasulullah SAW dikenal sangat memiliki kesiapan dalam memikultanggungjawab,
memperoleh kepercayaan dari orang lain. Rasulullah saw. dikenal sebagai orang yang
sangat terpercaya, dan ini diakui oleh musuh-musuhnya, seperti Abu Sufyan ketika
ditanya oleh Hiraklius (Kaisar Romawi) tentang perilaku beliau. Hal itu sesuai dengan
firman Allah SWT yang berbunyi,

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَ ُخ ْونُوا هّٰللا َ َوال َّرس ُْو َل َوتَ ُخ ْونُ ْٓوا اَمٰ ٰنتِ ُك ْم‬
‫َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yangberiman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Qs. Al-Anfal: 27).
3) Tabligh (Menyampaikan)
Tablîgh Adalah Sifat Yang Dimiliki Rasulullah Berupa Menyampaikan Hukum Dan
Wahyu Allah SWT Dengan Tidak Mengurangi, Menambah, Maupun Menutupi
Sedikitpun Perintah Yang Diterimanya. Satu Istilah Yang Disandang Nabi
Muhammad Saw. Pemberian Dari Allah SWT Yaitumundzirin (Pemberi
Peringatan).Diutusnya Nabi Muhammad Saw.Sebagai Orang Yang Memberi
Peringatan Yakni Untuk Membimbingumat, Memperbaiki Danmempersiapkan
Manusia Untuk Mencapai Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat.

1
Q-Anees Bambang, Hambali Adang. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.

5
B. Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter berbasis masyarakat dapat bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana penjelasan di bawah ini:
1. Religius
Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya,
toleran dalam pelaksanaan ibadah agama lain, hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Toleransi
Sikap dan toleransi yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tidakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
3. Disiplin
Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
4. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
5. Bersahabat atau Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerjasama
dengan orang lain.
6. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.

C. Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya
pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat
adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “, “ tidak memiliki
ikatan keluarga“ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat
tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau
melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan
penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara
pandang masyarakat secara keseluruhan. Peran serta Masyarakat (PSM) dalam

6
pendidikan memang sangat erat sekali berkaitan dengan pengubahan cara pandang
masyarakat terhadap pendidikan ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang, kapan rasa memiliki,
kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal
dapat diperolah dunia pendidikan.2
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah,
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang
tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.
Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya
yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat, dimanapun
berada pasti punya karakteristik sendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang
berbeda dengan masyarakat yang lain.3

Norma-norma yang terdapat di masyarakat harus diikuti oleh warganya dan


norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam
bertindak dan bersikap. Dan norma-norma tersebut merupakan aturan-aturan yang
ditularkan oleh generasi tua kepada generasi berikutnya. Penularan-penularan itu
dilakukan dengan sadar dan bertujuan, hal ini merupakan proses dan peran pendidikan
dalam masyarakat.

BAB III
2
Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 20
3
Zubaedi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran masyarakat dalam pendidikan karakter menurut islam ialah dimana masyarakat
berfungsi untuk membentuk karakter Qur’ani dan sadar tanggung jawabnya terhadap
perkembangan karakter anak berkenaan dengan keterampilan (olah otak)
dan qalbu (spiritual). Dalam Islam, karakter dapat terlihat dari sifat nabi yang meliputi
Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah. Ke-empat sifat tersebut cukup untuk memenuhi
kualifikasi yang disebutkan diatas. Sifat ini merupakan pencerminan karakter Nabi
Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter berbasis masyarakat sebagai berikut, religius,
toleransi, disiplin, menghargai prestasi, bersahaat atau komunikatif, dan cinta damai.
Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman
nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Situasi kemasyarakatan dengan
sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara
keseluruhan. Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali
berkaitan dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan ini tentu saja
bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari
sekarang, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat
dengan tingkatan maksimal dapat diperolah dunia pendidikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bagong, Suyanto, “Pendidikan Berbasis Masyarakat:Prasyarat yang Dibutuhkan”, (Jurnal Edukasi,


Vol I, No 1, 2005).
Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Cetakan
Pertama.Surakarta: Yuma Pustaka.
Keosoema, Doni. 2009. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo
Keosoema, Doni 2007. Pendidikan Karakter, strategi mendidik anak di zaman gobal. Jakarta:
Grasindo
Khan, A. W. (2002). Rasulullah Di Mata Sarjana Barat. Yogyakarta: MitraPustaka.
M. Anis Matta, 2006. Membentuk Karakter Cinta Islam, Jakarta: alI’tishom Cahaya Umat
Moh. Hasim, “Implementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (Case Study Pelaksanaan Proses
Pembelajaran di SLTP Alternatif Qoryah Thoyyibah Salatiga)”, (Tesis: Universitas Negeri
Semarang, 2007).
Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 20
Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: Jape Press Media Utama ( Jawa Pos
Grup).
Q-Anees Bambang, Hambali Adang. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Zubaedi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).

Anda mungkin juga menyukai