Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA ISLAM DAN BUDAYA

DISUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. DANDA ANGGARA (C1C022003)


2. TIARA LUCHITA (C1C022004)
3. NOVI JULITA SARI (C1C022009)
4. NOPITA SARI (C1C022014)
5. TRI WULANDARI (C1C022020)
6. AL TAUFIK HIDAYAH (C1C022055)
7. ARDINDA DIAH AGUSTINA (C1C022088)
8. LIA WAHYUNINGSIH (C1C022142)
9. MARDALISKA PUSPA HANDINI (C1C022148)
10. METRI SUSTIKA (C1C022154)

DOSEN PENGAMPU : ARSYADANI MISHBAHUDDIN M.Pd.I

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIDANBISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan
dalam makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang agama islam dan budaya dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi Terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………………………………………………..i

Kata pengantar…………………………………………………………………………………….ii

Daftar isi………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang …………………………………………………………………………………1

B.Rumusan masalah………………………………………………………………………………1

C.Tujuan ………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian islam dan kebudayaan………………………………………………………………2

1.1 Agama islam………………………………………………………………………………...2

1.2 Kebudayaan…………………………………………………………………………………2

B.Hubungan antara islam dan kebudayaan islam…………………………………………………3

C.Islam dan kebudayaan Arab pra islam………………………………………………………….5

D.Islam dan Kebudayaan Indonesia………………………………………………………………6

1.persentuhan islam dengan kebudayaan melayu di jawa………………………………………6

2.Inovasi dan pengaruh islam dalam sastra, seni, dan arsitek………………………………….8

3.Aceh sebgai sentral dakwah dan budaya islam……………………………………………….8

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan……………………………………………………………………………….…..10

B.Saran…………………………………………………………………………………….…….10

Daftar pustaka……………………………………………………………………………………12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di


bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur
yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam,
berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, sehingga
dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena
kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan
tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-
Islaman seseorang benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita
akan membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat
menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah
Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat memahami Islam
secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat mengungkap hubungan antara Islam
dan kebudayaan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islam dan Kebudayaan ?
2. Apa hubungan antara Islam dan Kebudayaan ?
3. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam?
4. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Indonesia?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Islam dan Kebudayaan.
2. Menjelaskan tentang hubungan Islam dan Kebudayaan.
3. Menjelaskan bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam.
4. Menjelaskan Islam dan Kebudayaan Indonesi

1
BAB II

ISLAM DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Islam dan Kebudayaan Islam

1.1 Agma islam

Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri
atau tunduk dan patuh. Adapun pengertian Islam Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat
dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku
bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia.

1.2 Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang
berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai
hasil kegiatan dan penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan
berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang
termasuk hasi kebudayaan.

Adapula beberapa pendapat yang mengartikan kebudayaan, Antara lain S. Takdir Alisyahbana
(196:207-8), Dia berpendapat bahwa kebudayaan adalah:

1. Suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti
ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni,hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang
di peroleh manusia sebagai anggota masyarakat
2. Warisan sosial atau tradisi.
3. Cara atau aturan dan jalan hidup manusia.
4. Penyesuain manusia terhadap alam sekitarnya dan cara menyelesaikan persoalan.
5. Hasil kecerdasan manusia.

2
6. Hasil pergaulan atau pergaulan manusia.

Parsudi suparlan (A.W. Wijaya (ed) 1986:65-6) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah
serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep. rencana-rencana dan strategi-strategi
yang terdiri atas serangkaian atas model model kognitif yang dimiliki manusia, dan yang
digunakan secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah
laku dan tindakan-tindakannya.

B. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan Islam


Hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi tidak
dapat di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di dasarkan pada agama, tidak pernah terjadi sebaliknya.
Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan
ekspresi hidup keagamaan, karena budaya merupakan sub ordinat terhadap agama, dan tidak
pernah sebaliknya.
Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung dua kelompok
pengajaran, yaitu:

1. Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada masyarakat manusia.
Ajaran dasar yang terdapat dalam kitab-kitab suci. Yang bersifat absolute, mutlak, benar,
kekal dan tidak bisa diubah. Ajaran kitab suci memerlukan penjelasan, baik mengenai arti
maupun cara pelaksanaannya.
2. Merupakan penjelasan dari hasil pemikiran-pemikiran atau ahli agama, pada hakikatnya tidak
absolute, tidak mutlak benar dan tidak kekal.

Dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Harun Nasution mengutip hasil penelitian
'Abd Al-Wahab Khallaf, guru besar Islam UniversitasKairo, yang mengatakan bahwa ayat-ayat
Al-Qur'an yang mengatur hidup kemasyarakatan tidak lebih dari 5,8% dari seluruh ayat Al-Qur'an.
Dengan rincian sebagai berikut.

3
AYAT AYAT HUKUM

NO BIDANG Jumlah ayat


1. Ibadah 140
2. Al-ahwal al-syakhshiyyah : Kawin, thalaq, warisan dan wasiat. 70
3. Muamalah : jual beli, sewa,pinjam, gadai, perseroan dan kontrak. 70
4. Kriminal (jinayah) 30
5. Peradilan 13
6. Hubungan yang kaya dengan yang miskin 10
7. Kenegaraan 10
8. Hubungan islam dan hubungan bukan islam. 25
Jumah 360

Al-Qur'an terdiri atas 30 juz, 114 surat, sekitar 6000 ayat, ayat hukumnya hanya 368 ayat, Harun
Nasution.
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang periwayatannya Shahih bukan termasuk budaya. Tetapi paham
ulama' terhadap ajaran dasar agama merupakan hasil karsa ulama. Oleh karena itu, ia merupakan
dari kebudayaan, akan tetapi umat islam meyakini bahwa kebudayaan yang nerupakan hasil upaya
ulama' dalam memahami ajaran dasar agama islam, dituntun oleh petunjuk tuhan yaitu Al-Qur'an
dan As-Sunah.
Dan ada juga hubungan islam dan kebudayaan yang biasa kita lihat dari segi ekonomi, dalam
ayat alquran di jelaskan, "Allah menghalallkan jual beli dan mengharamkan riba (QS Al-Baqarah
[2]: 275). Halalnya jual beli dan haramnya riba merupakan ajaran dasar agama islam,
Tetapi dalam suatu keadaan contoh: Dalam dunia pertanian petani biasa membeli kotoran
hewan baik kotoran sapi maupun kotoran ternak lainya yang berguna untuk Pupuk tanaman. ini di
sebut sebagai cultur, salah satu syarat yang di tentukan Ulama benda yang di perjual belikan bukan
benda najis, tetapi hakikatnya contoh jual beli petani tersebut yang di perjual belikan adalah benda
najis dan ini adalah sebuah penyimpangan, dan ini menyebabkan banyak atau berbeda-bedanya
pendapat ulama ada yang berpendapat ini haram dan ada pula yg memperbolehkan dan ini yang
membuat berkesinambunganya hadist dan Al-Quran yang menimbulkan sebuah pemikiran, itu pun
bisa di sebut suatu kebudayaan.
Dengan demikian hubungan antara islam dan kebudayaan sangat banyak sekali.

4
C.Islam dan kebudayaan Arab pra Islam

Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi letak
geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di turunkan (makkah) mudah tersebar
diberbagai wilayah. Dan beberapa ciri-ciri utama tatanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut:
1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)
2. Memiliki tata social politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas, factor
keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal hirarki social yang kuat.
4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.

Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat istiadat.
Dalam bidang mua'malah, diantara kebiasaan mereka adalah dibolehkan transaksi mubadalah
(barter) jual beli, kerja sama pertanian (muzara'ah) dan riba.
Diantara ketentuan hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya berpoligini
dengan perempuan dengan jumlah tanpa batas. Serta anak kecil dan perempuan tidak dapat harta
warisan, dan di sebutkan pula bahwa dalam kehidupan masyarakat Pra-islam terdapat perkawinan
yg berbagai macam sperti:

• Istiblada
• Poliandri
• Maqthu
• Badal
Di lihat dari fase perkawinan bahwa bangsa arab pra-islam berada pada fase perkawinan
"barbar".
Tawaran perubahan yang terdapat dalam Al-quran adalah dibatasinya jumlah istri pada
pernikahan poliigini, yaitu empat orang dan di haramkanya poliandri. Dan di jelaskan dalam surat
An-nisa (4):3

5
D. Islam dan Kebudayaan Indonesia

Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi, karena keduanya sama-
sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara agama dan kebudayaan terdapat perbedaan
yang menonjol, karena agama merupakan sesuatu yang final, bersifat universal, abadi dan absolut.
Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer.

Agama kebudayaan sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi
kehidupan agar sesuai dengan asas ketuhanan dan kemanusiaan. Ketika kelahiran seorang anak,
misalnya, maka agama memberikan pandangan agar melaksanakan aqiqah untuk anak tersebut,
sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabanan, asyraqalan atau bacaan barjanji,
memberikan cara pandang lain, akan tetapi memiliki tujuan yang tidak berbeda, yaitu sama-sama
dalam rangka mendoakan kesalehan anak tersebut agar sesuai dengan harapan ketuhanan dan
kemanusiaan. Begitu juga halnya upacara tahlilan, baik agama maupun budaya lokal, sama-sama
saling memberikan cara pandang dalam menyikapi orang yang meninggal.

1. PERSENTUHAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN MELAYU DAN JAWA

Dalam Islam terhadap ajaran tauhid, sesuatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan
adalah pusat segala sesuatu, dan manusia harus mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada-NYA.
Konsep ini dijelaskan dalam beberapa literatur dengan penjelasan yang berbeda. Di pesantren-
pesantren tradisional salafi, kalimat lailaha illa Allah sering ditafsirkan sebagai berikut: pertama,
la mujudu illa Allah (tidak ada yang "wujud" kecuali Allah); kedua, la ma'buda illa Allah (tidak
ada yang disembah kecuali Allah); ketiga, la maqsud illa Allah (tidah ada yang dimaksud kecuali
Allah), dan keempat, la mathlub illa Allah (tidak ada yang diminta kecuali Allah).

Pada dasarnya Indonesia pernah mengalami dualisme kebudayaan, yaitu antara kebudayaan
keraton dan kebudayaan populer yang keduanya merupakan kebudayaan tradisional.

Kebudayaan keraton, yang disebut juga sebagai kebudayaan istana, dikembangkan oleh para
pegawai istana (abdi-dalem), mulai dari pujangga sampai arsitek. Simbol-simbol budaya
diciptakan oleh raju guna melestarikan kekuasaannya. Kebudayaan tersebut biasanya berupa mitos

6
yang dihimpun dalam babad, hikayat dan lontura, yang kesemuanya berisi tentang kesaktian dan
kesucian sang raja.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rakyat loyal terhadap kekuasaan raja. Dalam babad Jawa
misalnya, digambarkan bahwa raja dianggap sebagai pemegang wahyu dan wakil Tuhan dalam
memerintah rakyatnya. Hal ini juga didukung oleh sastra mistik yang diciptakan oleh pegawai
istana guna mempertahankan status kerajaan yang mutlak. Di suatu saat para raja pun mengklaim
bahwa dirinya adalah keturunan para dewa atau para Nabi SAW.

Konsep kekuasaan Jawa sungguh berberbeda dengan konsep kekuasaan islam. Dalam
kebudayaan Jawa dikenal konsep Raja Absolut, islam justru mengutamakan konsep Raja Adil, al-
Malik al-Adil. Akan tetapi, sesuatu hal yang perlu dicatat adalah kebudayaan karaton diluar jawa
memiliki konsep yang lebih dekat dengan gagasan Islam.

Di Aceh, misalnya, raja memiliki sebutan al-Malik al-Adil. Ini berarti kebudayaan keraton di
Jawa lebih mengutamakan kekuasaan, sedangkan kebudayaan kebudayaan keraton diluar pulau
Jawa lebih mengutamakan keadilan. Perbedaan lain antara kebudayaan masyarakat berdasarkan
atas kemutlakan kekuasaan raja, ketertiban masyarakat berdasarkan atas kemutlakan kekuasaan
raja, sedangkan dalam islam, ketertiban sosial akan terjamin jika peraturan peraturan syariat
ditegakan.

Dengan kata lain, kebudayaan karaton di Jawa mementingkan kemutlakan kekuasaan raja untuk
ketertiban sosial, sedangkan Islam mementingkan hukum yang adil untuk ditegakannya ketertiban
sosial. Karna terjadi perbedaan yang begitu tajam, yang sering terjadi ketegangan antara Islam
dengan kebudayaan keraton jawa. (Kuntowijayo, 1991: 232).

Sedangkan dalam kebudayaan populer, dijumpai pula mitos-mitos, seperti cerita batu bekas
sujudnya wali songo di pantai-pantai utara Jawa. Hal ini terus terbangun hingga sekarang, sehingga
masih sering terdengar adanya kiai-kiai sakti yang mampu shalat di Mekah dan kembali dalam
waktu sekejap, berkhutbah di dua tempat secara bersamaan, dan sebagainya. Pengarah Islam
terhadap kebudayaan ini dapat dilihat pula pada ritual-ritual kegamaan, seperti ritual perkawinan,
kelahiran dan kematian. begitu juga acara maulid, seni musik qasidah, gambus dan sebagainya.

7
2. INOVASI DAN PENGARUH ISLAM DALAM SASTRA, SENI, DAN ARSITEK

Ekspresi astentik Islam di Indonesia, paling tidak, dapat dilihat dalam dua bidang: sastra dan
arsitek. Kecendrungan sastra sufistik (transendental) telah muncul di Indonesia sekitar tahun 1970,
kemunculan sastra berkecendrungan sufistik ditandai munculnya karya-karya yang ditulis pada
tahun tuju puluhan, di antaranya Godlod dan Alam Makrifah kumpulan cerpen Danarto, Khotbah
di atas bukit karya kuntowijoyo, dan Arafah karya M. Fudoli Zaini. Disusul karya-karya
berikutnya seperti Sana Infinitina Kembar (1985) karya Motinggo busye (alm) (Abdul Hadi WM
dalam Yustino dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 74).

Eksperesi estetik Islam lainnya tergambarkan dalam arsitek masjid-masjid tua. Citra masjid
tua adalah contoh dari interaksi agama dengan teradisi arsitek pra-Islam di Indonesia dengan
konstruksi kayu dan atap tumpang bentuk limas. Umpamanya Masjid Demak, Masid Kudus,
Masjid Cirebon, dan masjid Banten sebagai cikal-bakal masjid di Jawa. Sedangkan di Aceh dan
Medan, corak masjid tua memperhatikan sistem atap kubuh. Menurut para ahli, masjid-masjid tua
di Acch dan Medan merupakan penerus dari gaya masjid Indo-Persi dengan ekspresi struktur
bangunan yang berbeda dengan corak masjid atap tumpang (Wiyoso yodos putro dalam Yustino
dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 11-3).

Menurut Nurcholish madjid (dalam budby Munawar Rachman (ed.), 1994: 463-4), asitektur
masjid indonesia banyak diilhami oleh gaya arsitektur kuil Hindu yang atapnya bertingkat tiga.
Seni arsitektur sering ditafsirkan sebagai lambang tiga jenjang perkembangan penghayatan
keagamaan manusia, yaitu tingkat dasar atau pemulaan (purwa), tingkat menengah (mad), tingkat
terakhir yang maju dan tinggi (waxana), Damnbar itu dianggap sejajar dengan vertikal islam, iman
dan insan. Selain itu, hal itu dianggap sejajar dengan syari'at, thariqat, dan ma'rifat.

3. ACEH SEBAGAI SENTRAL DAKWAH DAN BUDAYA ISLAM

Sejarah telah mencatat bahwa daerah pertama yang dihadiri oleh Islam di Nusantara adalah
Aceh dan kerajaan Islam pertama di wilayah Asia tenggara adalah kerajaan Islam Perlak,
Samudera dan Pasai. Pernyataan ini didukung oleh berbagai literatur dan merupakan hasil
kesepakatan seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang di adakan di Medan.

Pada masa awal Islam hadir, pendakwah pertama langsung menerapkan apa yang terkandung
dalam ayat yang paling pertama turun, yaitu konsep perintah untuk membaca (iqro") yang

8
mengarah kepada pendidikan. Maka diajarkanlah kepada masyarakat tentang tata-cara bercocok
tanam yang benar, cara berdagang yang sah, dan cara berumah tangga yang tentram. Sementara
kepada para penguasa ditanamkan sistem kepemimpinan yang dapat dapat memakmurkan
rakyatnya.

Kemudian setelah benih awal tertanam pada diri masyarakat, maka dijelaskanlah bahwa semua
itu merupakan sebagian kecil dari konsep ajaran Islam. Dengan metode persuasif semacam ini,
para penguasa dan segenap rakyatnya pun segera meninggalkan agama nenek moyangnya dan
memeluk Islam secara berduyun-duyun.

Setelah kerajaan Islam terbentuk dan agama serjiwai, baik dalam diri penguasa maupun
rakyatnya, lembaga-lembaga pendidikan pun mulai dibangun, sehingga dalam waktu yang relatif
singkat, sistem pendidikan pun terbentuk dan terbagi menjadi beberapa struktur yang disesuaikan
dengan keadaan masyarakat.

lembaga-lembaga tersebut terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Meunasah Meunasah merupakan tempat belajar ilmu-ilmu dasar setingkat SD yang terdiri
dari kurikulum baca tulis huruf Arab dan al-Qur'an, dasar-dasar ilmu fiqih dan akhlak.
Bahasa yang digunakan pada tingkat ini biasanya bahasa daerah dan tulisan jawi.
b) Rangkang Pada tingkat ini, kurikulum meliputi ilmu-ilmu agama dan umum, seperti ilmu
Fiqih, Matematika, Sejarah dan lain-lain. pendidikan tingkat Rangkang ini setara dengan
pendidikan tingkat SLTP.
c) Dayah Mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat Dayah meliputi ilmu Fiqih, Tauhid,
Akhlak, Matematika, Faraid, Sejarah, Hukum dan sebagainya. Tingkatan ini setara dengan
tingkatan SLTA.
d) Dayah Teungku Syhik Pendidikan yang setara dengan akademik ini difokuskan pada
bidang Tafsir, Hadis, Fiqih, Bahasa, Sastra Arab, Logika, sejarah dan lain-lain. Buku
pegangan pada tingkat Dayah dan Dayah Teungku Syhik berupa buku-buku yang
berbahasa Arab.
e) SAI-Jami'ah Pada tingkatan ini didirikan beberapa fakultas, antara lain Fakultas Tafsir dan
Hadis, Kedokteran dan Kimia, Sosial dan Politik, Filsafat, dan sebagainya. Pendidikan ini
ditunjang oleh beberapa guru besar yang datang dari Arab, Turki, Persia, dan India.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Islam adalah agama yang dirurunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkanuntuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.
4. Pada masa awal penetrasi atau masuknya Islam di Indonesia, penyebarannya masih bersifat
terbatas di daerah-daerah pelabuhan. Namun dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama,
Islam pun mulai meluas ke wilayah pesisir dan pedesaan. Para pedagang dan ulama-ulama
memegang peranan penting dalam penyebaran Islam pada tahap ini. Secara umum, pada
tahap ini Islam sangat diwarnai oleh ajaran mistik Islam (tasawuf) hingga akhir dari abad
ke-17. Hal ini disebabkan adanya kecocokan antara Islam tasawuf dengaan latar belakang
masyarakat lokal yang dipengaruhi oleh asketisme atau konsep tasawuf Hindu-Budha;
5. Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi, karena keduanya
sama-sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara agama dan kebudayaan terdapat
perbedaan yang menonjol, karena agama merupakan sesuatu yang final, bersifat universal,
abadi dan absolut. Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Hal ini
dapat dilihat pada beberapa kebudayaan di Indonesia.

B. Saran

1. Mari kita pelajari dan kita pahami tentang keperbedaan mana yang dinamakan keislaman
dan mana yang dinamakan kebudayaan.
2. Lebih memahami Tentang pembagian hukum hukum yang ada di dalam al-qur'an, sehingga
kita lebih mudah untuk membedakan dan mencari solusi dalam permasalahan kita.
3. Makalah ini hanya membahas secara singkat tentang Islam dan kebudayaan di indonesia.
Dengan demikian, diharapkan kepada para pembaca agar memperdalam kembali pada

10
buku-buku yang lebih luas dan terperinci. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini
memberikan manfaat yang besar kepada para pembaca umumnya dan kepada penulis
khususnya. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih dan selalu terdapat
kekurangan dalam penulisan kata dan maksud. Kritik dan saran dari para pembaca,
khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Studi Islam selalu penulis
nantikan

11
DAFTAR PUSTAKA

➢ Nata, Abuddin. Meredologi Study Islam. 1998. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hakim
Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010. Metodologi Study Islam. Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya

➢ Hasyimi, A.,(1993) Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia:


Kumpulan Prasaran pada Seminar di Aceh, Cet. III, PT al-Ma'arif, 1993.

12

Anda mungkin juga menyukai