Anda di halaman 1dari 24

Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah

Idaman Kota Banjarbaru


Nomor : 583 Tahun 2022
Tanggal : 09 Agustus 2022

PEDOMAN PELAYANAN STUNTING DAN WASTING DI


RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai
denganbanyaknya kasus stunting fan wasting pada anak balita, usia masuk
sekolah baik pada laki – laki maupun perempuan. Kejadian stunting dan
wasting saling terkait dengan peningkatan mortalitas terutama ketika
keduanya dialami oleh anak yang sama.
Stunting dan Wasting merupakan masalah gizi yang memiliki dampak
pada pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak sehingga perlu
dilakukan identifikasin sebagai bentuk pencegahan dan diagnosis dini.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah
atau pendek (kerdil) dari standar usianya, Stunting merupakan anacaman
utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan
hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil saja,
melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan
sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktifitas
dan kreatifitas di usia- usia produktif.
Wasting adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan tidak
terpenuhinya asupan nutrisi atau adanya penyakit pada anak. Kondisi ini
bisa menyebabkan berat badan anak berkurang drastis atau berada
dibawah angka normal. Seringkali masalah – masalah non kesehatan
menjadi akar dari masalah stunting dan wasting, baik itu masalah ekonomi,
politik,sosial,budaya, kemiskinan,kurangnya pemberdayaan
perempuan,serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, kesehatan
membutuhkan peran semua sektor dalam tatanan masyarakat.

3
Penurunan Stunting dan Wasting penting dilakukan sedini mungkin
untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti
terhambatnya tumbuh kembang anak. Upaya penurunan stunting dan
wasting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk
mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitive untuk mengatasi
penyebab tidak langsung. Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak
langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup komitmen
politik dan kebijakan untuk pelaksanaan,keterlibatan pemerintah dan lintas
sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan penurunan stunting dan
wasting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari
pemenuhan prasyarat pendukung.
Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru sebagai fasilitas kesehatan
ikut berupaya dalam program nasional pemerintah salah satunya dalam
program penurunan dan pencegahan stunting dan wasting. Oleh karena itu
sebagai acuan penyelenggaraan program penurunan dan pencegahan
stunting dan wasting di Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru maka
diperlukan Pedoman Pelayanan Penurunan dan Pencegahan stunting dan
wasting.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatkan mutu pelayanan gisi dalam pencegahan dan penurunan
stunting dan wasting di rumah sakit melalui program yang terintegrasi
dengan sumber daya manusia yang profesional dalam upaya memperbaiki
status gizi pasien agar lebih baik.
2. Tujuan Khusus :
a. Menurunkan prevalensi stunting dan wasting di Kota Banjarbaru
b. Terselenggaranya program penurunan dan pencegahan stunting dan
wasting secara terintegrasi di RSD Idaman Banjarbaru.
c. Terlaksananya intervensi spesifik stunting dan wasting
d. Terlaksananya sistem rujukan pada jejaring FKTP

3. Ruang lingkup pelayanan


Program penurunan stunting dan wasting di rumah sakit terdiri dari :
a. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan
keluarga tentang masalah stunting dan wasting
b. Intervensi spesifik di rumah sakit
c. Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi

4
d. Rumah Sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting
e. Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta
merupakan jejaring rujukan
f. Program pemantauan dan evaluasi

4. Batasan Operasional
a. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan
Panjang atau tinggi badannnya berada dibwah standar yang ditetapkan
b. Intervensi spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasai
penyebab langsung terjadinya stunting
c. Percepatan penurunan stunting adalah setiap upaya yang mencakup
intervensi spesifik dan intervensi sensitiff yang dilakukan secara
konvergen, holistik, integrative dan berkualitas meelalui kerjasama
multisector di pusat , daerah dan desa
d. Rumah Sakit Daerah Idaman Kota banjarbaru melaksanakan program
penurunan prevalensi stunting dan wasting melalui edukasi,
pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring
rujukan kepada rumah sakit kelas dibwahnya dan FKTP diwilayahnya
serta rujukan masalah gizi.

5. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
b. Peraturan Pemerinntah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Ekslusif.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi
d. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
e. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Tentang Percepatan Perbaikan Program Gizi
f. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis
Pangan dan Gizi
g. Permenkes Nomor 20 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
h. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kota
Banjarbaru Tahun 2021-2026.
i. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431)

5
j. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038)
k. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Praktik Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038)
l. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5036)

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Organisasi pelaksana program penurunan stunting dan wasting terdiri atas:
1. Staf medis :
a. Dokter Spesialis Anak, yaitu dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan program studi dokter spesialisis Penyakit Anak
b. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, yaitu dokter yang telah
menyelesaikan pendidikan program studi dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi
2. Staf Keperawatan dan Kebidanan
3. Staf Instalasi Farmasi
4. Staf Instalasi Gizi
5. Staf Tumbuh Kembang
6. Staf Humas

B. Distribusi ketenagaan
Program penurunan stunting dan wating dipimpin oleh staf medis
yaitu Dokter Spesialis Anak
Profesi Tugas
Dokter spesialis anak a. Menegakan diagnosis
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan
tata laksana penanganan stunting dan
wasting
c. Berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi
dan pelatihan saf tenaga kesehatan tentang
penurunan stunting dan wasting
d. Melakukan pendampingan klinis dan
penguatan jejaring kepada FKTP atau
rumah sakit dibawahnya di wilayah
Banjarbaru dalam program penanganan
stunting dan wasting
e. Meningkatkan efektifitas intervensi spesifik
dalam program penanganan stunting dan
wasting

7
Dokter Spesialis a. Melaksanakan antenatal care, postnatal,
Kandungan imunisasi dan progtam pelayanan
penurunan stunting dan wasting
b. Melakukan pendampingan klinis dan
penguatan jejaring kepada FKTP atau rumah
sakit dibawahnya di wilayah Banjarbaru
dalam program penanganan stunting dan
wasting
c. Meningkatkan efektifitas intervensi spesifik
dalam program penanganan stunting dan
wasting
Tim keperawatan dan a. Melakukan asuhan keperawatan dan
kebidanan kebidanan
b. Melaksanakan skrining gizi awal dan bila
diperlukan skrining gizi lanjutan maka
menghubungi tim gizi
Tim Tumbuh Melakukan asuhan keperawatan dan skrining
Kembang tumbuh kembang
Tim Humas a. Melakukan kerjasama jejaring kerja dengan
rumah sakit dibawahnya dan FKTP
b. Melakukan koordinasi dengan tim PKRS
mengenai sosialisasi stunting dan wasting
dalam meningkatkan pemahaman dan
kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga
tentang masalah stunting dan wasting
Tim Gizi a. Melakukan tata laksana Gizi Stunting dan
Wasting
b. Pencatatan dan pelaporan kasus masalah
gizi di Rumah Sakit Kepada Tim Surveilans
gizi di Banjarbaru agar dilaporkan kedalam
aplikasi e PPGBM
Tim Farmasi a. Menyediakan obat -obatan yang diperlukan
dalam pelaksanan program penurunan
stunting dan Wasting
b. Bekerjasama dengan ahli gizi dalam
memberikan edukasi tentang interaksi obat
dan makanan pasien

8
C. Jadwal kegiatan termasuk pengaturan jadwal jaga
Jadwal petugas dalam tim diatur sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi rumah sakit. Pelayanan Stunting dan wasting pada anak di lakukan
di poliklinik tumbuh Kembang lantai II setiap hari kamis dan sabtu.
Menerima pasien yang datang secara mandiri ataupun rujukan.
Pendaftaran dari jam 08.00-12.00 WITA pada hari kamis, dan hari sabtu
pada jam 08.00-11.00 WITA. Pendaftaran pasien di loket pendaftaran lantai
I. Setelah pasien mendaftar dengan poli tujuan tumbuh kembang tim
stunting akan melakukan skiring pertumbuhan dan perkembangan pasien.
Kemudian pasien akan di periksa oleh dokter spesialis anak yang terjadwal
pada saat itu. Dokter spesialis anak akan menegakkan diagnosa dan tata
laksana therapi untuk pasien dengan stunting dan wasting.
Sedangkan Skiring stunting dan wasting pada ibu hamil di lakukan di
poli kandungan lantai II setiap hari, pendaftaran pasien dari jam 08.00
WITA – 12.00 WITA di loket pendaftaran lantai 1. Menerima pasien yang
datang secara mendiri ataupun rujukan.
Persyaratan pelayanan:
• Pasien umum tanpa rujukan
• Pasien JKN : Fotokopi kartu peserta BPJS/KIS/JAMKESMAS (4
lembar)
• Rujukan puskesmas /FKTP (2 lembar)
• Surat jaminan perawatan oleh Tim Pengendali Rumah Sakit
• Atas dasar : Rujukan dari FKTP (asli 1 lembar) dan Foto copy
BPJS/KIS/JAMKESMAS (4 lembar)

9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Ruangan Skrining Stunting dan Wasting untuk anak

2. Ruangan Skrining Stunting dan Wasting untuk Ibu hamil

10
B. Standar fasilitas
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi tim dalam program penurunan
stunting dan wasting sehingga dapat tercapai pelayanan yang optimal
dengan kriteria :
a. Tersedia ruangan pelayanan dalam program penurunan stinting dan
wasting di Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru meliputi
kegiatan pemeriksaan pasien, pengobatan, pencatatan dan pelaporan
serta menjadi pusat jejaring rujukan
b. Ruangan memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit
c. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan untuk di poli
tumbuh kembang
NO NAMA BARANG JUMLAH
1. Baby Length Board 1 buah
2. Pengukur tinggi badan yang menempel 1 buah
di dinding
3. Pengukur LILA anak 1 buah
4. Meteran 1 buah
5. Timbangan Berat badan Anak 1 buah
6. Timbangan Berat Badan Bayi 1 buah
7. Bed Periksa 1 buah
8. Steteskop 4 buah
9. Tensimeter 1 buah
10. Termometer 1 buah
11. Tonge spatel 20 buah
12. Senter 1 buah
13. Obat – obatan seperti antibiotika, obat
cacing dan vitamin sesuai protokol

d. Tersedianya peralatan untuk melakukan skiring stunting dan


wasting pada ibu hamil:
Ruang tunggu
Ruang Tindakan
Ruang periksa
Alat dan obat- obatan Kesehatan
Standar Operasional Prosedur

11
e. Tersedia ruangan bagi penyelenggaraan edukasi tentang pencegahan
dan penurunan stunting dan wasting kepada staf, pasien dan
keluarga

12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Dukungan Administrasi dan Operasional Program Penurunan Stunting


dan Wasting di Rumah Sakit
Salah satu unsur penting dalam penerapan program penurunan
stunting dan wasting di Rumah Sakit adalah komitmen kuat antara
pimpinan rumah sakit, staf medis, keperawatan dan profesi lain yang
terkait administrasi dan prasarana penunjang, antara lain:
1. Dibentuk tim stunting dan wasting rumah sakit yang terdiri dari
komponen yang terkait program penurunan stunting dan wasting
(dokter spesialis anak, dokter spesialis kandungan, perawat, bidan,
tim tumbuh kembang, staf gizi, staf farmasi dan tim humas)
2. Disediakan ruangan untuk kegiatan pelayanan penurunan stunting
dan wasting
3. Pendanaan untuk pengadaan sarana,prasarana, dan kegiatan
disepakati dalam nota kesepahaman atau MOU anatara rumah sakit
dan Dinas Kesehatan setempat
4. Sumber pendanaan diperoleh dari rumah sakit

B. Program penurunan stunting dan wasting di Rumah Sakit


1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan
keluarga tentang masalah stunting dan wasting dirumah sakit.
Kegiatan yang dilakukan adalah
a. Staf medis dengan tim humas memberikan pelatihan kepada staf
rumah sakit bekerjasama dengan tim PKRS tentang stunting dan
wasting kepada staf rumah sakit.
b. Untuk pasien rawat inap : melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga
c. Untuk pasien rawat jalan : melakukan penyuluhan kepada pasien
rawat jalan tentang stunting dan wasting
2. Melakukan peningkatan efektifitas intervensi spesifik
Kegiatan yang dilakukan:

13
A. Poliklinik anak dan tumbuh kembang
a. Program 1000 HPK
b. Pemantauan pertumbuhan ( pelayanan tumbuh kembang bayi
dan balita)
c. Pemberian imunisasi
d. Pemberian vitamin A
e. Perencanaan pemberian makanan tambahan balita gizi kurang
f. Melakukan pemeriksaan skiring pada pasien yang datang ke poli
tumbuh kembang dengan alur pelayanan sebagai baerikut :
• Setiap pasien yang datang berobat ke poli tumbuh kembang
RSD Idaman Banjarbaru, usia 0 – 5 tahun akan di lakukan
pemeriksaan antroprometri di Nurse Station Poli Anak yang
terdiri dari 4 indeks, meliputi:
(1). Berat badan menurut umur (BB/U)
(2). Panjang/Tinggi Badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
(3). Berat badan/Tinggi Badan (BB/PB atau bb/tb) dan
(4). Indeks massa tubuh menurut (IMT/U).
• Menentukan penilaian status gizi anak;
(1). Indeks berat badan menurut umur anak usia 0 – 5
tahun, di gunakan untuk menentukan katagori:
Berat badan sangat kurang (severely underweight)
Berat badan kurang (underweight)
Berat badan normal dan
Resiko berat badan lebih.
(2). Indeks Panjang badan atau tinggi badan menurut umur
(PB/U) atau TB/U anak usia 0 – 5 tahun, untuk
menentukan katagori;
Sangat pendek ( severely underweight)
Pendek (stunted)
Normal
Tinggi

14
(3). Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur
(PB/U atau TB/U) anak usia 0 – 5 tahun, di gunakan untuk
menentukan katagori;
Gizi buruk (severely wasted)
Gizi kurang (Wasted)
Gizi baik normal
Gizi lebih (possible risk of overweigth)
Gizi lebih (overweigth)
Dan obesitas (obese)
(4). Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) anak usia 0 –
5 tahun, di gunakan untuk menentukan katagori;
Gizi buruk (severely thinness)
Gizi kurang (thinness)
Gizi baik (normal)
Gizi lebih (overweigt)
Obesitas (obese).
• Setelah itu akan di masukkan kedalam register pencatatan
dan pelaporan Skiring pasien stunting dan Wasting .
• Pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis anak
untuk menentukan diagnosa
• Setelah dokter spesialis anak menentukan diagnosa dan di
dapatkan kreteria pasien stunting, meliputi sangat pendek
(severaly stunted)/ (-3 SD atau lebih), pendek (stunted)/(- 2
SD). Dan wasting gizi buruk ( severely wasted)/ (- 3SD atau
lebih), gizi kurang (wasted) (- 2 SD). Pasien tersebut akan
dikonsulkan dengan tim gizi stunting dan wasting rumah
sakit. untuk mendapatkan tata laksana nutrisi yang tepat.
Data pasien tersebut juga akan langsung di laporkan ke
Dinas Kesehatan Banjarbaru untuk penanganan setelah
program dari rumah sakit selesai sebagai tindak lanjut.

15
• Alur

Anak usia 0-5 th


Ke Poli Tumbang

Skrining
antroprometri di
Nurse Station

Penilaian Status
Gizi

Periksa dokter anak

Pulang Konsul Gizi

B. Poliklinik kandungan
Peningkatan intervensi spesifik terdiri dari :
a. Suplementasi tablet besi folat pada ibu hamil
b. Rencana pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
c. Promosi dan konseling IMD dan Asi eklusif
d. Pemberian obat cacing pada ibu hamil
e. Melakukan pemeriksaan skiring ibu hamil:
• Skiring pada ibu hamil di lakukan di poli kandungan, baik
pasien datang secara mandiri ataupun rujukan.
• Ibu hamil menuju meja triase, dan akan di lakukan
timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukran
lingkar lengan atas (LLA) dan tanda – tanda vital (TTV).
• Setelah dari meja triase menuju ke meja pemeriksaan
kehamilan, di lakukan pemeriksaaan leopod I – IV
• Ibu hamil akan di periksa oleh Dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi, meliputi : anamnesa PF, pemeriksaan
obstetric, pemeriksaan USG kesejahteraan janin. Juga di
lakukan pemeriksaan laboratorium. Jika ibu hamil
memiliki faktor resiko stunting tata laksana sesuai temuan.

16
• Ibu hamil bisa pulang dan kontrol sesuai anjuran dan di rujuk
kebagian gizi untuk mendapatkan makan tambahan ibu
hamil.
• Alur
Pasien datang: Meja Triase:
- Rujukan - Timbang
- Datang sendiri - Tinggi Badan
- Tensi dan TV lain
- Lingkar Lengan Atas

Meja Pelayanan
Kehamilan
- Pemeriksaan Leopold
I - IV

Ruang Periksa Dokter


Jika Ibu hamil memiliki
Ruang Periksa Dokter faktor risiko terjadinya
- Anamnesis PF, Pem. Obstetri Stunting
- Pemeriksaan USG Tatalaksana sesuai
Kesejahteraan Janin Temuan

Pemeriksaan
Laboratorium

Pulang dan Konsul / Rujuk Bagian Gizi


kontrol sesuai untuk Pemberian Makanan
anjuran Tambahan Ibu Hamil

C. Sistem surveilans Gizi


a. Memberikan tatalaksana gizi stunting, tatalaksana gizi kurang
dan tata laksana gizi buruk sesuai dengan Pedoman
Pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita.
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus masalah gizi
melalui aplikasi ePPGM ( aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi
berbasis masyarakat)
D. Rujukan
a. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dengan
memastikan kasus, penyebab dan tatalaksana lanjut oleh
dokter spesialis anak
b. Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan
komplikasi medis

17
c. Rumah sakit melakukan pendampingan klinis dan manajemen
serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakt dengan
kelas dibawahnya dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
diwilayahnya dalam tatalaksana stunting dan gizi buruk
d. Jejaring Internal
• Jejaring internal adalah ; jejaring antar semua unit yang
terkait dalam menangani pasien stunting di rumah sakit.
• Poli Tumbuh Kembang berfungsi sebagai tempat skirining
pasien anak usia 0 – 5 tahun.
• Poli Kandungan berfungsi melakukan skirining pada ibu
hamil yang beresiko melahirkan anak dengan Stunting dan
Wasting
• Rawat inap berfungsi sebagai pendukung dalam melakukan
perawatan dan pengobatan pasien dengan stunting dan
wasting dengan penyakit penyerta.
• Laboratorium berfungsi sebagai sarana penunjang
diagnostik.
• Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostic.
• Farmasi berfungsi sebagai unit terhadap manajemen obat-
obatan di RSD Idaman Kota Banjarbaru.
• Pencatatan dan pelaporan Gizi Buruk dilakukan oleh Tim
Stunting dan wasting. Petugas Rekam Medis berfungsi
sebagai pendukung data pasien stunting dan wasting di RSD
Idaman Kota Banjarbaru.
• Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKMRS)
berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan Gizi Buruk di RSD
Idaman Banjarbaru.

e. Jejaring eksternal
• Jejaring eksternal adalah : jejaring yang di bangun antar
dinas kesehatan , RSD Idaman kota Banjarbaru, puskesmas,
BKKBN dan unit pelayanan percepatan penurunan Stunting.

18
• Tujuan jejaring eksternal: semua pasien anak dan ibu hamil
mendapatkan akses pelayanan yang berkualitas untuk
mencegah stunting dan wasting.
• Pertemuaan dan koordinasi secara berkala minimal 3 bulan
sekali antara Humas dalam tim stunting dengan
FANYANKES yang di koordinasi oleh Dinas kabupaten kota
setempat dengan melibatkan semua pihak yang terkait.
• Memastikan mekanisme jejaring tersebut berjalan dengan
• Memfasilitasi rujuk di lacak dan di tindak lanjuti.
• Validasi data rumah sakit.
E. Pemantauan dan Evaluasi
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan dalam pemantauan dan
evaluasi kegiatan.
b. Surveilans gizi melakukan pelaporan hasil pemeriksaan pasien
umur 0 -5 th ke dinas kesehatan yang nantinya dinas
kesehatan akan memilah sesuai dengan wilayah faskes tingkat
pertama pasien. Untuk pengisian Aplikasi ePPGBM akan di
kerjakan oleh puskesmas berdasarkan wilayah pasien.
c. Poli kandungan dan poli anak/ tumbuh kembang melaporkan
hasil kegiatan intervensi spesifik
d. Pelaporan pasien rawat inap akan dilakukan oleh kepala
ruangan rawat anak kepada tim stunting yang nantina akan
dilaporkan ke direktur.

19
BAB V
LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada:


a) kebutuhan pelayanan;
b) rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c) Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate
(BOR) bagi pelayanan rawat inap
d) evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah disiplin yang menekankan keselamatan
dalam perawatan kesehatan melalui pencegahan, pengurangan,
pelaporan dan analisis kesalahan medis yang sering menyebabkan
efek buruk. Dalam meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai
program PMKP yang menjangkau kseluruh unit kerja di rumah sakit.
2. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien di program penurunan stunting dan
wating adalah peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat stunting dan
wasting.
3. Standar keselamatan pasien meliputi :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk peningkatan
keselamatan pasien
e. Peran karywan rumah sakit dalam meningkatkan keselamatan
pasien
f. Komunikasi merupakan kunci bagi setiap karyawan unuk
mencapai keselamatan pasien
4. Sasaran keselamatan pasien
a. Melakukan identifikasi pasien sacara tepat
b. Melakukan komunikasi yang efektif

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
2. Tujuan keselamatan kerja
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.
Manfaat:
a. Bagi RS:
1) Meningkatkan mutu pelayanan.
2) Mempertahankan kelangsungan operasional RS.
3) Meningkatkan citra RS.
b. Bagi karyawan RS:
1) Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
c. Bagi pasien dan pengunjung:
1) Mutu layanan yang baik.
2) Kepuasaan pasien dan pengunjung.
3. Tata laksana keselamatan kerja
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib
melaksanakan program Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan kerja
Rumah Sakit (K3RS) yang bermanfaat baik bagi karyawan rumah sakit,
pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di
lingkungan sekitar rumah sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan
secara terpadu melihat berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Hal
tersebut dapat berjalan dengan baik jika seluruh komponen mulai dari
pimpinan sampai dengan staf pelaksana mempunyai komitmen,
pemahaman, perhatian dan kesadaran yang menjadi budaya dalam
melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan


guna mewujudkan keberhasilan program penurunan stunting dan wasting
di Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru.
Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan
faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan
penyelesaian yang efektif.
Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan
pencatatan dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam
pencatatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Jumlah pasien yang dilakukan skrining
2. Hasil pemeriksaan skrining
3. Kegiatan edukasi tentang stunting dan wasting
4. Laporan pelaksanaan inetervensi spesifik oelh masing – masing
poliklinik
5. Laporan penggunaan obata- obatan , vitamin sesuai dengan protokol
6. Laporan surveilans gizi ke dinas kesehatan yang akan dimasukan ke
dalam aplikasi ePPGBM

23

Anda mungkin juga menyukai