Anda di halaman 1dari 103

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA


PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK DI SMK
NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2020/2021

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:
Sri Wahyuningsih, S.Si
NIP. -

SMK NEGERI 1 BOYOLALI


BOYOLALI
2021
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK DI SMK
NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Disusun Oleh:
Sri Wahyuningsih, S.Si
NIP. -

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SMK NEGERI 1 BOYOLALI


BOYOLALI
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama :Sri Wahyuningsih, S.Si


NIP :-
Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM BIOTIK
DAN ABIOTIK DI SMK NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Boyolali, Februari 2021

Kepala SMK N 1 Boyolali Peneliti

Heryanto, S.Pt. MM Sri Wahyuningsih S.Si


NIP. 196301301985031005 NIP. -

iii
MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


(QS. Al Insyinron : 5)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)

"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua."


(Aristoteles)

"Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah."
(Kahlil Gibran)

“Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berpikir”

“Hidup adalah pelajaran tentang kerendahan hati”

“Pengalaman dan kegagalan akan membuat orang menjadi lebih bijak”

“Rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan belajar dari kegagalan”

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Penelitian ini peneliti persembahan kepada:


• Tuhan Yang Maha Esa
Ya Allah, Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi
takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta
pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Kubersujuddihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa
sampai Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah
• Orang Tua
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang
kalian impikandidiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas
dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh
kehangatan nanti.
• Murid-murid ku kelas X OTKP 1 di SMK Negeri 1 Boyolali

v
ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM
BIOTIK DAN ABIOTIK DI SMK NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2020/2021.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas X pada kompetensi keahlian OTKP di SMK Negeri 1 Boyolali
Tahun Pelajaran 2020/2021 dengan menerapkan model pembelajaran Discovery
Learning dalam mata pelajaran Fisika.Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus penelitian,
dimana pada setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X OTKP 1 sejumlah 36 siswa.
Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah
dengan observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Validitas data
menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Prosedur
penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa, diketahui
pada siklus I siswa yang dinyatakan aktif sejumlah 19 siswa atau 53% dan
meningkat 28% pada siklus II menjadi 29 siswa atau 81% siswa dinyatakan aktif.
Hasil belajar siswa dalam ranah kognitif meningkat dari kondisi awal terhitung
hanya 15 siswa atau 42% meningkat sebanyak 14% pada siklus I menjadi 20
siswa atau 56% dan meningkat sebanyak 33% pada siklus II menjadi 32 siswa
atau 89%. Sehingga dapat disimpulkan setelah dilakukan penelitian terdapat
peningkatan sebanyak 47% pada kelulusan siswa dalam aspek kognitif.Rata-rata
hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pra-siklus rata-rata kelas
mencapai 61.25 meningkat sebanyak 8.06 di siklus I menjadi 69.31 dan
meningkat 9.03 di siklus II menjadi 78.33. Sehingga dapat disimpulkan setelah
dilakukan penelitian terdapat peningkatan nilai sebanyak 17.08 pada aspek
kognitif siswa.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Kompetensi Keahlian
OTKP 1 pada mata pelajaran Fisika di SMK Negeri 1 Boyolali.

Kata Kunci:Discovery Learning, Keaktifan, Hasil Belajar, IPA

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-
Nya saya telah dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM
BIOTIK DAN ABIOTIK DI SMK NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2020/2021.
Laporan penelitian ini selain sebagai sumbangan pemikiran bagi
peningkatan mutu pembelajaran dan media tukar pengalaman diantara pemerhati
dan praktisi pendidikan, juga saya maksudkan untuk pengeajuan kenaikan jabatan.
Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada:
1. Heryanto, S,Pt, MM selaku kepala sekolah SMK N 1 Boyolali
2. Rekan guru dan peserta didik SMK N 1 Boyolali
3. Siswa kelas X OTKP 1
4. Semua pihak yang membantuterselesaikannya tulisan ini.
Saya menyadari bahwa dalam karya tulis ini tentu banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dan bimbingan sangat saya harapkan bagi
penyempurnaan hasil penelitian ini. Namun dibalik segala kekurangan, saya
mempunyai harapan bahwa hasil penelitian ini jika ditindaklanjuti secara benar
akan membawa manfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran di Sekolah
khususnya, dan mutu pendidikan pada umumnya.

Boyolali, April 2021


Penulis

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN KOVER ......................................................................................... i


HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN KEPALA SEKOLAH ....................................... iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 9
A. Tinjauan Teori................................................................................... 9
B. Penelitian yang Relevan.................................................................... 43
C. Kerangka Berfikir ............................................................................. 45
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 48
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 50
C. Data dan Sumber Data...................................................................... 50
D. Pengumpulan Data ........................................................................... 51
E. Uji Validitas Data ............................................................................. 53
F. Analisis Data .................................................................................... 55
G. Indikator Kerja Penelitian ................................................................ 56
H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 58

ix
BAB VI HASIL PENELITIAN ............................................................................. 64
A. Deskripsi Pra tindakan ...................................................................... 64
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .............................................. 69
1. Siklus I........................................................................................ 69
2. Siklus II ...................................................................................... 75
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ...................................... 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................................ 84
A. Kesimpulan....................................................................................... 84
B. Implikasi ........................................................................................... 85
C. Saran ................................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 89
LAMPIRAN............ .................................................................................................. 92

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Aktivitas dan hasil belajar.................................................................................... 33
3.1 Jadwal penelitian .............................................................................................. 49
3.2 Indikator kinerja penelitian .................................................................................. 57
4.1 Daftar nilai pengetahuan pra-siklus penelitian .................................................... 66
4.2 Daftar nilai keterampilan pra-siklus penelitian................................................ .... 68
4.3 Daftar nilai di siklus 1............................................ .............................................. 71
4.4 Data keaktifan siswa pada siklus I ....................................................................... 72
4.5 Daftar nilai siklus 2 penelitian ............................................................................. 76
4.6 Data keaktifan siswa pada siklus II...................................................................... 78
4.7 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pra-siklus tindakan sampai Siklus II.... 80

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Skema kerangka pemikiran .................................................................................. 47
3.1 Prosedur penelitian .............................................................................................. 59
4.1 Grafik kelulusan siswa ......................................................................................... 81
4.2 Grafik rata-rata nilai kelas ................................................................................... 82
4.3 Perbandingan Keaktifan Siswa pada Pra-siklus sampai Siklus II........................ 83

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Struktur Kurikulum ............................................................................. 93
Lampiran 2 Silabus ................................................................................................. 94
Lampiran 3 RPP ...................................................................................................... 112
Lampiran 4 Data Nilai Pra Siklus Penelitian ........................................................... 124
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ........................................................................... 126
Lampiran 6 Agenda Mengajar ................................................................................. 127
Lampiran 7 Presensi Siswa ...................................................................................... 128
Lampiran 8 Format Lembar Penilaian Guru Siklus 1 .............................................. 129
Lampiran 9 Format Lembar Penilaian Guru Siklus 2 .............................................. 131
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Evaluasi Pembelajaran ................................................ 133
Lampiran 11 Soal Evaluasi Pembelajaran ............................................................... 135
Lampiran 12 Kunci Jawaban .................................................................................. 139
Lampiran 13 Norma Penilaian ................................................................................ 140
Lampiran 14 Lembar Keaktifan siswa siklus 1 ...................................................... 141
Lampiran 15 Lembar Keaktifan siswa siklus 2 ...................................................... 142
Lampiran 16 Nilai Prasiklus pengetahuan .............................................................. 143
Lampiran 17 Nilai Prasiklus Keterampilan ............................................................ 144
Lampiran 18 Nilai Siklus 1 pengetahuan ................................................................ 145
Lampiran 19 Nilai Siklus 2 pengetahuan ................................................................ 146

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan

dana yang cukup besar. Dewasa ini semua elemen dalam pendidikan menyadari

akan arti pentingnya pendidikan di masa depan. Tuntutan zaman di abad 21

memerlukan berbagai adaptasi terutama berkaitan dengan peningkatan Sumber

Daya Manusia. Dengan demikian pendidikan maupun bidang pendidikan

memegang peranan penting untuk mempersiapkan SDM yang mampu bersaing di

era global. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter

sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.

Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan

yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan

sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama

sekolah, oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan
1
2

pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak

terpisahkan.

Kemajuan dunia pendidikan dari tahun ke tahun menuntut banyak

perubahan dan perkembangan disetiap lininya. Oleh karena itu diperlukan inovasi-

inovasi baru dalam perangkat pendidikan untuk mendukung perubahan tersebut.

Diantara perangkat yang ada kurikulum adalah perangkat yang paling utama,

karena menyangkut rancangan perubahan yang mendasar di dalam pelaksanaan

pendidikan. Ujicoba perubahan kurikulum pun terus dilakukan, termasuk pada

perubahan kurikulum. Nasution (2006:5) Kurikulum adalah suatu rencana yang

disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar dibawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Perubahan kurikulum di sekolahan perlu disesuaikan dengan perubahan tuntutan

zaman.

Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter.

Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri

merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan

pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam

proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin

yang tinggi. Kunandar (2013:16) mengemukakan bahwa “Kurikulum 2013

bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan

hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif
3

dan afektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara dan peradaban dunia.

Perubahan kurikulum yang ada perlu disesuaikan dengan tuntutan di abad

21, yang merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sehingga menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk menguasai berbagai

bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah

dari berbagai permasalahan yang semakin meningkat. Dengan kata lain, berbagai

keterampilan dalam bingkai ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu dikuasai

oleh sumber daya manusia (SDM), menjadi kata kunci bagi sebuah bangsa untuk

turut serta dalam percaturan dunia.

SMK Negeri 1 Boyolali adalah salah satu sekolah sasaran yang diwajibkan

untuk menerapkan kurikulum 2013. Dalam perkembangannya kurikulum 2013

lebih menekankan pada bagaimana membentuk karakter siswa dalam

mengembangkan pembelajaran. Disini guru diposisikan sebagai fasilitator yang

memonitoring perkembangan anak didiknya. Namun disini Guru sebagai fasilitator

tidak berhenti hanya menyediakan tempat belajar namun juga menyediakan

berbagai variasi pembelajaran yang cocok agar siswa dapat mengembangkan

pembelajaran secara maksimal.

Berdasarkan observasi yang dilakuakan di kelas X OTKP 1 pada saat

pembelajaran IPA terdapat beberapa permasalahan yang harus di perhatikan yaitu

siswa cenderung kurang kreatif dan hanya berpedoman pada buku pembelajaran,

sewaktu guru memberikan tugas diluar buku pembelajaran siswa menjadi kesulitan.

Keaktifan siswa dalam kelas juga masih kurang, kegiatan berkelompok tidak
4

berjalan dengan baik. Dari hasil wawancara dengan guru pengajar juga diketahui,

bahwa kondisi kelas memang cukup sulit untuk dikendalikan, hal ini mungkin

disebabkan karena kondisi peserta didik yang homogen yaitu seluruh peserta didik

adalah perempuan.

Terdapat berbagai macam model atau metode pembelajaran yang bisa dipilh

seorang guru. Model atau metode pembelajaran adalah baik adanya, semua

tergantung pada materi pembelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa.

Disinilah peran guru sebagai fasilitator dapat memberikan model pembelajaran

yang tepat di dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam

variasi model pembelajaran yang cocok serta mengarah pada kurikulum yang ada.

Penggunaan Metode atau model pembelajaran yang tepat ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan karakter anak dalam menyikapi pembelajaran yang ada,

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Mengatasi masalah yang sudah diketahui di awal observasi, diperlukan

model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar IPA pada kelas X OTKP 1. Salah satu model pembelajaran yang mampu

mengaktifkan siswa adalah model discovery learning. Model discovery learning

adalah memahami konsep, arti, hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya

sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43).

Model ini mendorong peserta didik untuk menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang

sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi

atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan zaman, tempat, dan waktu ia
5

hidup. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif

mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu,

pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta

didik untuk mengonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya (Hosnan, 2014:

282). Pada pengaplikasian model discovery learning guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif,

sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005: 145).

Peneliti berasumsi dengan mengaplikasikan metode discovery learning

secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu

yang bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi

belajar pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher

oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima

informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan

informasi sendiri.

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka dalam

penelitian ini peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI GEJALA ALAM

BIOTIK DAN ABIOTIK DI SMK NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN

PELAJARAN 2020/2021”
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat

mengemukakan

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Discovery learning dapat

meningkatkan keaktifan siswa kelas X Kompetensi Keahlian OTKP 1 di SMK

Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Kompetensi Keahlian OTKP 1 di

SMK Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi

guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencoba

model–model pembelajaran yang lebih inovatif.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswa kelas X Kompetensi Keahlian OTKP 1 di SMK Negeri

1 Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021 dengan menerapkan model

pembelajaran Discovery learning dalam mata pelajaran IPA. Selain

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, penelitian ini juga bertujuan
7

untuk mengembangkan kreativitas pola berpikir siswa dalam menghadapi

permasalahan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara

lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya

pada cara guru untuk menganalisa keaktifan dan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran.

b. Memberikan wawasan ilmu tentang model pembelajaran Discovery

Learning

c. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada

kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

Membantu peserta didik dalam meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar peserta didik dalam mata pelajaran Fisika melalui model

pembelajaran Discovery Learning.

b. Bagi guru

Sebagai acuan untuk dapat mengenal peserta didik dalam

menghadapi permasalahan pembelajaran terutama dalam hal keaktifan

dan hasil belajar. Selain itu, juga menambah pengetahuan guru tentang
8

efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Discovery Learning dalam

mata pelajaran Fisika.

c. Bagi kepala sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

positif pada sekolah terkhusus pada perbaikan proses pembelajaran dan

hasil belajar.

d. Bagi peneliti

Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah terima di bangku

pendidikan khususnya pada kompetensi keahlian Multimedia, serta untuk

membekali peneliti sebagai guru untuk mengenali permasalahan yang

terjadi dalam proses pembelajaran dan cara mengatasinya.


9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri seseorang dari

tidak tahu menjadi tahu. Belajar merupakan sebuah upaya untuk mencapai

peradaban yang lebih baik dengan berbagai usaha, seperti yang

dikemukakan oleh Suyono (2011: 165) belajar adalah suatu upaya

pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kepribadian, baik fisik

maupun psikis. Tujuan akhir dari belajar adalah pengembangan seluruh

aspek intelegensi sehingga anak didik menjadi manusia yang utuh, cerdas

secara intelegensi, cerdas secara emosional, cerdas secara psikomotor, dan

memiliki keterampilan yang berguna untuk kehidupannya.

Belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) yang dikutip oleh Sugihartono dkk

(2013: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen

karena adanya pengalaman. Selanjutnya Reber yang dikutip oleh

Sugihartono dkk (2013: 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian.

Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,

9
10

belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng

sebagai latihan yang diperkuat.

Mukhtar (2015: 8) menyatakan bahwa pengertian belajar secara

psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam

aspek tingkah laku. Slameto (2010: 2) juga berpendapat bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengubah

perilaku secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri,

dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan belajar seseorang

individu akan mengerti bagaimana mengubah diri menjadi lebih baik untuk

kemajuan bangsa serta negara, dalam perubahan itu mencakup berbagai hal,

seperti yang dikemukakan oleh Dalyono (2007: 49) belajar adalah suatu

usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri

seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Belajar dapat dilakukan oleh

setiap manusia, baik orang dewasa, remaja, anak-anak maupun orang tua,

dan belajar akan berlangsung seumur hidup.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan syarat untuk bisa melakukan segala hal, baik dalam bidang ilmu

pengetahuan maupun keterampilan. Belajar dapat dilakukan dengan

keinginan sendiri atau keinginan orang lain, dan dengan dorongan orang

lain. Belajar juga merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan
11

setiap manusia untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu yang

berguna untuk kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial individu

tersebut agar menjadi lebih baik.

Adapun beberapa tahapan dalam belajar menurut Witting (dalam jihad dan

Haris 2003:1-2), yaitu :

1) Tahapan acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;

2) Tahapan storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

3) Tahapan retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi;

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses yang dialami peserta didik, proses pembelajaran dapat dialami

peserta didik dimana saja dan memiliki tujuan untuk perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan (Skill).

b. Pembelajaran

Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk

memberikan wawasan kepada individu maupun kelompok untuk mencapai

tujuan yang telah di rencanakan. Pembelajaran merupakan suatu proses

yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu, belajar tertuju kepada apa yang

harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus

dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran adalah suatu kegiatan belajar

mengajar yang didalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan

siswa dengan menggunakan segala potensi dan sumber yang ada untuk

menciptakan kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan.


12

Usman dalam (Jihad dan Haris, 2012: 12) pembelajaran adalah inti

dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama, yang merupakan proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Wragg dalam (Jihad dan Haris, 2012: 12), pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang

bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup

serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian di atas bahwa proses pembelajaran bukan

sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses

kegiatan, yaitu terjadi interkasi antara guru dengan siswa serta antara siswa

dengan siswa. Pembelajaran hendaknya tidak menganut paradigma transfer

of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan objek dari

belajar.

Tapi upaya untuk membelajarkan siswa ditandai dengan kegiatan

memilih, menetapkan, mengembangkan model untuk mencapai hasil

pembelajaran yang diinginkan pemilihan, penetapan, dan pengembangan

metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Maka dari itu

pembelajaran memilki hakekat perencanaan atau perancangan sebagai

upaya untuk membelajarkan siswa itulah sebabnya dalam belajar siswa

tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi

berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai


13

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran

menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan apa

yang dipelajari siswa dan dipahami siswa.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran

pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga

merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan

ketrampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien

(Dimyati 2006:18). Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu

menciptakan suasana yang kondusif dan strategi belajar yang menarik minat

siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

c. Faktor Pengaruh Belajar

Belajar sebagai sebuah proses dipengaruhi oleh beberapa unsur yang

mendasar, Dimiyanti dan Mudjiono (2006:97-101) menjelaskan unsur-

unsur yang dapat memperngaruhi motivasi belajar antara lain:


14

1) Cita-cita atau aspirasi siswa, cita-cita akan memperkuat motivasi

intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan

mewujudkan aktualisasi diri.

2) Kemampuan siswa, keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan

kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan

memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas

perkembangan.

3) Kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi

motivasi belajar.

4) Kondisi lingkungan siswa, dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan bermasyarakat.

Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, indah, maka semangat

dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, siswa memiliki

perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami

perubahan berkat pengalaman hidup dalam lingkungan. Kesemuanya

itulah yang mendinamiskan motivasi belajar.

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa, upaya ini terjadi di sekolah

dan diluar sekolah.

Motivasi belajar menurut Iskandar (2012:188-189) dapat dibedakan

menjadi dua yaitu :


15

1) Motivasi internal (Intrinsic Motivation), daya dorongan dari dalam diri

seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan

2) Motivasi Eksternal (Ekstrinsik Motivation), daya dorong dari luar diri

seorang siswa (peserta didik), berhubungan dengan kegiatan belajarnya

sendiri

Dari pembahasan di atas sehingga dapat di tentukan bahwa faktor

yang mempengaruhi proses belajar menurut Baharudin dan Wahyuni

(2010:19-26) dapat dikelompokan menjadi dua bagian diantaranya :

1) Faktor Internal atau faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu

sendiri, yang mendorong dirinya untuk terus mengalami perkembangan.

Dapat di spesifikan dalam cita-cita atau aspirasi dan kemampuan siswa

dan dapat di spesifikan dalam unsur dinamis dalam belajar.

2) Faktor Eksternal atau faktor yang berasal dari luar atau lingkungan

peserta didik itu sendiri, yang secara tidak langsung akan dapat

membentuk pola berfikir peserta didik. Dapat di spesifikan dalam

kondisi siswa, dan kondisi lingkungan dan upaya guru dalam

membelajarkan siswa.

Motivasi belajar adalah hal yang penting bagi peserta didik, karena bukan

hanya berasal dari dalam diri peserta didik saja tetapi juga berasal dari luar

dan juga diperlukan pendukung motivasi tersebut untuk memberikan

kekuatan pendorong bagi siswa untuk terus berusaha didalam proses

pembelajaran yang mereka alami.


16

d. Prinsip-prinsip belajar

Pada hakikatnya untuk melengkapi dan untuk lebih memaknai arti

dari belajar, dapat dikemukakan prinsip-prinsip belajar, Sadirman (2011:

24-25) dikutip dari Mukhtar (2015: 10) menjelaskan prinsip-prinsip belajar

sebagai berikut.

1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan

kelakukaannya.

2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para

pembelajar.

3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi

dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation.

4) Dalam banyak hal, belajar merupakan merupakan proses percobaan

(dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan.

5) Kemampuan belajar seorang pembelajar harus diperhitungkan dalam

rangka menentukan isi pelajaran.

6) Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara yakni:

a) Diajar secara langsung.

b) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung.

c) Pengenalan dan/atau peniru.

Setelah melihat prinsip-prinsip belajar dari berbagai pendapat

tersebut prinsip belajar tidak lepas dari persiapan belajar, proses dalam

belajar dan setelah pembelajaran. Dalam persiapan belajar perlu adanya

keinginan serta potensi dari masing-masing individu agar merasa siap untuk
17

belajar. Dalam proses belajar, motivasi, minat dan bakat sangat diperlukan

agar proses belajar menjadi hal yang menyenangkan. Sedangkan setelah

belajar perlu diberikan sebuah evaluasi untuk mengukur sejauh mana proses

belajar dapat diterapkan dalam kehidupan.

e. Bahan Belajar

Menurut Nasional Center for Competency Based Training bahan

ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang

dimaksud bisa berupa tertulis maupun tak tertulis. Prastowo (2012:16)

mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun

secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta

lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.

Dimiyanti dan Mudjiono (2006:33) menjelaskan bahwa bahan belajar dapat

berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa

pengetahuan, perilaku, nilai, dan metode perolehan. Belajar dapat dilakukan

dinama saja dan kapan saja sehingga bahan belajarpun dapat diperoleh

dimana kita berada dan disegala kondisi yang ada.

Prastowo (2012:17) menjelaskan bahan ajar merupakan segala

bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis,

yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta

didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.


18

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

bahan ajar adalah segala sesuatu yang memang sengaja diciptakan dan

digunakan oleh instruktur atau guru dalam proses belajar mengajar untuk

membantu peserta didik menerima pelajaran yang dia berikan.

f. Media Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari

pengunaan media pembelajaran. Media pembelajaran sangatlah dibutuhkan

untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Anitah (2013:5)

mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah setiap orang, bahan,

alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan

pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.” Dewasa

ini media pembelajaran terus menerus berkembang seiring dengan

kemajuan zaman, hal ini tentu saja akan mendukung kemajuan bidang

pendidikan. Dengan adanya kemajuan di media pembelajaran, Proses

pembelajaranpun akan semakin maksimal. Selain hal tersebut media

pembelajaran juga mempengaruhi ketertarikan siswa pada proses

pembelajaran.

Dimiyanti dan Mudjiono (2006:33) mengemukakan bahwa “guru

dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan

sumber belajar, pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan

belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.” Media

pembelajaran memang hal pokok yang dapat membantu proses

pembelajaran, namun sekali lagi bahwa guru memegang peranan yang


19

penting dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat. Anitah (2013:92)

mengemukakan bahwa tiap media itu memiliki kelebihan dan kelemahan

dalam hal jenis pesan yang direkam dan ditampilkan. Memilih media

merupakan tugas yang kompleks, mempertimbangkan banyak media yang

tersedia, variasi pembelajaran, dan tujuan yang ditetapkan.

g. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain-lain. Joyce dalam Trianto (2007:5) menyatakan bahwa

setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain

pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

Soekamto dalam Trianto (2007:5) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas

belajar mengajar.

Bell dalam Siswono (2008:58) menjelaskan bahwa suatu model

pembelajaran adalah suatu perumusan proses pembelajaran yang dapat

digunakan untuk topik-topik berbeda dalam bermacam-macam materi


20

pokok. Setiap model diarahkan untuk membantu siswa mencapai tujuan

pembelajaran. Joice dan Weil dalam Siswono (2008:58) mengemukakan

lima unsur penting yang menggambarkan suatu model pembelajaran, yaitu:

(1) Sintaks, yakni suatu urutan pembelajaran yang biasa disebut fase. (2)

Sistem sosial, yaitu peran siswa dan guru, serta norma yang diperlukan. (3)

Prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru tentang cara

memandang dan merespons apa yang dilakukan siswa. (4) Sistem

pendukung, yaitu kondisi atau syarat yang diperlukan untuk terlaksananya

suatu model, seperti setting kelas, sistem instruksional. (5) Dampak

instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah hasil

belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan

yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya

yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat

terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh siswa tanpa arahan

langsung dari guru.

Model pembelajaran memiliki tujuan yaitu menciptakan suasana

belajar yang lebih kondusif, menyenangkan, serta mendorong siswa untuk

belajar aktif dan lebih mandiri. Sebelum memilih model pembelajaran

tertentu, seorang guru harus memperhatikan kondisi siswa dengan baik

termasuk juga memperhatikan karakter siswa dan ketersediaan sumber

belajar, sehingga model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dengan

efektif.
21

Berdasarkan pengertian model pembelajaran di atas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud model pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru guna menciptakan suasana belajar

yang lebih kondusif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Rusman (2011:136) menjelaskan model pembelajaran memiliki ciri-

ciri sebagai berikut: (1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari

para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh

Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang

untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. (2)

Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. (3)

Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di

kelas. (4) Memiliki bagian-bagian model yang disamakan: (a) Urutan

langkah-langkah pembelajaran (syntax). (b) Adanya prinsip-prinsip reaksi.

(c) Sistem sosial. (d) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model

pembelajaran. (5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model

pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (a) Dampak pembelajaran, yaitu

hasil belajar yang dapat diukur. (b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar

jangka panjang. (6) Memiliki persiapan mengajar (desain instruksional)

dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

g. Model Pembelajaran Discovery Learning


22

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.

1) Pengertian Discovery Learning

Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi

pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014: 97)

mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui

serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan

atau percobaan.

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282)

bahwa discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan

cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka

hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui

belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba

memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox (dalam Hosnan,

2014: 281) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan,

siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif

mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru

mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan

percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip

untuk diri mereka sendiri.


23

Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan

pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau

ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa

secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam

bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi

siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui

pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam

Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam

kehidupannya.

Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar

yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang

teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori,

siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus

discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam

Kemendikbud, 2013b: 4) mengungkapkan bahwa dalam

mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.


24

Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan

para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning

adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya

disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif

untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum

diketahuinya.

2) Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning

Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam

pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk

mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan. Hosnan (2014: 287-

288) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery learning

yakni sebagai berikut.

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan

ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan

masalah.

d) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh

kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.

e) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.

f) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis

sendiri.
25

g) Melatih siswa belajar mandiri.

h) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

Kurniasih & Sani (2014: 66-67) juga mengemukakan beberapa

kelebihan dari model discovery learning, yaitu sebagai berikut.

a) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

b) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

c) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

d) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

Menurut Marzano (dalam Hosnan, 2014: 288), selain kelebihan

yang telah diuraikan, masih ditemukan beberapa kelebihan dari model

discovery learning, yaitu sebagai berikut.

a) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry.

b) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

c) Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik.

d) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir bebas.

e) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang

lain.

Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan

dari model discovery learning yaitu (1) menyita banyak waktu karena

guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai


26

pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing, (2)

kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan (3)

tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap

model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan

tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal. Westwood

(dalam Sani, 2014: 98) mengemukakan pembelajaran dengan model

discovery akan efektif jika terjadi hal-hal berikut: (1) proses belajar

dibuat secara terstruktur dengan hati-hati, (2) siswa memiliki

pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar, (3) guru

memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan

penyelidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para

ahli, penulisa menyimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery

learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih

kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan

masalah tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dari model discovery

learning yaitu menyita banyak waktu karena mengubah cara belajar

yang biasa digunakan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir

dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur,

memfasilitasi siswa dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi

pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat berjalan optimal.

3) Langkah-langkah Model Discovery Learning


27

Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran,

terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani

(2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional model

discovery learning yaitu sebagai berikut.

a) Langkah persiapan model discovery learning

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.

3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara

induktif.

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

b) Prosedur aplikasi model discovery learning

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki

sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan,

anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah.

2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan


28

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3) Data collection (pengumpulan data)

Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan

berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

4) Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan

informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara,

observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai

pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan

mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang

perlu mendapat pembuktian secara logis.

5) Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang

ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan dihubungkan

dengan hasil pengolahan data.

6) Generalization (menarik kesimpulan)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan


29

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

h. Metode pembelajaran.

Metode menurut J.R David (dalam Majid, 2013:21) Teaching

Strategies For College Class Room (1976) ialah “a way in achieving

something”. Untuk melaksanakan strategi digunakan metode pembelajaran

tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran menjadi

unsur dalam strategi pembelajaran. Jihad dan Haris (2012:24)

mengemukakan bahwa “metode mengajar adalah cara mengajar atau cara

menyampaikan pelajaran kepada siswa yang kita ajar.” Metode digunakan

seorang pendidik untuk menciptakan suasana yang kondusif. Metode juga

dapat divariasikan dengan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang

pembelajaran yang ingin dicapai. Berikut beberapa metode pembelajaran

menurut Iskandar (2012:134-135) adalah sebagai berikut:

1) Metode Ceramah

2) Metode Demonstrasi

3) Metode Diskusi

4) Metode Tugas dan Resitasi

5) Metode Kerja Kelompok

6) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

7) Metode Sosio Drama dan Bermain Peran

8) Metode Problem Solving

9) Metode susun regu


30

10) Metode Latihan

11) Metode Karya Wisata

12) Metode Ekspositori

13) Metode Inkuiri

14) Metode Kontekstual

i. Suasana belajar

Suasana belajar merupakan sebuah kondisi yang tercipta dari

Kondisi fisik tempat belajar, kontribusi guru dan siswa, serta media yang

digunakan dalam pembelajaran. Dimiyanti dan Mudjiono (2006:35)

mengemukakan bahwa “kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alat-alat

belajar mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar.” Kondisi fisik memang

memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan kelas, namun disini juga

ada beberapa faktor pendukung dalam menciptakan suasana belajar. Seperti

yang diungkapkan Rohani (2010:147) mengemukakan bahwa “tindakan

pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka

penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar belajar mengajar

berlangsung efektif.” Suasana belajar akan menentukan efektifitas

pembelajaran yang telah dilakukan. Suasana belajar juga dapat menentukan

profesionalitas guru dalam mengelola kelas.

Untuk memaksimalkan pembelajaran memang perlu diciptakan

suasana belajar yang baik. Dalam hal ini profesionalitas guru dan peran serta

siswa dalam pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Guru menyediakan

strategi dan media yang relevan, sedangkan siswa memiliki motivasi belajar
31

yang benar. Dua hal inilah yang menjadi kunci sukse dalam menciptakan

suasana belajar yang baik.

2. Hakikat Keaktifan

Iskandar (2012:102) mengemukakan bahwa “belajar merupakan usaha

yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk

merubah perilakunya.” Usaha yang dimaksud dapat dikatakan bagaimana

peserta didik dapat aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

Sehingga disini dapat diartikan keaktifan merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang untuk mencapai sesuatu,

Hamid (2011:29) mengemukakan bahwa, “pada beberapa tahun

terakhir, filsafat pendidikan telah bergeser dari pengajaran yang berpusatkan

pada guru atau pengajaran tradisional menjadi metode yang lebih interaktif,

eksperiensial, dan melibatkan para siswa secara langsung.” Saat ini memang

keaktifan siswa menjadi salah satu aspek yang diutamakan dalam proses

pembelajaran. selain untuk merangsang siswa untuk dapat berfikir aktif juga

membentu karakter siswa untuk lebih berani dalam mengemukakan pendapat,

dan pada hasilnya adalah suasana belajar akan menjadi lebih menyenangkan.

Hamid (2011:13) dalam bukunya metode edutainment mengatakan

bahwa “Inti dari proses pendidikan di kelas adalah bagaimana para siswa

bersemangat, antusias, dan berbahagia dalam mengikuti pembelajaran di kelas,

bukan terbebani dan menjadikan pelajaran di kelas sebagai momok yang

menakutkan.” Saat suasana belajar menjadi menyenangkan secara tidak


32

langsung siswa akan tertarik dengan pembelajaran yang ada. Jihad dan Haris

(2013:20) menambahkan bahwa, Semakin baik proses pembelajaran dan

keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil

belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Jika siswa sudah menyukai proses

pembelajaran minat siswa dalam mengikuti pembelajaran akan meningkat.

Dan pada akhirnya prestasi belajarpun juga akan dapat meningkat.

Pemaparan di atas sesuai dengan pernyataan Dimyanti dan Mujiyono

(2006:45) bahwa “dalam proses belajar mengajar anak mampu

mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,

menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.” Jadi peserta didik

sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mengeksplore dirinya menjadi

pribadi yang aktif. Mc Keachie (dikutip Dimyanti dan Mujiyono, 2006:45)

berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu

merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tau”

Menurut UNESCO (dalam Iskandar 2012,104-105) terdapat empat

pilar belajar, yaitu :

a. “Learning to know” belajar untuk mengetahui

b. “Learning to do” belajar untuk melakukan

c. “Learning to be” belajar untuk menjadi dan,

d. “Learning to live together” belajar untuk bersama-sama


33

Dan pada penelitian yang dilakukan Rohani yang dimuat dalam bukunya

“Pengelolaan pengajaran”, menjelaskan bahwa learning to doing – learning by

experience sebagai berikut:

Tabel 2.1 Aktivitas dan hasil belajar

Aktivitas Hasil

Mendengar + 15%

Ditambah melihat + 55%

Ditambah berbuat + 90%

(Sumber: Rohani, 2010:9)

Dari pemaparan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa belajar dengan

melakukan akan mencapai hasil yang lebih maksimal. Karena disinilah siswa

dapat mengeksplorasi dirinya secara maksimal. Dalam hal ini keaktifan

memang salah satu aspek yang diutamakan, karena dalam keaktifan siswa akan

terlibat langsung dengan pembelajaran yang mereka terima.

Paul B. Dierick (dalam Rohani 2010:9) menyimpulkan terdapat 177

macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas

rohani, antara lain sebagai berikut:

a. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, mendemonstrasikan,

percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

b. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, berdiskusi, interupsi, dan

sebagainya.
34

c. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,

piano dan sebagainya.

d. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin,

dan sebagainya.

e. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan

sebagainya.

f. Motor activities, melakukan percobaan, membuat kontruksi, model,

mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

g. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

h. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya.

Aktivitas tersebut menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lainnya, disini guru berperan sebagai pendorong keaktifan siswa dengan

jalan menyajikan bahan pembelajaran. Sedangkan siswa berusaha mencerna

pembelajaran dengan penerapan keaktifan dalam aktivitas belajar.

Dalam prakteknya keaktifan siswa tersebut di rangkum dalam

penerapan kurikulum 2013 di ranah sikap. Kunandar (2013:105) menjelaskan

bahwa “dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berfikir siswa, yakni

(1) menerima atau memperhatikan (receiving atau attending), (2) merespon

atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai (valuing), (4)

mengorganisasikan atau mengelola (organization), (5) berkarakter

(characterization).”
35

3. Hakikat Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran evaluasi memanglah sangat diperlukan,

evaluasi mengambarkan hasil dari sebuah proses pembelajaran. Kunandar

(2013:68) menjelaskan bahwa “fungsi dari penilaian hasil belajar peserta didik

yang dilakukan guru adalah menggambarkan seberapa dalam peserta didik telah

menguasai suatu kompetensi tertentu.” Dengan penilaian maka akan diperoleh

informasi tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Evaluasi disini

memegang peranan penting bagi pendidik untuk mengetahui seberapa jauh

peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan.

Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena

kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian

hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih

dahulu mengandakkan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Menurut

Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pendapat tersebut diperjelas oleh Kunandar

(2014: 62) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau

kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai

atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Hamalik (2001: 30) hasil

belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
36

mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan tampak pada pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, budi pekerti, dan sikap. Bloom (dalam Hanafiah & Suhana, 2009: 20-

22) menyatakan hasil belajar terbagi atas tiga ranah utama yaitu sebagai berikut.

a. Ranah pengetahuan

Ranah pengetahuan dalam pembelajaran ditunjukkan dengan

kemampuan intelektual siswa. Ranah pengetahuan yaitu segala upaya yang

menyangkut aktivitas otak. Ranah ini memiliki enam tingkatan yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi

(Bloom dalam Sukiman, 2012: 55). Aspek pengetahuan berorientasi pada

kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan tingkat rendah seperti

pengetahuan, pemahaman, dan penerapan sampai pada kemampuan tingkat

tinggi yang menuntut siswa untuk membuat generalisasi dengan

menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide

tersebut (Kunandar, 2014:171).

b. Ranah sikap

Ranah sikap berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat

berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin komitmen, percaya diri,

jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri

(Kunandar, 2014: 104). Krathwohl (dalam Sukiman, 2012: 67)

mengemukakan ranah ini memiliki lima tingkatan yaitu penerimaan

(receiving), penanggapan (responding), penghargaan (valuing),

pengorganisasian (organization), dan pengkarakterisasian


37

(characterization). Adapun sikap yang akan dinilai dalam penelitian ini

yaitu:

1) Kerjasama

Kerjasama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk

mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong

menolong secara ikhlas (Kemendikbud, 2013a: 24). Penjelasan lebih

lanjut dikemukakan oleh Apriono (2011: 162) kerjasama adalah

kumpulan/kelompok yang terdiri dari beberapa orang anggota yang

saling membantu dan saling tergantung satu sama lain dalam melakukan

suatu kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Individu yang terdapat

dalam kelompok tersebut mempunyai tanggung jawab yang sama,

sehingga tujuan yang diinginkan akan tercapai apabila mereka saling

bekerjasama.

Kemendikbud (2013a: 24) menyebutkan beberapa indikator sikap


kerja sama yaitu sebagai berikut.
a) Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau
sekolah
b) Bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
c) Kesedian melakukan tugas sesuai kesepakatan.
d) Aktif dalam kerja kelompok.
e) Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok.
f) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi.
g) Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain.
h) Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai
tujuan bersama.

Johnson (dalam Apriono, 2011: 162) mengemukakan karakteristik suatu

kelompok kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yaitu (1)

adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu


38

dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan, (2) adanya interaksi

tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara

anggota kelompok, (3) adanya akuntabilitas dan tanggung jawab

personal individu, (4) adanya keterampilan bekerja dalam kelompok,

serta (5) adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok

kecil.

2) Tanggung Jawab

Menurut Samjaya, (2012) tanggung jawab adalah kesadaran

manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun

yang tidak disengaja. Kemendikbud (2013a: 23) juga mengemukakan

bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Besarnya tanggung jawab seseorang

bergantung pada kekuatan dan kedudukan yang ia miliki.

Kemendikbud (2013a: 23) mengemukakan terdapat beberapa


indikator sikap tanggung jawab yaitu sebagai berikut.
a) Melaksanakan tugas individu dengan baik.
b) Menerima resiko dan tindakan yang dilakukan
c) Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang
akurat
d) Mengembalikan barang yang di pinjam
e) Mengakui dan meminta maaf atas keselahan yang dilakukan
f) Menepati janji
g) Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan kita
sendiri
h) Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa
disuruh/diminta.

Mulyasa (2013: 147) mengemukakan bahwa sikap tanggung


jawab dapat dilihat melalui beberapa indikator yaitu: (1)
39

melaksanakan kewajiban, (2) melaksanakan tugas sesuai dengan


kemampuan, (3) menaati tata tertib sekolah, (4) memelihara
fasilitas sekolah, (5) menjaga kebersihan lingkungan.

c) Ranah keterampilan

Ranah keterampilan adalah hasil belajar yang berkaitan dengan

keterampilan motorik. Belajar keterampilan motorik menuntun

kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani sampai

menjadi satu keseluruhan (Sukiman, 2012: 72). Sejalan dengan pendapat

Sukiman, Kunandar (2014: 255) mengemukakan bahwa ranah

psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Keterampilan seseorang menunjukkan tingkat keahlian

seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Ranah

keterampilan ini memiliki lima tingkatan yaitu imitasi, manipulasi,

presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Kunandar, 2014: 259).

Keterampilan merupakan proses terpadu khususnya diperlukan saat

melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah. Keterampilan

proses terpadu meliputi pengotrolan variabel, interpretasi data,

perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, dan

merancang eksperimen. Trianto (2010: 144-146) mengungkapkan

beberapa indikator dari keterampilan proses dasar yaitu sebagai berikut:

a. Pengamatan
1) Penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan
2) Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat
tertentu
3) Pengidentifikasian banyak sifat
4) Melakukan pengamatan kuantitatif dan kualitatif
40

b. Mengelompokkan
1) Mengidentifikasi suatu sifat umum
2) Memilah-milah dengan menggunakan dua sifat atau
lebih
c. Menyimpulkan
1) Mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu
2) Mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan
pengamatan
d. Meramalkan
1) Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai
2) Penafsiran generalisasi tentang pola-pola
3) Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai
e. Pengukuran
1) Mengukur dalam satuan yang sesuai
2) Memilih alat dan satuan yang sesuai untuk pengukuran
tertentu
f. Mengomunikasikan
1) Pemaparan pengamatan dengan menggunakan
perbendaharaan kata yang sesuai
2) Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan
pengamatan dan peragaan data
3) Perencanaan poster atau diagram untuk menyajikan data
untuk meyakinkan orang lain

Berdasarkan kajian mengenai hasil belajar yang telah dikemukakan

para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan

yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran baik dari

aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Indikator hasil belajar yang

dicapai dalam penelitian ini dari ranah pengetahuan yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, dan analisis.

Ranah sikap yaitu sikap kerjasama dan tanggung jawab. Kerjasama

adalah bekerja bersama-sama antar individu dalam kelompok untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Indikator yang digunakan yaitu: (1) berada dalam

kelompoknya selama diskusi berlangsung, (2) berinteraksi dengan teman


41

dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas, (3) bekerja sesuai dengan

fungsinya dalam kelompok, dan (4) memberikan kesempatan kepada teman

untuk melakukan percobaan. Tanggung jawab adalah perilaku seseorang yang

dilakukan dalam melaksanakan tugas yang seharusnya ia lakukan tanpa

diperintah. Indikator yang digunakan yaitu: (1) membersihkan dan atau

merapikan alat praktikum setelah melakukan percobaan, (2) mengembalikan

alat praktikum ke tempat semula, (3) merapikan tempat duduk setelah diskusi

selesai, dan (4) tempat kerja bersih dari sampah.

Ranah keterampilan yaitu keterampilan proses. Keterampilan proses

adalah keterampilan ilmiah yang digunakan untuk menemukan suatu

pengetahuan atau memecahkan suatu masalah melalui langkah kerja ilmiah.

Keterampilan proses yang dinilai yaitu keterampilan mengamati dan

mengomunikasikan. Indikator keterampilan mengamati yaitu: (1)

menggunakan indera/alat bantu indera, (2) mengamati objek dengan posisi

tubuh yang benar, (3) fokus pada objek yang diamati, dan (4) mengidentifikasi

perubahan pada objek. Indikator keterampilan mengomunikasikan yakni: (1)

menyampaikan hasil percobaan dengan kalimat atau gambar secara jelas, (2)

menyampaikan hasil percobaan dengan bahasa yang runtut, (3) menjelaskan

hasil percobaan dengan kalimat yang singkat, dan (4) menyampaikan hasil

percobaan dengan sikap yang tenang.


42

4. Mata Pelajaran IPA

Suparno (2007: 12) menjelaskan fisika merupakan salah satu bagian dari

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu Ilmu yang mempelajari gejala,

peristiwa atau fenomena alam, serta mengungkap segala rahasia alam semesta.

Objek Fisika meliputi mempelajari karakter, gejala dan peristiwa yang terjadi

atau terkandung dalam benda-benda mati atau benda yang tidak melakukan

pengembangan diri.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan

berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

B. Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang dapat memperkuat penelitian ini

antara lain:

1. Pratiwi dan Rasmawan (2014) dalam artikelnya yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik

Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA” yang diterbitkan oleh


43

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran mengemukakan bahwa model

discovery learning berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Kristin (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Analisis Model Pembelajaran

Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD” yang

diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa menjelaskan bahwa model

pembelajaran Discovery Learning efektif dalam meningkatkan hasil belajar

siswa.

3. Burais, Ikhsan, & Duskri (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Peningkatan

kemampuan penalaran matematis siswa melalui model Discovery Learning”

yang diterbitkan dalam Jurnal Didaktik Matematika menjelaskan bahwa Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model penemuan

terbimbing (discovery learning) secara keseluruhan berada pada kategori baik

dan respon siswa cenderung setuju terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model penemuan terbimbing (discovery learning).

4. Rismayani (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn

Siswa” yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha

menjelaskan bahwa model pembelajaran Discovery Learning secara bertahap

dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara bertahap pada setiap tahapan

siklus penelitian.

5. Widiadnyana, Sadia, & Suastra (2014) dalam artikelnya yang berjudul

“Pengaruh model discovery learning terhadap pemahaman konsep IPA dan


44

sikap ilmiah siswa SMP” yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran IPA Indonesia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan

pemahaman konsep IPA secara signifikan antara siswa yang belajar

menggunakan model discovery learning dengan siswa yang belajar

menggunakan model pengajaran langsung.

6. Tumurun, Gusrayani, & Jayadinata (2016) dalam artikelnya yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Keterampilan

Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya” yang diterbitkan dalam

Jurnal Pena Ilmiah menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian

pembelajaran dengan model discovery learning dan model konvensional

mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Namun

pembelajaran dengan model discovery learning lebih mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur pelaksanaan penelitian yang sesuai

dengan masalah dan tema dalam penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis,

yang didalamnya terdapat alur penelitian yang akan dilakukan sampai pada

tujuan penelitian. Kerangka pemikiran dibuat sebagai pedoman peneliti dalam

melakukan penelitian, selain itu juga dapat dijadikan batasan bagi peneliti agar

penelitian tidak keluar pada substansi yang ada.

Pada pra-tindakan guru mata pelajaran Fisika masih menggunakan

metode pembelajaran yang konvensional yaitu berupa ceramah. Hal ini


45

menyebabkan kualitas pembelajaran kurang maksimal. Siswa cenderung pasif

dalam pembelajaran dan hanya beberapa siswa yang aktif dan pada akhirnya

hasil belajar siswa rendah. Dengan penerapkan model pembelajaran Discovery

Learning diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada.

Penelitian dilakukan pada dua siklus penelitian. Pada siklus pertama

diharapkan mulai ada kemajuan pada keaktifan dan hasil belajar siswa

walaupun belum sesuai dengan indikator yang diharapkan peneliti. Hal ini

mungkin karena diperlukan adatasi dari guru dan siswa untuk mengenal model

pembelajaran yang akan digunakan. Kemudian pada siklus ke-dua diharapkan

keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sesuai indikator yang

ditetapkan oleh peneliti. Hal ini didukung dengan adanya tindakan refleksi pada

siklus pertama yang menganalisa beberapa kelemahan yang terjadi disiklus

pertama.

Pada kondisi akhir selain meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa, penelitian diharapkan juga dapat menjadi perbaikan pada proses

pembelajaran berikutnya.
46

Berikut adalah skema penelitian yang dilakukan:

Guru : masih Keaktifan dan hasil


Kondisi Awal menggunakan belajar siswa masih
pendekatan rendah
konvensional

Siklus 1
Mulai ada kemajuan
Tindakan
pada hasil belajar siswa

Guru : Menggunakan
kolaborasi model
pembelajaran Siklus 2
Discovery Learning Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan
sesuai yang ditargetkan
peneliti

Kondisi Akhir

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Dari kerangka pemikiran di atas hipotesis penelitian dapat dijelaskan

sebagai berikut. Model Pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas X Kompetensi Keahlian OTKP pada mata pelajaran

Fisika di SMK Negeri 1 Boyolali.


48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di SMK N 1 Boyolali yang beralamat di Jalan Jalan Perintis Kemerdekaan,

Boyolali (57316). Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SMK Negeri

1 Boyolali sebagai berikut:

a. Terdapat permasalahan pembelajaran yang akan dikaji peneliti yaitu

mengenai keaktifan dan hasil belajar yang kurang optimal.

b. Model pembelajaran Discovery Learning belum pernah diterapkan di

SMK Negeri 1 Boyolali, sehingga hasil penelitian dapat digunakan

sebagai masukan bagi guru maupun pihak sekolah dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran.

c. Tersedia data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian di kelas X OTKP SMK Negeri 1 Boyolali.

d. Sekolah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

e. Peneliti lebih mengenal lingkungan karena bekerja sebagai guru di SMK

Negeri 1 Boyolali.

48
49

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2020/2021. Waktu penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai bulan

Oktober sampai dengan bulan April 2021.

Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Waktu
Kegiatan Penelitian Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021
1. Persiapan penelitian
a. Koordinasi dengan
kepala sekolah dan guru
mata pelajaran
b. Diskusi dengan guru
untuk mengidentifikasi
masalah pembelajaran dan
menyusun tindakan
c. Menyusun proposal
penelitian
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan
instrumen penelitian
(lembar observasi)
e. Mengadakan simulasi
pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus 1
-perencanaan
-pelaksanaan tindakan
-observasi
-refleksi
b. Siklus 2
-perencanaan
-pelaksanaan tindakan
-observasi
-refleksi
50

Waktu
Kegiatan Penelitian Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021
3. Analisis Data dan
Pelaporan
a. Analisis data hasil (2
siklus)
b. Menyusun laporan
c. Seminar hasil di MGMP
d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas X Jurusan OTKP tahun

pelajaran 2020/2021 pada mata pelajaran Korespondensi. Alasan pemilihan

subjek dalam penelitian ini karena, subjek tesebut mempunyai permasalahan-

permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal.

C. Data dan sumber data

1. Data Penelitian

Data penelitian diambil dari informasi tentang keadaan siswa yang

dilihat dari data kuantitatif dan kualitatif

a. Data Kuantitatif

Data ini diperoleh dari jumlah, rata-rata, persentase dan

sebagainya. Data kuantitatif ini memberikan hasil akhir tentang

pengolahan data antar siklus penelitian, yang diambil di akhir siklus.


51

b. Data Kualitatif

Data ini diambil dari pengamatan yang dikelola dari lembar

observasi. Data kualitatif ini memberikan memberikan penjelasan

tentang perbandingan data pada setiap siklus penelitian.

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu

siswa, guru, dan dokumen yang berhubungan dengan masalah. Adapun

sumber data yang dimaksud sebagai berikut:

a. Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 1 Boyolali, yang terdiri dari 36

siswa. Dibagi dalam 8 anak laki-laki dan 28 anak perempuan.

b. Guru Mata Pelajaran Korespondensi SMK Negeri 1 Boyolali

c. Data pengelolaan nilai mata pelajaran Fisika tahun pelajaran 2020/2021

D. Pengumpulan data

Mustafa (2009:92) mengemukakan bahwa, “metode pengumpulan data

merupakan langkah penting dalam penelitian karena terhadap data itulah

pengujian atau analisis akan dilakukan”. Adapun beberapa metode

pengumpulan data yang digunakan peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengukuran data untuk mendapatkan

data primer, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung secara

seksama dan sistematis, dengan menggunakan alat indra (indra mata,


52

telinga, hidung, tangan, pikiran). Mustafa (2009:94-95) menjelaskan

beberapa prinsip yang yang harus dipenuhi dalam kegiatan observasi

adalah:

a. Dapat diukur melalui pengamatan (tanpa berinteraksi langsung dengan

subjek penelitian

b. Peristiwa atau kejadian hanya terjadi pada periode tertentu dan dapat

diamati berulang-ulang.

c. Kapan dan bagaimana pengamatan dilakukan

d. Berapa lama pengamatan harus dilakukan

2. Wawancara

Mustafa (2009:96-99) menjelaskan bahwa wawancara (interview)

merupakan metode untuk mendapatkan data primer dengan cara komunikasi

dua arah. Wawancara dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara

tidak terstruktur (unstructured interview) dan wawancara terstruktur

(structure Interview). Wawancara akan mudah dilakukan apabila tersedia

instrument yang memadai. Instrument itu sebagian berada pada

pewawancara, yaitu indra manusia, dan sebagian berada di luar

pewawancara, diantaranya adalah alat perekam suara (voice recorder), alat

perekam gambar (video recorder) baik untuk video maupun foto dan alat-

alat lain yang diperlukan. Adapun lembar wawancara yang digunakan oleh

peneliti (lampiran 5)

3. Tes
53

Majid (2013:345) menjelaskan bahwa untuk mengukur keberhasilan

kegiatan pembelajaran siswa di sekolah, perlu dilakukan penilaian. Proses

penilaian terhadap proses dan hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu tes dan non-tes. Tes merupakan penilaian dalam bentuk bahan

tulisan (baik soal maupun jawabannya)

4. Analisis dokumen

Mustafa (2009:114-115) menjelaskan bahwa analisis dokumen

adalah kegiatan mencari data dari arsip dokumen atau data sekunder. Data

sekunder dapat dipergunakan sebagai sarana pendukung memahami dan

menjelaskan masalah yang diteliti agar lebih operasional dan memberi

solusi permasalahan yang ada. Meskipun data sekunder secara fisik sudah

tersedia, namun dalam mencari data tersebut tidak boleh dilakukan dengan

sembarangan. Pelu diperhatikan kecocokan jenis data dengan tujuan

penelitian, dan sumber data yang relevan.

E. Uji Validitas Data

Uji Validitas dilakukan dengan triangulasi, triangulasi merupakan cara

pemeriksaan validitas data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun beberapa jenis triangulasi

menurut Patton (dalam Sutopo, 2006: 92-98) sebagai berikut:

1. Triangulasi Data
54

Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara

ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha

menggunakan berbagai sumber yang ada.

2. Triangulasi Peneliti

Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data

maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat

diuji oleh peneliti lain. Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki

pengetahuan yang mencukupi.

3. Triangulasi Metodologis

Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan

data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda.

4. Triangulasi Teoretis

Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus

memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan

permasalahan yang diteliti sehingga mampu menghasilkan simpulan yang

baik.

Adapun triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi data

dan triangulasi metode. Triangulasi data diperoleh dari sumber data yang ada

yaitu melalui siswa, guru, dan dokumen. Sedangkan triangulasi metode diambil

dari metode wawancara, observasi dan tes.


55

F. Analisis data

Muhadi (2011:140) menjelaskan bahwa “Analisis data adalah kegiatan

mencermati, menguraikan dan mengaitkan setiap informasi yang terkait dengan

kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh

simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran”. Ada dua

jenis data yang diolah dalam penelitian tindakan kelas yaitu data kuantitatif dan

data kualitatif. Menurut Sugiyono (2003:14) data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Sedangkan data kualitatif

adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

Data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes

dan data keaktifan dari lembar observasi keaktifan siswa. Data kuantitatif yang

digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa perhitungan nilai jumlah,

rata-rata, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Data

kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan lengkap

selama proses penelitian berlangsung atau keterangan dari kegiatan refleksi

diakhir siklus dari tiap-tiap siklus maupun keterangan dari olah hasil analisis

data kuantitatif.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data

deskriptif komparatif dan analisis kritis. Suwandi (2011: 66) mengemukakan

terdapat dua jenis teknik untuk menganalisis data yaitu:

a. Teknik Deskriptif Komparatif (Statistik deskriptif komparatif)


56

Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif,

yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Teknik komparatif dalam

penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian pada pra-

siklus, siklus pertama, dan siklus kedua penelitian. Hasil komparasi tersebut

digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam

setiap siklus.

b. Analisis Kritis

Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni

mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan

kinerja peserta didik dan guru pada proses pembelajaran. Hasil analisis

tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk

tahap berikutnya.

G. Indikator Kinerja Penelitian

Untuk mengukur tercapainya tujuan penelitian, dibuat indikator

pencapaian kinerja. Pada keaktifan siswa peneliti menargetkan 75% siswa dapat

aktif selama proses pembelajaran. Data pada keaktifan siswa ini dikelola

melalui lembar keaktifan siswa, data yang telah masuk nantinya akan di proses

menjadi kesimpulan untuk menyimpulkan mana siswa yang aktif dan yang

tidak. Sedangkan pada hasil belajar, seperti pada kurikulum 2013 terdapat 3

ranah penilaian kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(keterampilan). Pada aspek kognitif data diperoleh melalui tes yang hasil

akhirnya digunakan untuk mengetahui tingkat kelulusan dan rata-rata nilai kelas
57

siswa. Pada aspek afektif dikelola dalam lembar penilaian sikap, sedangkan

aspek psikomotor dikelola melalui penilaian tugas siswa.

Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian

Aspek yang Persentase Cara mengukur

dikukur target capaian

Keaktifan siswa 75 % Diamati selama proses pembelajaran

berlangsung dengan lembar observasi.

Dihitung dari perbandingan jumlah siswa

yang aktif selama pembelajaran

Hasil Belajar 80 % Diukur dengan cara menganalisa hasil tes

kognitif dan dihitung dari siswa yang telah

mencapai indikator nilai yang ditentukan

yaitu > 70

Selain kelulusan siswa, diharapkan juga rata-

rata nilai kelas dari masing-masing aspek juga

mengalami peningkatan

Rakhmat (2001:147-148) yang menjelaskan bahwa :

Dalam kaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar pada praktek

pendidikan umumnya ditetap tolok ukur tertentu sebagai batas

keberhasilan sebuah proses belajar mengajar

1. Bila mayoritas siswa (sekitar 60% atau lebih) gagal dalam

mengerjakan suatu soal tertentu, perlu diulang kembali pengajaran


58

mengenal bahan yang berhubungan dengan materi atau item

tersebut, bagi seluruh kelas

2. Bila kurang dari 60% siswa yang gagal mengerjakan soal atau item

tertentu, pengulangan kembali bahan yang berhubungan dengan soal

tersebut, dapat dilakukan sendiri oleh siswa yang bersangkutan,

dengan petunjuk dan pengarahan dari guru.

Hal tersebut menjadi pedoman bagi peneliti untuk menentukan besar

kecilnya indikator pencapaian penelitian. Pada aspek keaktifan siswa peneliti

menargetkan 75% siswa dapat aktif dalam pembelajaran, yang diambil dalam

lembar observasi keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Pada aspek hasil belajar

peneliti menargetkan 80% siswa dapat lulus dalam aspek penilaian kognitif,

yang dianalisis melalui tes tertulis pada setiap siklusnya. Sedangkan pada aspek

afektif dan psikomotor juga ditargetkan mengalami peningkatan pada setiap

siklusnya. Pada perkembangan kurikulum 2013 penilaian sikap (afektif) lebih

ditekankan pada mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti dan

Pendidikan kewarganegaraan.

Sehingga fokus penelitian ini akan dilakukan pada penilaian

pengetahuan dan keterampilan.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus tindakannya ada

empat tahapan yaitu persiapan/perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi.


59

Berikut secara rinci gambaran prosedur penelitian yang dilakukan:

Perencanaan

Siklus I
Refleksi Discovery Learning Pelaksaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi
Siklus II Pelaksaan
Discovery Learning

Pengamatan

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

(Sumber: Adaptasi dari model Kemmis dan Taggart dalam Samsu Sumadayo

2013:41)
60

Penjelasan Gambar

1. Siklus I

Berikut beberapa deskribsi tahapan dari siklus I

a. Perencanaan

Tahap ini diawali dengan kegiatan observasi awal yang telah

dilakukan untuk mengidentifikasi masalah. Dari permasalahan tersebut

direncanakan upaya perbaikan. Adapun intrumen yang perlu di

persiapkan yang disusun pada kegiatan ini meliputi:

1) Membantu guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

2) Membuat lembar observasi keaktifan siswa

3) Membantu guru mempersiapkan materi yang akan diberikan

4) Mempersiapkan alat yang akan di pergunakan melitupi lembar kerja

kelompok

5) Membantu guru mempersiapkan media presentasi yang akan di

pergunakan

b. Pelaksanaan

Pelasanaan siklus merupakan realisasi dari perencanaan yang

telah disusun memalui kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti

bersama guru telah mulai menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning, siswa diharapkan mulai ada gambaran tentang model

pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran kemudian

diintegrasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang


61

meliputi kegiatan Mengamati, Menanya, Eksperimen/explore, Asosiasi,

dan Komunikasi.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini peran peneliti hanya bertugas untuk

memonitoring proses pembelajaran. pengamatan dilakukan untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan terhadap proses pembelajaran.

yang diamati adalah proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala dalam

implementasi tindakan, identifikasi penyebab terkendalanya tindakan,

dan persoalan lain yang mungkin timbul.

d. Refleksi

Dalam melakukan refleksi, mahasiswa berdiskusi dengan guru

mengenai kelemahan yang mungkin ada dalam pelaksanaan

pembelajaran Siklus I dan kemudian memberikan rancangan perbaikan

pada siklus berikutnya. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap

seluruh hasil penilaian baik yang menyangkut penilaian proses (Hasil

observasi kegiatan guru dan siswa) maupun hasil (tes) serta

permasalahan yang menghambat dalam melakukan tindakan di kelas.

Hasil penilaian tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan

refleksi. Analisis hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk

menyusun rencana pada siklus II

2. Siklus II

Perlakuan pada siklus ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan

pembelajaran dari siklus I, urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:


62

a. Perencanaan

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi dari siklus

I. Dari data yang ada disusun perencanaan yang lebih matang dan

perbaikan dari setiap tahapan yang memiliki kelemahan. Seperti pada

siklus sebelumnya berikut beberapa intrumen yang perlu di persiapkan:

1) Membantu guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

2) Membuat lembar observasi keaktifan siswa

3) Membantu guru mempersiapkan materi yang akan diberikan

4) Mempersiapkan alat yang akan di pergunakan meliputi lembar kerja

kelompok dan tongkat untuk pembelajaran Talking Stick

5) Membantu guru mempersiapkan media presentasi yang akan

digunakan

b. Pelaksanaan

Tahap Pelasanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang

telah disusun memalui kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti

bersama guru telah mulai menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning secara lebih kongkret. Diintegrasikan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan Mengamati,

Menanya, Eksperimen/explore, Asosiasi, dan Komunikasi.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini peran peneliti hanya bertugas untuk

memonitoring proses pembelajaran. pengamatan dilakukan untuk


63

mendokumentasikan pengaruh tindakan terhadap proses pembelajaran.

yang diamati adalah proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala dalam

implementasi tindakan, identifikasi penyebab terkendalanya tindakan,

dan persoalan lain yang mungkin timbul.

d. Refleksi

Dalam melakukan refleksi, peneliti berdiskusi dengan guru

untuk membahas kegiatan yang telah dilakukan. Pada tahap ini

dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian baik yang

menyangkut penilaian proses (Hasil observasi kegiatan guru dan siswa)

maupun hasil (tes) serta permasalahan yang menghambat dalam

melakukan tindakan di kelas. Hasil penilaian tersebut digunakan sebagai

bahan untuk melakukan refleksi. Tahap refleksi di siklus ini diharapkan

sudah mampun mencapai indikator pencapaian tujuan penelitian.


64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pratindakan

Sebelum penelitian dilakukan peneliti terlebih dahulu melakukan

observasi awal pada bulan oktober 2020 untuk mengetahui kondisi awal kelas

terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa kelas X OTKP 1.

Dilanjutkan dengan wawancara terstruktur dengan guru yang lain untuk

mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk memperkaya data yang

dibutuhkan peneliti juga melakukan wawancara tidak ter struktur melalui media

komunikasi agar data yang diperoleh selalu berkembang sesuai dengan kondisi

yang ada.

Berdasarkan dokumentasi nilai dan hasil diskusi awal dengan guru mata

pelajaran IPA diketahui bahwa tingkat penguasaan materi siswa masih rendah.

Identifikasi lebih lanjut terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru

mata pelajaran IPA masih bersifat konvensional yaitu dengan ceramah. Kondisi

pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa cenderung

pasif dan pada akhirnya hasil belajar siswa rendah. Hal ini didukung dari data

nilai siswa yang rendah dan banyak siswa yang belum tuntas pada data ulangan

kompetensi dasar 3.5. Berdasarkan hasil observasi, sharing, wawancara dan

analisis dokumen data hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa:

1. Ditinjau dari segi Guru

64
65

Guru pada saat berinteraksi dengan siswa termasuk pada saat

menyampaikan materi pembelajaran intonasinya kurang keras sehingga

siswa tidak menyimak pembelajaran. suasana kelaspun terkadang diluar

kendali karena kemampuan guru untuk mengelola kelas kurang maksimal.

2. Ditinjau dari model pembelajaran

Guru masih mengunakan metode pembelajaran konvensional yaitu

ceramah, yang tidak sesuai dengan konsep kurikulum 2013 yang

menekankan pendekatan Saintifik. Sehingga suasana pembelajaran

terkensan kurang menarik minat siswa. Siswa terlihat bosan saat mengikuti

pembelajaran dan banyak yang tidak memperhatikan pelajaran.

3. Ditinjau dari segi siswa

a. Keaktifan siswa

Keseluruhan siswa masih pasif dalam proses pembelajaran

hanya beberapa siswa yang aktif. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh

model pembelajaran searah yang diterapkan guru sehingga siswa

mengalami kejenuhan dalam pembelajaran. banyak siswa yang tidak

fokus, dan melakukan kegiatan yang tidak diperlukan diluar

pembelajaran. Misalnya seperti berbicara dengan teman di luar topik,

atau bahkan ada beberapa yang malah fokus pada pelajaran lain. Selain

itu siswa juga cenderung tidak berani mengutarakan pendapat saat guru

memberikan waktu untuk bertanya atau berpendapat. Hal ini tentu juga

akan menghambat penerapan prinsip kurikulum 2013 yang telah


66

diterapakan yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran

(Student Learning Center).

b. Hasil Belajar Siswa

1) Penilaian pengetahuan pada kompetensi dasar 3.5. Menganalisis

optic fisis dan geometri

Tabel 4.1 Daftar nilai pengetahuan pra-siklus penelitian

Pra-Siklus
No NIS Nama Siswa Keterangan
Pengetahuan
1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 70 Lulus
2 11846 Allaam Elinur Ahmad 55 Tidak lulus
3 11847 Anik Dwi Windarti 80 Lulus
4 11848 Annisa Putri Larasati 60 Tidak lulus
5 11849 Aprilia Setianingsih 70 Lulus
6 11850 Ari Murti 75 Lulus
7 11851 Azizah Isnawati 80 Lulus
Burhanudin Muhammad
8 11852 60 Tidak lulus
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 50 Tidak lulus
10 11854 Devina Mila Marita 55 Tidak lulus
11 11855 Dewi Wulandari 55 Tidak lulus
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 50 Tidak lulus
13 11857 Eka Nur Arista 80 Lulus
14 11858 Eka Yulianti 45 Tidak lulus
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 70 Lulus
16 11860 Fitria Nur Khasanah 40 Tidak lulus
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 55 Tidak lulus
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 55 Tidak lulus
19 11863 Hariyanti 75 Lulus
20 11864 Hestrilia Novita 35 Tidak lulus
21 11865 Irma Kusuma Wardani 85 Lulus
22 11866 Karunia Inshanie 70 Lulus
23 11867 Kharisma Pribadiono 75 Lulus
24 11868 Meylia Isna 70 Lulus
25 11869 Novitasari 55 Tidak lulus
26 11870 Olivia Tiara Sejati 60 Tidak lulus
67

Pra-Siklus
No NIS Nama Siswa Keterangan
Pengetahuan
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 60 Tidak lulus
28 11872 Ririn Laraswati 40 Tidak lulus
29 11873 Rizka Cahya Tami 45 Tidak lulus
30 11874 Salman Alfarizi 60 Tidak lulus
31 11875 Tabita Desy Andriyana 45 Tidak lulus
32 11876 Tindi Lutfiani 75 Lulus
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 50 Tidak lulus
Wahidah Nindi
34 11878 45 Tidak lulus
Setyaningrum
35 11879 Widia Siska 80 Lulus
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 75 Lulus
Rata-rata 61.25
Nilai Tertinggi 85.00
Nilai Terendah 35.00
Jumlah Lulus 15
Jumlah Remidi 21
Sumber: Hasil observasi nilai ulangan harian siswa

Berdasarkan data diatas dapat diketahui nilai rata-rata kelas adalah

61,25, hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas belum

mencapai angka ketuntasan belajar yang telas ditetapkan yakni

sebesar 70. Jumlah siswa yang dinyatakan lulus hanyalah 42% yaitu

15 siswa, sedangkan persentase siswa yang melaksanakan remidiasi

sebesar 58% yaitu 21 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kelulusan siswa juga belum mencapai angkat ketentuan yaitu 60%.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian pada

penilaian pengetahuan siswa

2) Penilaian keterampilan pada kompetensi dasar 4.5. Menyajikan hasil

LKPD
68

Tabel 4.2 Daftar nilai keterampilan pra-siklus penelitian

Pra-Siklus
No NIS Nama Siswa Keterangan
Keterampilan
1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 80 Lulus
2 11846 Allaam Elinur Ahmad 75 Lulus
3 11847 Anik Dwi Windarti 90 Lulus
4 11848 Annisa Putri Larasati 80 Lulus
5 11849 Aprilia Setianingsih 85 Lulus
6 11850 Ari Murti 85 Lulus
7 11851 Azizah Isnawati 90 Lulus
Burhanudin Muhammad
8 11852 85 Lulus
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 90 Lulus
10 11854 Devina Mila Marita 80 Lulus
11 11855 Dewi Wulandari 80 Lulus
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 80 Lulus
13 11857 Eka Nur Arista 90 Lulus
14 11858 Eka Yulianti 85 Lulus
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 90 Lulus
16 11860 Fitria Nur Khasanah 85 Lulus
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 75 Lulus
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 80 Lulus
19 11863 Hariyanti 85 Lulus
20 11864 Hestrilia Novita 85 Lulus
21 11865 Irma Kusuma Wardani 85 Lulus
22 11866 Karunia Inshanie 85 Lulus
23 11867 Kharisma Pribadiono 90 Lulus
24 11868 Meylia Isna 90 Lulus
25 11869 Novitasari 85 Lulus
26 11870 Olivia Tiara Sejati 80 Lulus
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 85 Lulus
28 11872 Ririn Laraswati 90 Lulus
29 11873 Rizka Cahya Tami 85 Lulus
30 11874 Salman Alfarizi 80 Lulus
31 11875 Tabita Desy Andriyana 90 Lulus
32 11876 Tindi Lutfiani 90 Lulus
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 85 Lulus
Wahidah Nindi
34 11878 85 Lulus
Setyaningrum
69

Pra-Siklus
No NIS Nama Siswa Keterangan
Keterampilan
35 11879 Widia Siska 85 Lulus
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 80 Lulus
Rata-rata 84.58
Nilai Tertinggi 90.00
Nilai Terendah 75.00
Jumlah Lulus 36
Jumlah Remidi 0
Sumber : hasil observasi nilai keterampilan siswa.

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa nilai

keterampilan siswa sudah mencapai angka ketuntasan belajar,

bahkan semua siswa dinyatakan lulus. Sehingga berdasarkan hasil

yang ada terkhusus pada nilai keterampilan tidak harus dilakukan

penelitian.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kompetensi dasar yang diambil adalah 3.6. mengevaluasi proses

pemuaian, perubahan wujud zat dan perpindahan kalor. Pertimbangan

penerapan materi adalah tingkat kesulitan dan jenis materi yang sepadan

dengan materi di pra-siklus penelitian.Tahap ini diawali dengan

kegiatan observasi awal yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi

masalah. Dari permasalahan tersebut direncanakan upaya perbaikan.

Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


70

1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

telah dibuat

2) Lembar observasi keaktifan siswa

3) Mempersiapkan materi yang akan diberikan

4) Mempersiapkan alat yang akan di pergunakan melitupi lembar kerja

kelompok dan lembing

5) Mempersiapkan media presentasi yang akan di pergunakan

b. Pelaksanaan

Pelasanaan siklus merupakan realisasi dari perencanaan yang

telah disusun memalui kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti

bersama guru telah mulai menerapkan model pembelajaran Team Game

Tournament, siswa diharapkan mulai ada gambaran tentang model

pembelajaran yang digunakan.

Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

2) Mendata kegiatan siswa dalam lembar observasi keaktifan siswa

3) Mendemonstrasikan materi yang diberikan sesuai dengan model

Discovery Learning.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini peran peneliti hanya bertugas untuk

memonitoring proses pembelajaran. pengamatan dilakukan untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan terhadap proses pembelajaran.


71

yang diamati adalah proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala dalam

implementasi tindakan, identifikasi penyebab terkendalanya tindakan,

dan persoalan lain yang mungkin timbul.

Dan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3 Daftar nilai di siklus 1

No NIS Nama Siswa Siklus 1 Keterangan

1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 75 Lulus


2 11846 Allaam Elinur Ahmad 65 Tidak lulus
3 11847 Anik Dwi Windarti 85 Lulus
4 11848 Annisa Putri Larasati 70 Lulus
5 11849 Aprilia Setianingsih 80 Lulus
6 11850 Ari Murti 80 Lulus
7 11851 Azizah Isnawati 85 Lulus
Burhanudin Muhammad
8 11852 65 Tidak lulus
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 55 Tidak lulus
10 11854 Devina Mila Marita 70 Lulus
11 11855 Dewi Wulandari 75 Lulus
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 55 Tidak lulus
13 11857 Eka Nur Arista 85 Lulus
14 11858 Eka Yulianti 50 Tidak lulus
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 75 Lulus
16 11860 Fitria Nur Khasanah 45 Tidak lulus
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 60 Tidak lulus
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 70 Lulus
19 11863 Hariyanti 80 Lulus
20 11864 Hestrilia Novita 50 Tidak lulus
21 11865 Irma Kusuma Wardani 90 Lulus
22 11866 Karunia Inshanie 75 Lulus
23 11867 Kharisma Pribadiono 80 Lulus
24 11868 Meylia Isna 75 Lulus
25 11869 Novitasari 60 Tidak lulus
26 11870 Olivia Tiara Sejati 65 Tidak lulus
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 65 Tidak lulus
28 11872 Ririn Laraswati 55 Tidak lulus
72

No NIS Nama Siswa Siklus 1 Keterangan

29 11873 Rizka Cahya Tami 55 Tidak lulus


30 11874 Salman Alfarizi 60 Tidak lulus
31 11875 Tabita Desy Andriyana 65 Tidak lulus
32 11876 Tindi Lutfiani 80 Lulus
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 60 Tidak lulus
34 11878 Wahidah Nindi Setyaningrum 70 Lulus
35 11879 Widia Siska 85 Lulus
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 80 Lulus
Rata-rata 69.31
Nilai Tertinggi 90.00
Nilai Terendah 45.00
Jumlah Lulus 20
Jumlah Remidi 16
(sumber: olah data lembar penilaian di siklus I)

Berdasarkan data yang ada diperoleh asil bawa rata-rata kelas mulai

meningkat yaitu 69,31 nilai tertinggi siswa diketahui 90 dan nilai

terendah sebesar 45. Jumlah siswa yang dinyatakan lulus atau yang

memiliki nilai diatas 70 adalah 20 siswa dan 16 siswa dinyatakan belum

mencapai kelulusan.

Data keaktifan siswa dari hasil observasi yang telah dilakukan

diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data keaktifan siswa pada siklus I

No NIS Nama Siswa Siklus 1 Keterangan


1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 6.25 Tidak Aktif
2 11846 Allaam Elinur Ahmad 8.75 Aktif
3 11847 Anik Dwi Windarti 7.5 Aktif
4 11848 Annisa Putri Larasati 7.5 Aktif
5 11849 Aprilia Setianingsih 6.25 Tidak Aktif
6 11850 Ari Murti 8.75 Aktif
7 11851 Azizah Isnawati 10 Aktif
73

No NIS Nama Siswa Siklus 1 Keterangan


Burhanudin Muhammad
8 11852 5 Tidak Aktif
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 8.75 Aktif
10 11854 Devina Mila Marita 5 Tidak Aktif
11 11855 Dewi Wulandari 10 Aktif
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 3.75 Tidak Aktif
13 11857 Eka Nur Arista 8.75 Aktif
14 11858 Eka Yulianti 5 Tidak Aktif
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 8.75 Aktif
16 11860 Fitria Nur Khasanah 3.75 Tidak Aktif
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 3.75 Tidak Aktif
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 3.75 Tidak Aktif
19 11863 Hariyanti 10 Aktif
20 11864 Hestrilia Novita 3.75 Tidak Aktif
21 11865 Irma Kusuma Wardani 10 Aktif
22 11866 Karunia Inshanie 3.75 Tidak Aktif
23 11867 Kharisma Pribadiono 10 Aktif
24 11868 Meylia Isna 10 Aktif
25 11869 Novitasari 1.25 Tidak Aktif
26 11870 Olivia Tiara Sejati 8.75 Aktif
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 2.5 Tidak Aktif
28 11872 Ririn Laraswati 6.25 Tidak Aktif
29 11873 Rizka Cahya Tami 5 Tidak Aktif
30 11874 Salman Alfarizi 6.25 Tidak Aktif
31 11875 Tabita Desy Andriyana 10 Aktif
32 11876 Tindi Lutfiani 8.75 Aktif
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 5 Tidak Aktif
Wahidah Nindi
34 11878 8.75 Aktif
Setyaningrum
35 11879 Widia Siska 10 Aktif
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 8.75 Aktif
Jumlah Siswa aktif 19
Jumlah Siswa tidak aktif 16
(sumber: olah data lembar penilaian di siklus I)

Data diatas diolah melalui lembar observasi yang disusun berdasarkan

kisi-kisi keaktifan siswa, mulai dari mengajukan pertanyaan, menjawab


74

pertanyaan, berpendapat, diskusi, mengerjakan soal di depan kelas,

mempresentasikan hasil diskusi, menyanggah, dan menyimpulkan

pembelajaran. Jumlah cek lis yang didapat dijumlah kemudian dikalikan

1,5 point, siswa dinyatakan aktif jika memperoleh lebih dari 7 point.

Berdasarkan data yang telah diolah pada siklus I diketahui bahwa siswa

yang dinyatakan aktif sebesar 19 siswa dan 16 siswa dinyatakan belum

aktif.

d. Refleksi

Dalam melakukan refleksi, guru mengenai kelemahan yang

mungkin ada dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I dan kemudian

memberikan rancangan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini

dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian baik yang

menyangkut penilaian proses (Hasil observasi kegiatan guru dan siswa)

maupun hasil (tes) serta permasalahan yang menghambat dalam

melakukan tindakan di kelas. Hasil penilaian tersebut digunakan sebagai

bahan untuk melakukan refleksi. Analisis hasil refleksi digunakan

sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II

Berdasarkan data analisis observasi kegiatan guru, guru sudah

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang ada.

Namun siswa terkesan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang

ada, tetapi pada minggu ke 2 dan ke 3 siswa sudah mulai dapat

beradaptasi dengan baik.


75

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap ini diawali dengan kegiatan observasi pada siklus I yang

telah dilakukan untuk mengidentifikasi masalah. Dari permasalahan

tersebut direncanakan upaya perbaikan. Adapun kegiatan yang

dilakukan sebagai berikut:

1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

telah dibuat

2) Lembar observasi keaktifan siswa

3) Mempersiapkan materi yang akan diberikan

4) Mempersiapkan alat yang akan di pergunakan melitupi lembar kerja

kelompok dan lembing

5) Mempersiapkan media presentasi yang akan di pergunakan

b. Pelaksanaan

Pelasanaan siklus merupakan realisasi dari perencanaan yang

telah disusun memalui kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti

bersama guru telah mulai menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning, siswa diharapkan mulai ada gambaran tentang model

pembelajaran yang digunakan.

Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

2) Mendata kegiatan siswa dalam lembar observasi keaktifan siswa


76

3) Mendemonstrasikan materi yang diberikan sesuai dengan model

Discovery Learning.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini peran peneliti hanya bertugas untuk

memonitoring proses pembelajaran. pengamatan dilakukan untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan terhadap proses pembelajaran.

yang diamati adalah proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala dalam

implementasi tindakan, identifikasi penyebab terkendalanya tindakan,

dan persoalan lain yang mungkin timbul.

Dan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.5 Daftar nilai siklus 2 penelitian

No NIS Nama Siswa Siklus II Keterangan

1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 85 Lulus


2 11846 Allaam Elinur Ahmad 75 Lulus
3 11847 Anik Dwi Windarti 85 Lulus
4 11848 Annisa Putri Larasati 75 Lulus
5 11849 Aprilia Setianingsih 85 Lulus
6 11850 Ari Murti 85 Lulus
7 11851 Azizah Isnawati 90 Lulus
Burhanudin Muhammad
8 11852 65 Tidak lulus
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 75 Lulus
10 11854 Devina Mila Marita 80 Lulus
11 11855 Dewi Wulandari 80 Lulus
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 65 Tidak lulus
13 11857 Eka Nur Arista 90 Lulus
14 11858 Eka Yulianti 70 Lulus
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 80 Lulus
16 11860 Fitria Nur Khasanah 75 Lulus
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 60 Tidak lulus
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 75 Lulus
77

No NIS Nama Siswa Siklus II Keterangan

19 11863 Hariyanti 85 Lulus


20 11864 Hestrilia Novita 70 Lulus
21 11865 Irma Kusuma Wardani 90 Lulus
22 11866 Karunia Inshanie 80 Lulus
23 11867 Kharisma Pribadiono 85 Lulus
24 11868 Meylia Isna 80 Lulus
25 11869 Novitasari 80 Lulus
26 11870 Olivia Tiara Sejati 75 Lulus
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 80 Lulus
28 11872 Ririn Laraswati 75 Lulus
29 11873 Rizka Cahya Tami 60 Tidak lulus
30 11874 Salman Alfarizi 75 Lulus
31 11875 Tabita Desy Andriyana 85 Lulus
32 11876 Tindi Lutfiani 85 Lulus
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 70 Lulus
34 11878 Wahidah Nindi Setyaningrum 75 Lulus
35 11879 Widia Siska 90 Lulus
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 85 Lulus
Rata-rata 78.33
Nilai Tertinggi 90.00
Nilai Terendah 60.00
Jumlah Lulus 32
Jumlah Remidi 4
(sumber: olah data lembar penilaian siswa pada siklus II)

Berdasarkan data yang ada diperoleh asil bawa rata-rata kelas mulai

meningkat yaitu 78,33 nilai tertinggi siswa diketahui 90 dan nilai

terendah sebesar 60. Jumlah siswa yang dinyatakan lulus atau yang

memiliki nilai diatas 70 adalah 32 siswa dan 4 siswa dinyatakan belum

mencapai kelulusan.

Data keaktifan siswa dari hasil observasi yang telah dilakukan

diketahui sebagai berikut:


78

Tabel 4.6 Data keaktifan siswa pada siklus II

No NIS Nama Siswa Siklus 2 Keterangan


1 11845 Aditya Dwi Cahyanto 7.5 Aktif
2 11846 Allaam Elinur Ahmad 8.75 Aktif
3 11847 Anik Dwi Windarti 8.75 Aktif
4 11848 Annisa Putri Larasati 7.5 Aktif
5 11849 Aprilia Setianingsih 10 Aktif
6 11850 Ari Murti 8.75 Aktif
7 11851 Azizah Isnawati 10 Aktif
Burhanudin Muhammad
8 11852 5 Tidak Aktif
Ikhwan
9 11853 Deviana Setyawati 8.75 Aktif
10 11854 Devina Mila Marita 8.75 Aktif
11 11855 Dewi Wulandari 10 Aktif
12 11856 Dhemas Candra Arsadi 8.75 Aktif
13 11857 Eka Nur Arista 8.75 Aktif
14 11858 Eka Yulianti 10 Aktif
15 11859 Fiqri Syahrul Mubarak 10 Aktif
16 11860 Fitria Nur Khasanah 5 Tidak Aktif
17 11861 Gagah Wahyu Setiyaka 3.75 Tidak Aktif
18 11862 Gredhea Ayu Aprilia 6.25 Tidak Aktif
19 11863 Hariyanti 10 Aktif
20 11864 Hestrilia Novita 8.75 Aktif
21 11865 Irma Kusuma Wardani 10 Aktif
22 11866 Karunia Inshanie 7.5 Aktif
23 11867 Kharisma Pribadiono 10 Aktif
24 11868 Meylia Isna 10 Aktif
25 11869 Novitasari 3.75 Tidak Aktif
26 11870 Olivia Tiara Sejati 10 Aktif
27 11871 Raysa Alyaa Nadira 7.5 Aktif
28 11872 Ririn Laraswati 8.75 Aktif
29 11873 Rizka Cahya Tami 5 Tidak Aktif
30 11874 Salman Alfarizi 10 Aktif
31 11875 Tabita Desy Andriyana 10 Aktif
32 11876 Tindi Lutfiani 10 Aktif
33 11877 Tri Hapsari Ari Astuti 6.25 Tidak Aktif
Wahidah Nindi
34 11878 10 Aktif
Setyaningrum
79

No NIS Nama Siswa Siklus 2 Keterangan


35 11879 Widia Siska 10 Aktif
36 11880 Yohanes Candra Kusuma 8.75 Aktif
Jumlah Siswa aktif 29
Jumlah Siswa tidak aktif 7
(sumber: olah data keaktifan di siklus II)

Data diatas diolah melalui lembar observasi yang disusun berdasarkan

kisi-kisi keaktifan siswa, mulai dari mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan, berpendapat, diskusi, mengerjakan soal di depan kelas,

mempresentasikan hasil diskusi, menyanggah, dan menyimpulkan

pembelajaran. Jumlah cek lis yang didapat dijumlah kemudian dikalikan

1,5 point, siswa dinyatakan aktif jika memperoleh lebih dari 7 point.

Berdasarkan data yang telah diolah pada siklus I diketahui bahwa siswa

yang dinyatakan aktif sebesar 29 siswa dan 7 siswa dinyatakan belum

aktif.

d. Refleksi

Dalam melakukan refleksi, guru mengenai kelemahan yang

mungkin ada dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I dan kemudian

memberikan rancangan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini

dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian baik yang

menyangkut penilaian proses (Hasil observasi kegiatan guru dan siswa)

maupun hasil (tes) serta permasalahan yang menghambat dalam

melakukan tindakan di kelas. Hasil penilaian tersebut digunakan sebagai

bahan untuk melakukan refleksi. Analisis hasil refleksi digunakan

sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II


80

Hasil refleksi menunjukkan guru dan siswa sudah berperan aktif

dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur pembelajaran

Discovery Learning.

C. Perbandingan Hasil Belajar dan Keaktifan Tindakan Antar Siklus

Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dibandingkan

untuk mengetahui peningkatan yang terjadi, dan untuk mengetahui pencapaian

indikator yang telah diterapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil pelakasanaan

tindakan pada siklus I dan 2 dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning.

Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut;

1. Hasil belajar siswa

Adapun hasil perbandingan hasil belajar siswa pada setiap

siklusnya dalam tabel sebagai berikut;

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pra-siklus tindakan

sampai Siklus II

Keterangan Pra-siklus siklus I siklus II


Jumlah Lulus 15 20 32
Jumlah Remidi 21 16 4
Rata-rata 61.25 69.30 78.33
Sumber (olah data lembar penilaian siswa pra-siklus sampai dengan

siklus II)
81

Jika di oleh secara grafik, adapun presentase kelulusan siswa

sebagai berikut:

Grafik Kelulusan Siswa


35
30
25
20
15
10
5
0
Pra-siklus siklus I siklus II
Jumlah Lulus 15 20 32
Jumlah Remidi 21 16 4

Jumlah Lulus Jumlah Remidi

Gambar 4.1 Grafik kelulusan siswa

Berdasarkan grafik kelulusan diatas terlihat bahwa melalui model

pembelajaran demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Fisika sebagai berikut:

a. Dalam aspek kelulusan dari prasiklus hanya 15 siswa yang lulus

meningkat menjadi 20 siswa di siklus I, dan meningkat menjadi 32

siswa disiklus II.

b. Sedangkan siswa yang remidi mengalami penurunan yang signifikan

yaitu pada prasiklus 21 siswa dinyatakan remidi menurun menjadi 16

siswa disiklus I dan menurun secara drastis menjadi 4 siswa di siklus

II.
82

Dari data rata-rata kelas diatas apa bila digrafikan menjadi, sebagai

berikut:

Rata-Rata Kelas
80
70
60
50
40
30
20
10
0
PRA-SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Pra-siklus siklus I siklus II


Rata-Rata Kelas 61,25 69,30555556 78,33333333

Gambar 4.2 Grafik rata-rata nilai kelas

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Discovery Learning juga dapat meningkatkan rata-rata kelas yaitu 61,25

pada prasiklus penelitian menjadi 69,3 pada siklus I dan meningkat

menjadi 78,33 di siklus II.

2. Keaktifan siswa

Adapun hasil perbandingan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya

dalam tabel sebagai berikut;

Tabel 4.8 Perbandingan Keaktifan Siswa pada Siklus I tindakan sampai

Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II


Aktif 23 31
Tidak Aktif 12 5
83

Jika digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

Keaktifan Siswa
35

30

25

20

15

10

0
Siklus I Siklus II
Aktif 19 29
Tidak Aktif 16 7

Gambar 4.3 Perbandingan Keaktifan Siswa pada Pra-siklus sampai Siklus II

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Discovery Learning juga dapat meningkatkan keaktifan yaitu 19 siswa pada

siklus I penelitian menjadi 29 pada siklus II.


84

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X MM 1 SMK Negeri

1 Boyolali ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus penelitian meliputi empat

tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan dan pada akhirnya hasil belajar

siswa pada siswa kelas X OTKP 1 pada SMK Negeri 1 Boyolali. Indikator dari

pencapaian penelitian sebagai berikut:

1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari kondisi awal

terhitung hanya beberapa siswa saja yang aktif, meningkat pada siklus I menjadi

19 siswa atau 53% dan meningkat 28% pada siklus II menjadi 29 siswa atau

81%. Sehingga dapat disimpulkan setelah dilakukan penelitian terdapat

peningkatan sebanyak 81% pada keaktifan siswa.

2. Hasil belajar siswa dalam ranah kognitif atau pengetahuan meningkat dari

kondisi awal terhitung hanya 15 siswa atau 42% meningkat sebanyak 14% pada

siklus I menjadi 20 siswa atau 56% dan meningkat sebanyak 33% pada siklus

II menjadi 32 siswa atau 89%. Sehingga dapat disimpulkan setelah dilakukan

penelitian terdapat peningkatan sebanyak 47% pada kelulusan siswa dalam

aspek kognitif.

84
85

3. Rata-rata kelas hasil belajar di aspek pengetahuan siswa juga mengalami

peningkatan pra-siklus rata-rata kelas mencapai 61.25 meningkat sebanyak 8.06

di siklus I menjadi 69.31 dan meningkat 9.03 di siklus II menjadi 78.33.

Sehingga dapat disimpulkan setelah dilakukan penelitian terdapat peningkatan

nilai sebanyak 17.08 pada aspek kognitif siswa.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi

teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut

1. Implikasi Teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran tentang penerapan model pembelajaran

Discovery Learning pada mata pembelajaran Fisika.

b. Sebagai sumbangan pemikiran berkaitan tentang penerapan model

pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar pada

aspek kognitif.

c. Sebagai sumbangan pemikiran berkaitan tentang penerapan model

pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan keaktifan siswa.

2. Implikasi Praktis

a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti atau guru yang lain

terkait dengan model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran

Fisika.
86

b. Siswa memerlukan variasi model pembelajaran dalam kelas untuk mata

pelajaran yang memiliki durasi waktu yang lama untuk menanggulangi

kebosanan.

c. Melalui model pembelajaran interaktif keaktifan siswa secara otomatis

dapat mengalami peningkatan salah satunya adalah model pembelajaran

Discovery Learning.

C. SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian, maka ada beberapa saran dari peneliti

untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas X OTKP 1

SMK Negeri 1 Boyolali adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Menambah fasilitas buku di perpustakaan terutama buku mengenai mata

pelajaran Fisika dan model-model pembelajaran. Sehingga dapat

mendukung kegiatan pembelajaran, mengingat materi yang digunakan

sangat terbatas dan guru masih menggunakan model pembelajaran yang

monoton.

b. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat memberikan inovasi-

inovasi baru untuk terus meningkatkan proses pembelajaran, baik dalam

pemilihan metode, model maupun media pembelajaran. Hal ini dapat

dilakukan melalui pelatihan atau seminar.

c. Memperbaiki fasilitas LCD dalam kelas untuk memaksimalkan suara guru

saat proses pembelajaran.


87

d. Memfasilitasi pengeras suara agar guru pada model pembelajaran khusus

dapat memiliki volume yang dapat didengar dalam ruangan

2. Bagi Guru Mata Pelajaran

a. Pada saat proses pembelajaran diharapkan untuk dapat meningkatkan

volume suara sehingga akan memperjelas informasi yang disampaikan

kepada siswa. Karena hal ini dapat menjadi salah satu faktor siswa tidak

aktif dalam pembelajaran karena tidak memahami informasi yang

sampaikan.

b. Guru diharapkan dapat lebih tegas terhadap siswa, sehingga dapat

mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab kepada siswa. Ketegasan

juga akan menjadikan siswa lebih menghargai guru dan proses

pembelajaranpun akan lebih terkendali.

c. Guru diharapkan dapat memilih variasi model pembelajaran yang tepat

sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga siswa dapat lebih

mengerti mengenai materi yang disampaikan dan tidak akan merasa bosan.

d. Guru diharapkan memiliki kedekatan yang baik dengan siswa agar tercipta

suasana belajar yang nyaman, juga dapat memperlancar pembelajaran

maupun dalam mendokumentasikan keaktifan siswa.

3. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan dapat lebih menghargai guru dalam proses pembelajaran.

b. Siswa diharapkan juga dapat bertanggung jawab pada tugas yang diberikan

oleh guru.

c. Siswa diharapkan juga dapat selalu aktif dalam proses pembelajaran


88

d. Siswa diharapkan memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam setiap

pembelajaran, agar memiliki bekal yang baik di masa depan


89

DAFTAR PUSTAKA

Apriono, D. (2011). Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa dalam Belajar


Melalui Pembelajaran Kolaboratif. Prospektus Tahun IX Nomor 2.
http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/.../8.joko.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2019.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Burais, L., Ikhsan, M., & Duskri, M. (2016). Peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa melalui model Discovery Learning. Jurnal Didaktik
Matematika, 3(1), 77-86.

Dalyono, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta.

Dimyanti & Mudjiono. (2006). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamid, S. (2011). Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva Press.

Hanafiah, Nanang, & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.PT


Refika Aditama. Bandung.

Hosnan. (2014). Pendekatan Scientific dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Iskandar. (2012). Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta Selatan:


Referensi.

Jihad, A. & Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kemendikbud. (2013b). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).


Jakarta: Kemendikbud.

Kristin, F. (2016). Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa,
2(1), 90-98.

Kunandar. (2013). Penilaian Auntentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kurniasih, I. & Berlin S. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Kata Pena.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhadi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.


90

Mukhtar, R. (2015). Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran Seni Budaya Bidang Seni Musik Siswa Kelas X SMA Piri
1 Yogyakarta. Skripsi. UNY Yogyakarta.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustafa, Z. EQ. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No.


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Permendikbud. (2013). Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah


Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta: Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:


Diva Press.

Pratiwi, F. A., & Rasmawan, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Discovery


Learning Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(7).

Rakmat, C., & Suherdi, D. (2001). Evaluasi Pengajaran. Bandung: CV Maulana

Rismayani, N. L. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Siswa. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha, 1(2).

Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Samjaya, A. (2012). Manusia dan Tanggung Jawab. Diakses pada URL:


http://deathneverlost.wordpress.com/2012/01/06/manusia-dan-tanggung-
jawab. Diakses pada tanggal 20 Februari 2019.

Sardiman. A. M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajawali.

Siswono, T. Y. E. (2008). Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan


dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Kreatif. Surabaya: Unesa Unicersity Press.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor Faktor yang Memengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.
91

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

Sukiman. (2012). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.

Sumadyo, S. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan


Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT


Kharisma Putra Utama.

Sutopo, H.B. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Suwandi, S. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Yuma Pustaka.

Suyono, H. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Trianto (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tumurun, S. W., Gusrayani, D., & Jayadinata, A. K. (2016). Pengaruh Model


Pembelajaran Discovery Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 101-110.

Widiadnyana, I. W., Sadia, I. W., & Suastra, I. W. (2014). Pengaruh model


discovery learning terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa
SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai