KANKER PAYUDARA
A. Definisi
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetik DNA seluler (Smeltzer, 2002: 317). Menurut Sabiston (1995: 385) kanker payudara
adalah neoplasma spesifik tempat yang terlazim pada wanita dan merupakan sebab utama
kematian akibat kanker dalam wanita berusia 40-44 tahun. Kanker payudara adalah neoplasma
ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase (FKUI, 1995: 356).
Kanker payudara dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan TNM (Tumor, Nodus,
Metastasis). Pentahapan tersebut mencakup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan
pada keluasan penyakit. Tahap kanker payudara yaitu:
Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap 1 T1 N0 M0
Tahap II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Tahap II B T2 N1 M0
T3 N1 M0
Tahap III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Tahap III B T4 Sembarang N M0
Sembarang T N3 M0
Tahap IV Sembarang T Sembarang N M1
E. Pathways
Mutasi DNA
Penurunan
Efek anestesi Mastektomi Kanker Payudara
kesadaran
a. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan, intervensi pembedahan dan terapi
MK.V
yang akan datang. SINDROM
DISUSE
b. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk test diagnostik,
Sumber : Dikembangkan dari Smeltzer S.C; Bare B.G (2002) & Tambunan.G.W (1995)
c. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien
dan orang terdekat.
d. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
e. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
f. Diskusikan/ jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.
2. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan (Doenges, 2000: 903).
Dapat dihubungkan dengan:
a. Kurangnya pemajanan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
b. Tidak akrab dengan sumber informasi.
Hasil yang diharapkan:
a. Mengutarakan pemahaman proses penyakit/ proses praoperasi dan harapan pasca
operasi.
b. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
c. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pemahaman pasien.
b. Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
c. Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
d. Melaksanakan program pengajaran praoperasi individual.
e. Sediakan kesempatan untuk melatih batuk nafas dalam dan latihan otot.
f. Informasikan pasien/ orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasikan
dokter/ orang terdekat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Doenges, 2000: 1006)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
b. Konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, misal: anoreksia, iritasi lambung,
penyimpangan rasa, mual.
c. Distress emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk.
Hasil yang diharapkan:
a. Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan BB progresif kearah tujuan dengan
normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan/ peningkatan
masukan diit.
Intervensi:
a. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang
makanan sesuai indikasi.
b. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep. Timbang BB tiap hari.
c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat.
d. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan sedang
sebelum makan.
f. Identifikasi pasien yang mengalami mual/ muntah yang diantisipasi.
g. Pasang/ pertahankan selang NG/ pemberian makan untuk makanan enteral atau jalur
sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila diindikasikan.
4. Nyeri (akut) (Doenges, 2000: 755)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Hasil yang diharapkan:
a. Mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan.
b. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas. Perhatikan petunjuk
verbal dan non verbal.
b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal.
c. Bantu pasien menemukan posisi nyaman.
d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, dorong ambulasi dini dan penggunaan teknik
relaksasi bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik.
e. Tekan/ sokong dada untuk latihan batuk/ nafas dalam.
f. Berikan obat nyeri yang cepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat/ sebelum
aktivitas.
5. Keletihan (Doenges,2000:1009)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik).
b. Kebutuhan psikologik/ emosional berlebihan.
c. Perubahan kimia tubuh.
Hasil yang diharapkan:
a. Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
b. Melakukan AKS dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuan.
Intervensi:
a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas
periodik bila pasien mempunyai energi paling banyak.
b. Buat tujuan aktivitas realistik dengan pasien.
c. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misal: mandi. Tingkatkan
tingkat aktivitas sesuai kemampuan.
d. Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas misal: perubahan tekanan darah dan
pernafasan.
e. Dorong masukan nutrisi.
f. Berikan O2 suplemen sesuai indikasi.
g. Rujuk pada terapi fisik/ okupasi.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat
pembedahan (Carpenito, L.J., 2001: 204).
Kriteria hasil:
a. Memperlihatkan teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.
b. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
c. Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi:
a. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial.
b. Kurangi organisme yang masuk kedalam individu.
c. Lindungi individu yang mengalami defisit imun dari infeksi.
d. Kurangi kerentangan individu terhadap infeksi.
e. Amati terhadap manifestasi klinis infeksi.
f. Instruksikan individu dan keluarga mengenai penyebab, risiko dan kekuatan penularan
dari infeksi.
7. Sindrom disuse berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal (Carpenito, L.J., 2001: 107)
Kriteria hasil:
a. Integritas kulit/ jaringan utuh.
b. Fungsi paru-paru maksimum.
c. Aliran darah perifer maksimum.
d. Rentang gerak, batasan gerak sempurna.
Intervensi:
a. Bantu untuk mengubah posisi, membalik dengan sering dari satu sisi ke sisi lain.
b. Cegah ilkus karena tekanan.
c. Jangan masase area yang kemerahan.
d. Lakukan latihan rentang gerak.
e. Posisi individu dalam kelurusan untuk mencegah komplikasi.
f. Berikan penopang beban berat bila mungkin.
g. Tinggikan ekstremitas diatas letak jantung.
Daftar pustaka :
Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : FKUI.
Carpenito,Lynda jual, 2006, Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC