Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL

LEMAK ATAU MINYAK

ANALISIS LEMAK/MINYAK DAN SABUN

disusun oleh

Nama : Reynaldi Ega Hassyim

NPM : 21420065

Grup : 2K4

Dosen : Juju J, AT.,M.SI.

Asisten : Lestari W., S.Pd, M.Tr.

Delicia P., AT

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
I. Maksud dan Tujuan
1) Bilangan Asam : untuk menentukan banyaknya kadar asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak/lemak.
2) Bilangan Ester: untuk menentukan banyaknya asam lemak yang teresterkan pada gliserol yang
terkandung dalam minyak/lemak.
3) Bilangan Penyabunan: untuk menentukan banyaknya total asam lemak bebas dan yang
teresterkan yang terkandung dalam minyak/lemak
4) Bilangan Iodium: untuk menentukan banyaknya ikatan tidak jenuh dalam rantai hidrokarbon
pada minyak/lemak
II. Teori Dasar
2.1 Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak adalah senyawa organik yang terdapat di alam yang tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform,
benzena dan hidrokarbon lain yang memiliki polaritas yang sama dengan minyak/lemak.
Minyak/lemak merupakan salah satu anggota lipid.

Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol (Alkohol trihidrat) dengan asam lemak
yang memiliki berat molekul tinggi (C=11-24). Berdasarkan ikatan kimianya, lemak dalam
minyak dibagi menjadi 2 jenis yaitu Asam Lemak Jenuh dan Asam lemak tidak jenuh.
1) Asam Lemak Jenuh, adalah asam lemak yang semua ikatan atom karbon pada rantai
karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh). Memiliki gaya tarik vanderwalls yang tinggi,
sehingga merupakan ikatan yang kuat. Contohnya adalah Butirat, Palmitat, dan Stearat.
2) Asam Lemak Tak Jenuh, merupakan asam lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap pada rantai karbonnya. Cenderung lemah, hingga akan sulit menyimpannya,
berupa lemak yang encer.
Minyak atau lemak merupakan senyawa trigliserida yang merupakan hasil proses
kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam yang membentuk satu molekul
trigliserida dan satu molekul air.
Lemak dari hewan pada umumnya mengandung lemak jenuh (lebih banyak jumlahnya
daripada lemak tidak jenuh) umumnya berbentuk fasa padat. Contohnya:
1) Lemak sapi : Gliserol – Tristearat dengan campuran Gliserol-Oleo-Palmito-Stearat
2) Lemak Babi : Gliserol – Oleo – Palmito – Stearat
3) Mentega asli (susu hewan)
Lemak dari tumbuhan mengandung asam lemak tidak jenuh (lebih banyak jumlahnya
daripada lemak jenuhnya), umumnya berbentuk fasa cair. Contohnya:
1) Minyak Jagung : Gliserol – Trioleat dengan campuran Gliserol-Oleo-Palmito-linolat-
oleat dan gliserol-trinoleat
2) Minyak biji kapas : hampir sama dengan minyak jagung namun memiliki lebih banyak
asam palmitat

SIFAT LEMAK/MINYAK
1) Penyabunan, lemak dan minyak mudah tersabunkan oleh larutan alkali pada suhu
mendidih. Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

2) Hidrolisa lemak, mudah terhidrolisa oleh larutan asam kuat pada suhu mendidih. Dalam
reaksi hidrolisis, lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam

lemak tersebut.

3) Oksidasi Reduksi, lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun tereduksi, sedangkna
lemak tak jenuh mudah tereduksi membentuk keton-keton. Oksidasi dapat berlangsung
bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Oksidasi udara
dalam waktu lama dapat menimbulkan proses polimerisasi antara ikatan rangkap pada
hidrokarbon. Timbulnya gugus karbonil menyebabkan warna kekuningan. Lemak jenuh
mengandung asam stearat, asam palmitat, dan lain-lain, asam lemak jenuh tidak mudah
teroksidasi maupun tereduksi. Lemak tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat
dan lain-lain, asam lemak tak jenuh mudah tereduksi membentuk asam lemak jenuh.
4) Pengsulfonan, lemat jenuh yang mengandung as. Stearat, as. Palmitat, dll akan dapat
disulfonkan oleh asam sulfat pekat pada suhu dan tekanan yang tinggi.
5) Pengsulfatan, lemak tidak jenuh dapat disulfatkan oleh asam sulfat pekat pada suhu
mendidih.

2.2 Bilangan Asam


Minyak zaitun adalah minyak alami yang diekstrasi dari buah zaitun. Sekitar 24 persen minyak zaitun
terdiri dari lemak jenuh, omega 6, dan asam lemak omega 3. Namun asam lemak terbanyak di dalam
minyak zaitun adalah asam oleat yang sangat sehat. Asam oleat ini diyakini dapat membantu
mengurangi peradangan (Adrian, 2018). Kandungan asam lemak bebas dalam minyak yang bermutu
baik hanya terdapat dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau
bentuk trigliserida. Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama
penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak (Ketaren, 1986).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan
mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam menentukan
kualitas minyak. Bilamgan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak
akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat terjadi pengolahan. Asam lemak
merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008). Bilangan asam
didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam 1 gram minyak. Dimana angka asam iini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang
terdapat dalam suatu lemak atau minyak (Page, 1997).
Bilangan asam lemak yang bebas menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari
hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi
bilangan asam, maka makin rendah kualitas (Sudarmadji and Bambang, 2003).
2.3 Bilangan Ester
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan ester yang ada dalam 1 gram minyak/lemak. Metoda yang dilakukan yaitu
hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali.
Cara penetapannya dengan cara titrasi asidimetri (penitarnya asam) setelah proses
penyabunan sempurna. Penetapan BE dapat terganggu jika dalam lemak terdapat suatu
anhidrida atau suatu lakton. Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi bilangan ester
adalah dengan cara merefluks campuran lemak atau minyak dengan KOH berlebih, sampai
terbentuk sabun. Kelebihan KOH yang ditambahkan selanjutnya dititrasi.
Pada percobaan ini menggunakan prinsip titrasi asidimetri. Asidimetri adalah analisa
titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa
atau senyawa yang bersifat basa. Penentuannya :
(𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

2.4 Bilangan Penyabunan


Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan sempurna 1 gram minyak/lemak. Metoda yang dipakai yaitu
hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Penetapan dilakukan dengan cara
titrasi asidimetri setelah proses penyabunan selesai.

2.5 Bilangan Iodium


Bilangan iodium merupakan bilangan yang menunjukkan berapa mgram halogen yang dapat
diikat oleh 100 mgram minyak/lemak atau berapa % halogen yang dapat diikat. Bilangan
iodium merupakan ukuran bagi banyaknua ikatan rangkap (tidak jenuh) dalam minyak/lemak,
karena akan diadisi pada ikatan rangkap tersebut.

III. Alat dan Bahan


3.1 Bilangan Asam
Alat :
1) Erlenmeyer 5) Pipet volume
2) Timbangan analitik 6) Bulp filler
3) Buret 7) Corong
4) Klem dan statif

Bahan :
1) Larutan minyak
2) Eter alkohol
3) KOH Alkohol
4) Indikator PP
3.2 Bilangan ester
Alat :
1) Erlenmeyer 5) Pipet volume
2) Timbangan analitik 6) Bulp filler
3) Buret 7) Corong
4) Klem dan statif

Bahan :
1) Larutan sisa bilangan asam
2) HCl 0,5 N
3) KOH Alkohol 0,5 N
4) Indikator PP

3.3 Bilangan penyabunan


Alat :
1) Erlenmeyer 5) Pipet volume
2) Timbangan analitik 6) Bulp filler
3) Buret 7) Corong
4) Klem dan statif

Bahan :
1) Larutan minyak contoh
2) Alkohol KOH 0,5 N
3) HCl 0,5 N
4) Indikator PP

3.4 Bilangan Iodium


Alat :
1) Erlenmeyer tutup asah 5) Pipet volume
2) Timbangan analitik 6) Bulp filler
3) Buret 7) Corong
4) Klem dan statif
Bahan :
1) Larutan contoh minyak (minyak sawi)
2) Larutan hanus 0,1 N
3) Chloroform
4) Larutan Tiosulfat 0,1 N
5) Indikator kanji
6) Kalium iodida 10%

IV. Prosedur
4.1 Bilangan Asam
1. Menimbang secara teliti 1-2 gram lemak/minyak
2. Menambahkan sebanyak 25 ml pelarut eter alkohol netral
3. Menambahkan 2 tetes indikator PP (tidak berwarna)
4. Melakukan titrasi dengan KOH alkohol 0,1 N hingga berwarna merah jambu muda
5. Sisa larutan disimpan dilanjutkan untuk penentapann bilangan ester.

4.2 Bilangan Ester


1. Pada sisa cairan bekas penetapan bilangan asam (asam lemak yang sudah mengandung
asam lemak bebas air). Menambahkan sebanyak 10 ml KOH alkohol 0,5 N
2. Memasukkan batu didih, lalu sambungkan dengan pendingin tegak lalu refluks selama 15-
30 menit, sewaktu-waktu harus dikocok supaya penyabunan sempurna
3. Tambahkan indikator PP larutan harus berwarna merah muda (kelebihan KOH Alkohol
4. Angkat dan dinginkan (jangan terlalu dingin bisa membeku) dan melakukan titrasi dengan
HCl 0,5 N sampai warna merah jambu muda/tepat warna merah hilang
5. Melakukan titrasi blanko 10 ml KOH Alkohol 0,5 N sesuai volume KOH Alkohol yang
digunakan sesuai prosedur diatas

4.3 Bilangan Penyabunan


1. Menimbang secara teliti ( empat angka dibelakang koma) 1-2 gram lemak/minyak
2. Memipet sebanyak 10 ml tepat Alkohol KOH 0,5 N dan batu didih, kemudian di refluks
selama 15-30 menit
3. Tambahkan 2-3 tetes indikator PP hingga berwarna merah muda. Jika tidak berwarna
merah harus menambahkan kembali alkohol KOH 0,5 N sebanyak 10 ml dan refluks
kembali selama 15-30 menit
4. Angkat dan dinginkn, lalu melakukan titrasi dengan HCl 0,5 N sampai tepat warna larutan
merah hilang
5. Melakukan titrasi blanko (Alkohol, indikator PP, dan titrasi dengan HCl)

4.4 Bilangan Iodium


1. Menimbang secara teliti ke dalam erlenmeyer tutup asah 1-2 gram minyak
2. Melarutkan dengan 5 ml chloroform
3. Menambahkan 10 ml tepat larutan hanus 0,1 N melalui buret
4. Menutup Erlenmeyer ,lalu digoyangkan, menyimpan pada tempat gelap atau lemari selama
15 menit supaya reaksi sempurna
5. Kemudian ke dalam larutan berlebih (sisa reaksi) menambahkan 10 ml KI 10% dan
encerkan dengan air suling
6. Melakukan titrasi dengan larutan tiosulfat 0,1 N sampai warna kuning muda, lalu tambah
1-2 ml indikator
7. Titras dilanjutkan hingga titik akhir tidak berwarna
8. Melakukan titrasi blanko

V. Data pengamatan
1) Bilangan Asam
- Berat minyak : 1,893 gram
- BE KOH Alkohol 0,1 N : 56
- mL titrasi : 3,8 ml
perhitungan:

𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 ∶
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

3,8 𝑥 0,1 𝑥 56
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 ∶ =11,241
1,893

2) Bilangan Ester
- Berat minyak : 1,893 gram
- BE KOH : 56
- mL blanko : 6,75 ml
- mL Titrasi : 5,65 ml
perhitungan:

(𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

(6,75−5,65)𝑥 0,5 𝑥 56
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 = x 1,3503
1,893

= 21,970

3) Bilangan Penyabunan
- Berat contoh minyak : 1,5471 gram
- mL titrasi : 6,1 ml
- mL blanko : 6,9 ml
perhitungan:

(𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

(6,9 − 6,1)𝑥 0,5 𝑥 56


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 = = 14,478
1,5471

0,5
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑥 𝐵𝑃
0,3703

= 1,502 Х 14,478
= 19,5014

4) Bilangan Iodium
- Bobot contoh minyak : 1,161g
- mL titrasi : 8,8 ml
- mL blanko : 15 ml
- BE : 127
- N tiosulfat : 0,1 N
perhitungan:
(𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑜 𝑥 𝐵𝐸
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 ∶
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
(15−8,8)𝑥 0,1 𝑥 127 100
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 = 𝑥 =50,545
1,161 1000

VI. Diskusi
1) Bilangan Asam
Secara alami minyak Zaitun mengandung air yang tidak dapat dipisahkan. Jumlah
kandungan air pada minyak dapat menambah karena pengolahan minyak Zaitun itu sendiri
serta pada saat penyimpanan. Kenaikan kandungan air pada saat penyimpanan disebabkan oleh
udara limbah dan kebocoran coil pemanas pada tangki penyimpan.
Secara alami hidrolisa minyak sawit terjadi karena dipacu oleh enzim lipase yang dibantu
oleh sinar matahari pada kondisi atmosfer. Reaksi hidrolisa minyak sawit terjadi sama dengan
reaksi hidrolisa yang umum pada trigliserida sebagai berikut : (Ardhista Shabrina Fitri1, April

2020)

Reaksi inilah salah satu penyebab perubahan kwalitas minyak sawit selama pengolahan
dan penyimpanan. Reaksi ini menyebabkan asam lemak bebas dan digliserida serta
monogliserida pada minyak akan berubah banyak. Reaksi hidrolisa diatas berlangsung sangat
lambat, tetapi dapat mengubah kwalitas produk hidrolisa. Karena reaksinya yang sangat
lambat, hidrolisa dengan bantuan enzim diatas dapat dipakai untuk produksi massal asam
lemak dan gliserin serta turunannya.
Standar bilangan Asam adalah sekitar 10, jika nilai yang didapat setelah percobaan lebih
atau bahkan kurang dari standar nilai yang telah ditentukan maka bisa saja contoh uji minyak
telah lama disimpan dan kualitasnya telah berkurang.

2) Bilangan Ester
Proses perhitungan bilangan ester dipengaruhi oleh berbagai faktor tergantung kondisi
reaksinya. Faktor tersebut diantaranya adalah kandungan asam lemak bebas dan kadar air
minyak, jenis katalis dan konsentrasinya, perbandingan molar antara alkohol dengan minyak
dan jenis alkoholnya, suhu dan lamanya reaksi, dan intensitas pencampuran.
Tahapan konversi minyak atau lemak menjadi bilangan ester bergantung pada mutu awal
minyak. Proses konversi dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas dan kandungan air.

3) Bilangan Penyabunan
Angka penyabunan didefinisikan sebagai miligram kalium hidroksida (KOH) yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 g lemak (Anonim, 2014). Angka penyabunan berkaitan
dengan semua asam lemak dalam lemak atau minyak baik dalam bentuk bebas ataupun dalam
bentuk esternya. Angka ini merupakan indeks berat molekul rata rata trigliserida
(triasilgliserol) penyusun lemak atau minyak.

Lemak yang mengandung gliserida dengan berat molekul rendah memiliki nilai saponifikasi
yang lebih tinggi Jika trigliserida tersusun atas asam lemak dengan berat molekul rendah, maka
semakin banyak molekul gliserida yang ada dalam tiap gram lemak. Demikian pula sebaliknya,
jika yang ada adalah asam lemak dengan berat molekul tinggi (asam rantai panjang), maka
molekul gliserida dalam lemak semakin sedikit, sehingga angka penyabunan menjadi rendah
Hasil pengujian bilangan penyabunan pada percobaan yaitu 19,5014. Hasil tersebut tidak
memenuhi batas standar yang ditetapkan yaitu 200-205. Hal ini dapat terjadi kemungkinan
karena kurang mengalami kenaikan lama pemanasan. Karena semakin lama minyak sawit di
panaskan , maka akan semakin besar pula tingkat nilai bilangan penyabunannya.
Atau dapat juga karena contoh uji minyak sawit yang telah sama di simpan, dan terkena
cahaya matahari sehingga sampel telah rusak saat sebelum digunakan.

4) Bilangan Iodium
Angka iodin menunjukkan jumlah ikatan rangkap dari rantai asam lemak penyusun
trigliserida ataupun asam lemak bebas dalam lemak atau minyak. Standar angka bilangan
iodium minyak zaitun adalah sekitar 49,2 – 58,9. Namun hasil praktikum bilangan ioudium
adalah sekitar 50,545. Penurunan angka iodium menunjukkan jika adanya penurunan kualitas
lemak atau minyak sampel yang digunakan.
Penurunan angka iodin dari lemak dan minyak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor oksidasi dapat mengakibatkan terputusnya ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh
penyusun trigliserida (lemak dan minyak). Penyebab reaksi oksidasi diantaranya adalah waktu
dan kondisi penyimpanan yang tidak diperhatikan sehingga memungkinkan terjadinya kontak
dengan oksigen dengan adanya pengaruh sinar.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan 4 praktikum mengenai minyak, didapatkan :
- Bilangan Asam : 11,241
- Bilangan Ester : 21,970
- Bilangan Penyabunan : 19,5014
- Bilangan Iodium : 50,545
Banyak nilai bilangan minyak atau lemak yang jauh dari nilai standar yang telah ditentukan, hal
ini kemungkinan besar terjadi karena telah rusaknya larutan minyak contoh uji sebelum digunakan
sehingga nilai yang dihasilkan tidaklah sempurna.
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Penetapan Secara Kualitatif
Dilakukan untuk mengetahui apakah sabun mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas.
1.2 Penetapan Asam Lemak Bebas
Menentukan kadar asam lemak bebas di dalam sabun yang tidak tersabunkan pada saat
pembuatan sabun.
1.3 Penetapan Kadar Air
Mengukur kandungan air dalam sabun
1.4 Penetapan Alkali Total
Menentukan kadar alkali total di dalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali terikat
1.5 Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)
Menentukan kadar zat pemberat yang terdapat pada contoh uji dengan melakukan penyaringan
secara kuantitatif.
1.6 Penententuan Minyak/Logam Pelikan
Menentukan jumlah minyak yang terdapat dalam contoh uji sabun dengan logam pelican
secara kualitatif saja.

II. Teori Dasar


2.1 Sabun
Sabun adalah garam logam dari asam lemak dengan logam alkali, sehingga pada
prinsipnya adalah mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga terjadi reaksi
penyabunan

Perkembangan penggunaan sabun yang makin luas dan inovasi yang tinggi
menjadikan bahan dasar sabun menjadi bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan
akhirnya. Saat ini telah muncul sabun-sabun yang netral karena baik untuk kulit, akan
tetapi untuk sabun yang dipergunakan untuk proses tekstil harus mempunyai sifat-sifat
khusus, seperti titik keruh yang tinggi, tidak menghasilkan busa yang banyak, dapat
bekerja dengan baik pada suasana asam atau alkali dan sebagainya
Sabun dibedakan menjadi dua macam yaitu sabun Natrium dan sabun Kalium,
dimana sabun Natrium ini yang harus dipakai dalam dunia industri utamanya tekstil.
Sedangkan sabun Kalium yang harus dipakai dalam sabun rumah tangga. Berikut ini
kriteria sabun Natrium dan sabun Kalium.
Untuk sabun natrium (apabila alkali yang digunakan adalah NaOH) pemisahan
dari masa tersebut dapat dilakukan dengan cara penggaraman, karena sabun natrium
akan larut dalam larutan jenuh NaCl. Setelah proses penggaraman, larutan sabun akan naik
ke permukaan larutan garam NaCL, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan
garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental dicuci dengan
air dingin untuk menetralkan alkali yang berlebih atau memisahkan garam NaCl yang masih
tercampur.
Berbeda untuk sabun Kalium, pemisahan campuran sabun kalium dengan yang
lainnya dilakukan dengan cara penggaraman dengan garam KCL, Sabun kalium dapat
dipisahkan dari gliserol nya. Cara ini relatif mahal sehingga biasanya sabun kalium
dibiarkan tercampur dengan gliserolnya dan menjadi bentuk sabun yang lunak. Sabun dapat
larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sifatnya yang larut dengan baik
dalam alkohol menyebabkan pada analisa sabun selalu digunakan alkohol sebagai
pelarut. Sabun terlarut koloidal di dalam air dan bersifat sebagai surfaktan. Molekulnya
terdiri atas gugus hidrofil (suka air) dan gugus hidrofob (tidak suka air).

2.2 Pembuatan Sabun


Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan garam karbonil (sejenis
sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH dan
Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini yaitu
sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan
alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati.
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan
alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah
berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh
dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun
untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandungan zat
yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Larutan
alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut.

2.3 Sifat Sabun


Sabun memiliki beberapa sifat, yaitu :
- Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak (CCl4)
- Dalam air terlarut secara koloidal dan bersifat surfaktan, yang terdiri dari
molekul yang suka air (hidrofil).
- Dalam air sadah akan mengendap sebagai sabun Ca/Mg.
- Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.

III. Alat dan Bahan


3.1 Penetapan Secara Kualitatif
Alat :
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes
3) Batang pengaduk
Bahan :
1) Sabun uji
2) Alkohol netral 2 ml
3) Indikator PP
3.2 Penetapan Asam Lemak Bebas
Alat :
1) Erlenmeyer 250 ml
2) Batu didih
3) Refluks
4) Buret
5) Neraca analitik

Bahan :
1) Sabun uji
2) Alkohol netral
3) Indikator PP

3.3 Penetapan Kadar Air


Alat :
1) Kertas timbang
2) Oven
3) Neraca analitik
4) Desikator
Bahan :
1) Sabun uji

3.4 Penetapan Alkali Total


Alat :
1) Neraca analitik
2) Erlenmeyer 250 ml
3) Pipet tetes
4) Buret
Bahan :
1) Sabun uji
2) Air Suling
3) HCl 0,500 N
4) Indikator Mo
3.5 Penetapan Kadar Zat Pemberat (fillers)
Alat :
1) Neraca analitik
2) Erlenmeyer 250 ml
3) Pemanas air
4) Oven
5) Desikator
Bahan :
1) Sabun UJI
2) KOH akohol 0,5 N
3.6 Penentuan Minyak/Logam Pelikan
Alat :
1) Neraca
2) Pipet tetes
3) Tabung reaksi
Bahan :
1) Sabun uji
2) Alkohol 95%
3) Air suling

IV. Prosedur
4.1 Penetapan Secara Kualitatif
- Contoh sabun diparut/dipotong halus.
- Timbang sabun 0,1 gram, masukkan dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 2 ml Alkohol netral.
- Bubuhi 1-2 tetes Indikator PP.

4.2 Penetapan Asam Lemak Bebas


- Timbang sabun 1-2 gram, masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml.
- Larutkan dengan 25 ml alkohol netral.
- Tambahkan batu didih, refluks 20 menit.
- Dinginkan sebentar.
- Tambahkan 2-3 tetes indicator PP.
- Titar dengan KOH 0,1000 N sampai merah muda.

4.3 Penatapan Kadar Air


- Timbang kertas timbang dan sabun uji 1-2 gram.
- Oven sabun uji selama 1 jam.
- Timbang kertas timbang dan sabun uji yang telah ditimbang.
4.4 Penetapan Alkali Total
- Timbang teliti 0,5-1 gram contoh sabun, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
- Larutkan dalam 50 ml air suling (sampai sabun larut dan jangan terlalu dikocok)
- Bubuhi 2-3 tetes indicator MO
- Titar dengan larutan HCl 0,5000 N sampai warnanya jingga muda

4.5 Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)


- Timbang 1-2 gram contoh sabun masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
- Larutkan dengan 50-100 ml alkohol 95%.
- Refluks dengan pendingin tegak diatas pemanas air.
- Sabun dan hidroksida larut, tapi karbonat tidak larut.
- Bagian tidak larut disaring dengan kertas saring yang sudah ditimbang.
- Oven kertas saring dan residu pada suhu 105°C -110°C 30 menit.
- Masukkan dalam desikator lalu timbang.

4.6 Penentuan Minyak/Logam Pelikan


- Timbang 0,1 - 0,2 gram contoh sabun, masukkan dalam tabung reaksi.
- Larutkan dengan 2 ml KOH alkohol 0,5 N.
- Larutan yang terjadi diencerkan dengan air aquades.
- Encerkan berturut-turut dengan air suling ± 5 kali.
- Adanya logam pelikan, menunjukkan kejenuhan pada setiap pengenceran dengan tidak
adanya kekeruhan (jernih) logam pelikan negatif.

V. Data Pengamatan
5.1 Penetapan Uji Kualitatif
Sabun dalam tabung reaksi yang sudah ditambah alcohol netral dan indikator PP menghasilkan
larutan yang tidak berwarna. Hal ini menandakan bahwa sabun sudah berada dalam kondisi
Asam Lemak Bebas.

5.2 Penetapan Asam Lemak Bebas


Berat contoh Sabun 1 : 2,5195 gram
Berat contoh Sabun 2 : 2,5704
mL titrasi 1 : 0,7 ml
mL titrasi 2 : 0,7 ml
Perhitungan:

𝑉𝑡𝑖𝑡 × 𝑁 𝐾𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘


𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 1 = × 100%
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,7 × 0,1 × 200


𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 1 = × 100%
2,519,5
= 0,555%

0,7 × 0,1 × 200


𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 2 = × 100%
2570,4
= 0,5446 %

0,555 + 0,5446
𝐴𝑆𝐴𝑀 𝐿𝐸𝑀𝐴𝐾 𝐵𝐸𝐵𝐴𝑆 = = 0,5495 %
2

5.3 Penetapan Kadar Air


Berat Sebelum : 1,5692 gram
Berat Sesudah : 1,4449 gram
Perhitungan:

𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 − 𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ
% 𝑎𝑖𝑟 = × 100%
𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚

1,5692 − 1,4449
% 𝑎𝑖𝑟 = × 100%
1,5692

= 0,079 %

5.4 Penetapan Alkali Total


Berat contoh Sabun 1 : 722 mg
Berat contoh Sabun 2 : 762 mg
mL titrasi 1 : 5,7 ml
mL titrasi 2 : 5,4 ml

Perhitungan :
𝑉𝑡𝑖𝑡 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐴𝑇1 = 𝑥 100
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

5,7 × 0,5 × 40
𝐴𝑇1 = × 100%
722
= 15,789 %
𝑉𝑡𝑖𝑡 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐴𝑇2 = 𝑥 100
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
5,4 × 0,5 × 40
𝐴𝑇2 = × 100%
762,2
=14,169 %

15,789 + 14,169
𝐴𝑇 = = 14,979 %
2

5.5 Penetapan Alkali Terikat


- Alkali terikat : 14,979%
Penetapan Asam Lemak Terikat
14,979
- Asam lemak terikat = 40 × 200 = 74,895%

Penetapan Asam Lemak Total


- Asam lemak total = 0,5495% + 74,895% = 75,44%

5.6 Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)


Berat contoh Sabun : 1,5172 gram
Berat kertas awal : 0,5133 gram
Berat kertas akhir : 0,5600 gram

Perhitungan :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙


𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,5600 − 0,5133
𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 = × 100%
1,5172
= 4,67 %
5.7 Penentuan Minyak/Logam Pelikan

(Gambar 5.6.1)
Pada gambar 5.6.1 di ketahui bahwa :
- Tabung reaksi 1 : keruh
- Tabung reaksi 2 = jernih
- Tabung reaksi 3 = jernih
- Tabung reaksi 4 = jernih
- Tabung reaksi 5 = jernih
- Tabung reaksi 6 = jernih

• Lemak nitrat tak tersabunkan = 0,0%


• 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑙𝑎𝑢𝑟𝑎𝑡 = ALB + Alkali total + Asam lemak total +
kadar air + filler = 0,3145 + 75,44 + 14,979 + 0,079 + 4,67= 95,482 %

VI. Diskusi
a. Penetapan Uji Kualitatif
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kualitatif untuk menentukan apakah contoh
sabun uji mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas. Setelah diuji, ternyata sabun yang
praktikkan uji mengandung asam lemak bebas karena hasil larutan setelah ditambahkan
alcohol netral dan Indikator PP tetap tak berwarna/ jernih.
b. Asam lemak bebas
Setelah dilakukannya uji kualitatif, praktikkan selanjutnya melakukan uji asam lemak
bebas pada contoh uji sabun. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar asam
lemak bebas di dalam sabun yang tidak tersabunkan pada saat pembuatan sabun.
Pada pengujian asam lemak bebas ini akan dilakukan dengan cara titrasi alkalimetri
dengan larutan KOH alcohol 0,5000N. Pertama tama timbang teliti terlebih dahulu sabun uji
sebanyak 2-3 gram dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. Disini kita akan melakukan
titrasi secara duplo, sehingga penimbangan pula dilakukan sebanyak dua kali. Setelah itu
tambahkan alcohol netral 25 ml dan masukkan pula batu didih untuk direfluks selama 15-30
menit.
Setelah diangkat, lakukan pendinginan hingga Erlenmeyer dapat dipegang oleh tangan dan
bubuti indikator PP sebanyak 1-2 tetes. Setelah itu titar dengan larutan KOH alcohol 0,1000N
sampai berwarna merah muda. Hasil dari asam lemak bebas yaitu 21,31%. Hal ini berarti
sabun diduga mempunyai kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi dan diperlukan sekitar
23-24 ml titrasi untuk merubah warna sabun menjadi merah muda.
c. Uji kadar Air
Pada praktikum kali ini mengenai penentuan kadar air yang terdapat pada contoh uji
sabun. Tujuan dilakukan praktik ini untuk mengetahui jumlah air yang terdapat pada contoh
uji sabun. Mula-mula timbang kertas saring, lalu contoh uji sabun di timbang dan diapatkan
bobot dari sabun awal,dan kertas saring kosong. Setelah itu oven selama 1 jam dan
dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit agar didapatkan berat yang tepat dari
contoh uji sabun. Setelah itu lakukan penimbangan akhir.
Didapatkan hasil bahwa contoh uji sabun beranya sebesar 1,2953 gram dan setelah
dilakukan pengovenan lalu masuk dalam desikator agar didapatkan berat yang tepat, terjadi
perubahan pada berat sbun menjadi 1,2069 gram. Sehingga didapatkan hasil dari pengujian
kadar air bahwa kandungan air yang terdpat pada contoh uji sabun sebanyak 6,28%.
d. Uji alkali total
Pada praktikum kali ini mengenai penetapan alkali total yang terdapat pada contoh uji
sabun. Tujuan dilakukan praktikum ini untuk menenukan kadar alkali total yang terdapat pada
contoh uji sabun dari jumlah asam lemak bebas dan alkali terikat. Pada pengujian ini contoh
sabun akan dilarutkan dalam 50 ml air suling yang telah dipanaskan sehingga sabun akan larut.
Setelah itu teteskan indikator MO sebanyak 2-3 tetes dan lakukan titrasi dengan HCl 0,5000N
hingga berwarna jingga muda.
Pada saat melakukan titrasi secara duplo, didapatkan hasil yang jauh dari data yang
seharusnya minimal 5%. Hasil yang praktikkan dapatkan adalah 0,10%. Setelah itu dilakukan
percobaan ulang atau sampel ke 3 dan didapatkan hasil alkali total rata-rata 2,27%. Hal ini
dapat terjadi karena pada perhitungan BE yang dimasukkan adalah BE HCl bukan BE NaOH.
Setelah dilakukan perhitungan ulang, maka didapatkan hasil yang tetap kurang dari 5%.
e. Penetapan Kadar Zat Pemberat
Pada praktikum kali ini mengenai penetapan kadar zat pemberat memiliki tujuan untuk
menentukan kadar zat pemberat yang terdapat dalam contoh uji sabun dengan dilakukan
penyaringan secara kuantitatif. Contoh uji ditimbang teliti 1-2 gram dan masukkan kedalam
Erlenmeyer 250 ml. Setelah itu dilarutkan dengan 50 ml alcohol 95% dan refluks selama 15
menit. Sabun dan hidroksida alkali akan larut sedangkan karbonat tidak akan larut. Bagian
yang tidak larut itu disaring dengan kertas saring yang sudah ditimbang dan masukkan pada
oven pada suhu 105 °C – 110 °C selama 30 menit dan masukkan kedalam desikator selama
15 menit lalu timbang bobot akhir. Hasil akhir filler yang didapatkan yaitu 24,1%.
Pada percobaan kali ini praktikan menyimpulkan pada saat dimasukkan ke oven, suhu
tidak dipantau sehingga dapat menyebabkan hasil yang terlalu besar. Dapat terjadi pula karena
kurang lamanya proses penyerapan air di desikator. Sabun uji yang didapat pula terlalu banyak
mengandung filler sehingga proses penyaringan terlalu lama.
f. Penentuan minyak/logam pelican
Pada praktikum kali ini mengenai penetapan minyak/logam pelican dalam sabun. Tujuan
dilakukan praktikum inni untuk menentukan adanya logam pelican dalam sabun. Logam
pelican sendiri merupakan minyak mineral atau zat yang tidak bisa disabunkan seperti minyak
tanah. Kali ini penetapan kadar logam pelican dalam sabun hanya dilakukan secara kualitatif
saja dengan menganalisa perubahan kejernihan larutan.
g. Contoh uji sabun yg sudah ditimbang 0,12 gram dilarutkan dalam KOH alcohol
0,5N sebanyak 2ml lalu diencerkan Kembali sebanyak 5 kali dan dilakukan
pengujian kualitatif. Setelah melakukan pengujian dan diamati bahwa contoh uji
negative logam pelican karena perubahan yang terjadi merupakan setiap
pengenceran semakin jernih hasilnya.
VII. Kesimpulan
• Uji kualitatif : sabun uji mengandung asam lemak bebas.
• Penetapan asam lemak bebas : hasil rata-rata asam lemak bebas sebesar 0,5495 %
• Penetapan kadar air : kadar air yang terkandung sebesar 0,079 %
• Penetapan alkali total : 14,979 %
• Penetapan alkali terikat : 14,979%
• Asam lemak terikat : 74,895%
• Asam lemak total : 75,44%
• Penetapan filler : 4,67 %
• Logam pelican : negative
• Lemak nitrat tak tersabunkan : 0,00%
• Asam lemak bebas sebagai asam laurat : 95,482 %
• Contoh uji sabun merupakan golongan T6
• Contoh uji bukan sabun mandi

VIII. Daftar Pustaka

Ardhista Shabrina Fitri1, Y. A. (April 2020). Analisis Angka Asam pada Minyak Goreng dan
Minyak Zaitun. SAINTEKS Volume 16 No 2, Oktober 2019, (115 – 119.
Haeria Doloking, Mukhriani, M.Rusdi, Silmi Rafi’ah, Fadhilah Fitriana.
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA FRAKSI MINYAK ZAITUN.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.

Rahayu, Hariyanti. Sri Iriani. Juju Juhana. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Pembantu Tekstil.
Bandung.
Hidayat, Dhanny Eyckan. 2018. Laporan Praktikum Zat Pembantu Tekstil Analisa Sabun. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai